Perencanaan
Pengembangan
Wilayah - 6
Tetty Harahap, S.T., M.Eng Univ. Indo Global Mandiri
Teori-teori lokasi
1. Teori lokasi pertanian (von Thunen dkk.)
2. Teori struktur intern perkotaan (Burgess, dkk.)
3. Teori lokasi perindustrian (Weber, dkk.)
4. Teori tempat pusat / central place theory
(Christaller, dkk.)
5. Teori-teori lain (“turunan’)
6. Model-model interaksi
Sumber: (1) Daldjoeni, Drs., Geografi Baru: Organisasi keruangan dalam teori dan praktek, (2)Yunus, Hadi Sabari, Struktur Tata Ruang Kota
Teori lokasi perindustrian
(Weber, Losch, Hotelling, Pred)
– Faktor pendukung munculnya perindustrian: ekonomis, historis,politis dan geografis – Faktor geografis:
1. Bahan mentah: misal peternakan untuk kulit
2. Sumber daya tenaga (power resource): misal listrik 3. Suplai tenaga kerja: kuantitas dan kualitas
4. Suplai air:kuantitas dan kualitas
5. Pasaran: luas / omzet (possible purchaser) dan kuat / daya beli (purchasing power)
6. Fasilitas transportasi: mendatangkan bahan mentah dan memasarkan hasil produksi
– Faktor non geografis: modal, manajemen, kegiatan pemerintahan dan faktor pribadi
Teori lokasi Weber
(least cost location) 1
– Kondisi ideal: least cost location dan maximum revenue location jarak
– Lokasi industri dipilih di tempat yang yang biayanya paling minimal (prinsip least cost location)
– Asumsi:
1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (ketrampilan dan pemerintahannya)
2. Sumber daya / bahan mentah: keterbatasan 3. Upah buruh (upah baku dan upah kompetitif)
4. Biaya transportasi: bobot dan atau volume yang diangkut serta jarak;
weight losing (berat berkurang) dan weight gaining (bertambah berat)
5. Kompetisi antar industri
Segitiga lokasional Weber: ideal,
Teori lokasi Weber
(least cost location) 2
–
Turunan wight losing dan weight gaining: assembly cost dan
distribution cost indeks material (bobot bahan mentah
dibagi bobot barang jadi).
–
Contoh pabrik kertas: weight losing, indeks material >1, lokasi
pabrik mendekati sumber bahan mentah (P2 segitiga weber)
–
Contoh pabrik limun: weight gaining, indeks material <1, lokasi
pabrik mendekati pasar / market (P3 segitiga weber)
–
Catatan: isotims (lokasi dari titik-titik di mana biaya angkutan ke
suatu tempat sama besarnya) dan isodapanes (garis
penghubung titik-titik dengan total transportation cost yang
sama)
Teori lokasi Hoover
–
Lokasi industri pada titik pasar atau titik sumber bahan
mentah (tidak harus di antaranya)
–
Penyempurnaan weber: mendekati sumber bahan mentah
(weight losing) atau mendekati pasar (weight gaining)
memperhitungkan
kombinasi
assembly
cost
dan
distribution cost
–
Tambahan: faktor non biaya transport, transhipment point
(titik awal pengepakan) dan break of bulk point (titik
perpindahan kargo)
Modifikasi segitiga lokasional Weber
–
Dianggap melebih-lebihkan cost (transport cost)
–
Transport cost VS. labour cost least labour cost
–
Aglomerasi industri
Teori lokasi Losch
–
Lokasi industri optimum berdasarkan demand
–
Lokasi optimal dari suatu pabrik / industri adalah di
mana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah
pasaran yang terluas, sehingga dihasilkan paling
banyak pendapatan (maximum revenue)
Perkembangan wilayah pasaran losch:
hexagonal
Analisis wilayah pasar:
model Hotelling
–
Untuk menguji wilayah yang dimiliki suatu pabrik
tunggal ketentuan lokasi industri dan wilayah
pasarannya
–
Masalah susunan spatial industri yang saling bersaing
–
Untuk ‘menghindari’ persaingan ‘berdiri bertolak
Pendekatan perilaku (behavioural
approach)
– Pred: matriks perilaku analisis pengambilan keputusan lokasi – Asumsi: pengambilan keputusan tergantung pada:
1. Kuantitas dan kualitas pengetahuan / informasi yang dimiliki 2. Kecakapan seseorang untuk memanfaatkan informasi tersebut
– Rawstron: ‘teori’ lokasi industri spatial margin = tempat atau lokasi yang dikelilingi oleh titik-titik di mana total cost of producing suatu jumlah output sama dengan total revenue yang diperoleh dari penjualan output tadi (impas)
Teori lokasi di dunia nyata: satisficer concept
(konsep kepuasan)
– Pilihan lokasi yang ‘lebih memuaskan’ daripada ‘sekedar hanya’ lokasi ekonomis, misal keteraturan / ketertiban pasar daripada profit maksimum
social benefits
– Turunan dari behavioural geography, geografi manusia
– Reaksi terhadap lokasi industri Weber (optimum location: cost transportation atau labour cost) sub optimum location
– Rationalitas VS. bounded rationality (rasionalitas terikat / terbatas) informasi logis masih diolah berdasarkan situasi waktu, ruang dan persepsi – Faktor yang berpengaruh:
1. preferensi individu: kecenderungan 2. aras perpajakan: VS. subsidi
3. ketrampilan wiraswasta: efisiensi dan efektivitas 4. sistem politik: kapitalisme VS. totaliter / komunis – Contoh kasus: Indonesia VS. Vietnam
Model-model satisficer turunan dari geografi
perilaku (1)
–
Chrisholm dan Simon: konsep manusia sebagai
rational optimizer, bounded rationalist dan konsep
satisficer behaviour
Perusahaan kecil
Perusahaan besar
Kemungkinan pengetahuan
tentang situs
Penelitian sistematis
Penelitian lokal
Penelitian nasional
‘Kotak-kotak’ pribadi
Biro-biro resmi
Beberapa situs diperhatikan
‘Bentuk’ situs diperhatikan
Model-model satisficer turunan dari geografi
perilaku (2)
– Cakupan geografi perilaku:
1. Persepsi: fungsi psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan inderawi dan mengubahnya menjadi pengalaman yang berkaitan secara tertata
2. Kognisi: bertalian dengan proses-proses psikologis, sehingga orang mampu mendapatkan informasi; lebih luas dari persepsi
3. Lingkungan psikologi: model batiniah dari dunia luar dan jumlah dari peta-peta mental 4. Peta mental: pencerminan dari struktur keruangan suatu wilayah di dalam otak manusia 5. Citra / image: gambaran yang dimiliki orang mengenai suatu wilayah yang isinya
mencakup ciri-ciri spatial dan non spatial (sospolekm)
6. Sikap / attitude: kondisi kejiwan seseorang yang permanen dalam menghadapi aspek-aspek tertentu dari dunia pengalamannya
Teori tempat pusat (Christaller, Losch)
– Beda kota VS. desa : kemampuan mengatur ruang hidup – Fungsi kota-kota:
1. Melancarkan pengawasan (administratif-politis) 2. Sebagai pusat pertukaran (komersial)
3. Tempat memproses bahan sumber daya (industrial)
– Aglomerasi = pengelompokan berbagai kegiatan dan atau penduduk di titik-titik simpul
– Perlunya central place (pusat pelayanan): efisiensi 1. ekonomis: murah (efisiensi produksi dan distribusi) 2. geografis: jarak, kemudahan akses
3. psikologis (kepuasan sosial): nyaman, aman
Fungsi melayani sebagai pusat wilayah (central place)
terhadap teritorial di sekelilingnya (hinterland)
Teori central place Christaller (kota dan
pedalamannya) 1
– Asumsi permasalahan: faktor penentu banyaknya, besarnya dan persebaran kota
– hipotesis: wilayah sebagai dataran yang homogen secara geografis dengan penduduk yang merata persebarannya
– hipotesis: range (jangkauan) dan threshold (ambang batas)
– range = jarak yang perlu ditempuh untuk memperoleh barang kebutuhan
– threshold = jumlah minimum penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang
– barang dan jasa dengan threshold besar dan range besar: barang tingkat tinggi (high order goods and services): emas, >< barang tingkat rendah (threshold kecil, range kecil): makanan dan minuman
Teori central place Christaller (kota dan
pedalamannya) 2
– Hierarki permukiman dan wilayah pasaran – Sebaran kota-kota Christaller: central places – membentuk hierarki pola hexagon
– hierarki permukiman dan wilayah pasaran hexagonal christaller – 5 (lima) asumsi / aksioma Christaller
1. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka jarak ke tempat pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu, menjadi penting
2. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu
3. Semua konsumen, dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan, menuju ke tempat pusat yang paling dekat dengannya
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya ada hubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya (luasnya) wilayah pasaran, banyaknya penduduk, dan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan
5. Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran, di mana penduduknya tersebar merata dan ciri-ciri ekonomisnya sama (besar penghasilannya sama)
Tahapan pembentukan wilayah
pasaran christaller
Ekuilibrium 2 tempat pusat:
Christaller VS. Von Thunen VS. Weber
– tempat sentral tingkat tinggi >< tingkat rendah (lokal) pentingnya suatu tempat bukan diukur dari jumlah penduduk atau luas wilayah, tetapi dari prestasi penduduk seluruhnya (uang)
– arti mutlak tempat (arti keseluruhan) VS. arti nisbi (arti mutlak dikurangi arti tempat berdasarkan kebutuhan dari penduduknya; ‘kelebihan arti’) sifat sentral suatu tempat terletak pada kelebihan arti ini besar kecilnya fungsi sentral suatu tempat
– sentralitas suatu tempat tidak ditentukan oleh lokasinya di pusat, tetapi karena adanya berbagai pekerjaan sentral, barang sentral dan pelayanan sentral (masing-masing dapat tingkat tinggi atau rendah)
– Daerah pelengkap / komplementer = daerah layanan / yang dilayani tempat sentral luasannya tergantung ‘jarak ekonomi’ (jumlah biaya) suatu barang
– Perkembangan tempat sentral tergantung konsumsi barang (sentral) – faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi:
1. penduduk (distribusi, kepadatan, struktur penduduk) 2. permintaan, penawaran dan harga barang
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan
dan pemerintahan) 1
–
batas atas (range, jarak terjauh yang harus ditempuh) dan
batas bawah (jarak yang meliputi wilayah yang dihuni jumlah
minimum orang untuk menghasilkan keuntungan / threshold)
sistem tempat pusat central menurut asas pasar
–
melihat jangkauan barang (sentral)
–
semua wilayah harus dilengkapi dengan barang-barang yang
diperlukan, tapi jumlah tempat sentral harus sesedikit mungkin
–
hierarki K3 asas pasar
–
prinsip optimalisasi pasar (marketing optimising principle):
permintaan barang dan jasa, transportasi ‘diabaikan’
Wilayah-wilayah pasaran dalam sistem
tempat pusat
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan
dan pemerintahan) 2
sistem
tempat
pusat
central
menurut
asas
pengangkutan
–
persebaran tempat-tempat paling menguntungkan jika
ada sebanyak mungkin tempat-tempat penting yang
terletak pada jalan (yang sependek dan selurus
mungkin) yang menghubungkan 2 kota
–
hierarki K4 asas pengangkutan
–
prinsip optimalisasi pengangkutan (traffic optimising
Sistem tempat pusat menurut asas
pengangkutan
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan
dan pemerintahan) 3
sistem tempat pusat central menurut asas pemerintahan
– bersifat sosio-politis, bukan ekonomis
– memperhatikan ciri-ciri terpisahnya masyarakat manusia, untuk diusahakan agar bersatu dan sekaligus dilindungi kota satelit
– hierarki K7 asas pemerintahan
– prinsip optimalisasi administrasi / pemerintahan (administration
optimising principle): setiap tingkat di level bawah terdapat di dalam
batas wilayah dari tempat pusat level di atasnya efisiensi tata kerja pemerintahan
Sistem tempat pusat menurut asas
pemerintahan
struktur heksagonal dan 3 prinsip
optimal
Perbedaan pokok masing-masing prinsip
optimal
Modifikasi Teori Christaller oleh Losch
–
Konsep range dan threshold yang berlainan, tanpa
pembatasan yang ketat turunan banyak K yang lain
–
K3 barang sehari-hari (barang tingkat rendah: makanan,
minuman), K21 barang ‘tertentu’ / mewah (barang tingkat
tinggi: emas)
–
sektor kaya kota dan sektor miskin kota (city rich sektor dan
city poor sector)
–
+ jaringan transportasi = bentang lahan ekonomi Losch
–
koridor, perkembangan wilayah sekeliling kota
–
terbentuk sektor-sektor dengan penduduk yang padat
maupun yang jarang
Tanggapan terhadap Christaller dan
Losch
–
Tidak semua wilayah homogen
–
Wilayah pasaran tidak ada yang heksagonal (faktor geografi
fisis dan jaringan transportasi)
–
Manusia tidak selalu rasional (produsen VS. konsumen)
–
teori christaller cocok untuk daerah perdesaan (di mana
fungsi kota masih terbatas) dan di negara-negara berkembang
–
misal: Noordoostpolder
–
teori losch cocok untuk kawasan perindustrian di
negara-negara maju
Kritik Von Boventer terhadap central place
Christaller dan Losch
1. preposisi dataran isotropis (homogen secara fisis dan ekonomis) dan pola heksagonal akibat homogenitas tersebut (misal juga faktor lainnya, seperti topografis dan historis)
2. elevansi teori central place cenderung untuk daerah “agraris”, padahal pedesaan sekarang banyak terkena pengaruh kota; fenomena penglaju belum disinggung
3. penjabaran teori ekonomi dalam model central place tidak tuntas: keuntungan karena adanya aglomerasi (konsentrasi keruangan dari produksi dan konsumsi), pengaruh dari transportasi barang dan pentingnya SDA
Christaller mulai dari hierarki tingkat tinggi, Losch sebaliknya
4. corak statis dari model central place, padahal mengandung unsur-unsur dinamis
Central place di Indonesia
– Han Redmana: hubungan teori central place Christaller dan teori
growth centres (growth poles) Perroux
– Perroux: pembangunan tidak terjadi secara serentak, namun muncul di tempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda titik / kutub pertumbuhan (growth poles) / polarisasi, yang lalu menjalar ke tempat lain hierarki dan peranan tempat-tempat pusat (misal tergantung keterjangkauan, SDA, partisipasi penduduk, teknologi, dsb.)
pusat-pusat wilayah pengembangan / pembangunan repelita – Dalam bidang yang lain keselarasan pembangunan sektoral dan
pembangunan regional (daerah)
pengembangan sektor kecil yang merupakan sektor kunci, yang lalu menjalar ke sektor lain kaitan ke depan dan ke belakang