• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 8, No. 3, Juni 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 8, No. 3, Juni 2020"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

347

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Quantum

Teaching Pada Materi Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup di Kelas VI

SD Negeri 44 Banda Aceh

Darmawati

SD Negeri 44 Banda Aceh Darmawati44@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan beberapa masalah antara lain (1) guru dalam mengajar masih menggunakan metode yang sifatnya masih terfokus pada teori tanpa membiasakan siswa dalam mengerjakan soal ke depan kelas, (2) siswa selama mengikuti pelajaran IPA di kelas tidak terfokus dan kurang antusias, sehingga pada saat ditanyakan kembali oleh guru tidak bisa dijelaskan, (3) sebagian siswa tidak mengerti materi yang disampaikan, ini disebabkan siswa pada saat diterangkan materi pelajaran oleh guru asyik dengan berbicara dengan teman sebangku. Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran Quantum Teaching pada materi ciri - ciri khusus makhluk hidup di Kelas VI SD Negeri 44 Banda Aceh. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Sumber data adalah siswa kelas VI yang berjumlah 35. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui metode Quantum Teaching” dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam materi ciri - ciri khusus makhluk hidup. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa yaitu pada tes awal 42,9% siswa tuntas dan 57,1% siswa tidak tuntas. siklus I siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 adalah 26 siswa dengan jumlah persentase 74,3% dan siswa yang mendapat nilai ≤ 70 9 orang siswa dengan jumlah persentase adalah 25,7%. Pada siklus II terjadi kemajuan yang baik di mana jumlah siswa yang tuntas mencapai 32 orang atau 91,4% dan ada 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 8,6%. Hasil observasi yang diperoleh berdasarkan observasi guru pengamat terhadap kegiatan guru adalah 74,28% pada siklus I dan pada siklus II mencapai 85,71%. Kemudian pada hasil observasi aktivitas siswa 71,42% pada siklus I dan 82,86% pada siklus II. Sementara hasil angket menyatakan siswa senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching Hal ini terlihat dari hasil angket bahwa siswa menyukai pembelajaran IPA khususnya materi ciri – ciri khusus makhluk hidup melalui metode Quantum Teaching. Kata Kunci: quantum teaching, ciri-ciri makhluk hidup.

PENDAHULUAN

Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun dari factor – faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dirunut melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.

(2)

348

Pembelajaran adalah suatu kegiatan guru dan siswa guna mencapai suatu tujuan tertentu. Mengajar merupakan suatu usaha guru untuk merangsang anak agar belajar dan berfikir serta menentukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya (Nasution,2005:43). Dalam proses pembelajaran, guru juga harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga semua materi yang dijelaskan bisa dimengerti oleh anak didik (Yuhasriati, 2016). Gambaran ini sesui dengan komentar Suyitno (Online, diakses 20 juli 2013) menyebutkan bahwa: “pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa”.

Pembelajaran IPA diarahkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang baik dan untuk melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dengan baik, baik secara teori maupun praktek. Standar kompetensi IPA merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan IPA, dan sikap positif terhadap pelajaran IPA. Selain itu standar kompetensi adalah dasar bagi siswa untuk dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional, dan global.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada SD Negeri 44 Banda Aceh dapat menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas khususnya pelajaran IPA masih berlangsung satu arah. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa terhadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses pembelajaran, partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, bahkan tidak jarang siswa bermain-main sendiri saat guru sedang menerangkan pelajaran.

Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di SD Negeri 44 Banda Aceh tidak kondusif, sehingga menyebatkan penurunan nilai mata pelajaran IPA. Adapun nilai mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa kelas VI masih dibawah nilai KKM. Dari tes awal yang diberikan hanya 15 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM dengan nilai tertinggi hanya mencapai 75. Nilai rata – rata yang diperoleh siswa juga rendah, yaitu 66,6 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak kurang optimal.

Model Quantum Teaching merupakan suatu model belajar yang dapat membuat siswa langsung mengalami permasalahan, menemukan sendiri jawaban atas permasalahan dan beraktivitas sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari model Quantum Teaching.

Penelitian-penelitian tentang model Quantum Teaching telah menunjukkan efektifitas dan efisiensinya dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeannette Vos Groenendal (Dalam Bobbi De Potter dan Mike Hernacki,

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

349 2002, 19) terhadap 6.042 siswa usia 12-22 tahun menunjukkan bahwa, melalui model pembelajaran ini telah meningkatkan motivasi 68 %, nilai belajar 73 %, keyakinan diri 81 %, dan mempertahankan keterampilan yang sudah diajarkan 98 %.

Semua model pembelajaran mempunyai tahapan – tahapan pembelajarannya, sehingga dalam proses mengajarnya menjadi sistematis. Dalam penelitian ini (DePorter, dkk, 2005:88) ada beberapa tahapan belajar yang menjadi kerangka belajar dalam model

Quantum Teaching yang dikenal dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Dengan model Quantum Teaching, diharapkan guru mampu membuat materi ciri - ciri khusus makhluk hidup lebih mudah dipahami siswa dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa mampu memperkuat pemahamannya tentang materi yang dibelajarkan dalam IPA khususnya materi ciri - ciri khusus makhluk hidup.

Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching, karena strategi tersebut bisa diterapkan di sekolah dasar. Seperti yang telah dikutip oleh Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4) menyatakan bahwa Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan rumusan masalah apakah melalui pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Ciri - ciri khusus makhluk hidup di Kelas VI SD Negeri 44 Banda Aceh?

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2019/2020 semester I selama 4 bulan yaitu bulan Juli – Oktober 2019 di SD Negeri 44 Banda Aceh. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 35 siswa. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) Aksi atau tindakan (acting), (3) Obervasi (Observing), dan (4) Refleksi (reflecting). Data Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa kelas VI SD Negeri 44 Banda Aceh dengan Instrumen pengumpulan data melalui tes dan nontes. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi : (1) Data hasil belajar siklus 1 dan 2 dan (2) observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan Penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan/ tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tindakan guru melakukan pre tes (tes awal) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan setelah melakukan tes untuk tiap siklus. Pemberian tes pada tiap akhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan model pembelajaran quantum teaching.

(4)

350

Berdasarkan hasil tes awal di atas yang mendapatkan nilai ≥ 70 adalah sebanyak 15 orang siswa dengan nilai persentase 42,9% dan yang mendapatkan nilai ≤ 70 adalah 20 orang siswa dengan nilai persentase adalah 57,1 %. Dari hasil tes awal tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran masih sangat rendah dengan rata – rata kelas sebesar 66,6.

Siklus I

Berdasarkan tahapan siklus I setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setelah di analisis aktivitas guru, aktivitas siswa dan kemampuan hasil belajar. Pada siklus Pengamatan dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun komponen-komponen yang diamati pada siklus I yaitu aktivitas guru dan siswa serta soal tes siklus I dalam penerapan model pembelajaran quantum

teaching. Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar adalah

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Tahap Indikator Skor

Awal 1. Guru melakukan apersepsi 4

2. Menyampaikan tujuan pelajaran. 4

Inti

1. Guru membentuk siswa dalam kelompok. 3

2. Guru membagikan LKS 3

3. Guru secara kelompok membahas hasil kerja 4

Akhir 1. Guru memberikan penghargaan 4

2. Guru melakukan refleksi. 4

Jumlah 26

Rata-rata 74,28%

Sumber: Hasil Penelitian di SD Negeri 44 Banda Aceh tahun 2019 (data diolah)

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap aktivitas guru terhadap beberapa indikator dalam proses pembelajaran diperoleh jumlah skor 26 dari total skor 35. Dengan demikian skor persentase adalah 74,28%. Jadi taraf keberhasilan aktivitas guru berdasarkan observasi pengamat termasuk ke dalam kategori “Baik”.

Kemudian aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa dalam Pembelajaran quantum teaching dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Tahap Indikator Skor

Awal 1. pendahuluan 4

2. Memperhatikan tujuan pelajaran 3

Inti 2. Siswa membentuk kelompok. 3

3. Siswa menerima LKS 3

4. Masing-masing kelompok membahas masalah hasil kerja kelompok.

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

351

Akhir 1. Siswa menerima penghargaan 4

2. Siswa mendengar refleksi guru. 4

Jumlah 25

Rata-rata 71,42 %

Sumber: Hasil Penelitian di SD Negeri 44 Banda Aceh tahun 2019 (data diolah)

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap aktivitas siswa, diperoleh jumlah skor 25 dari total skor 35. Dengan demikian skor persentase aktivitas siswa adalah 71,42 %. Jadi, taraf keberhasilan aktivitas guru berdasarkan observasi pengamat termasuk ke dalam kategori “Cukup”.

Selain aktivitas guru dan siswa pada tahap akhir dilakukan tes untuk menilai kemampuan dan hasil belajar siswa. Adapun hasil belajar materi ciri-ciri makhluk hidup yang diperoleh setelah dilakukan tes siklus I dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Tes Siklus I

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Rata-rata

1 Tuntas ≥ 70 26 74,3 %

2 Tidak tuntas ≤ 70 9 25,7 %

Rata-rata 74,4

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 26 orang dengan persentase yang diperoleh adalah 74,3%, sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤ 70 sebanyak 9 orang siswa dengan persentase adalah 25,7%. Dengan demikian 74.3% siswa sudah mengalami ketuntasan dalam belajar sedangkan 25,7% masih belum tuntas. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil jika ≥ 85% siswa mendapat skor ≥ 70, maka proses pembelajaran pada siklus I belum tuntas.

Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, perlu dilakukan pembelajaran untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya untuk siklus II. Pelaksanaan siklus II ini teridiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.adapun hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Tahap Indikator Skor

Awal 1. Guru melakukan apersepsi 4

2. Menyampaikan tujuan pelajaran. 4

Inti

1. Guru membentuk siswa dalam kelompok. 4

2. Guru membagikan LKS 4

3. Guru secara kelompok membahas hasil kerja 5

Akhir 1. Guru memberikan penghargaan 4

2. Guru melakukan refleksi. 5

Jumlah 30

Rata-rata 85,71 %

(6)

352

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap aktivitas guru, diperoleh jumlah skor 30 dari total skor 35. Dengan demikian skor persentase adalah 85,71%. Jadi taraf keberhasilan aktivitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk ke dalam kategori “ Sangat Baik”.

Kemudian aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa dalam Pembelajaran quantum teaching dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Tahap Indikator Skor

Awal 1. pendahuluan 4

2. Memperhatikan tujuan pelajaran 3

Inti

1. Siswa membentuk kelompok. 4

2. Siswa menerima LKS 4

3. Siswa masing-masing kelompok membahas masalah hasil kerja kelompok.

5

Akhir 1. Siswa menerima penghargaan 4

2. Siswa mendengar refleksi guru. 5

Jumlah 29

Rata-rata 82,86 %

Sumber: Hasil Penelitian di SD Negeri 44 tahun 2019 (data diolah)

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap aktivitas siswa, diperoleh jumlah skor 29 dari total skor 35. Dengan demikian skor persentase aktivitas siswa adalah 82,86 %. Jadi, taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk ke dalam kategori “Baik”. Adapun hasil kemampuan siswa pada siklus II materi ciri-ciri khusus beberapa jenis tumbuhan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Hasil Tes Siklus II

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Rata-raa

1 Tuntas ≥ 70 32 91,4 %

2 Tidak tuntas ≤ 70 3 8,6 %

Rata-rata 87,5

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh adalah 87,5 dengan banyak siswa atas yang mendapatkan nilai ≥ 70 sebanyak 32 orang siswa dengan persentase 91,4 % sedangkan siswa yang mendapatkan nilai ≤ 70 adalah 3 orang siswa dengan persentasenya 8,6 %. Siswa yang belum tuntas belajar atau yang memperoleh nilai ≤ 70 akan diberi bimbingan setelah pembelajaran. Dengan persentase yang diperoleh sebanyak 91,4 %, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada materi cirri – cirri khusus makhluk hidup sudah mencapai ketuntasan minimal, ini berarti bahwa pembelajaran pada materi cirri – cirri makhluk hidup sudah berhasil.

(7)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

353 PEMBAHASAN

Dari temuan-temuan yang diperoleh peneliti selama melaksanakan pembelajaran pada siklus I, hasil tes akhir, hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dan siswa, peneliti mengidentifikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum menampakkan hasil yang signifikan, nilai akhir yang diperoleh siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, tes akhir yang diperoleh hanya 74,3% siswa yang mencapai ketuntasan minimal, demikian juga dari segi prosesnya belum maksimal. Oleh karena itu peneliti mengadakan kembali perbaikan pada siklus II.

Pada tindakan siklus II ini peneliti berusaha lebih maksimal, membimbing dan mengarahkan siswa kepada materi dan tujuan pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi ide mereka dalam kelompok masing-masing. Dan ternyata pembelajaran siklus II ini memperoleh hasil yang sangat memuaskan, ketuntasan kelas menunjukkan bahwa 91,4 % siswa memperoleh nilai ≥ 70, dan sudah menguasai pembelajaran dengan baik, demikian juga dengan prosesnya, pembelajaran yang dilakukan terlihat sudah mencapai hasil yang maksimal, dan nilai yang diperoleh sudah di atas 80%, dan sudah termasuk ke dalam kategori baik, dan ini menunjukkan bahwa pembelajaran

quantum teaching pada materi ciri – ciri khusus makhluk hidup telah berhasil

dilaksanakan.

Berhasilnya pembelajaran pada siklus II ini didasarkan karena siswa sudah mulai memahami tentang materi ciri – ciri khusus makhluk hidup pada siklus I, pada siklus II pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran semakin dimaksimalkan sehingga siswa mampu memecahkan berbagai masalah yang diberikan kepada mereka. Pembelajaran mereka peroleh dirasakan semakin bermakna dan mampu bertahan lama dalam ingatan siswa karena mereka bisa mengkonstruksi sendiri ide-idenya dan mampu memecahkan sendiri permasalahan yang dihadapinya, serta terlibat aktif dalam pembelajarannya.

Dari berbagai temuan selama penelitian berlangsung, dan sesuai dengan hasil pembahasan yang telah dibahas di atas, ternyata pembelajaran quantum teaching telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ciri – ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SD Negeri 44 Banda Aceh.

PENUTUP Simpulan

Model Quantum Teaching merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ciri – ciri khusus makhluk hidup. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang peneliti laksanakan di kelas VI SD Negeri 44 Banda Aceh melalui pemberian tindakan yang melibatkan siswa langsung dengan memperlihatkan bahwa sangat menyukai dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga terlihat keaktifan dan kreativitas yang sangat tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Adapun hasil penelitian pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 adalah 26 siswa dengan jumlah persentase 74,3 % dan siswa yang mendapat nilai ≤ 70 sebanyak 9 orang siswa dengan jumlah persentase adalah 25,3 %. Pada siklus II terjadi kemajuan yang

(8)

354

baik di mana jumlah siswa yang tuntas mencapai 32 orang atau 91,4 % dan ada 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 8,6 %.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ciri – ciri khusus makhluk hidup. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh guru dan siswa setelah proses pembelajaran berlangsung menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Hasil yang diperoleh berdasarkan observasi guru pengamat adalah 74,28% pada siklus I dan pada siklus II mencapai 85,71%. Kemudian pada hasil observasi aktivitas siswa 71,42% pada siklus I dan 82,86% pada siklus II

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi De Porter.,et.al..,Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa, PT. Mizan Pustaka, 2005.

Choiril Azmiyawati, 2009. IPA 4 Saling Temas (BSE). Departemen Pendidikan Nasional. De Porter Bobbi, 2005. Metode Quantum Teaching. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, 2006. Penilaian Pembelajaran Siswa. Jakarta: Cipta Karya Dimyati dan Mudjiono, 2003. Pengertian Hasil Belajar. Bandung: Alfabeta. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.

Horward Kingsley, 2002. Hasil Perubahan dari Proses Belajar. Bandung: Alfabeta. Johar, 2007. Pembelajaran Quantum Teaching. Jakarta: Rineka Cipta.

Karso, Dasar-dasar pendidikan MIPA, Jakarta: Depdiknas, 1993.

Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu, 1990. Maidiyah dkk, 2008. Kriteria Ketuntasan Minimum. Jakarta: PT. Erlangga.

Mulyana, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Nasution, Teknologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 43-44. Oemar Hamalik, 2004. Pengertian Hasil Belajar. Bandung: Alfabeta.

Peters, dalam artikel Kompetensi Mengajar (Online),

http://www.upwr.ac.id/web/download/publikasi-ilmiah/

Priyoananto, Problem Based Learning (Online) http//www.mathematic. com/php.

Rahmah Johar, dkk, Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2006.

Sudikoro, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2003 Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, Edisi 6, 2005.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2004. _________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Sukardi, Model Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Suryabrata, Dasar-Dasar Psikologi di Sekolah, Jakarta: Prima Karya, 1988.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, 1976.

Sutrisno, Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning

(9)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

355 Suyitno, Mathematic Recearch (Online), diakses melalui situs:

http//www.mathematic.transdigit.com/index.php, 20 Maret 2013. Taksonomi Bloom, 2005. Pengertian Hasil Belajar. Bandung : Alfabeta.

Yuhasriati, 2016. Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel Dengan Quantum Teaching. http://jurnal.serambimekkah.ac.id/serambi-akademika/article/view/279

Gambar

Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Tabel 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Membuat sebuah bisnis media online seperti website magazine musik dalam waktu dua bulan ternyata bisa mendapatkan respon yang baik dari audiens, asalkan ide bisnis

Latar belakang dari penelitian ini berdasarkan hasil observasi ke SD di lingkungan Cileunyi Bandung, pada umumnya pembentukan keterampilan mencari solusi alternatif dari

SRI merupakan teknologi intensifikasi pertanian yang menerapkan proses pemberdayaan petani dalam pengelolaan lahan dan air (sumberdaya manusia dan sumberdaya lahan dan air)

15.Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji,

Menurut Gagne, Wager, Goal, & Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan

Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau lebih) dengan

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

selanjutnya, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengubah paradigma di masyarakat tentang daun putri malu sebagai tanaman semak belukar menjadi tanaman obat