• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 New Media

Media massa berkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih dari komunikasi massa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya new media. Menurut Mc Quail (2011:43), new media adalah tempat dimana seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelite meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audiens dalam proses komunikasi yang semakin meningkat.

Istilah new media telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Kemunculan new media turut memberikan andil akan perubahan pola komunikasi masyarakat. New media, dalam hal ini internet sedikit banyak mempengaruhi cara individu bekomunikasi dengan individu lainnya. Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi kini dapat mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider telpon seluler. Keberadaan new media ini bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional, sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time (John Vivian 2008:262-264).

Bolter dan Grusin (2005) menekankan bahwa tujuan kehadiran new media adalah untuk memperbaiki keadaan media terdahulu. Oleh sebab teori ini menyatakan bahwa new media berasal dari media yang terdahulu, maka keadaan new media lebih baik daripada yang lama. "Each new medium is justified because it fills the lack or

(2)

repairs a fault in its predessor, because it fulfrls the unkept promise of an older medium" (Bolter & Grusin, 2005:57). Hal ini menunjukkan bahwa media lama mempunyai kelemahan dan new media berfungsi untuk membaiki kelemahan yang ada pada media lama. New media memiliki aksesbilitas dan jangkauan yang luas bagi penggunanya sebagai saluran alternatif dimana informasi dapat dikirim dan diproses dibandingkan dengan media konvensional (Rogers, 1986:2). Hal tersebut berimbas pada perubahan tampilan informasi, dimana new media lebih berisi informasi, tidak hanya hiburan, mengingat new media bukanlah media satu arah.

New media hadir dalam beragam tipe teknologi komunikasi, yang masing-masing menawarkan pendekatan dan fungsi komunikasi yang berbeda. McQuail (2010:4) kemudian membagi tipe teknologi tersebut menjadi lima tipe terkait dengan keberadaan media, yaitu:

1. Media komunikasi interpersonal (interpersonal communication media) Pesan dalam jenis teknologi ini bersifat privat dan mudah hilang. Selain itu, hubungan yang terbangun oleh jenis teknologi ini lebih utama dibandingkan dengan informasi yang disampaikan. Misalnya, telepon, handphone dan e-mail.

2. Media bermain interaktif (interactive play media) Interaktivitas dan dominasi dari kepuasan dalam proses yang diciptakan oleh jenis teknologi ini bersifat lebih utama dibandingkan dengan penggunaannya. Dengan kata lain, semakin interaktif proses komunikasi, semakin menarik pula permainannya. Misalnya, permainan berbasis komputer, video games, permainan yang terdapat pada internet, dan perangkat realitas virtual.

3. Media pencari informasi (information search media) Teknologi ini meliputi kategori yang luas dan dapat diakses dengan mudah. Interaktivitas dalam pencarian informasi juga merupakan aspek yang diperkuat oleh teknologi ini. Informasi memiliki keterkaitan satu sama lain dan setiap pengguna dapat membagikan dan memperbaiki informasi yang telah tersedia. Misalnya: internet, world wide web (WWW), portal/search engine, teleteks siaran (broadcast teletext), pelayanan data melalui radio (radio data services).

(3)

4. Media Partisipasi Kolektif (collective participatory media) Jenis teknologi ini tidak hanya berbagi dan mempertukarkan informasi, melainkan ide, pengalaman serta pengembangan hubungan personal aktif yang dimediasi oleh komputer. Tujuan dari penggunaan teknologi ini, yaitu mulai dari tujuan yang instrumental sampai emosional. Misalnya, penggunaan internet untuk berbagi dan pertukaran informasi, pendapat dan pengalaman.

5. Teknologi Substitusi Media Penyiaran Teknologi ini memungkinkan new media untuk menerima dan mengunduh konten yang sebelumnya didistribusikan oleh media penyiaran konvensional. Dengan metode yang serupa, new media juga menawarkan kegiatan menonton film, acara televisi, ataupun mendengarkan musik dan radio. Teknologi ini sering kita sebut dengan online streaming TV atau online streaming radio.

2.1.1 Karakteristik New Media

New media memiliki beberapa karakteristik lain yang tak dimiliki oleh media massa lainnya. Nasrullah (2014:14) mengangkat pendapat dari Holmes (2005) tentang kelebihan new media. Dalam pendapatnya media dibedakan menjadi 2 yakni media lama yang disebut brodcast dan new media yang disebut interactivity. Pada new media khalayak tidak sekedar ditempatkan sebagai obyek yang menerima pesan, akan tetapi peran khalayak bergeser menjadi lebih interaktif pada sebuah pesan. Konsep interaktif ini pada akhirnya juga mengaburkan batasan- batasan fisik dan sosial. Pada buku yang sama Nasrullah (2014:75) juga mengangkat pendapat Nicolas Gane dan David Beer (2008) tentang karakteristik new media, yaitu:

1. Network

Dimana new media memungkinkan jaringan yang menghubungkan tidak hanya antar perangkat komputer namun juga antar individu.

2. Interactivity

Dimana new media membangun struktur dari perangkat keras dan lunak yang melibatkan manusia sehingga manusia pengguna ini dapat berkomunikasi secara

(4)

interpersonal dengan orang lain dengan cara yang baru. Hal inilah yang juga pada akhirnya menghapuskan sekat sekat sosial dan ekonomi diantara komunikasi interpersonal tersebut. Bahkan dimungkinkan juga komunikasi terjalin antara pihak pihak yang berbeda latar belakang

3. Interface

Dimana new media bukan hanya mempertemukan manusia dengan perangkat komputer saja, namun new media menghubungkan manusia dengan orang lain, jaringan informasi, serta beragam data di internet. Interaksi antara sender dan receiver dilakukan dengan memproduksi text (kode). Text disini beberapa diantaranya telah menjadi universal dan dipakai oleh pengguna dari seluruh dunia.

2.2 Aksi

Aksi adalah suatu tindakan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, dalam bertindak manusia menggunakan cara teknik prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut (Hinkle dalam Upe, 2008:90).

Selain itu Parsons (dalam Ritzer, 2004:78) juga menjelaskan mengenai aksi, Parsons menyusun unit-unit dasar dari aksi dengan karakteristik:

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuan. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakan dalam mencapai tujuan.

2.3 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes melontarkan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci dari analisisnya. Dalam studinya, Barthes menekankan pentingnya peran pembaca tanda (the readers). Konotasi yang walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi (Sobur, 2004b: 63). Fokus perhatian Barthes

(5)

tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Pada tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda (objek) dan petanda (makna) di dalam tanda, dan antara tanda dan dengan referannya dalam realitasnya eksternal. Hal ini mengacu pada makna sebenarnya (riil) dari penanda (objek). Kemudian signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi)

Mitos terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Selain itu, Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.

1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

4. Connotative Signifier 5. Connotative Signified (Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) Tabel 2.1.

Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2004:69)

Dari gambar peta tanda Barthes di atas jelas terlihat bagaimana signifikasi dua tahap yang dimaksudkan oleh Barthes. Dimana tanda denotasi yang merupakan hubungan antara penanda dan petanda melandasi keberadaan tanda konotasi dibawahnya. Dapat dipahami bahwa tanda konotasi bukanlah sekedar makna tambahan, namun makna yang hadir seiring dengan keberadaan tanda denotasi.

(6)

Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebut oleh Barthes sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Sobur, 2004: 71).

Terdapat beberapa konsep penting dalam analisis semiotika Roland Barthes adalah:

1. Penanda dan Petanda

Menurut Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah ‘bunyi yang bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Menurut Saussure, penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti seperti dua sisi dari sehelai kertas. Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Setiap tanda kebahasaan, menurut Sausurre, pada dasarnya menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier) sedangkan konsepnya adalah pertanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan hanya akan menghancurkan ‘kata’ tersebut.

2. Denotasi dan Konotasi

Denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang ‘sesungguhnya’, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti sesuai dengan apa yang terucap (Sobur, 2004: 70) Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Denotasi bersifat langsung, dapat dikatakan sebagai makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga sering disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Sedangkan

(7)

menurut Kridalaksana, denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu.

Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata itu. Kata konotasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu connotare, yang berarti ‘menjadi tanda’ dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi) Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama dalam sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda (Berger, 2000: 55). Sedangkan konotasi (connotation, evertone, evocatory) diartikan sebagai aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca) (Sobur, 2004: 263).

3. Mitos

Pada umumnya mitos adalah suatu sikap lari dari kenyataan dan mencari ‘perlindungan dalam dunia khayal’. Sebaliknya dalam dunia politik, mitos kerap dijadikan alat untuk menyembunyikan maksud-maksud yang sebenarnya, yaitu membuka jalan, mengadakan taktik untuk mendapat kekuasaan dalam masyarakat yang bersangkutan dengan ‘melegalisasikan’ sikap dan jalan anti-sosial. Tujuan dari suatu mitos politik adalah selalu kekuasaan dalam negara, karena dianggap bahwa tanpa kekuasaan keadaan tidak dapat diubahnya. Demikianlah mitos mudah menjadi ‘alat kekuasaan’ yang sukar dibuktikan kebenarannya selama tujuan mitos belum menjadi kenyataan, maka apa yang dijanjikan oleh mitos masih saja dapat diproyeksikan ke masa ‘lebih ke depan’ lagi (Sobur, 2004b: 223-224).

(8)

2.4 Penelitian Terdahulu TABEL 2.2 No Nama dan Judul Skripsi Tujuan Metode Penelitian Hasil 1. Fransisco Lelapary 2015 (Universitas Muhammadiah Surakarta) Jokowi Dalam Televisi (Analisis Semiotik Konstruksi Pesan Komunikasi Non Verbal Jokowi Dalam Program Berita Feature “Gebrakan Jokowi” Di MetroTV ) Untuk mengetahui konstruksi pesan non verbal Jokowi dalam program feature “Gebrakan Jokowi” di MetroTV dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes

Kualitatif Melalui pesan non verbal yang

terkonstruksi dalam video ini, maka makna yang

tersampaikan adalah image positif Jokowi sebagai seorang pemimpin. Jokowi membangun citra positif sebagai seorang pemimpin melalui tanda komunikasi non verbal yang ditunjukannya, dalam penyiaran dirinya pada media massa

2. Laura Arya Wienanta 2018 (Universitas Sumatera Utara) Studi Semiotika Gaya Hidup Presiden Dalam Tayangan Vlog Jokowi Di Youtube 1. Menganalisis makna melalui tanda verbal dan nonverbal dalam Vlog “Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan “Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor”pada account Jokowi di Youtube. 2.

Kualitatif Melalui Vlog pertama berjudul “Bermain Bersama Cucu” Jokowi ingin menyampaikan bahwa ia dapat menemukan kebahagiaan dengan cara-cara yang sederhana, salah satunya dengan bermain bersama cucunya. Pada vlog kedua berjudul “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal

(9)

Mendeskripsikan gaya hidup Jokowi dalam vlognya melalui analisis semiotika. Citarasa Internasional” Jokowi mengapresiasi usaha anak muda dalam mengembangkan brand lokal. Jokowi juga menghimbau penonton untuk mencoba dan menikmati produk-produk lokal hasil karya anak bangsa. Pada vlog ketiga berjudul “Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor” Jokowi mensyukuri kelahiran sebagai rahmat dan berkah dari yang Maha Esa. Jokowi juga menyimbolkan suatu kelahiran bermakna harapan baru yang harus disambut sebagai sebuah optimisme. 3. Nina Prasentyanigsih 2016 (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang) Representasi Makna Tekad Dalam Film Kahanaani (Sebuah Analisis Untuk mengidentifikasi proses bertekad seseorang dan memahami makna tekad dalam film Kahanaani.

Kualitatif Secara denotasi, makna tekad terepresentasi melalui dialog antar pemain, terutama dialog tokoh Vidya yang selalu bertekad dapat menemukan suaminya. Melalui tokoh Vidya, makna sesungguhnya mengenai kekuatan tekad secara

(10)

Semiotika Model Roland Barthes) ditampilkan. Adanya niat, keyakinan, pengambilan keputusan dan juga tindakan yang tepat merupakan landasan dari kekuatan tekad untuk mencapai sebuah tujuan. Secara konotasi, makna tekad tereprsentasi melalui mimik wajah, kefokusan tatapan mata, dan dialog antar pemain, hingga intonasi suara yang dikeluarkan oleh pemeran utama yang teridentifikasi secara tersirat.

Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah pada unit analisanya, Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisa adalah pemaknaan aksi dalam Cuplikan Kemeriahan Opening Ceremony Asian Games 2018.

(11)

2.5 Kerangka Berpikir Gambar 6. Kerangka Berpikir New Media Youtube Net Entertainment News Konotasi Denotasi

Video “Cuplikan Kemeriahan Opening Ceremony Asian Games

2018”

Semiotika Roland Barthes

Mitos

Analisis Semiotika aksi Jokowi DalamVideo Cuplikan Kemeriahan Opening Ceremony Asian Games 2018

(12)

Penjelasan kerangka berpikir:

New media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi (perantara) dari sumber informasi kepada penerima informasi yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Salah satu jenis New Media adalah Youtube. Dimana Youtube adalah sebuah platform untuk membagi video apa saja dengan berbagai durasi. Salah satu kanal Youtube yang menunggah video Cuplikan Kemeriahan Opening Ceremony Asian Games 2018 adalah Net Entertainment News. Dimana aksi Jokowi dalam video ini akan dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes. Fokus perhatian Barthes tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Kemudian signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi). Mitos terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Maka terbentuklah Analisis Semiotika aksi Jokowi dalam Video Cuplikan Kemeriahan Opening Ceremony Asian Games 2018

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan para pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar secara negatif dengan cara-cara menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

Secara umum dari model dapat dijelaskan bahwa latihan fisik dapat menurunkan kadar glukosa basal sementara setelah latihan, namun lama-kelamaan akan naik kembali ke

Pejual telah melaksanakan perjanjian karena sudah menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dioalah esok harinya. Oleh sebab itu, penjual tidak mengembalikan uang

Tahukah anda, banyak orang seTeLAH mengALAmi KAsiH KRisTUs mereka sAnggUP meLALUi apa saja yang tidak sanggup dilalui oleh orang lain.. seorang janda mungkin

Berkaitan dengan regulasi yang mengatur tentang biaya pernikahan, terdapat perubahan yang mendasar. Sebelumnya, biaya pencatatan nikah dan rujuk diatur dalam PP. 48 Tahun 2004

Implementasi pewarnaan graf fuzzy dengan pengembangan software matlab dapat menampilkan pembagian klasifikasi dengan warna yang sama sehingga dapat memberikan

Ketika nilai wajar pada saat pengakuan awal berbeda dari harga transaksinya, Perusahaan mencatat berdasarkan nilai wajar hanya apabila nilai wajar tersebut mencerminkan harga

Web service merupakan sebuah perangkat lunak yang akan menjadi perantara dan mengatur lalu lintas data antar sistem. Selain itu juga web service tidak terpengaruh