• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan yang berlaku di negara kita, standar keberhasilan belajar siswa pada suatu jenjang pendidikan berdasarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini diasumsikan terlihat nilai test hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ujian nasional (UN). Oleh karena itu, semua sekolah berjuang keras untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), standar UN telah dimulai dari 3,01 pada tahun 2002/2003, 4,01 pada tahun 2003/2004, 4,25 pada tahun 2004/2005, dan pada tahun 2006/2007 ditetapkan, bahwa peserta UN dinyatakan lulus UN jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut: (1) memiliki nilai rata-rata minimum 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan (termasuk nilai uji kompetensi untuk SMK), dengan tidak ada nilai bawah 4,25; atau (2) memiliki nilai minimum 4,00 pada salah satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing minimum 6,00. Angka tersebut masih jauh dari standar Internasional.

Berdasarkan standar kelulusan UN yang telah ditetapkan itu banyak dari mereka yang kecewa karena gagal lulus ujian ini kemudian ada yang berunjuk rasa. Ada yang menuntut ujian ulangan, dan bahkan ada yang meminta agar ujian nasional ini dihapuskan saja karena dianggap bukan menjadi ukuran keberhasilan suatu pendidikan (Kompas, Agustus 2007).

(2)

Selama beberapa tahun pelaksanaan UN di kota Medan tidak terlalu mengalami kesulitan seperti yang terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Bandung, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang mengalami gangguan psikologis akibat kegagalannya dalam mengikuti UN bila dilihat lebih jauh lagi dari kota Medan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia telah disadari berbagai pihak. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat antara lain dari rendahnya rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) untuk semua bidang studi yang diebtanaskan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Pendidikam memeang telah menjadi

(3)

penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu kita harusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di negara kita.kualitas pendidikan yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 8.036 SMU ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia.

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan di tempat kerja. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memilili suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi.

Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Khususnya bagi anak remaja yang pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Remaja adalah anak yang berusia 13-18 tahun. Pada usia seperti ini remaja memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang dapat memuaskan dirinya, belum lagi masalah-masalah pelajaran ataupun dengan orangtuanya. Pada usia 17 tahun, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan, dimana remaja harus sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkannya. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama

(4)

masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.

Dalam perkembangan anak, tidak hanya terjadi proses-proses perkembangan dalam diri anak sesuai teori kematangan, namun dalam banyak hal proses perkembangan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam hal ini lingkungan keluarga merupakan keluarga sosial yang pertama kali tempat anak berinteraksi.

Strategi komunikasi yang terjadi dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan anak terutama dalam pendidikannya. Selanjutnya masalah strategi banyak dikaitkan dengan istilah metode, teknik, dan taktik. Ketiga istilah ini sebenarnya masih dalam lingkungan strategi hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit, dan rinci. Kalau dikatakan strategi komunikasi adalah perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan komunikasi, maka metode komunikasi mempunyai arti yang lebih sempit dari itu, yakni prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan dan menjelaskan aspek-aspek komunikasi. Sejak dilahirkan manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini dilakukan oleh lembaga primer yang bernama keluarga. Baik kebutuhan jasmani , kebutuhan rohani, maupun kebutuhan sosial anak yang meliputi asuhan, bimbingan, kasih sayang, perawatan kesehatan, pembinaan rohani serta membekalinya dengan pendidikan formal yang memenuhi. Semuanya menjadi tanggung jawab keluarga, khususnya orang tua sebelum seorang anak mampu untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri termasuk dalam pendidikan anak tersebut orang tua juga sangat berperan dalam menciptakan belajar yang efektif

(5)

bagi mereka dengan melakukan komunikasi antar pribadi, sehingga mereka dapat lebih terbuka kepada orang tua apabila ada masalah dalam pelajaran atau sekolah mereka dan dapat mengikuti proses belajar di sekolah dengan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan pemerintah dengan standarisasi Ujian Nasional yang telah dibuat. Tidak sedikit orang tua masih mempercayakan anaknya kepada negara khususnya Departermen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk mendidik dan mengantarkan masa depan.

Sehubungan kondisi tersebut, peran guru dan orangtua diharapkan dapat membantu dalam menciptakan efektivitas belajar di kalangan siswa. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan efektivitas belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran yang sering dikeluhkan oleh para siswa sering terlalu sulit, membosankan, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, tak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, dan juga sistem pendidikan kita yang berubah-ubah sehingga membingungkan para peserta didik.

Di dalam hal ini, selain guru, tentu saja peranan ayah dan ibu sangat menentukan, justru mereka berdualah yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga. Kebanyakan anak meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, dengan demikian maka jelaslah mutlaknya kedua orang tua itu harus bertindak seia sekata, seazas, setujuan, seirama dan bersama-sama terhadap anaknya dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, dan keefektivitasan dalam belajar juga kurang. Belajar merupakan sebuah aktivitas yang mutlak dilakukan oleh seorang pelajar. Tuntutan untuk belajar secara

(6)

berkesinambungan hendaknya harus dipenuhi sepanjang yang bersangkutan ingin mendapatkan sebuah pemahaman yang utuh terhadap sebuah substansi ilmu dan pengetahuan yang sedang digeluti. Oleh karena merupakan sebuah aktivitas yang sifatnya berkesinambungan, maka tentunya dibutuhkan tata cara yang efektif sehingga waktu dan ruang yang digunakan dalam rangka memenuhi sebuah pemahaman itu melalui belajar dapat tentunya optimal dan memiliki dampak yang maksimal.

Didalam keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak mengharapkan terciptanya suasana yang harmonis diantara sesama anggota keluarga adalah dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hukuman maupun hadiah, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.

Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan abstrak, penglaman yang sudah lalu dan yang akan datang. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun banyaknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

Pengasuhan anak merupakan suatu interaksi sosial meliputi beberapa aspek kognitif, melalui isyarat-isyarat sosial seperti: senyuman, anggukan kepala, penghargaan / perhatian, dimana orang tua menanamkan pengertian dan nilai terhadap anak..

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam

(7)

meningkatkan efektivitas belajar pada remaja Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah hubungan antara strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan“

I.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah, dan tidak meluas sehingga menyulitkan peneliti dalam penelitiannya. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain pada:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hipotesis.

2. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan, karena sekolah ini dianggap memiliki disiplin yang cukup ketat.

3. Subjek penelitian, peneliti menentukan sampel adalah siswa kelas 1,2,3 pada segala jurusan.

(8)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mencari hubungan strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja.

2. Untuk mencari hubungan efektivitas belajar pada remaja sebagi hasil dari strategi komunikasi yang dilakukan orang tua.

3. Untuk mencari hubungan gambaran tentang strategi komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan remaja.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan/ referensi khususnya bagi orang tua, agar mereka mengetahui komunikasi yang tepat dilakukan kepada anaknya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP USU.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot (Nawawi, 1991:40-41).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti.

(9)

Menurut Kerlinger, teori adalah sebuah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakann pandangan sistematis tantang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2006:6). Dengan adanya kerangka teori, penulis akan memiliki landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya.

I.5.1 Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan komunikasi tersebut terutam efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapt menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32).

Suatu perencanaan komunikasi meliputi strategi dan manajemen. Perencanaan strategi menyangkut tindakan apa yang dilakukan, sedang perencanaan manajemen meliputi bagaimana hal itu dapat terjadi. Karena

(10)

berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif lebih banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Begitu juga dengan kegiatan komunikasi antar pribadi.

I.5.2 Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir. Dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membuat tulisan, mengemukakan pikiran, dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Dalam mendefenisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya adalah karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan latin yakni communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau tarjadi apabila pesan yang disampaikan oleh seseorang dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian.

Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

(11)

I.5.3 Komunikasi Antar pribadi Orang Tua dan Remaja

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Dalam proses mempengaruhi, remaja akan memperoleh sikap dan pembelajaran dan sikap mereka diubah lewat proses yang sama ketika pembelajaran terjadi, ini merupakan teori pembelajaran dari Albert Bandura. Melalui komunikasi tatap muka, kita dapat melihat langsung reaksi dari lawan bicara, apabila dia mau menerima pesan yang kita sampaikan atau tidak.

Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, pikiran, perasaan, dan minat maupun tindakan tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi dapat dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat saja atau diteruskan pada mimik dan perasaan ataukah hanya pada tindakan saja.

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjelaskan pesan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam

(12)

lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga orang lain, guru, temen sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memeperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan temen sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian seseorang, maka masa remaja mempuyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalm rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Masyarakat melalui orang tua dan guru bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMU anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar 15 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya.

Kita selalu berpikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan kontribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai

(13)

sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dari dukungan dari formal dan informal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga.

Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif. Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua daapat berkomunikasi secara jujur.

• Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan kondisi yang dialami tanpa berpura-pura. Perasaan empati pada diri orang tua

(14)

akan mempelancar komunikasi sebab orang tua dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi remaja.

• Dukungan (suportiveness)

Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komuniaksi berada dalam situasi keatkutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Denagn demikian keinginan dan hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan.

• Rasa positif (positiveness)

Apabila seseorang yang berkomunikasi mempunyai wawasan negatif, kemungkinan dia akan menyampaikan komunikasi secara negatif dan orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan

(15)

juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifannya.

I.5.4 Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal ini dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan Jendela Johari (Johari Window).

Jendela Johari (Johari Window)

Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri

1. Terbuka 2. buta

3. Tersembunyi 4. Tidak dikenal

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang (jendela) itu.

Bidang1,melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

idak diketahui rang lain Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain

(16)

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui diri sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama

tidak mengetahui masalah hubungan antara mereka.

I.5.5 Efektivitas Belajar

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang tepat dalam berbagai bidang studi.

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap dan tugas atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan.

Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga

(17)

dalam belajar agar lebih dapat diakses dengan mudah bagi para siswa yang sangat beragam, kebiasaan para siswa perlu dipahami secara jelas.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai adanya konsep dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesis ( Nawawi, 1991:40 ).

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang digumnakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidak adanya gejala atau faktor atau unsur lain ( Nawawi, 1991:56 ). Yang menjadi variabel adalah strategi komunikasi orang tua.

2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas ( Nawawi, 1991:57 ). Yang menjadi variabal terikat adalah efektifivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1 Medan.

(18)

I.7 Model Teoritis

Strategi komunikasi yang

dilakukan orang tua

Efektivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1

(19)

I.8 Operasional Variabel

Operasioanal variabel-variabel disusun untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep yang telah disusun dalam operasionalisasi lainnya. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Operasioanalisasi Variabel

Variabel Teoritis

Variabel Operasianal

Variabel bebas

- Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi

- Karakteristik Responden

1. Keterbukaan (openess) 2. Empati (emphaty)

3. Dukungan (suportiveness) 4. Rasa positif (Positiveness) 5. Kesamaan (equality) - Usia

- Jenis kelamin

- Pendidikan orang tua - Urutan anak dalam keluarga

Variabel terikat

Efektivitas belajar remaja

- Giat belajar ( mengulang pelajaran )

- Berdiskusi - Ke perpustakaan

(20)

I.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun ( 1989:46 ) defenisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Maka untuk memperjelas uraian dalam penulisan ini peneliti memberikan penjelasan yang dianggap penting untuk diperhatikan, yakni:

1. Strategi Komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32). Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu.

• Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain.

• Dukungan (suportiveness)

Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Dukungan membantu

(21)

seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan.

• Rasa positif (positiveness)

Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif.

2. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.

3. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan, yang berupa peningkatan pengetahuan.

4. Usia adalah tingkatan umur responden.

5. Jenis kelamin adalah penggolongan sex pada responden, yakni laki-laki dam perempuan.

6. Pendidikan adalah latar belakang tingkatan sekolah terakhir responden. 7. Giat belajar adalah mengulang pelajaran kembali di rumah secara

terus-menerus.

8. Berdiskusi adalah membahas dan bertukar pikiran mengenai pelajaran yang tidak dimengerti dengan guru atau temen-temen

(22)

9. Keperpustakaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah referensi bahan-bahan pelajaran yang dipelajari.

I.10 Hipotesa Penelitian

Menurut Champion (1981, dari Rakhmat, 1984:14 ) hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai penelitian tersebut mengumpulkan data. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

Gambar

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam  pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat  kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang (jendela) itu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Customer Relationship Management tidak berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo

Materi Debat Bahasa Indonesia Siswa SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 adalah isu-isu yang aktual tentang kebahasaan dan tentang hal umum yang ada di masyarakat. Isu-isu

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan

keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan berbudi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang “Hubungan gerakan literasi sekolah dengan prestasi belajar siswa di SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh, yang

adalah akad, yaitu segala sesuatu yang menunjukan atas kerelaan kedua belah pihak yang melakukan jual beli, baik itu ijab atau qabul. Khusus untuk barang yang kecil,

Program persiapan akreditasi harus dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan perencanaan kerja di masa yang akan datang agar acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan perencanaan

Berdasarkan hasil uji coba dari operasi date implementasi SQL dari database Nilai Mahasiswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Operasi date yang digunakan