• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN. a. Pengertian Hukum Persaingan Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN. a. Pengertian Hukum Persaingan Usaha"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Hukum Persaingan Usaha

a. Pengertian Hukum Persaingan Usaha

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha. Menurut Christopher pass dan Bryan lowes, yang dimaksud dengan competition laws (hukum persaingan usaha) adalah bagian dari perundang-undangan yang mengatur tentang monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjian perdagangan yang membatasi dan praktik anti persaingan. 1 Dengan kata lain Hukum persaingan usaha hukum yang mengatur tentang interaksi perusahaan atau pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi.2 Pengertian persaingan usaha secara yuridis selalu dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi yang berbasis pada pasar, dimana pelaku usaha baik perusahaan maupun penjual secara bebas berupaya untuk mendapatkan konsumen guna mencapai tujuan usaha atau perusahaan tertentu yang didirikannya.3

1

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, h. 2.

2

Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks, Creative Media, Jakarta, 2009, h. 21.

3

(2)

2

Hukum persaingan usaha berisi ketentuan-ketentuan substansial tentang tindakan-tindakan yang dilarang (beserta konsekuensi hukum yang bisa timbul) dan ketentuan-ketentuan prosedural mengenai penegakan hukum persaingan usaha. Pada hakikatnya hukum persaingan usaha dimaksudkan untuk mengatur persaingan dan monopoli demi tujuan yang menguntungkan. Apabila hukum persaingan usaha diberi arti luas, bukan hanya meliputi pengaturan persaingan, melainkan juga soal boleh tidaknya monopoli digunakan sebagai saran kebijakan publik untuk mengatur daya mana yang boleh dikelolah oleh swasta4

Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, hukum persaingan usaha menjadi salah satu instrumen hukum ekonomi. Hal ini ditunjukan melalui terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, pengaturan mengenai hukum persaingan usaha diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelumnya, diantaranya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian Pasal 7 ayat (2), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 382, dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Pasal 104.5

b. Pengaturan Hukum Persaingan Usaha

Secara empiris masyarakat Indonesia telah telah mengalami keterbatasan perekeonomian (termasuk aspek legalnya) pada praktik bisnis yang penuh keganjilan dan kontradiktif ini. Permasalahan tersebut bagi masyarakat luas menimbulkan ketidakadilan, dan berdampak buruk pada kesiapan tata ekonomi nasional yang telah memasuki dan mengikuti

4

Arie Siswanto, Op.Cit., h. 23.

5

Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli, Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, h. 42.

(3)

3

perkembangan ekonomi nasional yang telah memasuki dan mengikuti perkembangan ekonomi dunia yang akan semakin diwarnai semangat free

competition, dan seiring dengan semakin menggelobalnya ekonomi pasar.6

Indonesia beraharap memasuki babak baru, masa dimana diperlukan praktik bisnis yang fair yang dapat membuka ekonomi pasar dan kemerataan social ekonomi. Di samping itu pemerintah baru diharapkan dapat meninggalkan praktik-praktik masa lalu yang otoriter dan sentralistik, memasuki masa yang lebih demokratis, terbuka, didasarkan dari hukum yang benar-benar berintikan niat untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Namun, tekat belum cukup tanpa dibarengi dan didukung dengan pranata hukum yang memberikan larangan atas praktik bisnis yang KKN dan menjamin adanya persaingan usaha yang terbuka dan

fair, serta beretika.7

Pengaturan mengenai hukum persaingan usaha di Indonesia sekarang ini mengacu pada Undang – undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU Antimonopoli).

Penerbitan UU Antimonopoli sendiri di Indonesia merupakan upaya Indonesia untuk mereformasi hukum di bidang ekonomi yang berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum dengan tujuan untuk menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen, menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang, mencegah praktek-praktek

6

Syud Margono, Op.Cit., h. 25.

(4)

4

monopoli serta menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional8

Fenomena yang terjadi pada awal 1990-an telah berkembang dan didukung oleh adanya hubungan yang terkait antara pengambil keputusan dengan para pelaku usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga lebih memperburuk keadaan. Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan kemudahan yang berlebihan sehingga berdampak kepada kesenjangan sosial. Munculnya konglomerasi dan sekelompok kecil pengusaha kuat yang tidak didukung oleh semangat kewirausahaan sejati merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketahanan ekonomi menjadi sangat rapuh dan tidak mampu bersaing.9

Hadirnya UU Antimonopoli juga merupakan upaya negara dalam memperbaiki kegiatan usaha ekonomi di Indonesia agar masyarakat mendapat kesempatan yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam kelangsungan pembangunan ekonomi negara di berbagai sektor usaha sehingga dapat mencerminkan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan amanat Pasal 33 Undang – undang Dasar Republik Indonesia.

c. Tujuan Hukum Persaingan Usaha

Hukum Persaingan usaha memiliki tujuan untuk menjamin kebebasan ekonomi khususnya kebebasan untuk bersaing (freedom of

competition). Selain itu hukum persaingan usaha juga memiliki tujuan lain

diantaranya untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi (prevention of abuse of economic power) yaitu dengan menjamin supaya persaingan terjadi secara proporsional, dalam arti pihak yang kuat secara

8

Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha, Setara Pres, Malang, 2013, h. 1.

9

Baca bagian umum penjelasan Undang – undang nomor 5 tahun 1999 tentang larang monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

(5)

5

ekonomi tidak merugikan pelaku usaha yang lain dalam persaingan10 Peraturan tentang hukum persaingan dalam bentuk undang-undang, diharapkan dapat memberikan aturan main kepada pelaku usaha atau ekonomi dalam melaksanakan kegiatan bisnis, hendaklah diberi nama larangan praktik monopoli. Di beberapa Negara, undang-undang semacam ini lazim disebut Undang-Undang Antitrust atau Anti Monopoli.11

Asas dari UU No. 5 tahun 1999 sebagaimana diatur pada Pasal 2 bahwa:

“Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antar kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”.

Asas demokrasi ekonomi tersebut merupakan penjabaran Pasal 33 UUD 1945 dan ruang lingkup pengertian demokrasi ekonomi yang dimaksud dahulu dapat ditemukan dalam penjelasan atas Pasal 33 UUD 1945.12

Demokrasi ekonomi pada dasarnya dapat dipahami dari sistem ekonominya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Rísalah Sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1845 di Gedung Pejambon Jakarta dapat diketahui bahwa Supomo selaku ketua Panitia Perancang UUD menolak paham individualisme dan menggunakan semangat kekeluargaan yang terdapat dalam masyarakat pedesaan Indonesia. Di sini ia mengikuti ajaran filsafat idealisme kekeluargaan dari Hegel, Adam Muller, dan Spinoza. Adam Muller adalah penganut aliran

10 Arie Siswanto, Op.Cit., h. 26. 11

Syud Margono, Op.Cit., h. 20.

12

Dr. Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks, ROV Creaive Media, Jakarta, h. 16

(6)

6

NeoRomantisisme Jerman, aliran yang timbul sebagai reaksi terhadap ekses-ekses individualisme Revolusi Perancis.13

Adapun tujuan dari UU No. 5 tahun 1999 sebagaimana diatur pada Pasal 3 adalah untuk :

a) menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

b) mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil;

c) mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Dua hal yang menjadi unsur penting bagi penentuan kebijakan

(policy objectives) yang ideal dalam pengaturan persaingan di

negara-negara yang memiliki undang-undang persaingan adalah kepentingan umum (public interest) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency) . Ternyata dua unsur penting tersebut (Pasal 3 (a)) juga merupakan bagian dari tujuan diundangkannya UU No. 5 Tahun 1999.

13

(7)

7 2. Konsep Konstruksi Hukum

a. Metode Konstruksi Hukum

Dalam penemuan hukum dikenal metode konstruksi hukum, yang akan digunakan oleh hakim pada saat ia dihadapkan pada situasi adanya kekosongan hukum (rechts vacuum) atau kekosongan undangundang (wet

vacuum), karena pada prinsipinya hakim tidak boleh menolak perkara

untuk diselesaikan dengan dalih hukumnya tidak ada atau belum mengaturnya (asas ius curia novit). Hakim harus terus menggali dan menemukan hukum yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, karena sebagai penegak hukum dan keadilan, hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.14 Metode konstruksi hukum bertujuan agar hasil putusan hakim dalam peristiwa konkret yang ditanganinya dapat memenuhi rasa keadilan serta memberikan kemanfaatan bagi para pencari keadilan. Adapun penemuan hukum melalui metode konstruksi hukum yang dikenal selama ini ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut

a. Metode Argumentum Per Analogium (Analogi) Analogi merupakan metode penemuan hukum di mana hakim mencari esensi yang lebih umum dari sebuah peristiwa hukum atau perbuatan hukum baik

14

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, h. 74.

(8)

8

yang telah diatur undang-undang maupun yang belum ada peraturannya.

b. Metode Argumentum a Contrario Metode ini memberikan kesempatan kepada hakim untuk melakukan penemuan hukum dengan pertimbangan bahwa apabila undang-undang menetapkan hal-hal tertentu untuk peristiwa tertentu, berarti peraturan itu terbatas pada peristiwa tertentu itu dan bagi peristiwa di luarnya berlaku sebaliknya. Karena ada kalanya suatu peristiwa tidak secara khusus diatur oleh undang-undang, tetapi kebalikan dari peristiwa tersebut diatur oleh undang-undang. Jadi, esensi metode ini adalah mengedepankan cara penafsiran yang berlawanan pengertiannya antara peristiwa konkret yang dihadapi dengan peristiwa yang dihadapi dengan peristiwa yang diatur dalam undang-undang. Metode argumentum a contrario menitikberatkan pada ketidaksamaan peristiwanya. Di sini diperlakukan segi negatif daripada suatu undang-undang.15

c. Metode Penyempitan/Pengkonkretan Hukum Metode pengkonkretan hukum (rechtsvervijnings) bertujuan untuk mengkonkretkan/ menyemputkan

15

(9)

9

suatu aturan hukum yang terlalu abstrak, pasif serta sangat umum, agar dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu. Dikatakan abstrak karena aturan hukum bersifat umum (norma luas) dan dikatakan pasif karena aturan hukum tersebut tidak akan menimbulkan akibat hukum kalau tidak terjadi peristiwa konkret. Dalam metode ini dibentuklah pengecualian-pengecualian atau penyimpangan-penyimpangan baru dari peraturan yang bersifat umum. Peraturan yang bersifat umum ini ditetapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus dengan penjelasan atau konstruksi dengan memberi ciri-ciri. 16

d. Fiksi Hukum Menurut Paton, metode penemuan hukum melalui fiksi hukum ini bersumber pada fase perkembangan hukum dalam periode menengah, yaitu setelah berakhirnya periode hukum primitif. Metode fiksi sebagai penemuan hukum ini sebenarnya berlandaskan pada asas bahwa setiap orang dianggap mengetahui undang-undang. Esensi dari fiksi hukum merupakan metode penemuan hukum yang mengemukakan fakta-fakta baru, sehingga tampil suatu personifikasi baru di hadapan

16

(10)

10

kita. Fungsi dari fiksi hukum di samping untuk memenuhi hasrat menciptakan stabilitas hukum, juga utamanya untuk mengisi kekosongan undang-undang. Dengan kata lain, fiksi hukum bermaksud untuk mengatasi konflik antara tuntutan-tuntutan baru dengan sistem hukum yang ada.17

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Undang-undang Persaingan Usaha juga mengatur pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan komisi negara dan lembaga penegak hukum independen terhadap praktik persaingan usaha dan member saran kebijakan persaingan. Bebas dari pengaruh dan control pemerintah dan pihak manapun. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tidak Sehat dibentuk dengan keputusan presiden No. 75 Tahun 1999. Pasal-Pasal yang member mandate atas keberadaan KKPU adalah :

Pasal 34

1. Pembentukan Komisi serta susunan organisasi, tugas, dan fungsinya ditetapkan dengan keputusan Presiden.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha dibentuk dengan tugas antara lain untuk melakukan pengawas terhadap pelaksanaan Undang-undang No. 5 Tahun 1999, yang memuat ketentuan anatara lain tentang :

a. Perjanjian yang dilarang b. Kegiatan yang dilarang c. Posisi dominan

d. KKPU dan

e. Penegakan hukum (ketentuan saksi)

(11)

11

Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga berwenang member saran dan pertimbangan kepada pemerintah berkaitan dengan kebijakan yang mempengaruhi persaingan usaha dalam bentuk kajiann proses pembentukan peraturan, evaluasi kebijakan, atau rekomendasi diberlakukanya kebijakan. KKPU bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR

Bertitik tolak pada tujuan diun-dangkannya UU No. 5 tahun 1999, padaPasal 3 dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemberlakuan UU No. 5 tahun 1999 adalah untuk:

1.Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2.Mewujudkan iklim usaha yang kon-dusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

3.Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

(12)

12 4. Monopoli

a. Pengertian

Secara etimologi, kata monopoli berasal dari kata yunani ‘monos’ yang berarti sendiri dan ‘polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut, secara sederhana orang lantas member pengertian monopoli sebagai suatu kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan

(supply) suatu barang atau jasa tertentu.18

Secara lebih luas monopoli memiliki arti pengusahaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Sedangkan praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dana atau pemaran atas barang atau jasa tertentu sehungga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.19

Menurut pengertian diatas, monopoli tidak hanya diartikan mencakup struktur pasar dengan adanya satu pemasok atau pembeli di pasar bersangkutan. Sebab struktur pasar demekian (hanya ada satu pemasok) jarang sekali terjadi. Pengertian monopoli sebenarnya lebih luas dari itu. Jangkauan kata monopoli dapat dilihat jika seorang yang monopolis menguasai pangsa pasar 50 persen. Dengan demikian, pada pasar tersebut masih ada pelaku usaha (pesaing), namun terdapat satu atau dua pelaku yang lebih menguasai20

Yang harus diperjelas adalah apakah pengertian pada defenisi di atas menekankan pada „‟hasil monopoli‟‟ atau „‟proses monopoli‟‟.

18 Ibid., h. 19. 19 Suharsil, Op.Cit., h. 2. 20

(13)

13

Monopoli menekankan terciptanya suatu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha penekanan pengertiannya pada terjadinya monopoli atau monopolisasi pehaman ini menjadi penting untuk mendudukkan kegiatan atau perjanjian yang dilarang.

Dengan demikian, kata „‟monopoli‟‟ berarti kondisi pengasuaan atas produksi dan pemasaran oleh satu kelompok satu pelaku usaha tertentu. sedangkan praktik monopoli menekankan pada pemusatan kekuasaan sehingga terjadi kondisi pasar yang monopoli. Karenanya, praktik monopoli tidak harus langsung bertujuan menciptakan monopoli, tetapi istilah ini pada umumnya menggambarkan suatu usaha mencapai atau memperkuat posisi dominan di pasar. Dalam hal praktik monopoli, yang berarti menekankan pada proses monopoli dapat melihat beberapa hal sebagai berikut, yakni penentuan mengenai pasar bersangkutan, penilian terhadap keadaan pasar, dan adanya kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengusai pasar.

Menekankan pada praktik monopoli berarti mengabaikan monopoli yang terjadi secara alamiah. Monopoli dapat dengan dua cara, pertama, monopoli alamiah (natural monopoly) yang terjadi akibat kemampuan seseorang atau sekelompok pelaku usaha yang mempunya kelebihan tertentu sehingga membuat pelaku usaha lain kalah bersaing. Satu pelaku usaha pada pasar sepatu yang mempunyai kulitas yang sangat

(14)

14

baik, dapat menekan biaya produksi, pemasaran yang prima tentu akan diminapi konsumen, sehingga secara „‟alamiah‟‟.21

b. Beberapa Jenis Monopoli

Adapun jenis-jenis monopoli adalah sebagai berikut :

1. Monopoli yang terjadi karena memang dikehendaki oleh Undang-Undang (Monopoly by law). Pasal 33 UUD 1945 menghendaki adanya monopoli untuk menguasai bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Selain itu, undang-undang juga memberikan hak istimewa dan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu terhadap pelaku usaha yang memenuhi syarat tertentu atas hasil riset dan inovasi yang dilakukan sebagai hasil pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.

2. Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung oleh iklim dan lingkungan usaha yang sehat

(monopoly by nature). Monopoli bukanlah suatu kegiatan

yang jahat atau terlarang apabila kedudukan tersebut diperoleh dengan mempertahankan posisi tersebut melalui kemampuan prediksi dan naluri bisnis yang propfersional. Kemampuan sumber daya manusia yang professional, kerja

21

(15)

15

keras dan strategi bisnis yang tepat dalam mempertahankan posisinya akan membuat suatu perusahaan memiliki kinerja yang unggul sehingga tumbuh secara cepat dengan menawarkan suatu kombinasi antara kualitas dan harga barang dan jasa serta pelayanan sebagaimana dikehendaki konsumen.

3. Monopoli yang diperoleh dari melalui lisensi dengan menggunakan mekanisme kekuasaan (monopoly by license). Monopoli seperti ini dapat terjadi oleh karena

adanya kolusi antara para pelaku usaha dengan birokrat pemerintah. Kehadirannya menimbulkan distorsi ekonomi karena mengangy bekerjanya mekanisme pasar yang efesien.

4. Monopoli karena terbentuknya struktur pasar akbit perilaku dan sifat serakah manusia. Sifat-sifat dasar manusia yang menginginkan keuntungan besar dalam waktu yang singkat dan dengan pengorbanan dan modal yang sekecil mungkin atau sebaliknya, dengan menggunakan modal (capital) yang sangat besar untuk memperoleh posisi dominan guna menggusur pesaing yanga ada. Unsur-unsur yang mempengaruhi para pelaku usaha tersebut manifestasinya dalam praktik bisnis sehari-hari adalah sedapat-dapatnya menghindari munculnya pesaing baru atau rivalitas dalam berusaha akan menurunkan tingkat keuntungan

(16)

16 c. Kegiatan yang dilarang

Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24. Undang undang ini tidak memberikan defenisi kegiatan,seperti halnya perjanjian. Namun demikian, dari kata “kegiatan” kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah aktivitas, tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang dilarang merupakan perbuatan hukum dua pihak maka dalam kegiatan yang dilarang adalah merupakan perbuatan hukum sepihak. Adapun kegiatan kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :

1. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

2. Monopsoni adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar yang bertindak sebagai pembeli tunggal,sementara pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang bertindak sebagai penjual jumlahnya banyak.

3. Penguasan pasar adalah dimana pelaku usaha melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan atau mematikan usaha

(17)

17

pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat 4. Persekongkolan adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh

pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol (pasal 1 ayat (8) UU No.5/1999).

5. Jabatan Rangkap Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa seorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain.

6. Pemilikan Saham Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha dalam bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang sama.

7. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mengatakan bahwa pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari keuntungan.22

d. Perjanjian yang Dilarang

22

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

(18)

18

Larangan melakukan perjanjian dengan pelaku usaha lain yang dapat mengakibatkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. Larangan-larangan tersebut adalah :

1. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan atau berakibat penguasaan produksi dan atau persamaan barang atau jasa (pasal 4 ayat 1).

2. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga barang atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen (pasal 5 ayat 1) 3. Membuat perjanjian dengan pembeli yang mengakibatkan terjadinya perbedaan (diskriminasi) harga barang atau jasa yang harus dibeli oleh pembeli yang satu dengan pembeli yang lain (pasal 6).

4. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga dibawah harga pasar (pasal 7).

5. Membuat perjanjian yang melarang pembeli barang atau jasa untuk menjual atau memasok kembali barang atau jasa yang dibelinya itu dengan harga yang lebih rendah dari pada harga yang ditetapkan dalam perjanjian (pasal 8).

6. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran diantara mereka, dimana pelaku usaha yang satu hanya akan melakukan pemasaran diwilayah pemasarannya sendiri sebagaimana yang telah disepakati dan tidak melakukan pemasaran di wilayah pemasaran mitra janjinya (pasal 9)

7. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan melakukan pemboikotan terhadap para pelaku usaha pesaing mereka yang bertujuan : - Menghalangi pelaku usaha lain untuk dapat melakukan usaha yang sama (pasal 10 ayat 1).

(19)

19

- Menolak menjual setiap barang atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain (pasal 10 ayat 2 huruf a), dan membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan (pasal 10 ayat 2 huruf b).

8. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan terbentuknya suatu kartel diantara mereka (pasal 11).

9. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama dengan membentuk suatu trust diantara mereka (pasal 12) 10. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk

terciptanya oligopsoni (pasal 13)

11. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk terjadinya integrasi vertikal diantara mereka (pasal 14)

12. Membuat perjanjian yang mempersyaratkan agar pelaku usaha yang lain hanya memasok atau tidak memasok kembali barang atau jasa yang telah dibelinya kepada pihak tertentu atau ditempat tertentu (pasal 15 ayat 1) 13. Membuat perjanjian dengan pihak lain yang mempersyaratkan bahwa

pihak lain hanya dapat membeli apabila yang bersangkutan membeli pula barang atau jasa yang lain dari yang bersangkutan (pasal 15 ayat 2) 14. Membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga atas barang

atau jasa yang mensyaratkan bahwa pihak yang lain akan diberi harga yang dimaksud atau akan diberi potongan atas harga tersebut apabila yang bersangkutan : - Bersedia pula membeli barang atau jasa yang lain (pasal 15 ayat 3 huruf b) - Tidak akan membeli barang atau jasa yang sama dari pelaku usaha pesaingnya (pasal 15 ayat 3 huruf a).

(20)

20

15. Membuat perjanjian dengan pihak diluar negeri yang membuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (pasal 16)23

e. Posisi Dominan

Posisi dominan artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan posisi dominan merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan, penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan dan permintaan barang atau jasa tertentu. Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud pasal 25 ayat (1) apabila:

a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau

b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bentuk-bentuk penyalahgunaan posisi dominan atau hambatan-hambatan persaingan usaha yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan adalah ditetapkan di dalam Pasal 25 ayat 1 UU antimonopoli. Ketentuan tersebut menetapkan bahwa pelaku usaha

23

(21)

21

dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :

a. Menetapkan syarat-syarat pergadangan dengan tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing dari segi harga maupun kualitas; atau b. Membatasi pasar pengembangan teknologi; atau c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi

menjadi pesaing untuk memasuki pasar yang bersangkutan.

5. Pasar

a. Pengertian

Pasar merupakan suatu tempat dimana para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan jual beli barang. Penjual dan pembeli akan melakukan tawar menawar harga hingga tercapai kesepakatan harga. Hal ini merupakan pengertian pasar secara konkrit, atau dengan kata lain pasar merupakan tempat orang bertemu untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Hal ini merupakan pengertian pasar secara konkrit, artinya pengertian pasar dalam kehidupan sehari-hari tempat orang bertemu untuk melakukan suatu transaksi jual beli barang.24 Di dalam Perpres nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar

24

Jurnal Dinamika Hukum Aspek Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern diakses 23 oktober 2018 pukul 15:22.

(22)

22

tradisional pusat perbelanjaan dan toko modern pengertian pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. 25 Seiring dengan perkembangan zaman pasar kemudian melahirkan dua konsep yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

b. Pasar Tradisional

Dalam Perpres nomor 112 tahun 2007 pasal 1 ayat 2 pengertian pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.26 Dari pengertian diatas bahwa pasar tradisional bukan hanya pasar yang dibangun oleh pemerintah yang cakupannya luas, namun toko-toko dan kios yang berada di sekitar pemukiman juga dapat dikatan pasar tradisional, lebih lanjut diatur dalam undang-undang nomor tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah.

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

25

Perpres No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

(23)

23

Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

(24)

24

Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.27

c. Pasar Modern

Pasar Modern yaitu pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung, melainkan pembeli melihat lebel harga yang tercantum dalam harga (barcode) dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual di pasar modern, selain bahan makanan juga terdapat barang lain

27

(25)

25

yang merupakan jenis barang yang dapat bertahan lama.28 Toko modern dan pusat perbelanjaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar Modern. Perpres 112/ 2007 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Perizinan toko modern dan pusat Tok perbelanjaan juga diatur dalam sejumlah Peraturan Daerah. Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah:

1. Minimarket, kurang dari 400 m².

2. Supermarket, 400 m² sampai dengan 5.000 ml.

3. Hipermarket, di atas 5.000 m².

4. Department Store, di atas 400 m².

5. Grosir/Perkulakan, di atas 5.000 ml.

Khusus untuk usaha Toko Modern dengan modal dalam negeri 100% (PMDN), maka batasan luas lantainya adalah :

a. Minimarket, dengan luas lantai penjualan kurang dari 400 m².

28

http://eprints.umm.ac.id/36244/3/jiptummpp-gdl-rahmawati2-47438-3-babii.pdf diakses 25-10-2018 pukul 01:46.

(26)

26

b. Supermarket, dengan luas lantai penjualan kurang dari 1.200 m².

c. Department Store, dengan luas lantai penjualan kurang dari 2.000 m².

Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah:

a. Minimarket, Supermarket, dan Hipermarket menjual barang konsumsi secara eceran terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;

b. Department Store menjual barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya secara eceran dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan

c. Perkulakan/Grosir menjual barang konsumsi secara grosir.

Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib memenuhi sejumlah persyaratan berikut:

a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, dan keberadaan UMKM yang ada di wilayah yang bersangkutan.

b. Memperhatikan jarak antara Hipermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya.

c. Menyediakan area parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m² luas

(27)

27

lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern. Penyediaan area parkir dapat dilakukan berdasarkan kerja sama antara pengelola Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern dengan pihak lain.

d. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (higienis), aman, tertib, dan menyediakan ruang publik yang nyaman.

Jam kerja atau jam operasional Hipermarket, Department Store, dan Supermarket terbatas (dibatasi) dan tidak boleh buka hingga 24 jam seperti halnya Minimarket. Untuk hari Senin sampai Jumat, batasan jam kerjanya adalah pukul 10.00 sampai pukul 22.00 waktu setempat.

d. Retail

Definisi Retail Perkembangan dunia bisnis belakangan ini sangat mendukung perkembangan bagi para retailer yang berada di pasar, terutama para retailer besar. Meningkatnya tingkat konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat industri ini semakin dilirik oleh para pelaku bisnis. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil”29

.

Di dalam mekanisme pasar, pada pokoknya terdapat dua pihak yang selalu terlibat dalam setiap transaksi yakni pembeli atau konsumen dan produsen. Sehubungan dengan itu, menurut Salim Kartono, penjual dapat dibedakan menjadi pedagang eceran (retailer) dan pedagang grosir (wholeseller). Pedagang eceran

29

(28)

28

adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai kecil, sementara pedagang grosir adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan barang-barang dalam partai (jumlah) besar kepada eceran.30

Dalam menyelenggarakan kegiatannya, para pedagang baik itu pedagang eceran maupun grosir akan menciptakan pasar. Hal itu tersimpul dari kenyataan bahwa setiap pedagang akan membuka toko atau tempat usaha dan melalui tempat usaha itu pedagang melakukan penawaran barang dan/jasa. Apabila terdapat permintaan barang dan/atau jasa tersebut oleh konsumen, maka akan terdapat mekanisme antara pedagang tersebut dengan konsumen yang datang, dengan demikian pasarpun tercipta. Berdasarkan kenyataan tersebut, pedagang grosir akan menciptakan pasar grosir dan pedagang eceran akan menciptakan pasar ritel31

Berikut ini definisi retailing menurut beberapa ahli:

1. Menurut Levy dan Weitz (2001) “Retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga”. Jadi konsumen yang menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen akhir yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri. 2. Menurut Berman dan Evans (2001) “Retailing merupakan suatu

usaha bisnis yang berusaha memasarkan barang dan jasa kepada konsumen akhir yang menggunakannnya untuk keperluan pribadi dan rumah tangga”. Produk yang dijual dalam usaha retailing

30

Ibid h 58

31

Jurnal hukum eksistensi minimarket waralaba dalam persaingan usaha berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli diakses 22-10-2018 pukul 13 :15.

(29)

29

adalah barang, jasa maupun gabungan dari keduanya. Berdasarkan definisi-definisi retailing di atas, Endang (2012) dapat merumuskan beberapa hal mengenai retailing, yaitu:

a. Retailing atau usaha eceran adalah mata rantai terakhir dari saluran distribusi.

b. Retailing mencakup berbagai macam aktivitas, namun aktivitas yang paling pokok adalah kegiatan menjual produk secara langsung kepada konsumen.

c. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa atau kombinasi keduanya. d. Pasar sasaran atau konsumen yang menjadi target adalah konsumen non bisnis, yaitu yang mengkonsumsi produk atau kebutuhan pribadi dan rumah tangga.32

6. Kebijakan Penataan Toko Modern

Perkembangan toko modern di Indonesia yang sangat pesat menjadikan pemerintah harus mengambil keputusan untuk membuat peraturan untuk mengatur keberadaan toko modern. Peraturan itu oleh pemerintah dituangkan kedalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Pembinaan Dan Penataan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern yang kemudian diikuti dengan Peraturan

32

(30)

30

Menteri Dalam Negeri No/53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Kedua peraturan tersebut mngatur mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional pusat perbelanjaan dan toko modern dan saling terkait satu sama lain mengenai ketentuan pendirian, ketentuan oprasional, dan juga ketentuan dari aspek analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi tentang Toko modern (Indomaret & Alfamart)

Indomaret adalah jaringan ritel waralaba di Indonesia. Indomaret merupakan salah satu anak perusahaan Salim Group. Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas area penjualan kurang dari 200 m2. Toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988, dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah memiliki lebih dari 230 gerai. Jumlah gerai hingga tahun 2015 adalah 11.400 gerai dengan rincian 60% gerai adalah milik sendiri dan sisanya waralaba milik masyarakat. Sampai dengan awal tahun 2017, jumlah gerai sebanyak 13.000 toko. Mitra usaha waralaba ini meliputi: koperasi, badan usaha dan perorangan.

(31)

31

Indomaret tersebar merata dari Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi. Motto perusahaan adalah "mudah dan hemat‟‟33

Sasaran pemasaran Indomaret adalah konsumen semua kalangan masyarakat, lokasi gerai yang strategis dimaksudkan untuk memudahkan Indomaret melayani sasaran demografinya yaitu keluarga. Sistem distribusi dirancang seefisien mungkin dengan jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia yang kompeten, menjadikan Indomaret memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Saat ini Indomaret memiliki 8 pusat distribusi di Ancol Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung, Semarang dan Surabaya. Dengan menjalin lebih dari 500 pemasok, Indomaret memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya. Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang pesat dengan jumlah transaksi 14,99 juta transaksi per bulan didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi Indomaret pada setiap

point of sales di setiap gerai mencakup sistem penjualan, persediaan dan

penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan perkembangan jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang.

Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas

33

(32)

32

pembayaran Debit BCA. Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital

picking system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan

pelayanan permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-toko dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.

Visi Indomaret sendiri adalah menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global. Sedangkan mottonya adalah “mudah & hemat”. Budaya yang diterapkan dalam tubuh perusahaan Indomaret adalah Dalam bekerja kami menjunjung tinggi nilai-nilai:

a) Kejujuran, kebenaran dan keadilan b) Kerja sama tim

c) Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis d) Kepuasan pelanggan34

PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan jasa eceran yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari. Alfamart dapat dimiliki masyarakat luas dengan cara kemitraan. Perusahaan ini didirikan pada 27 Juni 1999. Pada saat berdiri, perusahaan bernama PT. Alfamart Mitra Utama (AMU). Pemegang saham perusahaan ini adalah PT. Alfamart Retailindo Tbk. dengan saham sebesar 51% dan PT. Lancar Distrindo sebesar 49%. Toko pertama dibuka dengan nama Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober 1999 berlokasi di Jl. Beringin

34

(33)

33

Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1 Agustus 2002, Kepemilikan beralih ke PT Sumber Alfaria Trijaya dengan komposisi pemegang saham: PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 70% dan PT Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Pada tanggal 1 Januari 2003 nama Alfa Minimart diganti menjadi Alfamart. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki toko lebih dari 2.266 buah toko.

Toko pertama dibuka 18 oktober 1999 dengan nama ”Alfa Minimart” di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1 Januari 2003 berubah nama menjadi Alfamart. Visi dari Alfamart adalah Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global, sedangkan misinya adalah:

a) Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

b) Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

c) Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

d) Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan , pemasok, karyawan, pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

Budaya yang dijunjung dalam bekerja adalah: a) Integritas yang tinggi.

b) Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik. c) Kualitas & Produktivitas yang tertinggi. d) Kerjasama Team.

(34)

34

Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area perumahan, fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto yang digunakan Alfamart adalah “belanja puas harga pas”.35

2. Putusan KPPU No. 03/KPPU-L-I/2001

Putusan KPPU No. 03/KPPU-L/I/2000 PT indomarco Prismatama di gugat oleh lemabaga swadaya masyarakat menyatakan bahawa sebagian besar pengusaha kecil/pemilik warung menyatakan memiliki dampak negatif dari berdirinya swalayan indomaret terhadap usaha mereka, yaitu berupa :

1. Penghasilan atau omset penjualan menjadi turun drastis;

2. Banyak usaha kecil yang tutup atau tidak berjualan lagi karena kalah bersaing dalam harga dan pelayanan dengan Toko Swalayan Indomaret;

3. Biaya kehidupan rumah tangga mereka terancam, karena sebelumnya warung tersebut merupakan mata pencarian untuk biaya kehidupan sehari hari.

Keberadaan Indomaret tersebut mempunyai dampak merugikan pengusaha kecil yang ada disekitarnya, di setiap satu Toko Swalayan Indomaret. Padahal di sekitarnya diperkirakan ada 10 usaha kecil, maka apabila ada 290 Toko Swalayan Indomaret akibatnya 2900 usaha

35

(35)

35

kecil terancam mati, karena kalah bersaing dengan harga dan kenyamanan yang disediakan oleh Indomaret.

Swalayan Indomaret tersebut telah atau diduga oleh Saksi Pelapor melanggar Undang-Undang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada Pasal 1 Ayat 4. Maksud dari posisi dominan yaitu: menguasai pangsa pasar karena kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan. Pasal 1 Ayat 8 persekongkolan menguasai pasar untuk kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol, sehingga dilarang sesuai Pasal 22 tentang persekongkolan dan pasal 25 tentang posisi dominan, kemudian Pasal 15 tentang larangan membuat persyaratan pemasokan dari pelaku usaha tertentu.

Setelah melakukan monitoring, komisi menemukan adanya keresahan sosial yang disebabkan oleh praktek usaha Terlapor disamping dugaan pelanggaran sebagaimana yang dilaporkan atas Pasal 15, Pasal 22, dan Pasal 25 Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Keresahan sosial yang dimaksud adalah persaingan yang terjadi antara pelaku usaha besar dengan pelaku usaha kecil yang menimbulkan gangguan keseimbangan yang berpotensi menurunkan kesejahteraan pelaku usaha kecil. Disamping itu juga disebabkan oleh hal-hal berkaitan dengan perizinan usaha, lokasi usaha, jam pelayanan, dan tata ruang yang berasaskan kepentingan secara terpadu guna mewujudkan keseimbangan kepentingan.

(36)

36

Majelis Komisi menemukan fakta sejumlah warung kecil di sekitar Toko Swalayan Indomaret di wilayah Jakarta, Bekasi dan Tangerang, sebagai berikut:

1. Seluruh warung menyatakan merasakan terpengaruh dengan berdirinya Toko Swalayan Indomaret yaitu terjadi penurunan omset penjualan;

2. Terdapat harga-harga yang lebih murah untuk produk tertentu khususnya yang berasal dari PT. Indomarco Adi Prima yang dijual di Toko Swalayan Indomaret;

3. Sebagian besar warung kecil yang berada di sekitar Toko Swalayan Indomaret, memiliki kemampuan bersaing yang rendah karena keterbatasan manajemen, permodalan, dan keterbatasan akses terhadap pasokan barang.

Bahwa Toko Swalayan Indomaret memang banyak berlokasi di daerah pemukiman dan di lokasi-lokasi di mana telah terdapat banyak pengecer-pengecer kecil yang melakukan kegiatan usaha yang sama. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung telah mengganggu kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengecer kecil. Selain itu, Indomaret juga terbukti dalam menjalankan usahanya, menjual produk-produk tertentu dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga jual para pengecer kecil. Kegiatan tersebut dilakukan dengan memberikan potongan harga secara berkala setiap dua minggu atau setiap bulan melalui promosi super hemat.

(37)

37

Dalam putusan tersebut, KPPU menyatakan bahwa Indomaret dalam pengembangan usahanya kurang memperhatikan prinsip keseimbangan sesuai asas demokrasi ekonomi dalam menumbuhkan persaingan sehat antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan

umum. KPPU juga menyerukan agar Indomaret dalam

mengembangkan usahanya untuk melibatkan masyarakat setempat di antaranya dengan memperbesar porsi kegiatan waralaba. Ditemukan beberapa fakta yang patut ditengok sebagai bahan pertimbangan apakah putusan yang diambil oleh KPPU sudah tepat atau belum. Atas fakta-fakta tersebut, KPPU menilai bahwa Indomaret tidak secara bersungguh-sungguh melaksanakan hal-hal yang telah diamanatkan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Prakktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Anti Monopoli).

Putusan terhadap gugatan tersebut menyatakan memerintahkan kepada Terlapor untuk menghentikan ekspansinya di pasar-pasar tradisional yang berhadapan langsung dengan pengecer kecil dalam rangka mewujudkan keseimbangan persaingan antar pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.36

Dalam Pasal 2 UU Anti Monopoli, dijelaskan bahwa setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya perlu memperhatikan keseimbangan umum dengan memberi kesempatan kepada pelaku usaha lain dalam menjalankan usahanya sebagai pesaing atau yang berpotensi sebagai pesaing agar dapat berkembang secara wajar. Sedangkan dalam Pasal 3 UU Anti

36

(38)

38

Monopoli juga dinyatakan tentang perlunya menjaga kepentingan umum dan menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha bagi pelaku usaha besar, menengah, dan kecil.

Kepentingan umum dalam Pasal 3 undang-undang anti monopoli dimaksud untuk memperhatikan situasi dan kondisi kegiatan usaha agar kegiatan usaha dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan benar, tidak ada kesenjangan dari pelaku usaha besar, kecil dan menengah baik karena faktor dekat dengan elit penguasa yang kemudian mendapatkan kemudahan berlebihan sehingga berdampak kepada kesenjangan sosial, hal ini merupakakan harapan agar tercipta iklim persaingan usaha yang sehat.

Kepastian dan kesempatan berusaha bagi pelaku usaha artinya memberikan jaminan kepastian hukum bagi setiap pelaku usaha untuk membuka dan meningkatkan usahanya, serta terhindar dari pemusatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan social.

C. Analisis

1. Landasan Teoritis Keterlibatan Negara Dalam Mengatur Persaingan Usaha

Hubungan antara hukum dan ekonomi merupakan suatu relasi yang saling terpaut. Kehadiran hukum dalam mengatur aktivitas ekonomi ibarat kereta api dan relnya. Hukum adalah “relnya” dan “ekonomi” adalah kereta apinya. Hukumlah yang akan mengatur segala aktivitas negara dan

(39)

39

masyarakat termasuk aktivitas enokomi. Perlunya hukum dalam mengatur aktivitas ekonomi sebagai konsekuensi dari syarat dari adanya negara hukum.37 Julius F Stahll mengemukakan ada empat unsur yang harus dipenuhi untuk dikatakan bahwa sebuah negara sebagai negara hukum yaitu, adanya :

a) Perlindungan hak asasi warga Negara b) Pembagian dan pemisahan kekuasaa

c) Pemerintah yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

d) Adanya peradilan administrasi

Keterlibatan negara dalam mengatur ekonomi merupakan salah satu asas penting dalam cita hukum ekonomi nasional, selain itu Sri Redjeki Hartono mengemukakan dua asas lainnya yaitu asas keseimbangan dan asas pengawasan baik. Sri Redjeki Hartono menjelaskan bahwa keterlibatan negara dalam mengatur kegiatan ekonomi untuk menjaga adanya keseimbangan kepentingan semua pihak, kepentingan konsumen dan produsen, kepentingan negara dan kepentingan umum terhadap kepentingan perusahaan dan kepentingan pribadi. Sebab jika ekonomi dibiarkan beroperasi tanpa regulasi pemerintah maka yang terjadi kondisi eksploitasi dan hubungan yang tidak harmonis antara para pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi yang kuat “memakan” pelaku ekonomi yang rendah.

37

Mansur amin bin ali Jurnal Hukum Jatiswara universitas mataram diakses pada 02-10-2018 pukul 16 : 24.

(40)

40

Dalam kaitannya dengan keterlibatan negara dalam kegiatan ekonomi Friedmann mengemukakan empat fungsi negara yaitu :

a) Negara sebagai penyedia, yaitu kebijakan pemerintah dalam memenuhi standar minimal yang diperlukan masyarakat untuk mengurangi dampak pasar bebas yang dapat merugikan masyarakat,

b) Fungsi negara sebagai pengatur dalam menjamin ketertiban agar tidak kekacauan dalam aktivitas ekonomi,

c) Pemerintah turut betindak sebagai pelaku ekonomi dalam menjalankan usaha yang menjadi hajat hidup orang banyak yang tidak dapat dilakukan oleh pihak swasta

d) Negara berfungsi sebagai pengawas terhadap berbagai produk aturan hukum untuk menjaga keadilan dan ketertiban sekaligus betindak sebagai penegak hukum38

Kehadiran hukum dalam konteks pembangunan ekonomi diharapkan dapat menciptakan kondisi stabilitas (stability), dapat memprediksi kondisi perekonomian di masa yang akan datang

(predictability) dan menciptakan keadilan (fairness) dalam

melakukan aktifitas ekonomi. Fungsi hukum sebagai stabilisator dalam artian bahwa hukum mampu menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan kepentingan yang saling bersaing dalam aktifitas ekonomi.39

2. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Pasar Tradisional

Dalam Pasal 33 UUD‟45 menetapkan bahwa perekonomian Indonesia bertujuan pada pembangunan ekonomi berdasarkan demokratis

38

Ibid.

(41)

41

bersifat kerakyatan dengan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia melalui pendekatan kesejahtraan dan mekanisme pasar. Tujuan perekonomian nasional dapat dicapai dengan memberikan perasamaan kesempatan bagi setiap pelaku usaha besar maupun kecil yang tidak lain adalah esensi daripada ekonomi pasar yang ada sekarang.

Perlindungan hukum yang diberikan oleh UU No. 5 Tahun 1999, terhadap pelaku usaha kecil inheren dengan latar belakang pemebentukan dari UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sejalan dengan pertimbangan pembentukan UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berikut penjelasannya, secara rinci Pande Silalahi mengatakan bahwa salah satu faktor utama yang menjadi latar belakang pembentukan UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah adanya ketimpangan ekonomi sebagai akibat prosentase pelaku usaha yang tidak berimbang.40 Bahwa berdasarkan data statistik diketahui 99% dari pelaku usaha di Indonesia adalah usaha kecil dan mereka hanya menguasai aset ekonomi sebanyak 40% dari ekonomi nasional. Sementara itu sebesar 1% yang disebut usaha yang berskala besar dan menengah menguasai sekitar 60% aset ekonomi nasional.

Pada akhirnya solusi yang ditawarkan terwujud secara tegas dalam salah satu pengecualian dari UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan secara tersirat terwujud dalam asas hukum UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan tujuan dari pembentukan UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Asas tersebut

40

(42)

42

inheren dengan tujuan dari pembentukan UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana halnya termuat dalam Pasal 3 UU Persaingan Usaha. Dinyatakan dalam Pasal 2 UU Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.

Konsep perlindungan terhadap pasar tradisional dimanifestasikan oleh pemerintah dalam Perpres No. 112 tahun 2007. Dalam Pasal 4 disebutkan tentang persyaratan pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern. Untuk mendirikan pusat perbelanjaan dan toko modern harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain;

1. Harus memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah dimana pasar modern tersebut hendak dibangun;

2. Pendirian pasar modern juga harus memperhatikan jarak dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya;

Berkaitan dengan Perpres No 112 Tahun 2007, Menteri Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012. Dalam

(43)

43

Peraturan Menteri Perdagangan tersebut dijelaskan bahwa hal-hal yang dianalisa berkaitan dengan pendirian pasar ritel modern adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional sebagaimana disebutkan dalam Perpres No. 112 tahun 2007 diatas. Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional serta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) antara lain berkaitan dengan struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan, tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga, kepadatan dan pertumbuhan penduduk, kemitraan dengan UMKM lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional sebagai sarana bagi UMKM lokal, keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah ada, dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Analisa yang berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat tersebut harus dilakukan oleh lembaga independen. Disamping itu, hasil analisis tersebut juga merupakan satu kesatuan yang harus diikutsertakan pada saat pengajuan ijin untuk mendirikan pasar modern. Hal lain yang harus diperhatikan sebelum pendirian pasar dan atau toko modern adalah, lokasi pendirian harus mengacu pada rencana atau ruang wilayah kabupaten/kota dan juga rencana detail tata ruang kabupaten/kota serta memperhatikan pengaturan tentang zonasinya.

(44)

44

Kaidah-Kaidah Hukum Yang Terdapat Pada :

Perpres No 112 Tahun 2007 Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 1. Pendirian pasar modern harus memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan memperhatikan jarak antara pasar modern dan pasar tradisonal yang telah ada sebelumnya. 2. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan pemerintah Memprioritaska n kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang Pasar Tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi Pasar Tradisional. (psl 15 ayat 2c) 1. Pendirian Pasar

Tradisional atau Pusat Perbelanjaan atau Toko

Modern selain

Minimarket harus

memenuhi persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional dan UMKM yang berada di wilayah bersangkutan. (psl 3 ayat 1)

2. Pendirian Minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi

dengan Pusat

Perbelanjaan atau

bangunan lain wajib memperhatikan: a. Kepadatan penduduk; b. Perkembangan pemukiman baru; c. Aksesibilitas

wilayah (arus lalu lintas); d. Dukungan/ketersedia an infrastruktur; dan 3. Keberadaan Pasar Tradisional dan warung/toko diwilayah sekitar yang lebih kecil daripada Minimarket tersebut.

1. Mempunyai tujuan untuk mendorong pasar tradisional agar mampu berkompetisi dan berdaya saing dengan pusat perbelanjaan dan

toko modern diperlukan pengelolaanda pemberdayaan pasar tradisional secara professional. 2. Ruang lingkup pengaturannya meliputi pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional yang dimiliki, dibangun dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(45)

45

3. Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Seiring dengan perkembangan zaman dalam dunia perdagangan, eksistensi pasar pun ikut berkembang. mall-mall hypermart maupun minimarket telah bermunculan sampai ke seluruh penjuru kota, kecamatan maupun di desa. proses perkembangan itu pun melahirkan dua konsep pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Regulasi pemerintah mengenai bisnis ritel dengan diberlakukan Perpres No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar Tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Sedangkan Toko Modern merupakan toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.

Dalam kaitan penataan pasar modern terhadap larangan praktik monopoli Penulis akan membahas secara lebih khusus pada kelompok Minimarket. Pertimbangannya adalah dari beberapa jenis pasar modern, minimarket memiliki pengaruh paling besar terhadap ritel tradisional.

(46)

46

Pemain Pasar Modern Pada kelompok Minimarket, hanya terdapat 2 pemain besar yaitu Indomaret dan Alfamart. Indomaret merupakan pemain terbesar dengan pangsa omset sekitar 43,2 % dari total omset Minimarket di Indonesia. Sementara Alfamart membuntuti dengan pengumpulan omset sebesar Rp7,3 triliun atau sekitar 40,8 % dari total omset Minimarket di Indonesia. Indomaret mempunyai jaringan Minimarket dengan jumlah gerai terbanyak, dibuntuti Alfamart. Jumlah gerai jaringan Indomaret mencapai 3.116 unit atau 30,3 % dari total jumlah gerai Minimarket yang ada di Indonesia, sementara jumlah gerai jaringan Alfamart mencapai 2.755 unit atau 26,8 % dari total jumlah gerai Minimarket di Indonesia. Minimarket merupakan jenis pasar modern yang agresif memperbanyak jumlah gerai dan menerapkan sistem franchise dalam memperbanyak jumlah gerai. Dua jaringan terbesar Minimarket yakni Indomaret dan Alfamart juga menerapkan sistem ini. Tujuan peritel minimarket dalam memperbanyak jumlah gerai adalah untuk memperbesar skala usaha (sehingga bersaing dengan skala usaha Supermarket dan Hypermarket), yang pada akhirnya memperkuat posisi tawar ke pemasok.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa indomaret dan alfamart merupakan ritel pasar modern yang paling besar di Indonesia. Berkaitan dengan itu penulis akan mengkaitkan Putusan KPPU No. 03/KPPU-L-I/2001 dengan upaya perlindungan hukum terhadap pelaku usaha pasar tradisional yang diberikan Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Praktik Larangan Monopoli.

(47)

47

Indomaret dan Alfamart adalah pelaku usaha dari jenis usaha minimarket yang menjual produk meliputi kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti produk makanan dan minuman dalam kemasan siap saji, kebutuhan sembilan bahan pokok serta fresh product, dan household

product. Hal ini cendrung memeliki kesamaan dengan pelaku usaha

tradisonal terutama warung-warung kecil kelontong yang juga menjual produk-produk kebutuhan rumah tangga. Walaupun demikian tentu ada beberapa jenis produk yang berbeda yang di jual oleh kedua pelaku usaha. Faktor-faktor lain yang menjadi persoalan antara ritel modern dan ritel tradisonal adalah lokasi yang secara umum berada di pemukiman-pemukian masyarakat dan area pinggir jalan. Berbeda dengan hypermart dan supermarket yang lokasinya berada jauh dari pemukiman masyarakat. Posisi letak inilah akan menjadi sangat mengkhawatirkan terhadap pasar ritel tradisional apabila pemerintah tidak segera membatasi kegiatan para pelaku usaha ritel modern yang ingin ekspansi untuk melebarkan usahanya dengan membuka gerai-gerai pasar modern di daerah yang strategis dekat dengan kawasan padat penduduk.

Penulis sependapat dengan putusan KPPU No. 03/KPPU-L-I/2001

dinyatakan bahwa dalam pengembangan usahanya, PT Indomarco Prismatama kurang memperhatikan prinsip keseimbangan sesuai asas demokrasi ekonomi antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Dikatakan bahwa persaingan antara pelaku usaha besar dan pelaku usaha kecil telah menimbulkan gangguan keseimbangan bagi kepentingan umum karena pelaku usaha kecil terancam kelangsungannya sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan pedagang sembako menggunakan beberapa strategi antara lain, (a) strategi pelayanan, tidak mudah putus asa

Menyiapkan SDM Vokasi Abad 21” Jurusan PTBB FT UNY, 15 Oktober 2016 129 Berdasarkan hasil deskriptif yang telah disebutkan di atas, bahwa diantara ketiga perlakuan tidak

Disamping itu, banyak penelitian tentang modal intelektual yang tidak mencantumkan item pengungkapan maupun kurangnya penjelasan mengenai definisi item pengungkapan

Ketika anda diberikan semacam jendela yang muncul bahwa konflik telah terdeteksi, hal yang terbaik adalah memilih <<Synchronize --- only>> Pilihan ini akan

Indonesia yang umumnya terjadi pada surat masuk di SMP Negeri 1 Peudawa adalah kesalahan ejaan, diksi, dan kalimat. Kesalahan ejaan berupa kesalahan penggunaan tanda

Kesadaran bayar energi dibangun dengan menampilkan semua informasi konsumsi daya beban dari konsumen seperti: tegangan, arus, faktor daya, sifat beban, jenis beban, daya,

Program pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi ITS bekerjasama dengan Universitas PGRI Ronggolawe untuk memberikan pelatihan dan pendampingan

N-Gain skor kinetika kimia mahasiswa angkatan 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan lama tetapi pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan dapat diterapkan