• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Putih Sanitasi II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

`

2.1

Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Nunukan merupakan salah satu dari 14 Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU No. 7 tahun 2000. Luas wilayah Kabupaten Nunukan adalah 14.263,68 km², dan terletak pada posisi 3º15’00” - 4º24’ 55” Lintang Utara - 115º22’30” – 118º44’ 55” Bujur Timur dengan panjang garis perbatasan langsung dengan Negara tetangga sepanjang 520.724,43 km.

Kabupaten Nunukan merupakan wilayah yang 13 kecamatannya terletak pada garis perbatasan antara Republik Indonesia dengan Malaysia (Sabah dan Serawak). Dengan posisi yang strategis tersebut menjadikan wilayah Kabupaten Nunukan sebagai cermin dan halaman depan dari berbagai aktivitas perekonomian lintas batas atau antar negara, sehingga dengan demikian perlu mendapat perhatian khusus, terutama terhadap penanganan berbagai permasalahan yang timbul yang terkait dengan eksistensi wilayah perbatasan.

Batas-batas wilayah Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Sabah (Malaysia)

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Serawak (Malaysia). 2.1.2 Kondisi Topografi

Morfologi wilayah Kabupaten Nunukan berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit dan bergelombang. Berdasarkan Topografinya Kabupaten Nunukan berada di ketinggian antara 0-100 dpl dan hampir 50,25% berada di ketinggian 0-100 dpl. Umumnya terletak di dekat Sungai sekitar 10,87% berada di ketinggian 100-500 dpl dan 19,98% berada di ketinggian 500 -1000 dpl. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

(2)

Buku Putih Sanitasi II - 2

Tabel. 2.1

Topografi di Kabupaten Nunukan

No Topografi (dpl) Luas (Km²) Presentase (%)

1 0 – 100 716,808 50,25 2 100 – 500 155,112 10,87 3 500 – 1.000 284,981 19,98 4 1.000 – 1.500 269,221 18,87 5 1.500 – 2.000 246 0,02 Jumlah 1.426,368 100

Sumber : Buku Profil Tahun 2011

Untuk kawasan perbukitan terjal terdapat di sebelah utara bagian barat, perbukitan sedang di bagian tengah dan dataran bergelombang landai di bagian timur memanjang hingga ke pantai sebelah timur. Perbukitan terjal di sebelah utara merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian 1.500 m-3.000 m di atas permukaan laut. Kemiringan untuk daerah dataran tinggi berkisar antara 8 - 15%, sedangkan untuk daerah perbukitan memiliki kemiringan yang sangat terjal, yaitu di atas 15%. Dengan demikian kemiringan rata-rata berkisar antara 0 - 50%.

Gambar 2.1

Persentase Penyebaran dan Luas Ketinggian

Berdasarkan kondisi hidrologinya, Kabupaten Nunukan dipengaruhi oleh sekitar 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan 17 pulau, Sungai terpanjang adalah Sungai Sembakung dengan panjang 278 km, sedangkan Sungai Tabut merupakan sungai terpendek dengan panjang 30 km. Sungai ini memiliki Peranan yang cukup penting

0 - 100 m 50,25% 100 - 500 m 10,87% 500 - 1.000 m 19,98% 1.000 - 1.500 m 18,87% 1.500 - 2.000 m 0,02%

(3)

Buku Putih Sanitasi II - 3

sebagai sarana Transportasi Air (mobilisasi penduduk, hasil pertanian dan perdagangan) di Kabupaten Nunukan, Sungai – sungai meliputi :

Tabel 2.2

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kab.Nunukan

Nama DAS Panjang (Km)

Sembakung 278 Sulunan 52 Sumalungun 42 Sepadaan 32 Itay 146 Sebuku 115 Agisan 62 Tikung 50 Tabut 30 Simanggaris 36

Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012

Peta 2.1

Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kab.Nunukan

2.1.3 Kondisi Klimatologi

Proses penggantian panas dan uap air antara bumi dan atmosfir dalam jangka waktu yang lama menghasilkan suatu keadaan yang dinamakan iklim.

Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara.

Kabupaten Nunukan berada di wilayah khatulistiwa yang memiliki iklim tropis, sehingga mengalami 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan serta dipengaruhi oleh angin muson, yaitu Muson Barat pada bulan Nopember-April dan angin Muson Timur pada bulan Mei-Oktober.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Nunukan pada tahun 2011, Nunukan mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,10C. Suhu udara terendah 22,30C terjadi pada bulan Juli, dan tertinggi 31,40C pada bulan Desember. Suhu udara Nunukan yang cenderung panas dipengaruhi oleh topografi Pulau Nunukan yang dikelilingi laut.

Walaupun mengalami suhu udara yang cukup panas, namun karena diimbangi oleh wilayah hutan yang cukup luas, Pulau Nunukan mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2011 kelembaban udara berkisar antara 47,0%

(4)

Buku Putih Sanitasi II - 4

sampai dengan 100,0%. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 259,8 mm, dengan curah hujan tertinggi 446,2 mm pada bulan Agustus dan terendah 121,6 mm pada bulan November.

Tabel 2.3

Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Kabupaten Nunukan 2011

Bulan Curah Hujan

(mm) Banyaknya Curah Hujan Januari 151,1 23 Februari 258,6 21 Maret 216,9 27 April 312,7 22 Mei 329,7 26 Juni 318,1 21 Juli 328,0 20 Agustus 446,2 23 September 149,4 21 Oktober 206,2 22 November 121,6 23 Desember 279,5 20 Rata-rata 259,8 22

Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012

Tabel 2.4

Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Dan Penyinaran Matahari Stasiun MeteorologiKabupaten Nunukan 2011

Bulan Tekanan Udara

(mb) Kecepatan Angin (knots) Penyinaran Matahari (%) Januari 1007,5 3,3 54 Februari 1008,3 3,8 50 Maret 1008,3 2,9 44 April 1008,6 3,7 66 Mei 1008,6 3,2 52 Juni 1008,5 2,6 52 Juli 1008,5 3,0 64 Agustus 1008,9 3,3 61 September 1009,2 3,3 58 Oktober 1009,0 3,1 67 November 1008,0 2,9 52 Desember 1007,6 3,5 50 Rata-rata 1008,4 3,2 56

(5)

Buku Putih Sanitasi II - 5

Rata-rata kecepatan angin mengalami perubahan dari tahun lalu, yaitu menjadi 3,2 knots. Persentase penyinaran matahari rata-rata 56%, terendah 44% pada bulan Maret sedangkan tertinggi mencapai 67% terjadi pada bulan Oktober

2.1.4 Administratif

Secara administratif, sejak Tahun 2011 Wilayah Kabupaten Nunukan terbagi atas 15 kecamatan yang sebelumnya hanya 9 kecamatan dan terdiri dari 240 desa. Kecamatan Lumbis Ogong merupakan kecamatan dengan wilayah terluas, yaitu 3.357,01 km2 atau sekitar 23,56% dari luas Kabupaten Nunukan. Selain itu, kecamatan ini juga memiliki jumlah desa terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu sebanyak 49 desa. Sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Sebatik Utara, yaitu 15,39 km2 atau sekitar 0,11% dari luas Kabupaten Nunukan.

Kecamatan Nunukan yang juga merupakan ibukota kabupaten memiliki luas wilayah 564,50 km2 atau sekitar 3,96% dari luas wilayah Kabupaten Nunukan.

Tabel 2.5

Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa

NO Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa Luas Wilayah Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total

1 Krayan 65 183.474 12.88 -- -- 2 Krayan Selatan 24 175.766 12.34 -- -- 3 Lumbis 28 29.023 2.04 -- -- 4 Lumbis Ogong 49 335.701 23.56 -- -- 5 Sembakung 18 204.266 14.34 -- -- 6 Nunukan 5 56.450 3.96 -- -- 7 Sei Menggaris 9 85.048 5.97 -- -- 8 Nunukan Selatan 4 18.177 1.28 -- -- 9 Sebuku 4 160.848 11.29 -- -- 10 Tulin Onsoi 12 151.336 10.62 -- -- 11 Sebatik 4 5.107 0.36 -- -- 12 Sebatik Timur 4 3.917 0.27 -- -- 13 Sebatik Tengah 4 4.771 0.33 -- -- 14 Sebatik Utara 4 1.539 0.11 -- -- 15 Sebatik Barat 3 9.327 0.65 -- -- Jumlah 240 1.424.750 100.00 -- --

(6)

Buku Putih Sanitasi II - 6

Peta 2.2

Peta Administrasi Kabupaten Nunukan (ukuran A3)

2.2

Demografi

Pembangunan di suatu wilayah tidak terlepas dari peran serta penduduknya sebagai subjek pembangunan, demikian pula dengan pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Nunukan. Jumlah penduduk yang besar di satu sisi merupakan suatu potensi yang dapat mendorong keberhasilan suatu pembangunan jika kuantitas tersebut juga diimbangi dengan kualitas yang tinggi pula. Namun disisi lain jumlah penduduk yang tinggi dapat pula menimbulkan suatu masalah jika penyebarannya kurang merata. Otonomi daerah dan pemekaran wilayah diharapkan dapat meningkatkan potensi dan peran penduduk sebagai subjek pembangunan serta mengurangi masalah kepadatan dan mobilitas penduduk.

Perlu diketahui sumber data penduduk yang diambil dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) ini digunakan untuk melakukan study ehra sebagai data dasar penentuan kriteria kepadatan penduduk yang diperlukan sampai tingkat kelurahan/desa. Informasi ini hanya ada dalam sumber data yang disajikan oleh Disdukcapil. Adapun gambaran jumlah penduduk 4 tahun terakhir seperti terlihat dalam tabel 2.6 berikut:

(7)

Buku Putih Sanitasi II - 7

Tabel. 2.6

Jumlah Penduduk 4 Tahun Terakhir (2009 – 2012)

Nama

Kecamatan (Km2) Luas

Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK Pertumbuhan (%) Tingkat Kepadatan/Km2

Tahun Tahun Tahun Tahun

2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 Krayan 1.834,74 6.826 7.820 8.569 10.834 1.757 2.034 2.252 3.246 0,20 0,76 0,45 1,17 3,72 4,26 4,67 5,90 Krayan Selatan 1.757,66 2.211 2.489 3.017 2.981 504 565 694 697 0,01 0,21 0,32 -0,02 1,26 1,42 1,72 1,70 Lumbis 290,23 9.616 10.931 11.754 6.779 2.329 2.692 2.966 1.801 0,08 1,01 0,49 -2,58 33,13 37,66 40,50 23,36 Lumbis Ogong 3.357,01 - - - 5.634 - - - 1.387 - - - 2,92 -

-

- 1,68 Sembakung 2.042,66 7.374 9.581 10.709 11.261 1.769 2.333 2.726 2.911 0,00 1,69 0,68 0,29 3,61 4,69 5,24 5.51 Nunukan 564,50 52.820 70.125 79.818 74.455 12.564 17.886 21.684 20.689 8,90 13,29 5,81 -2,78 93,57 124.22 141,40 131,90 Sei Menggaris 850,48 - - - 10.258 - - - 2.847 - - - 5,32 - - - 12,06 Nunukan Selatan 181,77 12.298 15.086 16.545 18.031 2.694 3.539 3.993 4.693 2,71 2,14 0,87 0,77 67,66 82,99 91,02 99,20 Sebuku 1.608,48 9.246 14.780 17.311 11.662 2.277 3.674 4.398 3.020 0,13 4,25 1,52 -2,93 5,75 9,19 10,76 7,25 Tulin Onsoi 1.513,36 - - - 8.398 - - - 2.239 - - - 4,35 - - - 5,55 Sebatik 51,07 18.717 23.387 29.149 6.510 4.314 5.475 7.124 1.668 0,39 3,59 3,45 -11,73 366,50 457,94 570,77 127,47 Sebatik Timur 39,17 - - - 16.235 - - - 4.139 - - - 8,41 - - - 414,47 Sebatik Tengah 47,71 - - - 8.971 - - - 2.207 - - - 4,65 - - - 188,03 Sebatik Utara 15,39 - - - 8.817 - - - 2.224 - - - 4,57 - - - 572,90 Sebatik Barat 93,27 11.133 12.751 16.085 9.824 2.462 2.889 3.761 2.396 0,34 1,24 2,00 -3,24 119,36 136,71 172,46 105,32 Jumlah 14.247,50 130.241 166.950 192.957 210.650 30.690 41.087 49,598 56.164 12,76 28,19 15,58 9,17 9,14 11,72 13,54 14,78 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2012

(8)

Buku Putih Sanitasi II - 8

Dari tabel diatas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan tiap tahunnya, pada tahun 2012 meningkat menjadi 210.650 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 192.957 jiwa dan tahun 2010 sebanyak 166.950 jiwa.

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Nunukan dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat migrasi (penduduk datang dan pergi) yang dipengaruhi oleh semakin meningkatnya berbagai fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat, dengan dibukanya lapangan kerja di sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit dan industri pengolahan kayu serta sektor jasa. Hal ini merupakan dampak keberhasilan pembangunan sehingga menarik minat pendatang baru untuk tinggal di kabupaten ini.

Dalam perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Nunukan, perlu adanya dasar perhitungan untuk memperkirakan jumlah penduduk selama 5 tahun yang akan datang, dan disepakati perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut:

Di mana: Pt = Jumlah penduduk tahun ke t

Po = Jumlah Penduduk awal (tahun sebelumnya) R = Rata – rata pertumbuhan penduduk

t = Waktu (5)

Perhitungan didasarkan pada laju pertumbuhan penduduk rata-rata dalam periode 2009 –

2012 sebesar 16,42 %, dengan hasil proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2013 - 2017 seperti terlihat pada Tabel 2.7 berikut:

(9)

Buku Putih Sanitasi II - 9

Tabel. 2.7

Proyeksi Penduduk 5 Tahun ke depan (2013 – 2017)

Nama

Kecamatan (Km2) Luas

Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) Tingkat Kepadatan/Km2

Tahun Tahun Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 Krayan 1.834,74 12,613` 17,095 26,975 49,552 105,975 0.84 1.83 2.97 4.30 5.86 6.87 9.32 14.70 27.01 57.76 Krayan Selatan 1.757,66 3,470 4,704 7,422 13,634 29,159 0.23 0.50 0.82 1.18 1.61 1.97 2.68 4.22 7.76 16.59 Lumbis 290,23 7,892 10,697 16,878 31,006 66,310 0.53 1.14 1.86 2.69 3.66 27.19 36.86 58.16 106.83 228.47 Lumbis Ogong 3.357,01 6,559 8,890 14,028 25,769 55,110 0.44 0.95 1.55 2.24 3.05 1.95 2.65 4.18 7.68 16.42 Sembakung 2.042,66 13,110 17,769 28,038 51,505 110,152 0.88 1.90 3.09 4.47 6.09 6.42 8.70 13.73 25.21 53.93 Nunukan 564,50 86,681 117,483 185,379 340,541 728,296 5.80 12.56 20.43 29.58 40.25 153.55 208.12 328.39 603.26 1,290.16 Sei Menggaris 850,48 11,942 16,186 25,540 46,918 100,341 0.80 1.73 2.81 4.08 5.54 14.04 19.03 30.03 55.17 117.98 Nunukan Selatan 181,77 20,992 28,451 44,894 82,470 176,374 1.41 3.04 4.95 7.16 9.75 115.48 156.52 246.98 453.70 970.31 Sebuku 1.608,48 13,577 18,402 29,036 53,340 114,074 0.91 1.97 3.20 4.63 6.30 8.44 11.44 18.05 33.16 70.92 Tulin Onsoi 1.513,36 9,777 13,251 20,909 38,411 82,147 0.65 1.42 2.30 3.34 4.54 6.46 8.76 13.82 25.38 54.28 Sebatik 51,07 7,579 10,272 16,209 29,775 63,679 0.51 1.10 1.79 2.59 3.52 148.40 201.14 317.38 583.03 1,246.89 Sebatik Timur 39,17 18,901 25,617 40,422 74,255 158,806 1.27 2.74 4.45 6.45 8.78 482.53 654.01 1,031.96 1,895.72 4,054.27 Sebatik Tengah 47,71 10,444 14,155 22,336 41,031 87,752 0.70 1.51 2.46 3.56 4.85 218.91 296.70 468.16 860.02 1,839.27 Sebatik Utara 15,39 10,265 13,912 21,953 40,327 86,245 0.69 1.49 2.42 3.50 4.77 666.98 903.99 1,426.42 2,620.34 5,603.97 Sebatik Barat 93,27 11,437 15,501 24,460 44,933 96,095 0.77 1.66 2.70 3.90 5.31 122.62 166.20 262.25 481.75 1,030.29 Jumlah 14.247,50 245,239 332,387 524,478 963,468 2,060,513 16.42 35.54 57.79 83.70 113.86 17.21 23.33 36.81 67.62 144.62

(10)

Buku Putih Sanitasi II - 10

2.3

Keuangan dan Perekonomian Daerah

Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Nunukan adalah bahwa "Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarsakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi, diwujudkan APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah." Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Nunukan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini.

(11)

Buku Putih Sanitasi II - 11

Tabel 2.8

Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten NunukanTahun 2008 – 2012

No Realisasi Anggaran Tahun pertumbuhan Rata2

2008 2009 2010 2011 2012

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 991,115,167,563.49 849,965,318,423.29 916,405,867,934.98 1,357,200,132,973.93 1,560,302,337,931.51 14.16

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 37,407,378,448.49 49,052,693,072.29 34,871,930,504.98 44,892,410,248.93 75,985,524,251.51 25.05 a.1.1 Pajak daerah 1,894,824,480.50 1,769,872,948.17 1,876,767,964.00 4,080,500,475.81 4,354,820,473.96 30.90 a.1.2 Retribusi daerah 7,429,429,196.00 7,479,761,190.00 8,241,648,389.00 3,893,508,480.00 2,334,793,299.00 (20.48) a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 4,402,878,027.71 5,738,441,854.92 4,138,869,801.80 4,533,946,756.34 3,344,673,436.96 (3.56) a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 23,680,246,744.28 34,064,617,079.20 20,614,644,350.18 32,384,204,536.78 65,951,237,041.59 41.28 a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 855,279,799,715.00 707,427,922,451.00 799,635,180,530.00 1,166,232,434,225.00 1,338,134,657,280.00 14.08

a.2.1 Dana bagi hasil 683,189,417,715.00 529,728,410,451.00 710,196,132,330.00 852,370,265,585.00 998,848,013,280.00 12.20 a.2.2 Dana alokasi umum 145,618,382,000.00 124,384,512,000.00 47,858,848,200.00 240,123,668,640.00 296,210,334,000.00 87.25 a.2.3 Dana alokasi khusus 26,472,000,000.00 53,315,000,000.00 41,580,200,000.00 73,738,500,000.00 43,076,310,000.00 28.79 a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 98,427,989,400.00 93,484,702,900.00 81,898,756,900.00 146,075,288,500.00 146,182,156,400.00 15.25

a.3.1 Hibah 0 3,769,950,000.00 0 0 0 (25.00)

a.3.2 Dana darurat 0 0 0 0 0 0

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 13,168,177,000.00 14,417,422,900.00 30,104,669,400.00 56,062,159,000.00 62,247,920,000.00 53.89 a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 26,454,812,400.00 5,000,000,000.00 2,351,887,500.00 20,581,429,500.00 20,033,133,000.00 159.59 a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 58,805,000,000.00 70,297,330,000.00 49,442,200,000.00 69,431,700,000.00 63,901,103,400.00 5.59

(12)

Buku Putih Sanitasi II - 12

B Belanja (b1 + b.2) 967,313,269,582.26 1,035,820,307,005.28 779,538,383,738.76 1,037,267,041,905.53 1,197,643,582,422.66 7.72

b.1 Belanja Tidak Langsung 165,074,932,090.45 512,916,544,679.68 269,525,039,444.17 318,947,109,633.69 350,176,988,161.04 47.85

b.1.1 Belanja pegawai 135,240,626,130.45 272,578,492,794.00 210,424,645,988.00 243,799,878,354.00 282,385,072,236.23 27.61

b.1.2 Bunga 0 218,664,584,343.84 0 0 0 (25.00)

b.1.3 Subsidi 0 0 8,170,636,500.00 7,730,032,000.00 10,014,806,700.00 6.04

b.1.4 Hibah 750,000,000.00 9,725,200,000.00 19,521,054,189.07 27,487,454,570.14 12,929,528,450.00 321.32 b.1.5 Bantuan sosial 16,084,218,550.00 11,942,871,541.84 10,297,202,767.10 12,251,164,500.00 10,466,592,500.00 (8.78)

b.1.6 Belanja bagi hasil 0 0 0 0 0 0

b.1.7 Bantuan keuangan 11,841,279,550.00 0 11,991,500,000.00 26,741,567,967.70 33,854,284,774.81 12.40 b.1.8 Belanja tidak terduga 1,158,807,860.00 5,396,000.00 120,000,000.00 937,012,241.85 526,703,500.00 665.35 b.2 Belanja Langsung 802,238,337,491.81 522,903,762,325.60 519,013,344,294.59 718,319,932,271.84 847,466,594,261.62 5.20

b.2.1 Belanja pegawai 55,796,690,435.00 0 77,525,219,702.00 90,620,153,375.00 123,607,711,738.00 (11.68) b.2.2 Belanja barang dan jasa 149,091,980,905.22 0 136,679,110,565.56 180,404,860,078.67 259,632,425,496.68 (6.02) b.2.3 Belanja modal 597,349,666,151.59 522,903,762,325.60 304,809,014,027.03 447,294,918,818.17 464,226,457,026.94 (0.91) C Pembiayaan 221,590,597,172.05 237,259,610,679.87 50,446,803,703.92 184,276,858,989.99 504,209,950,058.39 91.81

Surplus / Defisit Anggaran 23,801,897,981.23 ( 185,854,988,581.99 ) 136,867,484,196.22 319,933,091,068.40 362,658,755,508.85 (226.84)

(13)

Buku Putih Sanitasi II - 13

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kabupaten Nunukan dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, terutama di dana lain – lain pendapatan yang sah, sedangkan untuk penerimaan pembiayaan mengalami fluktuasi. Pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nunukan masih membutuhkan dana bantuan dari pemerintah pusat (APBN) untuk membiayai pembangunannya. Sedangkan dari sisi pembelanjaan, belanja langsung memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan belanja tidak langsung.

Adapun realisasi anggaran belanja modal sanitasi Kabupaten Nunukan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.10

Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Nunukan 2008 – 2012

No SKPD Tahun pertumbuhan Rata2

2008 2009 2010 2011 2012

1 DPU-Cipta Karya 1,552,560,860 1.a Investasi 1,552,560,860 1.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 2 Badan Lingkungan Hidup 5,000,000

2.a Investasi 5,000,000 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 3 DKPP 3,319,761,799 3.a Investasi 2,929,668,180 3.b operasional/pemeliharaan (OM) 390,093,619 4 Dinas Kesehatan 762,157,193 4.a Investasi 762,157,193 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 5 Bappeda -- 5.a Investasi -- 5.b operasional/pemeliharaan (OM) --

6 DinasTata Ruang & Kota --

6.a Investasi --

6.b operasional/pemeliharaan (OM) --

7 Dinas Pendidikan 96,384,000

7.a Investasi 49,604,000

7.b operasional/pemeliharaan (OM) 46,780,000 8 Kantor Kesatuan Bangsa 6,914,455,927 8.a Investasi 6,914,455,927 8.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 12,650,319,779

9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 12,213,446,160

10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) 436,873,619

11 Belanja Langsung 802,238,337,491

(14)

Buku Putih Sanitasi II - 14

13 Proporsi Investasi Sanitasi –

Total Belanja Sanitasi (9/8) 96.95%

14 Proporsi OM Sanitasi – Total

Belanja Sanitasi (10/8) 3.05%

Sumber : DP2KD tentang Realisasi APBD tahun 2008 -2012, diolah

Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi

Tabel 2.11

Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Nunukan 2008 – 2012

No D e s k r i p s i Tahun Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012

1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 12,650,319,779

2 Jumlah Penduduk (BPS) 129,011 132,543 140,841 146,286

Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 92,560

Sumber : APBD dan BPS, diolah

Posisi pendapatan yang masih didominasi oleh dana perimbangan berkorelasi dengan kemampuan fiskal Kabupaten Nunukan yang mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Walaupun demikian, APBD Kabupaten Nunukan masih memerlukan bantuan dana dari Pemerintah Pusat untuk membiayai pembangunannya. Adapun data kapasitas fiskal Kabupaten Nunukan dapat dilihat pada tabel 2.12 dibawah ini.

Tabel 2.12

Data Kapasitas Fiskal Kabupaten Nunukan tahun 2008 – 2012 Tahun Indeks Kapasitas Fiskal Kategori

2008 2,7898 Sangat Tinggi

2009 4,5025 Sangat Tinggi

2010 2,9272 Sangat Tinggi

2011 3,1490 Sangat Tinggi

2012 4,6281 Sangat Tinggi

Sumber : Kementerian Keuangan Tahun 2008 - 2012

Keberhasilan suatu pembangunan dibidang ekonomi salah satu tolok ukurnya dengan melihat pertumbuhan angka produk domestik regional bruto (PDRB). Dari tahun ke tahun, PDRB (tanpa migas) Kabupaten Nunukan atas dasar harga konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan PDRB tersebut diikuti pula oleh peningkatan pendapatan perkapita (PDRB per kapita). Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang pada tahun 2011 sebesar 6,38% tanpa migas, hal ini

(15)

Buku Putih Sanitasi II - 15

dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tambah dari sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai PDRB, seperti terlihat pada tabel 2.13:

Tabel 2.13

Data Perekonomian Kabupaten Nunukan tahun 2007 – 2011

No D e s k r i p s i Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Juta Rp.) 992.103 1.139.237 1.208.692 1.303.850 1.387.035 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 7,899,852.69 8,830,541.58 9,119,244.32 9,257,602.54 9,481,666.05 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 17,12 14,83 6,10 7,87 6,38

Sumber : Nunukan Dalam Angka 2012, diolah

2.4

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan 2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai:

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;

3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten;dan

4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : a. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Karakteristik wilayah kabupaten;

c. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi;

(16)

Buku Putih Sanitasi II - 16

3) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang

diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan 4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut:

a) pengembangan sentra-sentra pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan terkait pengembangan agroindustri;

b) pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem pelayanan sarana dan prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis;

c) pemantapan fungsi kawasan lindung sebagai penyeimbang ekosistem wilayah;

d) pemanfaatan potensi sumberdaya alam dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; dan

e) peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

2.4.2 Kawasan Rawan Bencana (Zona N5)

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

Di wilayah Kabupaten Nunukan, kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi terdiri dari: kawasan rawan banjir, kawasan rawan longsor, bencana gelombang pasang, bencana angin topan, bencana kebakaran, dan bencana kekeringan.

A. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut.

Kawasan rawan banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman. Untuk daerah yang sudah terbangun, hendaknya diadakan penyuluhan akan bahaya yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang dan secara bertahap dan terencana permukiman dipindahkan. Kegiatan lain yang berdampak dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase di kawasan ini dilarang, sedangkan pembangunan fisik berupa pengembangan saluran drainase diutamakan.

(17)

Buku Putih Sanitasi II - 17

B. Kawasan Rawan Bencana Erosi/Longsor

Kawasan rawan bencana alam rawan erosi/longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah.

Kawasan rawan erosi/longsor tertutup bagi permukiman, persawahan, tanaman semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan. Permukiman yang terletak pada kawasan ini segera dipindahkan ke tempat lain secara terencana. Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya bencana alam erosi, tanah longsor dilakukan kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan, penyuluhan dan lain-lain, terutama pada kawasan rawan bencana dan daerah-daerah yang berkaitan. C. Kawasan Rawan Bencana Lain

Kawasan rawan bencana lain yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Nunukan adalah bencana gelombang pasang, bencana angin topan, bencana kebakaran (kebakaran bangunan, kebakaran hutan, kebakaran kebun), bencana rawan gempa dan bencana kekeringan, rawan limbah industri, polusi. Kawasan bencana ini umumnya bersifat temporer, baik secara lokasi maupun waktu. Namun demikian, pada kawasan-kawasan yang mempunyai kecenderungan terjadi bencana ini, sedapat mungkin diadakan pembatasan dalam kegiatan budidaya, khususnya permukiman. Mekanisme dan prosedur pengungsian penduduk perlu dilakukan sedini mungkin.

Peta 2.3

Rencana Pusat Layanan Kabupaten Nunukan (ukuran A3)

Peta 2.4

Rencana Pola Ruang Kabupaten Nunukan (ukuran A3)

2.5

Sosial dan Budaya

Pendidikan merupakan dimensi pembentuk dan penentu kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat secara merata dan menyeluruh dilaksanakan dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun, kejar paket A, B, C dan GNOTA. Tolok ukur umum yang bisa digunakan untuk melihat keberhasilan pendidikan di suatu wilayah adalah penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, baik gedung sekolah maupun tenaga pengajar dan rasio murid terhadap guru.

(18)

Buku Putih Sanitasi II - 18

Salah satu penunjang keberhasilan pendidikan adalah tersedianya tenaga pengajar yang memadai untuk setiap jenjang pendidikan. Rasio murid-guru merupakan salah satu indikator yang menggambarkan beban kerja seorang guru terhadap muridnya. Rasio murid-guru juga mencerminkan mutu pendidikan di kelas, karena semakin besar angka rasio murid-guru berarti beban kerja seorang guru semakin berat pula, dan pengawasan atau kontrol yang dilakukan akan berkurang.

Secara umum sejak tahun pembelajaran 2000/2001 hingga 2011/2012 jumlah sarana sekolah dari jenjang TK hingga SMU/SMK, baik negeri maupun swasta yang berada di bawah Diknas secara kuantitatif mengalami perkembangan. Pada tahun 2011 sarana pendidikan yang tercatat di Kabupaten Nunukan terdiri dari 35 Taman Kanak-kanak, 125 Sekolah Dasar Negeri, 17 Sekolah Dasar Swasta, 38 SLTP Negeri, 9 SLTP Swasta, 8 SMU Negeri, 8 SMU Swasta , 4 SMKN, dan 1 SMK Swasta.

Selain fasilitas pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, di Kabupaten Nunukan juga terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ibnu Khaldun yang membuka kegiatan perkuliahan di Kabupaten Nunukan dengan jumlah mahasiswa 344 orang dan memiliki 25 orang tenaga pengajar. Keberadaan perguruan tinggi ini diharapkan mampu mendorong minat para siswa untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Adapun gambaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Nunukan dapat dilihat pada tabel 2.14 dibawah ini:

Tabel 2.14

Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Nunukan

Nama Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Swasta SD SLTP SMA SMK SD SLTP SMA SMK 1. Krayan 21 4 1 1 - - 1 - 2. Krayan Selatan 6 3 - - - - 1 - 3. Lumbis 20 5 1 - - - - - 4. Lumbis Ogong - - - - 5. Sembakung 18 6 1 - - - - - 6. Nunukan 18 5 1 1 5 5 4 - 7. Sebuku 18 5 1 1 1 - - - 8. Nunukan Selatan 5 3 1 - 3 2 - - 9. Sei Menggaris - - - - 10. Tulin Onsoi - - - - 11. Sebatik 9 4 1 - 5 2 2 1 12. Sebatik Barat 10 3 1 1 3 - - - 13. Sebatik Tengah - - - - 14. Sebatik Timur - - - -

(19)

Buku Putih Sanitasi II - 19

15. Sebatik Utara - - - - Jumlah 2011/2012 125 38 8 4 17 9 8 1 2010/2011 125 38 8 4 19 9 8 - 2009/2010 125 39 7 2 17 8 8 -

Sumber : Kab. Nunukan Dalam Angka, 2012

Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi pembangunan yang sangat menentukan kerberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan dalam aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM usia produktif banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya mengakibatkan terbentuknya permasalahan sosial yang memerlukan perhatian tersendiri. Masalah yang terkait dengan proses pembangunan di Kabupaten Nunukan adalah masalah mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan.

Tingginya angka mobilitas penduduk dari luar daerah ke Kabupaten Nunukan akan membawa persoalan baru dibidang ketenagakerjaan. Masuknya penduduk luar daerah ke Kabupaten Nunukan merupakan konsekuensi dari karakteristik Kabupaten Nunukan sebagai Kota Kabupaten serta Kabupaten Nunukan Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa. Persoalan ini membawa dampak pada beban kota untuk menampung keberadaan mereka. Apalagi jika kaum pendatang tidak mempunyai bekal pendidikan dan skill yang memadai, sehingga akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Nunukan. Data jumlah penduduk miskin per kecamatan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.15 berikut:

Tabel 2.15

Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Tahun 2012

Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin

(jiwa) 1. Krayan 319 2. Krayan Selatan 195 3. Lumbis 1.272 4. Lumbis Ogong 1.894 5. Sembakung 1.633 6. Nunukan 4.619 7. Sei Menggaris 630 8. Nunukan Selatan 1.814 9. Sebuku 1.317 10. Tulin Onsoi 1.112 11. Sebatik 1.542 12. Sebatik Timur 963 13. Sebatik Tengah 987

(20)

Buku Putih Sanitasi II - 20

14. Sebatik Utara 826

15. Sebatik Barat 1.098

Jumlah 20.221

Sumber : Bappeda, 2012

Dalam hal kepemilikan rumah/tempat tinggal masyarakat di Kabupaten Nunukan belum ada informasi atau sumber data yang menyajikan mengenai hal tersebut.

Tabel 2.16

Jumlah Rumah Per Kecamatan Tahun 2012

Nama Kecamatan Jumlah Rumah

1. Krayan -- 2. Krayan Selatan -- 3. Lumbis -- 4. Lumbis Ogong -- 5. Sembakung -- 6. Nunukan -- 7. Sei Menggaris -- 8. Nunukan Selatan -- 9. Sebuku -- 10. Tulin Onsoi -- 11. Sebatik -- 12. Sebatik Timur -- 13. Sebatik Tengah -- 14. Sebatik Utara -- 15. Sebatik Barat -- Jumlah --

Sumber : Tidak ada

2.6

Kelembagaan Pemerintah Daerah

2.6.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah

Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Nunukan disusun berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 20 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 22 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Badan Pengelola Perbatasan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten

(21)

Buku Putih Sanitasi II - 21

Nunukan Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dan Peraturan Daerah Kabupaten No. 24 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Nunukan terdiri dari 14 Dinas Daerah, 9 Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Lain yaitu Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Pengelola Perbatasan Daerah, serta terdiari dari 15 Kecamatan, 8 Kelurahan dan 232 Desa yang bertanggung jawab kepada Bupati Nunukan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan. Secara lengkap, Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Nunukan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(22)

Buku Putih Sanitasi II - 13

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan

SEKRETARIS DAERAH

ASISTEN TATA PEMERINTAHAN 1. Bagian Pemerintahah 2. Bagian Hukum

3. Bagian Penataan Perbatasan

ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN 1. Bagian Ekonomi

2. Bagian Pembangunan 3. Bagian Kesejahteraan rakyat

ASISTEN ADMINISTRASI 1. Bagian Organisasi 2. Bagian Umum

3. Bagian Humas dan Protokol

DINAS – DINAS DAERAH 1. Dinas Pekerjaan Umum

2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Pendidikan

4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

5. Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah 6. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga

7. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran

8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 9. Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi 10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM 11. Dinas Perikanan dan Kelautan

12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 13. Dinas Pertanian dan Peternakan 14. Dinas Pertambangan dan Energi

LEMBAGA TEKNIS DAERAH 1. Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah 2. Badan Kepagawaian dan Diklat

3. Badan Lingkungan Hidup

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes 5. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

6. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah

7. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

8. Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

9. RSUD

LEMBAGA LAIN 1. Satpol Pamong Praja 2. Badan Penanggulangan Bencana 3. Badan Pengelola Perbatasan Daerah KECAMATAN 1. Krayan 2. Krayan Selatan 3. Lumbis 4. Lumbis Ogong 5. Sembakung 6. Nunukan 7. Sei Menggaris 8. Nunukan Selatan 9. Sebuku 10. Tulin Onsoi 11. Sebatik 12. Sebatik Timur 13. Sebatik Tengah 14. Sebatik Utara 15. Sebatik Barat KELURAHAN/DESA Terdiri dari: 8 Kelurahan dan 232 desa KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT DPRD 1. Bagian Persidangan &

Perundangan 2. Bagian Umum

3. Bagian Humas & Protokol STAF AHLI BUPATI

(23)

Buku Putih Sanitasi II - 14

2.6.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi

Dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Nunukan, beberapa satuan kerja perangkat daerah terlibat di dalamnya dan melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Secara ringkas, hubungan kerja SKPD yang terlibat dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Nunukan digambarkan dalam Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi

Keterangan :

: SKPD yang langsung menangani sanitasi : SKPD yang tidak langsung menangani sanitasi BAPPEDA Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah DINAS PEKERJAAN UMUM Bidang Cipta Karya

DINAS KESEHATAN Bidang Kesehatan Masyarakat DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Bidang Pendataan dan Informasi Penduduk DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN DAN PEMADAM KEBAKARAN Bidang Kebersihan BUPATI

Gambar

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan
Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menghasilkan aplikasi Sistem Informasi Geografis berbasis web ini dibutuhkan data spasial masing-masing lokasi pelayanan kesehatan, penelitian ini difokuskan pada

Berangkat dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimanakah pandangan teungku dayah salafi di Aceh Besar terhadap pengertian ulil

Laporan keuangan yang diperbandingkan dalam beberapa periode akan lebih bermanfaat dan membantu bagi pihak yang berkepentingan dalam menganalisis perkembangan koperasi,

Menghukum Penggugat rekonpensi dan Tergugat rekonpensi untuk me- laksanakan pembagian harta bersama pada diktum angka 2.2 di atas de- ngan bagian seperti diktum angka 3 di

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penalaran matematika siswa kelas V SD N Karangayu 02 Kota Semarang

Volatilitas nilai tukar rupiah dan melemahnya perekonomian dunia yang dipicu oleh lesunya kinerja ekonomi Amerika tentunya juga akan berpengaruh pada kinerja ekspor

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan kekayaan dan aset yang paling utama bagi perusahaan untuk menunjang

“Peneliti mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses mengembangankankartu uno akuntansi sebagai media pengayan pada materi Pajak