• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMAN 5 SOPPENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMAN 5 SOPPENG"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMAN 5 SOPPENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : Riska

Nim: 105381106416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI MARET,2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jika tidak memaksa diri sendiri,

bagaimana bisa tahu batas kemampuan diri sendiri.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai darma baktiku untuk Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta serta saudari dan seluruh keluarga tersayang yang tak

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Pertama dan yang paling utama tiada untaian kata yang paling indah yang terucap dari lisan seorang hamba selain pujian syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah melimpahkan Taufik dan hidayah-Nya serta kenikmatan iman, Islam dan kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam yang penulis anjung agungkan kepada Muhammad SAW yang telah membawa ajaran yang paling sempurna, dan di antaranya iaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar dapat di manfaatkan dalam segala aspek kehidupan, dan dari Redha Allah SWT serta Syafa‟at Rasulullah penulis dapat menyelesaikan skrip si ini yang berjudul “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMAN 5 Soppeng.”

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, motivasi beserta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak hanya terletak pada diri peneliti semata tetapi tentunya banyak pihak yang memberikan sumbangsi khususnya kepada orang tua, Ayahanda tercinta Anda dan Ibunda tercinta Darmawati yang selama ini telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus dan hampir tidak mungkin bisa dibalaskan oleh apapun serta saudari tercinta Reski, yang selalu menghibur serta memberikan dukungan.

(8)

Penulis juga ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr.H. Ambo Asse., M.Ag. Rektor Universitas Muhammadi yah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Univers itas Muhammadiyah Makassar, bapak Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D sekretaris Jurusan Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Bapak Dr.H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. pembimbing I yang telah memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis Sehingga tersusunnya skripsi ini.Bapak Syarifuddin, S.Pd., M.Pd pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

Nurul Hasanah,Vivin Vitrina Asnur,Kasmawati,Andi Jusma,Sri Wahyuni, Firda Efrilia, Nur Annisa, Hamka Sebagai sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.

Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada meneliti dalam menyelesaikan proposal ini, Amin Yarobbal Alamin.

Makassar, 5 Februari 2021 Peneliti

Riska

(9)

ABSTRAK

Riska, Tahun 2021, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SMAN 5 Soppeng. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Andi. Sukri Syamsuri dan Pembimbing II Syarifuddin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem dan dampak implementasi manajemen berbasis sekolah di SMAN 5 Soppeng . Sumber data yang diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder, teknik pengunpulan data yang digunakan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan sistem manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 5 Soppeng dengan cara menerapkan manajemen kurikulum dan program pengajaran dengan cara menerapkan kurikulum K3, manajemen tenaga pendidikan seperti pada awal tahun guru menyiapkan SKP di awal tahun sehingga dalam program pengejaran selama tahun berjalan sesuai dengan SKP yang telah dibuat kemudian akan tetap di pantau atau dievaluasi dan juga dalam meningkatkan mutu tenaga pengajar diberi pelatihan khusus seperti MGMP, MGMPS, seminar, dan juga workshop di awal tahun, manajemen keuangan dan pembiayaan dengan memberikan bendahara umum untuk melakukan pembagian dana sesuai dengan opsi masing-masing dan dilakukan dengan transparan sehingga dalam pengolahan pembiayaan sekolah dapat diketahui oleh seluruh aspek sehingga mneghindari terjadinya kecurangan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dengan melengkapi seperti ruangan belajar, lapangan olahraga, perangkat keras dan perangkat lunak, lap fisika, lap kimia, lap biologi, mshollah, wc, serta ruangan media, dan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Dampak implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap prestasi belajar siswa semester ganjil 2020/2021 di SMA 5 Negeri Soppeng berdampak baik.

(10)

ABSTRACT

Riska, Year’s 2021, Implementation of School-Based Management in Soppeng 5 High School. Thesis of Sociology Education Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Andi. Sukri Syamsuri and Supervised by Advisor II Syarifuddin.

This study aims to determine the system and form implications of school-based management on student achievement in the 2020/2021 odd semester at SMAN 5 Soppeng. Sources of processed data are primary data sources and secondary data, data collection techniques used through interviews, observation, and documentation and the research method used is qualitative.

The results of this study indicate a school-based management system at Senior High School 5 Soppeng by implementing curriculum management and teaching programs by implementing the K3 curriculum, management of education personnel, such as at the beginning of the year the teacher prepares SKP at the beginning of the year so that in the pursuit program during the year according to the SKP that has been made then it will remain monitored or evaluated and also in improving the quality of the teaching staff are given special training such as MGMP, MGMPS, seminars, and also a workshop at the beginning of the year, financial management and financing by providing a general treasurer to distribute funds according to their respective options and be carried out transparently so that all aspects of school financing processing can be known so as to avoid fraud, management of educational facilities and infrastructure by completing such as study rooms, sports fields, hardware and software, physics wipes, chemical wipes, biology wipes, mshollah, toilets, and media rooms, The implications of school-based management on student achievement in the 2020/2021 odd semester at Senior high school 5 Negeri Soppeng are carried out good.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

LEMBAR PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Defenisi Operasional ... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

(12)

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Manajemen Sekolah ... 12

2. Teori AGIL Talcoot Parsons ... 31

3. Teori Struktural Fungsional (Robert K.Merton) ... 32

4. Penelitian yang Relevan ... 34

B. Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 37

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 38

C. Fokus penelitian ... 40

D. Informan Penelitian ... 40

E. Jenis dan Sumber Data ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Analisis Data ... 44

I. Uji Keabsahan Data ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

B. Letak Geografis ... 49

C. Visi Misi... 50

D. Struktur Organisasi SMA Negeri 5 Soppeng ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri 5 Soppeng. ... 54

2. Dampak Implementasi Sistem Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri 5 Soppeng. ... 62

(13)

B. Pembahasan... 65

1. Sistem Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri 5 Soppeng ... 65

2. Damapak Implementasi Sistem Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri 5 Soppeng ... 70

3. Interpretasi Hasil Penelitian ... 71

4. Cara Kerja Teori ... 79

5. Nilai Kebaharuan... 79

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

No Halaman Tabel 4.1 Prestasi Siswa SMA 5 Negeri Soppeng Tahun 2020-2021 ... 75 Tabel 4.2 Prestasi Sekolah SMA 5 Negeri Soppeng ... 76 Tabel 4.3 Nilau Ujian Nasioanal SMA 5 Negeri Soppeng ... 77

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 46 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA 5 Negeri Soppeng ... 61

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman Lampiran 1 Teks Hasil Wawancara Bersama Kepala

Sekolah SMA 5 Negeri Soppeng ... 91 Lampiran 2 Teks Hasil Wawancara Bersama Wakasek

Kesiswaan Dan Guru BK SMA 5 Negeri Soppeng ... 95 Lampiran 3 Teks Hasil Wawancara Bersama Wakasek

Sarpras dan guru seni SMA 5 Negeri Soppeng... 97 Lampiran 4 Teks Wawancara Bersama Wakasek Kurikulum

SMA 5 Negeri Soppeng ... 99 Lampiran 4 Teks Wawancara Bersama Kepala TAS SMA 5

Negeri Soppeng ... 102 Lampiran 5 Teks Hasil Wawancara Bersama Operator

Sekolah SMA 5 Negeri Soppeng ... 105 Lampiran 6 Teks Hasil Wawancara Bersama Ketua Osis

SMA 5 Negeri Soppeng ... 106 Lampiran 7 Dokumen Prestasi SMA 5 Negeri Soppeng ... 107 Lampiran 8 Foto Wawancara di SMA 5 Negeri Soppeng ... 109

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dan sekaligus merupakan sumber daya yang sangat penting.Khususnya bagi negara yang sedang berkembang.Karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sengat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan akan membantu untuk membentuk kepribadian dan mengembangkan potensi dan meningkatkan mutu kehidupan yang akan datang untuk mewujudkan tujuan nasional.

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa dan merupakan sarana yang efektif untuk membangun watak bangsa. Untuk mencapai tujan tersebut perlu dilakukan berbagai perubahan. Pendidikan menamakan menajemen sekolah sebagai Manajemen Peningkatan Mutu yang bertujuan untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam kelompok kerja sehingga sekolah dapat mencetak kandidat intelektual yang cerdas serta emosional tinggi dan mempersiapkan tenaga yang memiliki SDM yang unggul.

Kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam peningkatan kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai

(18)

program pembelajaran.

Implementasi manajemen sekolah merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah juga perlu didukung kemampuan manajerial para sekolah.Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun.Karena itu, hubungan baik antar guru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan.Demikan halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta didik.Dalam rangka inilah dirasakan perlu implementasi.

Untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efesien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan.Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Lebih lanjut, kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif ke pada guru. Disamping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, studi banding antar sekolah untuk menyerap

(19)

kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.

Mengimplementasikan manajemen sekolah secara efektif dan efesien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat di perlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik.

Harapan dari kepemimpinan guru yang demikian itu tidaklah mudah untuk dicapai, karena dalam proses pembelajaran banyak masalah yang harus diselesikan sehingga tidak sedikit seorang guru dalam melaksanakan tugasnya kadang terjebak pada suatu tugas yang memiliki tujuan jangka pendek saja, akibatnya masalah yang lebih esensial bagi guru justru sering terabaikan. Untuk itu perlu ada penelitian yang lebih mendalam berkaitan dengan kepemimpinan , sikap dan peri laku guru agar dapat memberikan sumbangan bagi perilaku kepemimpinan guru dalam proses pembelajaran di sekolah menegah atas (SMA) sehingga menghasilkan efektivitas yang tinggi.

Dilihat dari segi SDM-nya, kondisi SMAN 5 Soppeng belum berjalan secara optimal. Hal ini telihat dari adanya hubungan kerjasama yag kurang erat diantara bidang- bidang yang ada, hubungan yang kurang harmonis antar

(20)

tugas, mengajar tanpa mempersiapkan perangkat mengajar, kurangnya pembinaan di berbagai hal, dan tidak ditegakkannya disiplin kerja seperti : pulang sebelum waktunya, banyaknya pegawai yang mengabaikan perintah, kurang mentaati peraturan, kurang cermat dalam melaksanakan tugas, menunda tugas yang diberikan, sering meninggalkan kantor atau bahkan tidak masuk kerja tanpa adanya alasan yang jelas. Akibatnya keadaan sekolah tidak berjalan secara efektif.

Di samping itu telihat dari adanya hubungan kerjasama yag kurang harmonis, hubungan yang kurang harmonis diantara para guru dan karyawan seperti masih adanya kelompok individu, banyaknya guru atau pegawai yang kurang memahami rincian tugas, kurangnya pembinaan di berbagai hal, dan tidak ditegakkannya disiplin kerja seperti pulang sebelum waktunya, banyaknya pegawai yang mengabaikan perintah, kurang mentaati peraturan, kurang cermat dalam melaksanakan tugas, menunda-nunda tugas yang diberikan, sering meninggalkan kelas atau kantor atau bahkan tidak masuk kerja tanpa adanya tugas dan alasan yang jelas. Semua hal yang penulis sebutkan di atas, menyebabkan kinerja di SMAN 5 Soppeng kurang efektif.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan Prestasi Siswa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SMAN 5 Soppeng diperlukan upaya-upaya perbaikan mutu guru. Berbagai upaya tersebut misalnya banyaknya pelatihan guru, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan kepemimpinan dan manajemen

(21)

sekolah, tetapi ironisnya prestasi belajar siswa SMAN 5 Soppeng kurang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi dan survei pendahuluan yang dilaksanakan melalui wawancara dengan Waka (Wakil Kepala) Kesiswaan, yang menghasilkan informasi bahwa lembaga pendidikan ini mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu SMAN 5 Soppeng berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi selatan. Sekolah tersebut termasuk sekolah yang berstatus negeri yang menjadi favorit bagi Soppeng, Dibuktikan dengan pencapaian prestasi sekolah, Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 5 Soppeng, menerima penghargaan Akreditasi nilai tertinggi tingkat Provinsi sulawesi selatan Tahun 2018, dari badan akreditasi Nasional Penghargaan tersebut di terima langsung kepala sekolah SMAN 5 Soppeng Fatmawati di salah satu hotel yang ada di makassar, dari 8 standar Nasional Pendidikan (SNP) yg divisitasi pada tahun 2018, SMAN 5 Soppeng meraih rata rata 94 atau predikat akreditasi A. Diakuinya, Akteditasi itu merupakan harga diri, harkat, dan martabat sekolah, untuk lima tahun ke depan.

Dibalik keberhasilan meraih akreditasi tertinggi SMAN 5 Soppeng tidak terlepas dari manajemen sekolah, merupakan hasil kerja bersama seluruh warga SMA, Guru, Pengawai OSIS, para siswa komite sekolah, dan seluruh stake holder, termasuk binaan para pengawas di Kabupaten Soppeng. sehingga menjadikan suatu nilai plus bagi masyarakat yang hendak

(22)

sekolah terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan, termasuk dalam pembinaan kesiswaannya. Lembaga ini memiliki strategi dalam manajemen sekolah, sehingga para siswa mampu mencapai prestasi akademik dan non akademik, baik tingkat provinsi maupun nasional.

Hal lain yang menjadikan nilai tambahan dari SMAN 5 Soppeng adalah dalam penerimaan siswa baru telah melalui jalur seleksi online dengan mengikuti kecanggihan IT dan perkembangan modern. Penjaringan jurusan kelas ada 2 program kelas, yaitu kelas IPA, dan IPS. Dalam penjaringan program kelas dilaksanakan melalui seleksi tes tertulis, sehingga hal ini dapat melihat bakat dan kemampuan siswa.

Dari semua pencapaian yang diraih SMAN 5 Soppeng banyak hal yang jadi perhatian serius dibidang akademik dimana penerapan manajemen yanga baik seharusnya menghasilkan output atau prestasi siswa yang baik pula.Namun SMAN 5 Soppeng masih banyak siswa yang remedial karena prestasi belajar siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh masing-masing sekolah. Data ini di peroleh dari SMAN 5 Soppeng hasil ujian semester pada tahun ajaran 2019/2020 ketika ulangan semester.

Peneliti mencoba melakukan pemahaman keterkaitan manajemen sekolah dengan prestasi belajar siswa namun yang dinilai bukan sekedar penerapan dan manajemennya saja. Dengan dasar hal tersebut peneliti

(23)

pengembangan dengan melalukan penelitian tentang Implemnetasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMAN 5 Soppeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 5 Soppeng ?

2. Bagaimana dampak implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 5 Soppeng ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA

Negeri 5 Soppeng.

2. Untuk mengetahui dampak implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 5 Soppeng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoretis

Bahwa penulisan skripsi ini adalah untuk merumuskan manajemen sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa.

2. Manfaat Praktis a. Guru

(24)

Hasil eksperimen ini diharapkan dapat memberikan referensi betapa pentingnya implementasi manajemen sekolah untuk prestasi belajar siswa.

b. Bagi Siswa

Setelah eksperimen ini diharapkan siswa mendapatkan dampak positif yaitu meningkatnya prestasi dan hasil belajar yang maksimal. c. Bagi Sekolah

Setelah eksperimen ini diharapkan dapat menciptakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara peneliti dan sekolah serta menjadi sarana untuk memperoleh informasi mengenai peningkatan prestasi.

E. Defenisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian terhadap variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Implementasi adalah suatu efek atau akibat yang di dapatkan ketika obyek di berikan suatu perlakuan dengan sengaja atau tidak sengaja dan dampak ini akan dapat di lihat dalam jangka waktu tertentu. Maka dari itu istilah ini akan ada di dalam suatu laporan penilitian khususnya karena akan memberikan hasil yang di inginkan atau yang di harapkan oleh pembacanya.

2. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah menyediakan pendidikan bagi kepala sekolah,guru,dan peserta didik

(25)

untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian Pustaka

Penerapan manajemen dalam kegiatan pembelajaran tersebut mengisyaratkan bahwa manajemen pembelajaran merupakan usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai manajer yang jelas guru terhadap pelayanan belajar kepada peserta didik.

Pengawasan dalam konteks pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolahterhadap institusional satuan pendidikan maupun proses pembelajaran ini struksional di sekolah, serta usaha dan tindakan guru sebagai manajer pembelajaran di kelas yang dilakukan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan program pembelajaran. Sebagai manejer dalam kelas tentu saja guru mempunyai peran penting dalam terlaksananya pembelajaran yang sukses sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Adapun penerapan fungsi pengawasan dalam kegiatan pembelajaran, didasarkan padatanggung jawab yang didalamnya terkandung norma-norma etika, sosial, dan scientific sebagai suatu kesanggupan untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, maka kegiatan pembelajaran yang dipertanggung jawabkan itu baik, dapat diterima orang lain, dan mengandung kebenaran

(27)

Manajemen yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran, apabila yang bersifat umum.diterima baik oleh siswa, maka akan berpengaruh hasil belajar siswa.

Hasil belajar berarti bahwa siswa harus menunjukkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya setelah menerima pengalaman dari proses pembelajaran. Karena itu, tingkat penguasaan bahan pelajaran siswa dalam mata pelajaran setelah mendapat pengalaman belajar dalam proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu setelah memperoleh hasil tes.

Hubungan siswa dengan guru dalam proses pembelajaran, dibutuhkan peran guru dalam memajemen pembelajaran seperti adanya tujuan yang ingin dicapai, bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi, pelajar yang aktif mengalami, guru yang melaksanakan, metode untuk mencapai tujuan, situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik, serta adanya penilaian terhadap hasil belajar. Komponen tersebut termasuk juga cara guru memanejemen proses pembelajaran yang berlangsung sehingga tidak membosankan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, mampu mewujudkan berhasilnya tujuan pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran yang dimaksudkan adalah hasil atau prestasi yang maksimal dari siswa atau hasil evaluasi selama dalam proses pembelajaran dalam menjalankan peranannya sebagai seorang pelajar yang menempuh pendidikan pada jenjang tertentu, dengan harapan apa yang telah di dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung dapat membawa perubahan, baik

(28)

terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan keluarga maupun dengan lingkungan masyarakat yang berada di sekitarnya.

1. Manajemen Sekolah a. Pengertian Manajemen

Organisasi atau lembaga pendidikan baik formal maupun non formal sangat membutuhkan pengelolaan atau manajemen. Sutarto (2014) menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu sistem pola pekerjaan, dengan pemberian bimbingan dan juga pengarahan kepada suatu individu atau kelompok dalam mencapai tujuan secara bersama-sama. Fattah (2011: 1) mengatakan bahwa manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Shunhaji (2019) menjelaskan bahwa manajemen suatu ilmu yang diperuntukkan dlam mengatur, menata, dan mengarahkan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan serangkaian proses pengelolaan berbagai komponen yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang manajemen, seperti yang dikatakan Terry dan Leslie (Kompri, 2014: 3) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya

(29)

manusia dan sumber lainnya. Habib (2016) yang mengatakan bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Proses pengambilan keputusan melibatkan pendayagunaan segala sumber daya secara efisien disertai cara penetapan dan cara pelaksanaan oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam perencanaan perlu untuk melaksanakan analisis SWOT, yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (tantangan).

b. Pengertian Manajemen Sekolah

Manajemen dapat dilakukan oleh setiap organisasi diberbagai bidang, termasuk sekolah. Sagala (2011: 55) mengatakan bahwa manajemen sekolah adalah proses dan instansi yang memimpin dan membimbing penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dan mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

Manajemen sekolah merupakan suatu proses. Habib (2016) mengemukakan bahwa manajemen sekolah adalah melakukan pengelolaan

(30)

sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.

Pengelolaan manajemen dilakukan untuk mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan sekolah.Pengelolaan dilakukan oleh Kepala Sekolah (KS) dengan kewenangan sebagai manajer sekolah melalui komando atau keputusan yang telah ditetapkan dengan mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan. Menurut Winarsih (2014) mengatakan bahwa pihak tertinggi suatu organisasi akan melakukan proses atau membentuk suatu sistem terkait dengan penugasan sesuai oknum dalam melakukan (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian).

Manajemen sekolah diartikan sebagai proses pendayagunaan sumber daya sekolah. Pendayagunaan sumber daya tersebut melalui kegiatan fungsi- fungsi manajemen.Fungsi tersebut diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien dengan segala aspeknya menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktivitas sekolah yang bermutu.

Terdapat beberapa langkah pelaksanaan manajemen peningkatan mutu sekolah. Sagala (2011: 55-56) menjelaskan bahwa setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(31)

1) Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan;

2) Menyusun perencanaan sekolah menggunakan model perencanaan strategik;

3) Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan; 4) Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja

yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas serta kualitas penyelenggaraan program sekolah;

5) Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa kemajuan hasil belajar anak-anaknya di sekolah, melaporkan kemajuan sekolah kepada masyarakat dan stakeholders sekolah serta pemerintah daerah;

6) Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategik sekolah.

Langkah yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu harus melalui tahapan-tahapan. Tahapan manejemen dimulai dari proses merumuskan rencana dan tujuan, penggunaan strategi yang tepat, pelaksanaan dan pelaporan serta ditutup dengan menentukan langkah baru untuk meningkatkan mutu yang lebih baik. Langkah ini penting untuk mengukur pencapaian tujuan dan kualitas sekolah.

(32)

c. Komponen-komponen dalam Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah didalamnya terdapat komponen-komponen yang mendukung dalam proses pelaksanaannya. Triwiyanto (2013) menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam manajemen sekolah antara lain sebagai berikut:

1) Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh seluruh peserta didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Pengalaman peserta didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian dan kegiatan karya wisata atau praktik dalam laboratorium di sekolah. Manajemen kurikulum di dalamnya terdapat kegiatan yang dititik beratkan kepada kelancaran pembinaan situasi belajar mengajar.

Kegiatan manajemen dititik beratkan pada usaha pembinaan situasi belajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting dibagi menjadi dua kegiatan yaitu sebagai berikut:

a) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru 1) Pembagian tugas mengajar

2) Pembagian tugas atau tanggung jawab dalam membina ekstrakulikuler

(33)

b) Kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar mengajar

1) Penyusunan jadwal pelajaran.

2) Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran,tahunan).

3) Pengisian daftar kemajuan peserta didik. 4) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar. 5) Laporan hasil evaluasi.

6) Kegiatan bimbingan penyuluhan.

Kegiatan manajemen kurikulum melibatkan semua komponen mulai dari tugas pendidik hingga proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan arah yang ditentukan.

2) Manajemen Personal Sekolah

Personal dalam sekolah disebut dengan pegawai.Personal di sekolah meliputi unsur guru dan karyawan.Secara terperinci dapat disebutkan keseluruhan personal sekolah adalah Kepala Sekolah, guru, pegawai tata usaha dan pesuruh atau penjaga sekolah.

Kepala sekolah (KS) harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pemimpin yang efektif.Kepala Sekolah harus mencerminkan tampilan sebagai kekepalasekolahan sejati, yaitu memiliki kemampuan manajemen dan dapat menampilkan sikap dan sifat sebagai Kepala Sekolah.Istilah kekepalasekolahan bermakna segala yang berkaitan dengan tugas dan fungsi

(34)

Kepala Sekolah. Karnati (2017) menjelaskan bahwa fungsi dari seorang Kepala Sekolah yang baik adalah dengan melahirkan sistem yang sinergi dan juga melahirkan sustu subtansi yang didasari dari perencanaan, dan pengolahan yang baik dan efektif dalam mengembangkan pendidikan dan prestasi belajar siswa, Kinerja Kepala Sekolah dalam kaitannya dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh Kepala Sekolah dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Karnati (2017) menjelaskan kepemimpinan KS yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.

2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan masyarakat secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.

4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.

5) Bekerja dengan tim manajemen.

6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(35)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah yang efektif harus mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.Pelaksanaan tugas Kepala Sekolah yaitu dengan memberdayakan semua sumber daya yang ada dan berhasil mewujudkan tujuan sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Manajemen Tatalaksana Sekolah

Prinsip dalam manajemen tatalaksana sekolah adalah bertanggung jawab mengurusi semua kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah. Beberapa tatalaksana sekolah (ketatausahaan sekolah) yang terpenting menurut Hamid (2013) adalah:

1) Surat dinas dan buku agenda

2) Buku ekspedisi (bukti surat yang dikirim sudah sampai kepada alamat atau orang yang diberi tanggung jawab)

3) Buku catatan rapat sekolah (notulen) 4) Buku pengumuman

5) Pemeliharaan gedung (bangunan sekolah) 6) Pemeliharaan halaman sekolah

7) Pemeliharaan perlengkapan sekolah 8) Kegiatan manajemen yang didindingkan.

Manajemen tatalaksana sekolah harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar dapat menciptakan sekolah yang memiliki pola manajemen kegiatan yang tersusun dengan rapi. Kegiatan yang tersusun dan terencana dengan baik akan berdampak pada peningkatan menuju sekolah yang

(36)

efektif.

4) Manajemen Sarana Pendidikan

Sarana prasarana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Robe (2015) menjelaskan bahwa Prasarana merupakan suatu alat bantu dalam lingkup sekolah yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran . Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung. Garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yaitu: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatan atau pengurusan, dan pertanggung jawaban.

5) Manajemen Keuangan Sekolah

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Manajemen keuangan sekolah akan sangat terasa apabila diterapkan pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen keuangan dalam MBS menuntut kemampuan sekolah untuk dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2011: 47).Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.

(37)

6) Organisasi Sekolah (Lembaga Pendidikan Formal)

Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan. Hamid (2013) dengan adanya organisasi sekolah segala komponen didalamnya akan tersusun secara sistematis sesuai dengan tugas masing-masing seperti Kepala Sekolah, tugas guru, tugas karyawan sekolah (pegawai tata usaha).

7) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Kegiatan Humas)

Hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi sangat perlu untuk menunjang peningkatan mutu dan prestasi sekolah. Winarsih (2014) mengatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah-sekolah lain, hubungan sekolah dengan pemerintah setempat, hubungan sekolah dengan instansi-instansi dan hubungan sekolah dengan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungankerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak.

Fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menarik simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya.Fungsi tersebut membantu sekolah mensukseskan program-programnya sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.Fungsi hubungan sekolah

(38)

dengan masyarakat diantaranya adalah mengatur, memelihara, mengembangkan serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui berbagai bentuk komunikasi.

Hubungan sekolah dengan dengan masyarakat juga memiliki tujuan. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari kepentingan sekolah. Pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk:

a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah.

b) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan. c) Memperlancar proses belajar mengajar.

d) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Hubungan sekolah dengan masyarakat yang baik dapat menjadi sebuah dukungan atas penyelenggaraan pendidikan.Dukungan dari masyarakat diharapkan mampu untuk mencapai tujuan sekolah yang telah direncanakan.Oleh karena itu, sekolah dan masyarakat harus membangun kerjasama yang baik agar tercapai sekolah yang bermutu.

8) Manajemen Peserta Didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam proses manajemen sekolah. Menurut Shunhaji (2019) menjelaskan peserta didik adalah suatu individu yang ikut atau maasuk dalam suatu perguruan pendidikan dan telah diberi ilmu pengetahuan. Arti peserta didik yang lebih

(39)

khusus dijelaskan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Penjelasan tentang arti peserta didik di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang terdaftar dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

Manajemen peserta didik memiliki arti yaitu pengelolaan peserta didik di dalam proses pendidikan di sekolah. Pengelolaan peserta didik tersebut dimaksudkan agar tercapainya kompetensi peserta didik secara maksimal. d. Fungsi Manajemen

Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan secara sistemik, yang meliputi pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing (penyusunan personalia), pengarahan dan kontrol. Proses yang berkesinambungan dan yang memiliki fungsi dan masing-masing fungsi manajemen tersebut mencakup beberapa sub fungsi yang bekerja secara bergiliran. Manajemen sekolah yang terdiri dari beberapa sub fungsi yang bekerja secara bergiliran mempunyai karakteristik tersendiri sebagai bagian dari fungsi manajemen. Sutarto (2014) menjelaskan bahwa fungsi manajemen merupakan suatu sistem dalam membuat prencanaan, pengorganisasian, dalam suatu pelaksanaan agar mendorong sumber daya dalam mencapai tujuan secara bersama-sama.

Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen sekolah. Sagala (2011: 56) menjabarkan fungsi manajemen sekolah dapat diuraikan sebagai

(40)

berikut:

1) Fungsi Perencanaan

Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi terciptanya stabilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Proses perencanaan dilaksanakan secara kolaboratif atau kerja sama, yaitu dengan mengikutsertakan personal sekolah dalam semua tahap perencanaan.

2) Fungsi Pengorganisasian

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum.Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sekolah, perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.

Istilah organisasi dalam menjalankannya dapat disebut sebagai pengorganisasian, Sutarto (2014) menjelaskan bahwa pengorganisasian diartikan suatu pembagian tugas-tugas yang disusun secara sistematis yang diperuntukkan kepada seseorang atau kelompok yang terlibat dalam suatu organisasi. Tugas-tugas tersebut demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi.

(41)

3) Fungsi Penggerakan(Actuating)

Salah satu fungsi manajemen ialah fungsi penggerakan.Menggerakkan (actuating) diungkapkan oleh Terry (1977) dalam Sagala (2011: 59) yang berarti merangsang anggota kelompok melaksanakan tugasnya dengan antusias dan kemauan yang baik.Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin.Oleh karena itu kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya.Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menggerakkan adalah tugas pemimpin, pemimpin memiliki kemampuan untuk membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.

4) Fungsi Pengoordinasian

Fungsi manajemen selanjutnya adalah pengoordinasian.Sagala (2011: 61) berpendapat bahwa koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu lintas informasi, dan pengawasan selektif mungkin, semuanya harus seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Sergiovani(1987)dalamSagala(2011:61) mengemukakan bahwa organisasi yang baik memberikan susunan administratif, aturan, mekanisme pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas organisasi secara maksimal.

Pengoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan khususnya sekolah.Pengoordinasian dalam organisasi sekolah menurut Sagala (2011: 62) terdapat pembagian kerja yang amat substansi yaitu

(42)

pekerjaan mendidik, pekerjaan manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan.

5) Fungsi Pengarahan

Guru, tenaga kependidikan, dan karyawan sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya membutuhkan informasi dan arah yang jelas.Personel sekolah membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.Sagala (2011: 64) dalam bukunya mengatakan bahwa pengarahan (directing) dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Karnati (2017) menjelaskan pengarahan adalah bentuk perintah kepada anggota dalam menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

Pengarahan dilakukan oleh individu yang memiliki jiwa kepemimpinan.Pengarahan dalam manajemen sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah.Pengarahan oleh individu yang mempunyai kepemimpinan diharapkan dapat mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan. Kerjasama memerlukan proses pemantauan (monitoring), yaitu suatu kegiatan mengumpulkan data dalam usaha mengetahui kegiatan sekolah telah mencapai tujuannya atau tidak, dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Hasil pemantauan itu menjadi penjelas bagi Kepala Sekolah dalam memberi arahan dan menyampaikan

(43)

informasi penting meningkatkan kinerja sekolah.Pemantauan dalam manajemen yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sangat penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat meningkatkan mutu dan prestasi sekolah tersebut.

6) Fungsi Pengawasan

Pengawasan dapat dilakukan sebagai proses untuk meninjau secara langsung dari sebuah kegiatan yang dilakukan. Sutisna (1983) dalam Sagala (2011: 65) mengatakan bahwa mengawasi adalah proses administrasi melihat yang terjadi di lapangan sesuai dengan yang seharusnya terjadi atau tidak, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.

Pengawasan dalam proses manajemen menjadi sangat perlu untuk dilakukan. Sagala (2011: 65) mengatakan bahwa pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai yang dikehendaki atau tidak, kemudian dari hasil pengawasan akan dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan semua berjalan sesuai rencana yang dibuat atau tidak, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.

a. Indikator Manajemen Berbasis Sekolah indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Partisipasi masyarakat diwadahi melalui komite sekolah 2) Transparasi pengelolaan sekolah ( program dan anggrana). 3) Program sekolah realistis (need assessment)

(44)

4) Pemahaman stakeholder mengenai visi dan misi sekolah. 5) Lingkungan fisik sekolah nyaman, terawatt.

6) Iklim sekolah kondusif.

7) Berorientasi mutu, penciptaan budaya mutu.

Meningkatkan kinerja professional kepala sekolah dan guru. b. Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Sekolah

Manajemen berbasis sekolah memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Pemberian kebebasan yang lebih luas juga memberikan

kemungkinan kepada guru untuk dapat menemukan jati dirinya dalam me mbina peserta didik di lingkungan sekolah.peranan guru yang paling dominan adalah sebagai berikut:

1) Guru sebagai Demonstrator

Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya dan senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan dapat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.

2) Guru sebagai Pengelola Kelas

(45)

merupakan lingkungan belajar dan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Pengawasan terhadap lingkungan menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang kondusif.

3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media merupakan alat komunikasi guru yang berguna untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

4) Guru sebagai Evaluator

Penilaian perlu dilakukan karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

Kesimpulan yang diperoleh dari uraian diatas adalah guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya.Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

c. Implementasi Manajemen Sekolah

Dalam rangka mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efesien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan

(46)

manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik.Jadwal pelajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik.Kreativitas dan daya cipta guru untuk mengimplementasikan MBS perlu terus menerus di dorong dandikembangkan, Eka Whayu Setiati (2016).

Menurut Eka Wahyu Setiati. (2016) ada 6 prinsip umum yang patut menjadi pijakan dalam melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu:

1) Memiliki visi ke arah pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu siswa dengan jenjang masing-masing.

2) Berbijak pada “power sharing” (berbagi kewenangan). 3) Adanya profesionalisme semua lini.

4) Melibatkan partisipasi masyarakat yang kuat. 5) Menuju kepada terbentuknya dewan sekolah. 6) Adanya transparansi dan akuntabilitas.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa implementasi manajemen sekolah memerlukan aktifitas semua komponen untuk aktif dan bertanggung

(47)

jawab sesuai dengan bidang yang telah diberikan agar tidak ada kesenjangan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

2. Teori AGIL, Talcoot Parsons

Teori AGIL, atau Talcoot Parsons merupakan suatu teori yang mendefinisikan Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional yang diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latency.

Adaptasi merupakan suatu sistem yang harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Pencapaian tujuan sistem harus mendifinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Integrasi yaitu sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, dan harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif gungsional tersebut. Selanjutnya yang terakhir adalah latency merupakan sistem yang melengkapi, memelihara, dan memperbaruhi motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

Desai skema AGIL parsons digunakan semua tingkat dalam sistem teorinya dalam bahasa tentang empat sistem tindakan parsons menggunakan skema AGIL, contohnya:

1. Orgnisasi perilaku, adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mengibah lingkungan eksternal

(48)

2. Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya.

3. Sistem sosial, menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.

4. Sistem struktural, melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.

Asumsi dasar dari teori struktural fungsionalisme struktural, yaitu bahwa komponen terimtegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai.

3. Teori Struktural Fungsional (Robert K. Merton)

Robert K.Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola instutional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut ini perkecendrungan untuk memusatkan perhatiannya kepada fungsi suatu fakta sosial terhadapa fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut Merton pula, sering terjadi pencampuradukan antara motif-motif subjektif dengan pengertian fungsi. Padahal perhatian struktural fungsional harus lebih banyak di tujukan kepada fungsi-fungsi di bandingkan motif-motif.

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep – konsep

(49)

utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (eguilibrium). Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi dalam satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap perubahan yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.

Penganut teori ini cendrung untuk melihat hanya kepada sumbangan suatu sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi seluruh masyarakat.

Dengan demikian pada tingkat tertentu umpamanya peperangan, ketidaksamaan sosial, perbedaan ras, bahkan kemiskinan “ diperlukan” oleh suatu masyarakat.perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori struktural fungsional memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangaan.

Kendati Merton dan Parsons di kelompokkan ke dalam struktural fungsional, ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya, untuk satu hal,

(50)

kalau persons mendukung terciptanya teori besar dan mencakup seluruhnya, Merton lebih memilih teori-teori yang terbatas, dan pada tingkat menengah. 4. Penelitian yang Relevan

1. Khoirul Anam.2019. Implementasi Manajemen Peserta Didik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 2 Surabaya. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) manajemen peserta didik di MTs Negeri 2 ini memiliki manajemen yang mulai dari kegiatan awal masuk peserta didik tersebut melakukan penyaringan terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap tes. Penyaringan ini dilalukan untuk memilah peserta didik yang berprestasi dan yang tidak. Hal tersebut bertujuan untuk menilai dan melihat potensi-potensi yang dimilki oleh siswa. (2) prestasi belajar siswa di MTs Negeri 2 adalah sebuah hasil yang diperoleh oleh seseorang dengan hasil usahanya, baik itu dari bidang akademik maupun non akademik. Dan di setiap tahunnya selalu meningkat. Program yang dilakukan yaitu dengan melakukan dua kali penilaian dalam satu semester. (3) implementasi manajemen peserta didik di MtsNegeri 2 yaitu dengan mengadakan penyaringan sejak awal sebelum masuk ke tahap tes yang bertujuan untuk melihat dan menilai siswa yang berprestasi dan yang tidak. Yang berprestasi di bidang akademik di lihat dari rapot, sedangkan yang non akademik harus melampirkan sertifikat kejuaraannya; merancang program-program yang berbasis religi; mewajibkan ekstrakurikuler pramuka; memberikan

(51)

pelayanan yang maksimal; melakukan kerjasama dengan lembaga lain; melakukan promosi atau publikasi dengan majalah karya siswa siswi. Semua usaha yang dilakukan tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, dan untuk mencapai visi misi sekolah.

2. Yulianingsih, Rahmi. 2012. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswa Semester Gasal Tahun Ajaran 2012/2013 di SDI Surya Buana Malang Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 responden guru menyatakan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah di SDI Surya Buana Malang yaitu sangat baik dengan perolehan nilai sebesar 93% dan 1 responden guru menyatakan baik dengan perolehan sebesar 7%. Sedangkan hasil penelitian prestasi belajar di SDI Surya Buana Malang menunjukkan bahwa 67 siswa mempunyai prestasi belajar yang sangat tinggi yaitu sebesar 41%, 88 siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi sebesar 54%, 6 siswa mempunyai prestasi belajar yang cukup sebesar 4%, dan 1 siswa mempunyai prestasi belajar yang kurang yaitu 1%.

B. Kerangka Konsep

Manajemen sekolah diharapkan mampu mewujudkan kepala sekolah yang edukatif, manageriatif, administratif, dan supervisioner, dengan sikap tersebut agar mampu menumbuhkan kemandirian sekolah dalam pengelolaannya sehingga proses kegiatan belajar dan akuntabel keuangan sekolah diproses secara objektif yang mampu menghasilkan prestasi belajar siswa secara maksimal atau optimal sehingga akan memberikan

(52)

dampak yang baik di dalam pengelolaan lembaga pendidikan secara menyeluruh.

Dengan demikian Manajemen Sekolah sangat diharapkan dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam rangka meningkatkan hasil atau pencapaian tujuan yang baik di bidang akademik maupun non akademik. Semua itu dapat terwujud apabila ketiga komponen di atas saling bekerja sama dan saling bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan. Dengan tercapainya hasil belajar yang baik akan dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan mutu pendidikan, termasuk pembentukan sikap dan moral.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep SMAN 5 Soppeng

Sistem Manajemen Berbasis Sekolah

Hasil Penelitian

Dampak Manajemen Berbasis Sekolah

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan menggunakan metode tersebut dapat diperoleh informasi aktual tentang Implikasi manajemen sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 5 Soppeng.

Menurut Bogdan dan Taylor (2007:4), bahwa penelitian kualitatif menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku para aktor yang dapat diamati dalam situasi social.

Oleh sebab itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata tentang manajemen sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 5 Soppeng.

Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif. Data-data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka. Dalam penelitian ini , penulis akan langsung masuk ke dalam obyek sehingga masalah-masalah yang dirumuskan dapat terungkap. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif naturalistik sehingga sumber data utamanya adalah situasi yang wajar (natural setting). Peneliti mengumpulkan data

(54)

dipengaruhi dengan sengaja. Penelitian ini menggambarkan keadaan yang ada di lapangan yaitu manajemen sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 5 Soppeng. Rancangan penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Sugiyono dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.

c. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik teramati). 2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu dimana jenis pendekatan studi kasus ini merupakan jenis pendekatan yang digunkan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi agar masalah dapat diselesaikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Rancangan kriteria pemilihan Lokasi penelitian

Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Soppeng Jl. Tonronge, Tettikenrarae, Kec. Marioriwawo, Kab. Soppeng

(55)

Peristiwa/persoalan (issu)

Dalam Manajemen sekolah terdapat persoalan penting untuk peningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas menghasilkan SDM yang unggul sehingga peneliti tertarik untuk menelitinya

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan mulai bulan agustus sampai dengan september 2020.

No Jenis Kegiatan Bulan Januari Bulan April Bulan Mei Bulan Juli Bulan Agustus Bulan September Bulan Oktober Bulan November 1 Pengusulan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Konsultasi Pembimbing 4 Seminar Proposal 5 Pengurusan Surat Penelitian 6 Observasi 7 Wawancara 8 Pengumpulan Data 9 Penyusunan Hasil Penelitian

(56)

C. Fokus Penelitian

Untuk menjawab permasalahan diatas, penulis memfokuskan pada manajemen berbasis sekolah di SMAN 5 Soppeng.

D. Informan Penelitian

Informan kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005: 171-172), informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. yaitu Wakasek SMAN 5 Soppeng (1 orang) yang menjadi informan kunci. 2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah (1 orang), Guru-guru (3 orang )dan siswa SMAN 5 Soppeng (2 orang).

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan adalah pegawai sekolah yang bertugas minimal lima tahun dan aktif dalam proses belajar mengajar (2 orang).

(57)

Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan tidak didasarkan pedoman atau berdasarkan perwakilan populasi, namun berdasarkan kedalaman informasi yang dibutuhkan, yaitu dengan menemukan informan kunci yang kemudian akan dilanjutkan dengan informan lainnya dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi sebanyak- banyaknya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Informan pada penelitian ini adalah yang telah mewakili dan disesuaikan dengan peranannya mengetahui manajemen sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 5 Soppeng.

E. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuensioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber data yang menjadi bahan baku penelitian, untuk diolah merupakan data yang berwujud data primer dan sekunder:

a. Sumber data Primer

Sumber data primer, yaitu data yang langsung di kumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama atau data yang diambil tanpa perantara, dari sumbernya, ataupun manusia yang langsung berkaitan dengan penelitian, data-data primer didapatkan dengan cara menyebarkan kuisioner, melakukan wawancara atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap sesuatu hal

(58)

yang berkaitan dengan penelitian. Data ini diperoleh melalui observasi, wawancara dengan kepala sekolah dan waka kesiswaan di SMAN 5 Soppeng meliputi manajemen sekolah.

b. Sumber data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil tidak secara langsung dari sumbernya, data sekunder diambil dari berbagai dokumen-dokumen grafis (Tabel, catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain) foto-foto, film , rekaman vidio, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer seperti laporan,buku-buku, karya tulis atau majalah ataupun seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain yang berkaitan dengan penelitian. Data berasal dari SMAN 5 Soppeng berupa dokumen-dokumen dan hasil wawancara, hasil prestasi akademik dan non akademik serta arsip-arsip yang berkaitan dengan Prestasi belajar

F. Instrument Penelitian 1. Pedoman observasi 2. Pedoman wawancara 3. Lembar nilai prestasi siswa 4. Teknik dokumentasi

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian, sebab data yang terkumpul akan dijadikan sebagai bahan analisa penelitian. Metode pengumpul data erat dengan masalah penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh label peringatan bahaya merokok menggunakan gambar dan tulisan pada

Karena itu dalam artikel ini akan diuraikan secara terperinci tentang penggunaan besaran tersebut dalam identifikasi singularitas pada solusi lubang hitam Schwarzschild

Di satu sisi, sistem ini bisa membawa penumpang dalam jumlah besar di tengah kongesti lalu- lintas menggunakan jalur busways khusus dan adanya proteksi fisik

Artinya bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan PDRB atau perekonomian yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan nasional dan kontribusi yang lebih besar terhadap

a) Obyek-obyek yang didefinisikan memiliki atribut yang dapat digunakan sebagai pengukuran. Berdasarkan gambar 2.1, contoh obyek adalah penulis berita dengan

Menurut Ensiklopedi Indonesia, (seperti yang dikutip Setiana, 2010) Ilustrasi dalam bahasa latin illustrare, yaitu menerangi, menghias. Suatu bentuk penghiasan buku;

Tuhan yang diyakini sebagai credo menurut orang Kristen, dengan segala perintah dan laranganNya yang sewenang-wenang, tidak akan lagi menghalangi perilaku manusia, sehingga

Penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dengan yang non disabilitas, regulasi untuk mempersamakannya telah dibuat sebagai upaya dalam pengarusutamaannya, seperti