• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL AERASI ISSN (Online) xxxx-xxxx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL AERASI ISSN (Online) xxxx-xxxx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 21

STUDI PENGOLAHAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA DENGAN

METODE PIROLISIS UNTUK MENGHASILKAN ASAP CAIR

Faldi Lulrahman, Andi Irawan

Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang *Corresponding Author Email : Faldi20061993lul@gmail.com

Abstrak: Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, salah satu daerah yang

menghasilkan kelapa adalah Sumatera barat. Bertambahnya produksi kelapa, maka bertambahnya limbah tempurung kelapa. Metode yang diperkirakan sangat efektif dalam menangani limbah tempurung kelapa adalah metode pirolisis yang dapat mengasilkan asap cair. Proses pirolisis limbah tempurung kelapa adalah dengan cara memberikan panas ke limbah tempurung kelapa tanpa adanya udara. Asap hasil pembakaran akan di kondensasi (perubahan fasa gas menjadi fasa cair) dengan menggunakan kondensor, kemudian hasil asap cair keluaran kondensor akan ditampung dengan menggunakan gelas ukur. Pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap temperatur proses pirolisis, waktu/lama proses pirolisis, ukuran limbah tempurung kelapa, dan kadar air limbah tempurung kelapa. Hasil Rendemen asap cair yang didapatkan pada variasi temperatur adalah 17,6466%, 19,3226%, 21,8426% dan 26,0420%. Rendemen asap cair pada variasi waktu pirolisis adalah 14,7735%, 15,4574, 17,7999 dan 20,1498%. Rendemen asap cair untuk variasi ukuran partikel adalah 11,8923%, 150928% dan 17,1074%. Rendemen asap cair untuk variasi kadar air limbah tempurung kelapa adalah 17,2636%, 13,4098% dan 6,7132%. Hubungan temperatur pirolisis terhadap rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan ukuran limbah tempurung kelapa dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik.

Kata Kunci: Pirolisis, Pirolisator, Asap Cair, Limbah tempurung Kelapa.

PENDAHULUAN

Limbah padat tempurung kelapa mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis karena mengandung bahan organik dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lignin 36,51%, sellulosa 33,61% dan hemisellulosa 19,27% (Arbi, Aidha and Deflianti, 2018). Selama ini, penanganan limbah tempurng kelapa belum optimum, banyak limbah tempurung kelapa yang dibuang ke sungai atau ke drainase sehingga menyebabkan terjadinya banjir (Zumaro and Arbi, 2017).

Metode yang diperkirakan sangat efektif dan efesien dalam menangani limbah padat tempurung kelapa adalah dengan menerapkan metode pirolisis (Haji,2006). Metode pirolisis merupakan proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa oksigen, dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi gas, pada umumnya proses pirolisis diawali pada suhu 200oC dan bertahan pada suhu sekitar 250-300oC (Hasnah, 2012). Salah satu keuntungan metode pirolisis dalam pengolahan limbah padat tempurung kelapa adalah menghasilkan produk berupa asap cair, arang aktif dan gas metan.

(2)

Page | 22

Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak

mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya dari bagian tanaman (Mullen dan Boateng, 2008;

Darmaji, 2009). Selama proses pirolisis senyawa selulosa yang terkandung di dalam tempurung kelapa akan terdekomposisi pada suhu 2800C dan berakhir pada suhu 300oC menghasilkan karbonil dan asam asetat serta homolognya, sedangkan dari senyawa lignin akan terdekomposisi pada suhu 3000C – 3500C menghasil phenol dan tar, selanjutnya dari senyawa hemiselulosa akan terdekomposisi

pada suhu 2000C-2500C mengasikan furfural, furan, dan asam karboksilat. Asap cair biasa digunakan sebagai pengawet makanan, ikan dan kayu karena kandungan asam dan senyawa phenol yang terkandung pada asap cair akan membunuh bakteri penyebab pembusukan(Arbi and Irsad, 2018). Untuk mengetahui kinerja alat pirolisator bekerja dengan baik atau tidak adalah dengan menghitung rendemen asap cair. Semakin tinggi rendemen asap cair yang dihasilkan, maka semakin bagus atau baik kinerja dari alat pirolisator. Faktor yang mempengaruhi hasil rendemen asap cair adalah temperatur operasi, laju pemanasan, waktu proses pirolisis, kehadiran oksigen, kadar air dan ukuran partikel material dan tekanan (Tumuluru, 2011).

METODOLOGI Alat Dan Bahan.

Alat Pirolisator, kondensor, pipa, termokopel, neraca/timbangan, jangka sorong, gelas ukur, corong, piknometer, stopwatch, oven, desikator, cawan penguap, tempat penampung asap cair.

Bahan: limbah tempurung kelapa, kayu, minyak tanah.

Cara Kerja.

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian ini.

2. Dilakukan pengecilan ukuran limbah tempururng kelapa dengan variasi ukuran limbah tempurung kelapa sebagai berikut:

• Tanpa dikecilkan ukurannya • Ukuran 7-8 cm

• Ukuran 2-3 cm

3. Diukur kadar air limbah tempurung kelapa dengan variasi sebagai berikut • Limbah tempurung kelapa yang dikeringkan.

• Limbah tempurung kelapa tanpa dikeringkan

• Limbah tempurung kelapa yang basah karena hujan.

Pengukuran kadar air limbah tempurung kelapa menurut SNI 01-2891-1992 dilakukan dengan cara timbang 10 gram limbah tempurung kelapa. Kemudian sampel limbah tempurung kelapa diletakan dalam wadah cawan penguap, dan masukan kedalam oven dengan suhu 1050C selama 3-5 jam. Selanjutnya masukan sampel ke dalam desikator untuk mendinginkan sampel, kemudian timbang berat akir sampel dengan menggunakan neraca analitik, adapun rumus untuk menghitung kadar air adalah:

Kadar air = (W1-W2)/W2 x 100%...Pers 1 Keterangan :

(3)

Page | 23

W2= berat sampel akir (gram).

4. Setelah dilakukan pengukuran kadar air, ditimbang limbah tempurung kelapa sebanyak 10 Kg dengan menggunakan timbangan.

5. Dimasukkan sampel limbah tempurung kelapa kedalam alat pirolisator secara merata dan kemudian tutup alat pirolisator.

6. Dialirkan air pendingin ke kondensor sencara kontinue.

7. Dibakar kayu sebagai sumber panas dan ukur suhu pirolisis dengan menggunakan termokopel, untuk variasi suhu proses pirolisis adalah sebsagai berikut:

• Suhu 2500C.

• Suhu 2800C.

• Suhu 3100C.

• Suhu 3500C.

8. Diukur lama proses pirolisis yang berlangsung dengan menggunakan stopwatch, untuk variasi waktu adalah sebagai berikut:

• 60 menit. • 90 menit. • 120 menit. • 150 menit.

9. Kemudian ditampung produk asap cair yang didapatkan dengan menggunakan wadah penampung..

10. Setelah proses selesai, dimatikan sumber panas dan biarkan alat dingin atau didiamkan selama 1 hari.

11. Dikeluarkan lempengan limbah tempurung dari alat pirolisis dan pisahkan antara lempengan yang menjadi arang dan lempengan yang belum menjadi arang.

12. Diukur volume asap cair yang didapatkan dengan menggunakan gelas ukur.

13. Kemudian dihitung densitas asap cair untuk menentukan berat asap cair, penentuan densitas asap cair dengan cara ditimbang pikonometer kosong dengan menggunakan neraca analitik dan catat hasilnya, kemudian masukan asap cair kedalam piknometer dan timbang piknometer yang berisi asap cair dengan neraca analitik dan catat hasilnya.

Adapun skema dari proses pirolisis limbah tempurung kelapa dengan menggunakan asap cair terlihat pada Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. Skema Pirolisis

(4)

Page | 24

Gambar 2. Rangkaian Alat Pirolisis.

Data.

1. Data Variasi Temperatur Operasi.

Data variasi temperatur operasi adalah 2500C, 2800C, 3100C dan 3500. 2. Data Variasi Waktu Operasi.

Data variasi waktu operasi adalah 60 menit, 90 menit, 120 menit, dan 150 menit. 3. Data Variasi Ukuran Partikel.

Data variasi ukuran partikel adalah tanpa pengecilan ukuran, 7-8cm, dan 2-3cm.

4. Data variasi kadar air limbah tempurung kelapa adalah 4,8835%, 11,4350, dan 27,9131%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Produk asap cair saat keluar kondensor.

(5)

Page | 25

2. Produk asap cair setelah disaring dan destilasi.

Gambar 4. Asap Cair Hasil saringan dan Destilasi 3. Hasil arang hasil pirolisis.

Gambar 5. Hasil arang Proses Pirolisis

Hubungan Temperatur Proses Pirolisis dengan Rendemen Asap Cair.

Gambar 6. Grafik Hubungan Temperatur Pirolisis Terhadap Hasil Rendemen Asap Cair. Dari gambar 6 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur proses pirolisis asap cair, maka rendemen asap cair yang didapatkan semakin tinggi, ini menandakan hubungan temperatur dengan rendemen adalah berbanding lurus. Range nilai temperatur yang diambil pada penelitian ini adalah 2500C sampai 3600C, karena proses dekomposisi senyawa organik pada limbah tempururng kelapa menjadi senyawa yang terkandung dalam asap cair terjadi pada range temperatur tersebut. Semakin tinggi temperatur proses pirolisis, maka semakin tinggi laju dekomposisi senyawa organik dan kerusakan

(6)

Page | 26

struktur penyusun material meningkat sehingga asap cair yang dihasilkan akan semakin banyak, kemudian berpengaruh terhadap nilai rendemen asap cair yang semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Brigeman pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa temperatur pirolisis berpengaruh terhadap rendemen asap cair yang didapatkan. Tetapi, jika temperatur reaksi terlalu tinggi melebihi temperatur pirolisis, tingkat dekomposisi akan sangat reaktif yang mengakibatkan komponen penyusun material akan banyak dikonversikan ke dalam bentuk gas dan liquid.

Hubungan Waktu Pirolisis terhadap Rendemen Asap Cair.

Gambar 7. Grafik Hubungan Waktu Pirolisis Terhadap Rendemen Asap Cair.

Gambar 7memperlihatkan bahwa semakin lama proses pirolisis maka semakin tinggi nilai rendemen asap cair yang didapatkan, ini menandakan hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Waktu pirolisis berkaitan dengan lamanya waktu tahan limbah padat tempurung kelapa dalam pirolisator. Variabel ini akan mempengaruhi proses dekomposisi dan karbonisasi selama proses pirolisis berlangsung. Jika waktu tinggal cukup lama, proses pirolisis akan sempurna untuk mengkonversikan limbah tempururng kelapa menjadi asap cair, sehingga jumlah asap cair yang dihasilkan akan semakin banyak dan berpengaruh terhadap hasil rendemen asap cair yang semakin tinggi.

KESIMPULAN

Rendemen asap cair yang didapatkan pada variasi temperatur 2500C, 2800C, 3100C, 3500C adalah 17,6466%, 19,3226%, 21,8426% dan 26,0420%. Rendemen asap cair pada variasi waktu pirolisis 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit adalah 14,7735%, 15,4574, 17,7999 dan 20,1498%. Rendemen asap cair untuk variasi ukuran partikel tanpa pengecilan ukuran, 7-8 cm, dan 2-3 cm adalah 11,8923%, 150928% dan 17,1074%. Rendemen asap cair untuk variasi kadar air limbah tempurung kelapa 4,8835%, 11,4530% dan 27,9131% adalah 17,2636%, 13,4098% dan 6,7132%.

Hubungan temperatur pirolisis terhadap rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan ukuran limbah tempurung kelapa dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik. Hubungan kadar air material dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik. Kondisi operasi optimum terjadi pada temperatur pirolisis 3500C, waktu pirolisis 150 menit, ukuran partikel limbah tempurung kelapa 2-3 cm, dan kadar air limbah tempurung kelapa 4,8835%

(7)

Page | 27

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arbi, Y., Aidha, E. R. and Deflianti, L. (2018) ‘Analisis Nilai Kalori Briket Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif Di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Mentawai’,

Jurnal PTK: Pendidikan Teknologi Kejuruan, 1(3), pp. 119–123.

[2] Arbi, Y. and Irsad, M. (2018) ‘Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif’, CIVED, 5(4), pp. 1–9.

[3] Alimsyah, Angelica. 2013. Penggunaan Arang Tempurung Kelapa dan Eceng Gondok untuk Pengolahan Air Limbah Tahu dengan Variasi Konsentrasi. Teknik Pomits, 2013: 2301- 9271. [4] Alpian. 2014. Kualitas Asap Cair Batang Gelap. Penelitian Hasil Hutan, Juni 2014: 83-92. [5] Gani, Abdul Haji. 2013. Komponen Kimia Asap Cair. Rekayasa Kimia dan Lingkungan,

2013: 109-116.

[6] Girard, Smoking in Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horward Limited, New York, 1992.

[7] Padil, Sunarso. 2008. Pirolisis Cangkang Sawit Menjadi Asap Cair. Palm Industry and Energy

Research Group, 2008: 1-7.

[8] Qonita Rahmawati dan Welly Herumurti. 2015. Pengolahan Sampah secara Pirolisis dengan Variasi rasio Sampah dan Jenis Plastik. Teknik ITS, 2015: 2301-9271).

[9] Syah, Hendri. 2014. Rancang Bangun Unit Penghasil Asap Cair yang Terintegrasi dengan Pengering Kabinet. Rona Teknik Pertanian, April 2014: 58-71.

[10] Towaha, Juniaty. 2013. Pemanfaatan Asap Cair Kayu Karet dan Tempurung Kelapa untuk Penanganan Polusi Udara pada Lump. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Februari 2013: 71-80.

[11] Weni Murfihenni dan Dedy Hermawan, Pengelolaan Bahan Baku Biobriket dan Asap Cair, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , Bandung, 2014.

[12] Zumaro, A. R. and Arbi, Y. (2017) ‘Perancangan Reaktor Biogas Di Uptd Pasar Ternak Palangki’, Sains dan Teknologi: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri. PADANG: Jurnal sains dan Teknologi sttind padang, 17(1), pp. 14–19. Available at: http://ojs.sttind.ac.id/ojs/index.php/Sain/article/view/61.

Gambar

Gambar 1. Skema Pirolisis
Gambar 3. Produk Asap Cair saat Keluar Kondensor
Gambar 4. Asap Cair Hasil saringan dan Destilasi  3.  Hasil arang hasil pirolisis.
Gambar 7. Grafik Hubungan Waktu Pirolisis Terhadap Rendemen Asap Cair.

Referensi

Dokumen terkait

Negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga memiliki kecenderungan untuk melakukan praktik-praktik korupsi di sektor publik akibat kualitas institusi

Meskipun tidak ada definisi yang tegas tentang kartel di dalam Undang- Undang Larangan Praktek Monopoli, dari Pasal 11 dapat dikonstruksikan bahwa kartel adalah perjanjian

Strategi Merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di UD Sinar Sakti Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel Diferensiasi Produk

Dari beberapa definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen kinerja adalah proses perbaikan kinerja secara terus menerus dalam mengelola

Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar geografi tentang sejarah pembentukan bumi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten

Tali yang digunakan untuk memanjat terbuat dari serat kayu pohon aren (riman). Tali dari nilon tidak cocok karena terlalu licin. Tali riman ini dapat , Pohon kemenyan yang ditanam

Mata kuliah ini Menjelaskan secara komprehensif mengenai hakekat ekologi, bidang kajian ekologi, faktor lingkungan, penentuan faktor-faktor lingkungan yang