• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari.."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 1 dari 49

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… i

Daftar Isi ……… 1

BAB I PENGANTAR……….………….. 2

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)………. 2

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan………. 2

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini……… 3

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah………. 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI……… 6

2.1 Peta Paket Pelatihan………. 6

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi……….. 6

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari……….. 6

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN……….. 11

3.1 Strategi Pelatihan……….. 11

3.2 Metode Pelatihan……… 12

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan……….. 12

BAB IV PEMBUATAN LAPORAN………. 20

4.1 Umum……… 20

4.2 Perencanaan format laporan yang akan dibuat untuk dijadikan standar………. 20

4.3 Pelaksanaan pembuatan laporan sesuai dengan format standar yang telah direncanakan………..…… 35

4.4 Evaluasi dan koreksi laporan……… 38

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI………. 48

5.1 Sumber Daya Manusia……….. 48

5.2 Sumber-sumber Perpustakaan……… 48

(2)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 2 dari 49

BAB I PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang

menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2 Kompeten ditempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.

1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur.

2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.

(3)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 3 dari 49

3) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.

e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.

f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan

1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:

a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam

penyelenggaraan pelatihan.

d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah:

a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini

1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Persyaratan

Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui:

(4)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 4 dari 49

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau

3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta

menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang

(5)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 5 dari 49

didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(6)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 6 dari 49

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja

Geodetic Engineer Of Building yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi

Mempersiapkan Pelaksanaan Pengukuran - Kode Unit F45. 500. 2. 2.20. II. 01. 001. 01, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

 Penerapan Ketentuan UUJK, K3, Lingkungan dan Kode Etik Profesi

 Inventarisasi Gambar Pelaksanaan dan menyusun Program Pelaksanaan

Pengukuran

 Pengawasan Pelaksanaan Pengukuran

 Pembuatan Laporan

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi

2.2.1 Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup di tempat kerja”.

2.2.3 Durasi / waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

(7)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 7 dari 49

 mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

 mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

 memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

 menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja

telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul Unit

Mempersiapkan Pelaksanaan Pengukuran

2.3.2 Kode Unit

F.45 2 1 0 0 0 00 IV 08 03

2.3.3 Deskripsi Unit

Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk pengukuran, menentukan jenis dan spesifikasi alat, klasifikasi juru ukur, dan menetapkan metode kerja.

2.3.4 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal SOP perusahaan, komunikasi dan struktur organisasi perusahaan.

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan jenis alat ukur dan

perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan

1.1 Alat ukur dan perlengkapannya yang dibutuhkan diinventarisasi dan disusun dalam suatu daftar simak

1.2 Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi sesuai dengan ketentuan.

1.3 Bahan perlengkapan dan penunjang pekerjaan pengukuran yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis ditentukan

2. Menentukan personil pengukuran

2.1 Kualifikasi juru ukur ditentukan sesuai kebutuhan dan disusun dalam daftar simak

2.2 Kebutuhan juru ukur dan pembantu juru ukur dihitung dengan teliti

2.3 Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur ditetapkan.

(8)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 8 dari 49

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Menentukan metodologi pekerjaan pengukuran

3.1 Metodologi penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, vertikal,

stake out, bowplank ditentukan berdasarkan pada gambar kerja

3.2 Metodologi pemindahan elevasi lantai ke

lantai di atasnya, ditentukan

berdasarkan pada gambar kerja

3.3 Metodologi pemindahan as bangunan dari lantai kelantai di atasnya, ditentukan berdasarkan pada gambar kerja

3.4 Metodologi pengukuran akhir (finishing) ditentukan berdasarkan pada rencana mutu kontrak

3.5 Catatan hasil persiapan pelaksanaan

pengukuran dibuat dengan

menggunakan format yang ditetapkan dan diadministrasikan sesuai dengan SOP.

2.3.6 Batasan Variabel 1. Konteks Variabel

1.1 Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja perorangan 1.2 Unit ini diterapkan dalam satuan kerja perorangan untuk

melakukan rencana kerja pengukuran

2. Perlengkapan yang diperlukan

2.1 Peralatan pengukuran 2.2 ATK

2.3 Komputer

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan

3.1 Menentukan jenis alat ukur dan perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan.

3.2 Menentukan personil pengukuran

3.3 Menentukan metodologi pekerjaan pengukuran

(9)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 9 dari 49

4.1 Spesifikasi teknis dari proyek yang terkait dengan pekerjaan pengukuran

4.2 Manual peralatan dan bahan

4.3 Prosedur pengendalian mutu perusahaan dan prosedur pengendalian mutu lapangan.

4.4 Kebijakan perusahaan dan SOP yang terkait.

3.3.1 Panduan Penilaian 1. Kondisi Pengujian

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen. Pengujian dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara imulasi pada kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metoda uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai standar.

1.1 Ujian lisan 1.2 Ujian tertulis 1.3 Ujian praktek 1.4 Observasi

1.5 Portofolio atau metoda lain yang relevan

2. Keterkaitan dengan unit lain

2.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya:

2.1.1 F. 45 2 1 000 00 IV 08 01 Menerapkan ketentuan

UUJK, K3, lingkungan, dan kode etik profesi

2.1.2 F. 45 2 1 000 00 IV 08 02 Mengiventarisasi gambar

Pelaksanaan dan menyusun

Program Pelaksanaan

Pengukuran

2.2 Kaitan dengan unit lain

2.2.1 F. 45 2 1 000 00 IV 08 01 Menerapkan ketentuan

UUJK, K3, lingkungan, dan kode etik profesi

2.2.2 F. 45 2 1 000 00 IV 08 02 Mengiventarisasi Gambar

Pelaksanaan dan menyusun

Program Pelaksanaan

Pengukuran.

(10)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 10 dari 49

Pengukuran

2.2.4 F. 45 2 1 0 0 0 00 IV 08 05 Membuat Laporan

3. Pengetahuan yang dibutuhkan

a. Lingkup kegiatan pengukuran

b. Jenis dan spesifikasi peralatan pengukuran

c. Jenis dan kualifikasi personil yang diperlukan di dalam kegiatan pengukuran

d. Metode kerja pengukuran

4. Keterampilan yang dibutuhkan

a. Keterampilan dalam mengidentifikasi kegiatan pengukuran

b. Keterampilan untuk menentukan jenis dan spesifikasi peralatan

pengukuran

c. Membuat catatan dari persiapan pelaksanaan pengukuran

5. Aspek Kritis yang harus diperhatikan

a. Kemampuan mengidentifikasi jenis kegiatan pengukuran

b. Kemampuan untuk mengidentifikasi tempat-tempat kritis yang mungkin menjadi hambatan kerja

c. Kemampuan untuk mengidentifikasi spesifikasi teknis yang berkaitan dengan survei lapangan.

2.3.8 Kompetensi kunci

KOMPETENSI KUNCI

NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 3

6. Memecahkan masalah 2

(11)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 11 dari 49

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh

berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek.

3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

(12)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 12 dari 49

3.2 Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan

disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk

mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan

Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session

plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu

para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:

Unit Kompetensi : Mempersiapkan Pelaksanaan Pengukuran

Elemen Kompetensi 1 : Menentukan jenis alat ukur dan perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1.1 Alat ukur dan

perlengkapannya yang dibutuhkan diinventarisasi dan disusun dalam suatu daftar simak 1) Mampu mengidentifi-kasi kebutuhan peralatan dan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat menginventaris asi dan menyusun Alat ukur dan perlengkapan-nya yang dibutuhkan dalam suatu daftar 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1) Mengidentifika si kebutuhan peralatan dan perlengkapan 2) Menunjukkan , bagaimana caranya pengukuran sipat datar dilakukan 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-30 menit

(13)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 13 dari 49 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif perlengkapan 2) Mampu menunjukkan , bagaimana caranya pengukuran sipat datar dilakukan untuk mengukur titik ketinggian satu dengan yang lain 3) Mampu menyusun kebutuhan peralatan dan perlengkapan dalam daftar simak simak untuk mengukur titik ketinggian satu dengan yang lain 3) Menyusun kebutuhan peralatan dan perlengkapan dalam daftar simak Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta

1.2 Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi sesuai dengan ketentuan 1) Mampu menyiapkan alat ukur 2) Dapat mengatur peralatan total station 3) Mampu menjaga fungsi setiap bagian peralatan ukur terkalibrasi mengatur peralatan total station 4) Pengecekan terhadap kondisi alat ukur yang sudah dikalibrasi dilakukan secara teliti Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu mengecek Alat ukur yang akan digunakan sesuai dengan ketentuan . 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1) Menyiapkan alat ukur 2) Mengatur peralatan total station 3) Menjaga fungsi setiap bagian peralatan ukur terkalibrasi mengatur peralatan total station 4) Mengecek kondisi alat ukur yang sudah dikalibrasi secara teliti 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit 1.3 Bahan perlengkapan dan penunjang pekerjaan pengukuran yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menentukan Bahan perlengkapan dan penunjang 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1) Menjelaskan bahan perlengkapa n penunjang pekerjaan pengukuran sesuai spesifikasi 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur 10 menit

(14)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 14 dari 49 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif ditentukan 1) Mampu menjelaskan bahan perlengkapan penunjang pekerjaan pengukuran sesuai spesifikasi teknis 2) Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan setting alat ukur 3) Mampu mengidentifi-kasi kebutuhan bahan perlengkapan yang tercantum dalam spesifikasi teknis pekerjaan pengukuran yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis ditentukan teknis 2) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan setting alat ukur 3) Mengidentifi kasi Kebutuhan bahan perlengka-pan yang tercantum dalam spesifikasi teknis Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi elemen kompetensi “ Menentukan jenis alat ukur dan perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan”

(15)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 15 dari 49

Unit Kompetensi : Mempersiapkan Pelaksanaan Pengukuran

Elemen Kompetensi 2 : Menentukan personil pengukuran

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 2.1 Kualifikasi juru ukur ditentukan sesuai kebutuhan dan disusun dalam daftar simak 1) Mampu menjelaskan lingkup kerja pengukuran yang tertera dalam spesifikasi teknis 2) Mampu mengidentifi kasi kebutuhan juru ukur sesuai pekerjaan pengukuran 3) Mampu mengidentifi kasi kebutuhan juru ukur ke dalam daftar simak Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat menentukan Kualifikasi juru ukur sesuai kebutuhan dan disusun dalam daftar simak 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1)Menjelaskan lingkup kerja pengukuran yang tertera dalam spesifikasi teknis 2)Mengidentifi-kasi kebutuhan juru ukur sesuai pekerjaan pengukuran 3)Mengidentifi-kasi kebutuhan juru ukur ke dalam daftar simak 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit 2.2 Kebutuhan juru ukur dan pembantu juru ukur dihitung dengan teliti 1) Mampu mengidentifi kasi kebutuhan juru ukur pembantu sesuai pekerjaan pengukuran 2) Dapat merekrut personil survai topografi secara selektif sesuai kualifikasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat menghitung Kebutuhan juru ukur dan pembantu juru ukur dengan teliti 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1).Mengidentifikasi kebutuhan juru ukur pembantu sesuai pekerjaan pengukuran 2).Merekrut personil survai topografi secara selektif sesuai kualifikasi 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit

(16)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 16 dari 49 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 2.3 Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur ditetapkan 1) Dapat menjelaskan maksud dan tujuan Penetapan Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur 2) Mampu menetapkan kriteria kinerja juru ukur. 3) Dapat menjelaskan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya manipulasi data pada saat pengolahan atau perhitungan data Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat menetapkan Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 1) Menjelaskan maksud dan tujuan Penetapan Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur Menetapkan kriteria kinerja juru ukur 2) Menjelaskan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya manipulasi data pada saat pengolahan atau perhitungan data 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaann ya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 15 menit Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi elemen kompetensi “ Menentukan personil pengukuran”

(17)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 17 dari 49

Unit Kompetensi : Mempersiapkan Pelaksanaan Pengukuran

Elemen Kompetensi 3 : Menentukan metodologi pekerjaan pengukuran

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelaj aran Indika tif 3.1 Metodologi penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, koordinat, vertkal,stake out, bowplank,marking ditentukan berdasarkan pada gambar kerja 1) Mampu menetapkan metoda penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, koordinat,verti kal, stake out, bowplank ,marking,berd asarkan pada gambar kerja. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menentukan Metodologi penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, koordinat,vertikal, stake out, bowplank,marking berdasarkan pada gambar kerja 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 4. Praktek 1). Menetapkan metoda penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, vertikal, stake out, bowplank berdasarkan pada gambar kerja 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaan nya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit 3.2 Metodologi pemindahan elevasi lantai ke lantai di atasnya, ditentukan berdasarkan pada gambar kerja 1) Mampu menetapkan metoda pemindahan elevasi lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja. 2) Dapat menjelaskan penggunaan referensi BM 3) Dapat menjelaskan maksud titik referensi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menentukan Metodologi pemindahan elevasi lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja 1.Ceramah 2.DiskusiKelom pok 3. Peragaan 1) Menetapka n metoda pemindaha n elevasi lantai ke lantai di atasnya, berdasarka n pada gambar kerja 2) Menjelaska n penggunaa n referensi BM 3) Menjelaska n maksud titik referensi 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaan nya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 30 menit 3.3 Metodologi pemindahan as Pada akhir pembelajaran sesi 1. Ceramah 2. Diskusi 1) Menetapkan 1) Metoda 1. Alat Ukur Tanah dan 25 menit

(18)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 18 dari 49 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelaj aran Indika tif bangunan dari lantai ke lantai di atasnya, ditentukan berdasarkan pada gambar kerja 1) Dapat menjelaskan maksud dan tujuan PenentuanMe todologi pemindahan elevasi lantai ke lantai diatasnya, berdasarkan pada gambar kerja 2) Mampu menetapkan metoda pemindahan as bangunan dari lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja. 3) Dapat menjelaskan tahapan pemindahan elevasi /ketinggian ini, peserta mampu menentukan Metodologi pemindahan as bangunan dari lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja Kelompok 3. Peragaan 4. Praktek pemindahan as bangunan dari lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja 2) Menetapkan metoda pemindahan as bangunan dari lantai ke lantai di atasnya, berdasarkan pada gambar kerja. 3) Menj elaskan tahapan pemindahan elevasi /ketinggian Penggunaan nya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 3.4 Metodologi pengukuran akhir (finishing) ditentukan berdasarkan pada rencana mutu kontrak 1) Mampu menetapkan pengukuran akhir (finishing) berdasarkan pada rencana mutu kontrak. 2) Dapat menjelaskan marking Grid , line utama dan titik simpanan 3) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menentukan Metodologi pengukuran akhir (finishing) berdasarkan pada rencana mutu kontrak 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 4. Praktek 1) Menetapkan pengukuran akhir (finishing) berdasarkan pada rencana mutu kontrak. 2) Menjelaskan marking Grid , line utama dan titik simpanan 3) Menjelaskan pelaksanaan marking as ruangan 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaan nya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit

(19)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 19 dari 49 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelaj aran Indika tif menjelaskan pelaksanaan marking as ruangan 3.5 Catatan hasil persiapan pelaksanaan pengukuran dibuat dengan menggunakan format yang ditetapkan dan diadministrasikan sesuai dengan SOP. 1) Mampu membuat catatan hasil persiapan pelaksanaan pengukuran 2) Mampu membuat format catatan hasil persiapan pelaksanaan Marking Kolom Praktis 3) Mampu mendiskusi-kan catatan hasil persiapan pelaksanaan dengan pengguna jasa untuk disetujui 4) Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu membuat Catatan hasil persiapan pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan format yang ditetapkan dan diadministrasikan sesuai dengan SOP 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Peragaan 4. Praktek 1) Membuat catatan hasil persiapan pelaksanaan pengukuran 2) Membuat format catatan hasil persiapan pelaksanaan Marking Kolom Praktis 3)Mendiskusika n catatan hasil persiapan pelaksanaan dengan pengguna jasa untuk disetujui 1. Alat Ukur Tanah dan Penggunaan nya-Heinz Frick- Kanisius-Yogyakarta 2. Ilmu Ukur Tanah-Sutomo Wongso Tjitro- Kanisius-Yogyakarta 3. Pekerjaan Dasar Survei-Triono Budi Astanto- Kanisius-Yogyakarta 25 menit Diskusi kelompok:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi elemen kompetensi “ Menentukan metodologi pekerjaan pengukuran”

Praktek:

Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi Elemen Kompetensi “ Menyusun Menentukan metodologi pekerjaan pengukuran”

(20)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 20 dari 49

BAB IV

PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGUKURAN 4.1 Umum.

Modul ini meliputi penentuan jenis alat ukur dan perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan, penentuan personil pengukuran dan penentuan metodologi pekerjaan pengukuran. Pekerjaan persiapan ini sangat penting untuk dilakukan mengingat kesalahan atau ketidaksempurnaan pekerjaan persiapan akan sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pengukuran. Ketidaklancaran ini bisa berupa keterlambatan atau tertundanya pekerjaan karena kesalahan pemilihan alat, sehingga terpaksa waktu bertambah karena harus menukar peralatan yang sesuai kebutuhan.

Gambar 4.1 Pembangunan The Sentinel di Takapuna, North Shore City, New Zealand

4.2 Penentuan jenis alat ukur dan perlengkapannya sesuai dengan jenis pekerjaan.

(21)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 21 dari 49

Sehubungan dengan pekerjaan bangunan gedung maka kegiatan pengukuran yang akan dilakukan adalah mayoritas penentuan posisi vertikal yang mendominasi oleh karena itu kita memerlukan peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan posisi elemen bangunan dominan pada arah vertikal.

Gambar 4.2 Berbagai macam Alat Ukur

4.2.1 Inventarisasi dan penyusunan Alat ukur dan perlengkapannya yang dibutuhkan dalam suatu daftar simak.

Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang diperlukan untuk menentukan letak relatif titik-titik di atas, atau di bawah permukaan tanah, atau sebaliknya dengan memasang titik-titik pengukuran di lapangan. Titik-titik yang ditentukan di lapangan berguna untuk detail peta , untuk menentukan garis-garis , jalur-jalur dan kemiringan-kemiringan konstruksi pada pekerjaan teknik sipil.

Pengukuran-pengukuran ini dilakukan pada daerah yang relatif sempit, dimana tidak perlu diperhitungkan adanya faktor kelengkungan bumi seperti dalam Ilmu Geodesi Tinggi.

Sebagaimana telah diketahui bahwa permukaan bumi tidak datar, artinya titik satu dengan yang lainnya tidak sama tinggi, maka tinggi titik kedua

(22)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 22 dari 49

tersebut dapat dihitung, apabila titik pertama telah diketahui tingginya dan beda tinggi antara kedua titik tersebut diketahui.

Tinggi titik pertama (El.1) dapat didefinisikan sebagai tinggi lokal ataupun terikat dengan titik yang lain yang telah diketahui tingginya. Sedangkan selisih tinggi atau lebih dikenal dengan beda tinggi (h) dapat diketahui/diukur dengan menggunakan prinsip sipat datar.

a. Tata cara mengidentifikasi kebutuhan peralatan dan perlengkapan. Penggunaan peralatan pengukuran perlu disusun berdasarkan jenis kegiatan untuk mempermudah pemahaman tim pengukuran dalam mempersiapkan peralatan sebaliknya kesulitan dalam penggunaan peralatan menyebabkan waktu yang dibutuhkan dalam pengukuran tidak efisien.

b. Tata cara pengukuran sipat datar yang dilakukan untuk mengukur titik ketinggian.

Waterpass diletakkan diantara 2 (dua) titik yang akan diukur beda tingginya bacaan dilakukan terhadap rambu yang dipasang pada dua titik tersebut serta pengurangan bacaan muka dengan bacaan belakang adalah beda tinggi yang dicari.

Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi garis bidik alat sipat datar di lapangan melalui rambu ukur. Rambu ukur ini berjumlah 2 buah masing-masing didirikan di atas dua patok/titik yang merupakan jalur pengukuran. Alat sipat datar optis kemudian diletakan di tengah-tengah antara rambu belakang dan muka. Alat sipat datar diatur sedemikian rupa sehingga teropong sejajar dengan nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo.

(23)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 23 dari 49

Setelah gelembung nivo diketengahkan (garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu) barulah dibaca rambu belakang dan rambu muka yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Beda tinggi slag tersebut pada dasarnya adalah pengurangan Benang Tengah belakang (BTb) dengan Benang Tengah muka (BTm).

Pengukuran beda tinggi dengan cara sipat datar dapat memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan cara-cara trigonometris dan barometris, maka titik-titik kerangka dasar vertikal diukur dengan sipat datar.

Pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal maksudnya adalah

pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur

ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik–titik lain yang lebih detail dan banyak.

Tujuan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif akurat di lapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang layak kompleks.

Referensi informasi ketinggian diperoleh melalui suatu pengamatan di tepi pantai yang dikenal dengan nama pengamatan pasut. Pengamatan pasut dilakukan menggunakan alat-alat sederhana yang bekerja secara mekanis, manual dan elektronis.

Tinggi permukaan air laut direkam pada interval waktu tertentu dengan bantuan pelampung baik dalam kondisi air laut pasang maupun surut. Pengamatan permukaan air laut pada interval tertentu kemudian diolah dengan bantuan ilmu statistik sehingga diperoleh informasi mengenai tinggi muka air laut rata-rata atau sering dikenal dengan istilah Mean Sea Level (MSL).

MSL ini berdimensi meter dan merupakan referensi ketinggian bagi titik-titik lain di darat.

Dasar penyusunan peralatan ukur adalah jadwal pekerjaan pengukuran dan penyusunan peralatan yang diperlukan.

Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam menyusun peralatan yang diperlukan. 1) Nama alat 2) Merk 3) Tipe 4) Seri 5) Tingkat ketelitian 6) Kalibrasi terakhir 7) Jumlah 8) Lama pemakaian

Alat pertama yang akan dibahas disini adalah alat sipat datar optis. Pada dasarnya alat sipat datar terdiri dari bagian utama sebagai berikut:

(24)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 24 dari 49

Gambar 4.2.1.1 Waterpass

1) Teropong berfungsi untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan memperbesar bayangan rambu.

2) Nivo tabung diletakan pada teropong berfungsi mengatur agar garis bidik mendatar. Terdiri dari kotak gelas yang diisi alkohol. Bagian kecil kotak tidak berisi zat cair sehingga kelihatan ada gelembung. Nivo akan terletak tegak lurus pada garis tengah vertikal bidang singgung di titik tengah bidanglengkung atas dalam nivo mendatar.

3) Kiap (leveling head/base plate), terdapat sekrup-sekrup kiap (umumnya tiga buah) dan nivo kotak (nivo tabung) yang semuanya digunakan untuk menegakkan sumbu kesatu (sumbu tegak) teropong.

4) Sekrup pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/ kiri).

5) Lensa okuler (untuk memperjelas benang).

6) Lensa objektif/ diafragma (untuk memperjelas benda/ objek). 7) Sekrup penggerak halus (untuk membidik sasaran).

8) Vizir (untuk mencari/ membidik kasar objek).

9) Statif (tripod) berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas.

(25)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 25 dari 49

Gambar 4.2.1.2 Waterpass dan rambu ukur Rambu ukur 2 buah .

Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Gambar 4.2.1.3 Rambu Ukur Statif .

Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya. Statif saat didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.

(26)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 26 dari 49

Gambar 4.2.1.4 Statip Unting-Unting.

Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan di ujung atas digantungkan pada seutas tali. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan tanah atau sebaliknya.

Gambar 4.2.1.5 Unting-unting Patok.

Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda titik yang dipasang pada bagian atas untuk menempatkan target seperti unting-unting atau jalon. Titik tersebut akan diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain. Patok biasanya ditanam didalam tanah dan yang menonjol antara 5 cm - 10 cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari beberapa macam bahan seperti: kayu , besi atau beton sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya yang bersifat sementara atau permanen/tetap.

i. Patok Kayu,

Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan ukuran + 50mm x 50mm, dan bagian atasnya diberi cat dan dipasang paku.

(27)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 27 dari 49

Patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok tetap yang akan masih dipakai diwaktu lain.

Gambar 4.2.1.6 Patok kayu dan besi Pita ukur (meteran)

Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau tidak, dan kadang-kadang diperkuat dengan benang serat. Pita ini tersedia dalam ukuran panjang 10m, 15m, 20m, 25m, 30m, atau 50m. Kelebihan dari alat ini bisa digulung dan ditarik kembali. Kelemahannya adalah kalau ditarik akan memanjang, cepat rusak , mudah putus, dan tidak tahan air.

Gambar 4.2.1.7 Pita Ukur Payung

Payung ini digunakan atau memiliki fungsi sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu sendiri. Hal ini disebabkan karena bila alat ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun alat tersebut pasti mudah rusak (seperti; jamuran, dll).

(28)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 28 dari 49

Gambar 4.2.1.8 Payung

c. Tata cara menyusun kebutuhan peralatan dan perlengkapan dalam daftar simak

Jika menyangkut sudut dan jarak, peralatan ukur yang perlu disiapkan adalah

1) Total Station

(29)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 29 dari 49

2) Teodolith

Gambar 4.2.1.2 Theodolite

Jika menyangkut elevasi atau beda tinggi, peralatan ukur yang perlu disiapkan adalah waterpass dan yang menentukan peralatan ukur

(30)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 30 dari 49

yang akan dipakai adalah juru ukur dengan mengacu kepada gambar kerja yang diterima.

Gambar 4.2.1.3

Pengadaan peralatan ukur perlu dikoordinasikan kepada chief juru ukur dan bagian gudang. Kegunaan daftar simak peralatan dan perlengkapan adalah untuk mengkorfirmasi atas pemenuhan ajuan kebutuhan peralatan

4.2.2 Kalibrasi Alat ukur yang akan digunakan sesuai dengan ketentuan.

Setiap kegiatan pengukuran dengan menggunakan alat ukur, maka pemeriksaan yang kita lakukan selalu mengandung ketidak-pastian atau kesalahan. Memang pada prinsipnya tidak mungkin menentukan suatu jarak atau sudut dengan tepat. Kita hanya dapat menentukan harga perkiraan. Dengan perhitungan kesalahan, maka dapat diperkirakan besarnya kesalahan pada ukuran. Tambahan pula terdapat informasi penting tentang kualitas ukuran. Kesalahan-kesalahan yang timbul dapat dibagi atas tiga kelompok berikut:

 Kesalahan kasar oleh kekeliruan yang berat, dan selalu dapat

dihindari dengan penyipatan pada umumnya dilakukan dua kali, kesalahan kasar mudah ditiadakan.

 Kesalahan acak (kebetulan) ialah ketidak-telitian yang selalu timbul

pada penyipatan, oleh perubahan suasana dan lapangan dan oleh perbedaan kecil pada pembuatan alat ukur sudut yang tidak dapat diatasi. Kesalahan acak (kebetulan) mempengaruhi hasil penyipatan secara tidak tentu dan timbul baik dengan tanda positif maupun dengan tanda negatif. Pada cara-cara mengatasi kesalahan-kesalahan kita hanya mencantumkan kesalahan-kesalahan acak.

 Kesalahan sistimatik timbul sepihak, bertanda positif atau negatif.

Kesalahan sistimatik diakibatkan oleh penyipatan yang ceroboh (misalnya: rambu ukur yang tidak diluruskan atau pengukuran jarak dengan pita ukur yang tidak teliti) atau oleh pengaruh suasana pada garis bidik dan oleh alat ukur sudut yang tidak diatur dengan teliti.

(31)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 31 dari 49

 Kesalahan sistimatik dapat diatasi dengan penentuan pengaruhnya

secara analistis, bekerja teliti dan dengan alat ukur sudut yang di stel dengan teliti juga.

Sebagai keterangan pengaruhnya kesalahan-kesalahan di atas, perhatikan contoh berikut.

Seorang penembak membidik dengansenjatanya ke sasaran A, sesudah ia menembak beberapa kali diperiksa hasil tembakannya. Ternyata berkisar di bawah B kecuali yang mengenai titik a, b dan c yang jelas merupakan kesalahan kasar karena tidak dibidik dengan teliti. Hasil tembakan yang lain terletak sekitar suatu titik pemusatan, sebagian sebelah atas. Ini merupakan kesalahan acak karena titik pemusatan ini terletak pada B dan bukan pada sasaran.

A seharusnya, maka terjadi kesalahan sistimatik sebesar a. Kesalahan ini mungkin ada pada penembak atau karena ada angin dari samping atau alat pembidik pada besi bengkok dan sebagainya. Kesalahan sistimatik ini hanya dapat diperbaiki jikalau kita mengetahui kesalahannya.

Hal ini berlaku pula pada kesalahan dalam menyipat. Sifat-sifat kesalahan kebetulan dapat dilihat pada garis kesalahan pada gambar di atas. Jikalau dibandingkan dengan sasaran pengenaan pada sasaran B, dapat kita mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Banyaknya kesalahan yang positif dan yang negatif kira-kira sama, maka jumlahnya menjadi nol.

2. Banyaknya kesalahan kecil lebih besar daripada kesalahan besar. 3. Kesalahan besar (d, e, f dan g) agak jarang.

Kesalahan Rata-Rata

Sebagai penilaian terhadap si penembak kita menentukan jarak-jarak dari titik berat (sasaran) dan menentukan kesalahan rata-rata t, yang menjadi jumlah jarak [|v| bagi banyaknya lubang tembakan (n) sebagai berikut:

Kesalahan Rata-Rata Kuadratis (salah menengah)

Pada penentuan kesalahan rata-rata pengaruh kesalahan yang besar masih kurang diperhatikan. Maka kita menentukan kesalahan rata-rata kuadratis m sebagai jumlah kuadrat kesalahan masing-masing. Cara ini kadang-kadang juga dinamakan least squares method atau salah menengah. Jikalau kita misalnya telah mengukur n-kali suatu sudut a rata-rata dapat kita tentukan sebagai harga rata-rata-rata-rata :

dapat dianggap sebagai harga sudut yang paling mungkin. Harga rata-rata X diperlukan sebagai harga 'benar' dan harga a1. a2, an sebagai harga

(32)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 32 dari 49

'pengamatan'. Harga 'benar' dikurangi harga 'pengamatan' menghasilkan 'koreksi', yaitu harga residu v, dengan harga 'pengamatan' harus dikoreksi agar diperoleh harga rata-rata f benar').

Kesalahan Perkiraan

Kesalahan perkiraan P kita hitung dengan bantuan kesalahan rata-rata menurut rumus berikut:

P = 0,6745 m = 2/3 m

Kesalahan perkiraan biasanya digunakan pada ilmu astronomi Penyiapan alat ukur.

a. Penyiapan alat ukur

Yang dilakukan juru ukur terhadap alat ukur sebelum mulai pekerjaan pengukuran, adalah menguasai materi pekerjaan, menyiapkan peralatan dan menyiapkan pengaturan peralatan. Penggunaan peralatan perlu disusun agar tercipta kegiatan yang tepat alat dan tepat waktu. Jika penggunaan peralatan tidak disusun kemungkinan terjadinya benturan waktu penggunaan peralatan.

Contoh penyusunan penggunaan peralatan, untuk pekerjaan yang memerlukan data sudut saja dikelompokkan menjadi satu dengan peralatan yang disediakan yaitu theodolith atau total station. Yang menyusun penggunaan peralatan adalah juru ukur dan atasannya. Susunan penggunaan peralatan dikoordinasikan kepada atasan langsung dan bagian peralatan.

b. Pengaturan peralatan total station

Langkah-langkah cara mengatur peralatan total station :

 Pasang kaki tiga penyangga / tripod / statip pada tempat yang

dikehendaki, biasanya pada titik yang sudah diketahui koordinat dan evelasinya.

 Pastikan kaki tiga penyangga terpasang secara kuat dan stabil

serta posisi pelat tempat dudukan alat ukur (tribrach) pada posisi semendatar mungkin.

 Kencangkan sekrup-sekrup penguat yang ada pada masing-masing

kaki secukupnya.

Pasang total station pada dudukan atau tribrach dan kencangkan

sekrupnya.

 Secara simultan tepatkan penanda ketepatan posisi as vertical total

station pada titik yang dikehendaki (centering).

 Atur sumbu I Vertikal dan Sumbu II Horisontal dengan

menggunakan sekrup penyeimbang nivo kotak dan nivo tabung, yang biasanya disebut sekrup A, B, C.

 Pengaturan dilakukan pertama-tama dengan posisi nivo sejajar

dengan posisi kita berdiri, tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran yang ada.

(33)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 33 dari 49

 Putar total station terhadap sumbu I sebesar 900 terhadap posisi

kita, cek apakah posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika tidak gunakan sekrup C untuk menepatkan nivo kembali ke tengah lingkaran.

 Cek kembali posisi penanda ketepatan as sumbu vertikal apakah

masih berada pada posisi titik yang dimaksud.

 Jika bergeser maka kendorkan sekrup pengunci total station pada

tribrach dan geser perlahan-lahan sehingga posisi penanda arah

vertikal tepat berada di titik yang yang dikehendaki lalu kuatkan sekrup pengikat.

 Cek kembali posisi gelembung apakah masih berada di pusat

lingkaran, jika tidak gunakan sekrup A, B, C kembali secara lebih perlahan untuk menepatkan posisi gelembung nivo pada lingkaran yang ada.

Jika centering dan posisi gelembung pada masing-masing nivo

sudah berada pada tengah-tengah bidang nivo, maka alat sudah siap untuk dioperasikan.

c. Tata cara menjaga fungsi setiap bagian peralatan ukur terkalibrasi. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menempatkan nivo yang ada pada alat ukur. Jika sumbu I theodolite tidak vertikal maka bacaan sudut menjadi tidak benar, karena piringan horizontal belum pada posisi benar-benar horizontal. Waterpass tidak mempunyai sumbu vertikal, hanya dapat diputar secara horizontal. Centering adalah menempatkan berdirinya alat tepat di atas titik yang dimaksud di atas permukaan tanah/obyek.

d. Pengecekan terhadap kondisi alat ukur yang sudah dikalibrasi.

Pengecekan terhadap kondisi alat ukur berguna untuk mendapatkan hasil yang sempurna, menghilangkan kesalahan pengukuran dari awal. Bila di dalam kerangka acuan dipersyaratkan kesalahan linier pengukuran jarak poligon adalah 1 : 7.500, maka alat ukur jarak yang dipersiapkan adalah Alat ukur jarak elektromagnetis. Untuk mengetahui apakah alat waterpass yang akan digunakan dalam kondisi baik, pengecekan yang dilakukan antara lain adalah garis bidik sejajar garis arah nivo , garis bidik tegak lurus sumbu

Ketelitian alat ukur sipat datar ditentukan oleh a. Perbesaran teropong dan kepekaan nivo

b. Ketelitian rambu

c. Ketelitian penggerak halus horizontal

Pengecekan/kalibrasi yang harus dilakukan pada alat theodolit adalah pengecekan sumbu I (vertikal) tegak lurus bidang nivo.

(34)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 34 dari 49

4.2.3 Penentuan Bahan perlengkapan dan penunjang pekerjaan pengukuran yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis.

Dalam spesifikasi teknis kita bisa mendapatkan standar bahan perlengkapan dan penunjang pekerjaan yang telah diatur sedemikian rupa agar semua bahan perlengkapan dan penunjang pekerjaan tidak ditentukan menurut pilihan masing-masing juru ukur, tetapi harus mengikuti standar yang telah ditentukan agar supaya bisa diperoleh hasil pekerjaan yang standar.

a. Penjelasan bahan perlengkapan penunjang pekerjaan pengukuran sesuai spesifikasi teknis.

Untuk persiapan stake out posisi horizontal alat yang perlu disiapkan adalah Theodolith atau Total Station. Agar supaya proses pekerjaan pengukuran ini bisa berjalan dengan baik maka diperlukan alat-alat penunjang pekerjaan pengukuran yang lain.

b. Maksud dari setting alat ukur.

Yang dimaksud setting alat/peralatan ukur adalah pengaturan peralatan ukur sesuai standar dari pabrik agar peralatan tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Yang melakukan setting alat ukur di lapangan adalah Juru ukur. Peralatan alat ukur yang dimaksud segera di settting di lapangan pada posisi titik acuan yang sudah diketahui

c. Identifikasi kebutuhan bahan perlengkapan yang tercantum dalam spesifikasi teknis.

Didalam spesifikasi teknis biasanya memang tidak hanya

menyebutkan ketentuan tentang alat ukur yang dipakai tetapi juga behan perlengkapan yang lain yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengukuran.

Untuk itu perlu harus dilakukan identifikasi secara cermat terhadap kebutuhan ini , agar memenuhi persyaratan spesifikasi teknis.

Ada tiga peralatan pendukung selain alat ukur yang diperlukan oleh seorang juru ukur yaitu peralatan tulis, bak ukur atau target dan meteran

(35)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 35 dari 49

4.3 Penentuan personil pengukuran

Gambar 4.3 Personil Pengukuran

Keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan tergantung pada kompetensi petugas yang dirumuskan dalam tiga elemen yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tentu saja bahwa seorang geodesi haruslah memiliki pengetahuan tentang masalah pengukuran dan masalah konstruksi bangunan gedung. Keterampilan dan sikap yang sesuai ditentukan oleh pengalaman dan jam terbang pada kegiatan yang sesuai. Ini bisa dibuktikan dengan sertifikat dan dan bukti pengalaman kerja yang bersangkutan.

4.3.1 Penentuan Kualifikasi juru ukur sesuai kebutuhan dan disusun dalam daftar simak

Semua personil yang terkait dengan kegiatan konstruksi, harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan persyaratan pekerjaan yang dilakukan, tidak terkecuali juru ukur yang memegang peranan tidak kalah penting dibanding petugas pelaksana lapangan lainnya.Oleh karena itu perlu ditetapkan kualifikasi juru ukur dengan menggunakan daftar simak. a. Penjelasan lingkup kerja pengukuran yang tertera dalam spesifikasi.

Lingkup kerja pengukuran untuk pekerjaan konstruksi 1) Pekerjaan lantai kerja.

2) Pekerjaan Pembesian. 3) Lantai/Slab.

4) Kolom.

5) Dinding (wall).

6) Bekisting Balok / lantai. 7) Pemindahan As bangunan. 8) Pemindahan Elevasi Keatas. 9) Settlement bangunan.

10) Finishing.

b. Identifikasi kebutuhan juru ukur sesuai pekerjaan pengukuran.

Untuk mengetahui kemampuan/ kompetensi personil yang terlibat dalam kegiatan pengukuran adalah melihat dari rekam jejak/curicullum

(36)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 36 dari 49

vitae personil yang bersangkutan, melakukan test/wawancara maupun

praktek dan mencari informasi dari fihak ketiga. Cara mengantisipasi jadwal penugasan juru ukur ialah dengan lebih mencermati dan memeriksa jadwal setiap pekerjaan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun kebutuhan juru ukur pengukuran:

a. volume pekerjaan.

b. waktu pelaksanaan.

c. jenis pekerjaan.

d. kompetensi juru ukur.

c. Identifikasi kebutuhan juru ukur kedalam daftar simak.

Keterkaitan jadwal pengukuran terhadap kebutuhan juru ukur adalah bahwa Juru ukur bekerja berdasarkan jadwal pengukuran. Jika waktu yang dialokasikan sangat pendek maka kita harus menambah personil juru ukur, jam kerja dalam sehari dan peralatan

4.3.2 Perhitungan Kebutuhan juru ukur dan pembantu juru ukur

Berdasarkan jadwal yang telah disetujui oleh pengguna jasa, semua kegiatan kerja di lapangan dilaksanakan mengikuti batas waktu sebagaimana bisa dilihat dalam rincian jadwal yang biasanya berbentuk

bar chart atau network planning untuk proyek-proyek yang memiliki batas

waktu yang ketat. Demikian juga untuk juru ukur dimana kegiatannya akan mengawali pekerjaan konstruksi memiliki batas waktu yang sejalan dengan kegiatan konstruksi. Untuk bisa menetapkan jumlah dan kualifikasi juru ukur, diperlukan informasi tentang batas waktu yang tersedia untuk kegiatan pengukuran. Untuk batasan waktu yang berbeda tentunya diperlukan jumlah dan kualifikasi personil yang berbeda pula.

a. Identifikasi kebutuhan juru ukur pembantu sesuai pekerjaan pengukuran.

Semua kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kontrak kerja didasarkan atas ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak yang meliputi seluruh dokumen terkait mulai dari proses tender hingga penetapan pemenang tender.

Dasar proses rekruitmen juru ukur yang akan terlibat dalam kegiatan survai topografi adalah Lingkup kegiatan dan persyaratan kualifikasi yang tercantum dalam dokumen tender/KAK.

b. Tata cara menjelaskan Personil yang terlibat dalam kegiatan pengukuran bangunan gedung

(37)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 37 dari 49

Dalam menjalankan kegiatan pengukuran tentunya diperlukan satu tim yang bekerjasama secara kelompok. Tim ini diketuai oleh seorang ketua Tim , dan Personil yang terlibat dalam kegiatan pengukuran bangunan gedung, adalah Geodetic Engineer, Asisten Geodesi/Chief

Surveyor, Surveyor, CAD Operator dan Tenaga Lokal.

c. Tata cara merekrut personil survai topografi secara selektif sesuai kualifikasi.

Tidak berbeda dengan proses rekrutmen tenaga kerja yang lain , untuk mengetahui kemampuan/kompetensi juru ukur yang terlibat dalam pekerjaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah merekam jejak/curriculum vitae juru ukur yang bersangkutan, melakukan test/ wawancara dan mencari informasi dari pihak ketiga.

4.3.3 Penetapan Kriteria penilaian evaluasi kinerja juru ukur

Kinerja seorang karyawan tergantung pada kompetensi yang menyangkut tiga unsur yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dan keterampilan biasanya tidak terlalu sulit untuk dipelajari oleh siapapun. Termasuk juru ukur yang telah memiliki pengalaman tentunya pengetahuan dan keterampilannya pasti sudah memadai, namun apabila menyangkut perilaku yang sesuai dengan bidang pekerjaan, tentu harus mengacu pada nilai-nilai profesionalisme/etika kerja.

a. Tata cara menjelaskan maksud dan tujuan penetapan kriteria kinerja juru ukur.

Penetapan kriteria kinerja juru ukur memiliki maksud dan tujuan untuk bisa memonitor pekerjaannya selama melaksanakan kegiatan

b. Tata cara menetapkan kriteria kinerja juru ukur.

Selama kegiatan pengukuran berjalan, kegiatan juru ukur akan termonitor kinerjanya, antara lain dari kegiatan pengukuran saat melakukan orientasi, pengikatan titik ikat, detail, hasil data, hitungan hasil data dan penggambaran, serta membuat laporan, kedisiplinan dan kerjasama tim.

c. Penjelasan tindakan-tindakan yang perlu di lakukan,

Untuk menghindari terjadinya manipulasi data pada saat

pengolahan/penghitungan data, tindakan-tindakan perlu dilakukan adalah menggunakan peralatan timbang yang telah dikalibrasi.

(38)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 38 dari 49

4.4 Penentuan metodologi pekerjaan pengukuran

Metodologi dalam banyak aspek sangat menentukan kinerja, oleh karena itu pemilihan metode yang tepat akan sangat membantu juru ukur melaksanakan pekerjaannya.

4.4.1 Penentuan Metodologi penetapan titik referensi (BM) dan pengukuran leveling, vertikal, stake out, bowplank berdasarkan pada gambar kerja.

Dengan menggunakan BM sebagai titik awal semua pekerjaan pengukuran dilakukan untuk menetapkan posisi yang tepat dari suatu titik lokasi bangunan pada sumbu cartesian sumbu x , y dan z. BM sebagai titik awal merupakan titik ikat yang akan mengendalikan proses penempatan posisi dari pekerjaan yang akan dilakukan.

a. Tata cara menetapkan metoda penetapan titik referensi (BM).

Pengukuran titik kontrol vertikal untuk survai topografi disyaratkan menggunakan metode

1) Pengukuran pergi–pulang pada setiap seksi 2) Pengukuran pergi–pulang pada setiap “slag” b. Penjelasan penggunaan referensi BM.

Penentuan posisi jika ditentukan dari titik B.M. atau titik gride line yang sudah ditentukan yang bereference B.M. yang ada adalah:

1) Penentuan Elevasi tanah diambil dari Elevasi B.M. yang sudah ditentukan, sehingga didapatkan hasil elevasi tanah seperti yang dikehendaki dalam gambar pelaksanaan.

2) Untuk acuan level cor lean concrete dipasang pada Iokasi yang akan dicor dengan patok bambu atau dengan reiat kayu kasau, dengan jarak antaranya sekitar 2 meter.

c. Penjelasan maksud titik referensi.

Titik referensi atau titik ikat adalah titik yang mempunyai besaran koordinat dan elevasi, dimana titik ini digunakan sebagai patokan awal untuk semua proses penggambaran yang menyangkut koordinat. Informasi yang dimiliki titik referensi adalah :

a. Absis (X) b. Ordinat (Y) c. Elevasi (El)

(39)

Judul Modul: Persiapan Pelaksanaan Pengukuran

Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 39 dari 49

Sebelum dipergunakan titik referensi perlu dicek kebenarannya , sebab sebagai fungsi acuan, maka kebenaran titik referensi mutlak perlu dicek dan diyakini bersama. Vertikal kolom adalah:

1) Posisi kolom di-marking di atas lantai after concrete dengan mengacu ke titik reference yang ada.

2) Dalam pembuatan sepatu kolom akan dilakukan pengawasan mengenai posisinya, sehingga posisi kolom secara horizontal akan terkontrol.

3) Setelah bekisting terpasang maka dilakukan pengechekan untuk vertikal kolom serta ukuran dimensi kolom. Dimensi kolom dicek di bagian atas dari pada bekisting dengan mistar siku dan meteran untuk ukurannya.

4) Setelah kolom betul-betul berdiri vertikal maka ditentukan level stopcor dari kolom

Pengukuran Bekisting Kolom dilakukan:

1) Setelah bekisting kolom terpasang, maka sebelum dilakukan pengecoran harus di lakukan pengecekan tentang kevertikalannya serta ukuran dimensi kolom. Dimensi kolom dicek pada bagian top atau atas bekisting dengan mistar siku dan meteran kecil. Pengecekan vertikal kolom dapat dilakukan dengan memasang unting-unting atau lot ataupun dengan alat ukur theodolite dengan bantuan bak ukur.

2) Sebelum kolom dilakukan pengecoran, maka harus diyakini tentang kevertikalannya dan posisi stop cor dari kolom yang besarnya 1 sampai dengan 2 cm di atas dasar balok di atas kolom untuk balok yang terbesar atau terbawah bagian dasarnya yang akan dipasang, disamping pekerjaan lain yang ada sangkut pautnya berada dalam kolom tersebut.

Stake out adalah penempatan kembali suatu titik yang diketahui

koordinatnya pada gambar ke posisi sebenarnya di lapangan. Ada 2 (dua) macam stake out posisi:

1) Stake out posisi horisontal 2) Stake out posisi vertical

Data yang diperlukan untuk melakukan stake out horizontal 1) Koordinat titik acuan

2) Arah acuan

3) Besar sudut yang ada di titik acuan, sudut antara sisi arah acuan ke titik yang di-stake out

4) Jarak datar dari titik acuan ke detil yang akan di-stake out Data yang diperlukan untuk melakukan stake out vertikal 1) Elevasi titik acuan

Gambar

Gambar 4.1 Pembangunan The Sentinel di Takapuna, North Shore City, New  Zealand
Gambar 4.2 Berbagai macam Alat Ukur
Gambar 4.2.1.3 Rambu Ukur  Statif .
Gambar 4.2.1.5 Unting-unting  Patok.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran beban ran beban kerja psikologis dapat dibagi menjadi dua metode yaitu pengukuran beban kerja psikologis kerja psikologis dapat dibagi menjadi dua metode yaitu

Dalam cara ini diperlukan 2 (dua) fungsi arsitek yang berbeda, yaitu pada tahap awal perancangan, sebagai arsitek perancang, dan pada tahap penyelesaian dokumen

Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan

1) Seorang pengurus mendapatkan bagian dari nelayan adalah dua bagian dari kesepakatan. Kemudian, penjualan dari hasil tangkap ikan harus dijual melalui pelelangan

Halaman ini merupakan halaman yang dapat digunakan oleh admin website untuk mencetak semua hasil laporan baik dari data petugas, data pasien, dan data nota rawat inap.

Berdasarkan kepada dua definisi tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa,

Kegiatan Pelatihan dan Pembentukan Korps Mubaligh/Mubalighot Muhammadiyah dan 'Aisyiyah di kedua cabang sasaran telah terlaksana sesuai dengan tujuan dan target

Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Kota Dumai dengan migas tahun 2007-2010 secara berturut-turut antara lain sektor