i
ANALISIS KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DALAM FISIKA PADA MATERI GERAK PARABOLA
SKRIPSI
HASLIAWATI 105391100516
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
ii
ANALISIS KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DALAM FISIKA PADA MATERI GERAK PARABOLA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
HASLIAWATI
105391100516
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Berangkatlah, baik merasa berat tau ringan. Dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.” (QS. At Taubah: 41) “Lambat lulus bukan berarti gagal kita hanya dituntut untuk lebih kerja keras dan hargai perjungan..” (Penulis) “Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak” (Albert Einstein)
Hasil karya ini kupersembahkan untuk ibunda dan ayahanda, yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku. Terimakasih karena selalu membiarkan saya mengejar impian saya apapun itu . Sahabat-sahabat terbikku yang selalu merangkulku disetiap saya terjatuh, dan keluarga besar yang selalu mendukung dan mendo’akan yang terbaik. Terima kasih atas semuanya.
viii
ABSTRAK
Hasliawati. 2020. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Dalam Fisika Pada Materi Gerak Parabola di SMA Negeri 10 Maros. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurlina dan Pembimbing II Dewi Hikmah Marisda.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana profil keterampilan berkomunikasi dalam fisika peserta didik kelas X MIPA 1 pada materi gerak parabola SMA Negeri 10 Maros. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan besar keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA pada materi gerak parabola di SMA Negeri 10 Maros.
Jenis penelitian expost facto yang bersifat deskriptif kualitatif yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2020. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros dengan jumlah 60 peserta didik. Teknik yang digunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara utuh/secara kelompok berdasarkan populasinya, di mana yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas X MIPA 1 yang berjumlah 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 10 Maros berada pada kategori sedang dengan presentasi 73,3% dan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 153,36.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros berada pada kategori sedang dan masih perlu dilatih untuk berbicara didepan umum maka disarankan kepada guru lebih memperhatikan pemilihan strategi pembelajaran guna melatih keterampilan berkomunikasi peserta didik.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Allah Maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari deretan berkah-Mu.
Skripsi dengan judul “Analisis Keterampilan Berkomunikasi Dalam Fisika Pada Materi Gerak Parabola di SMA Negeri 10 Maros.” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan.
Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada ayahanda Dahlan dan Ibunda Hasna atas segala pengorbanan dan do’a
x
restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadikan kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Dengan pertolongan Allah SWT, yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan kepada ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd, dan Ibu Dewi Hikmah Marisdah, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga terselesainya skripsi ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
xi
3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf S.Pd., M.Pd , selaku Ketua dan Sekertaris Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya .
5. Bapak Drs. Mukhtar MM, selaku Kepala UPT SMA Negeri 10 Maros yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Muhammad Akbar, S.Pd,. M.Pd selaku guru bidang studi fisika SMA Negeri 10 Maros sekaligus sebagai pamong yang selalu memberikan arahan serta masukan yang membangun selama pelaksanaan penelitian di sekolah.
7. Sahabat-sahabatku pasukan Alauddin dan Talaslapang Amirudin, Rini Susanti, Mariana Arman, Jasriani, Nurmasinta, Kartini Setiasari, Nurfitrah, Mirna dan Nur Aqli yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 program studi pendidikan fisika terkhusus rekan-rekan Dispersi A, yang telah bersama-sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas sumbangsih dan motivasinya selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap terajut untuk selamanya.
9. Peserta didik X MIPA 1 dan 2 SMA Negeri 10 Maros atas kesediaannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
xii
10. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini tidak mengurangi rasa terima kasih saya atas segala bantuannya.
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya
yang lebih baik lagi. Amin Yaa Rabbal Alamin.Wassalam
Makassar, januari 2021
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
SURAT PERJANJIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian Pustaka ... 6
1. Pembelajaran Abad 21 ... 6
2. Keterampilan Komunikasi ... 10
3. Tujuan Komunikasi ... 12
4. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi... 13
5. Peranan Berbicara ... 15
6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17
B. Kerangka Pikir ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Prosedur Penelitian ... 21
D. Definisi Operasional Variabel ... 22
E. Instrument Penelitian ... 23
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Teknik Analisis Data ... 32
xiv
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Hasil Analisis Deskriptif ... 34
2. Skor rata-rata keterampilan komunikasi untuk setiap inndikator ... 37
B. Pembahasan ... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... 58 RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Keterampilan Komunikasi ... 14
3.1 Kriteria Penskoran Skala Likert Untuk Pernyataan Positif ... 23
3.2 Kriteria Penskoran Skala Likert Untuk Pernyataan Negatif ... 23
33. Kriteria Validitas Isi ... 27
3.4 Jumlah Item Tiap Indikator Pada Kuesioner Keterampilan Komunikasi Setelah Uji Lapangan ... 27
3.5 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item ... 30
3.6 Kriteria Dalam Pengkategorian ... 33
4.1 Statistik Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 10 Maros ..34
4.2 Kategorisasi Skor Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros ... 35
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir ... 19 4.1 Diagram kategorisasi Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X
MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros ... 36 4.2 Diagram Skor Mean Untuk Setiap Indikator Keterampilan Komunikasi
dalam Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros ... 38 4.3 Diagram Presentasi Nilai Mean Untuk Setiap Indikator Keterampilan
Komunikasi dalam Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros ... 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Sebelum Validasi ... 58
2. Instrumen Setelah Validasi ... 69
3. Data Uji Lapangan ... 70
4. Data Uji Sampel ... 77
5. Data Hasil Uji Gregory ... 85
6. Data Hasil Uji Validitas ... 86
7. Data Hasil Uji Reabilitas ... 101
8. Analisis Skor Komulatif Keterampilan Komunikasi ... 109
9. Analisis Skor Keterampian Komunikasi Untuk Setiap Indikator ... 112
10. Kategorisasi Skor Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros ... 110
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 diketahui bahwa kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam mempelajari fisika. Komunikasi merupakan cara siswa memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Kemendiknas, 2010). Siswa akan terus melakukan komunikasi untuk mencari informasi, untuk bertanya dan aktif ketika kegiatan belajar berlangsung. Di dalam proses pembelajaran dikatakan bahwa proses komunikasi, menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang sebagai sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) (Sumantri,2015:349).
Komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif sangatlah diperlukan, untuk menyampaikan ide, gagasan dan pengetahuan kepada masyarakat. Kenyataan yang terjadi selama ini berbeda, kemampuan berkomunikasi kurang dimiliki oleh banyak siswa, mereka masih takut bila mendapatkan kesempatan berkomunikasi tampil didepan umum. Salah satu skill yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Rakhmat (2008) mengungkapkan bahwa tidak ada individu yang mampu hidup normal tanpa adanya proses komunikasi atau berbicara dengan orang lain.
2
Dengan pendidikan di harapkan mampu menciptakan suatu kepribadian yang luhur dan berwawasan internasional dengan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:
Artinya : Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berfirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan). dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadilah : 11).
Salah satu kopetensi yang dititik beratkan di abad 21 ini adalah keterampilan komunikasi. Sumber daya manusia saat ini hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi dalam rangka berkerja sama dan menyampaikan ide-ide kreatifnya. Komunikasi efektif menekankan kolaborasi, keterampilan interprosonal, tanggung jawab personal tanggung jawab social dan memikirkan kepentingan umum serta komunikasi dua arah.
Permasalahan keterampilan komunikasi siswa yang cenderung pasif di dalam kelas dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor atau hambatan dalam berkomunikasi menurut Lunenburg (2010) ada 4, yaitu hambatan proses penyampaian, hambatan fisik, hambatan semantik, dan hambatan psikososial. Hambatan proses disebabkan guru tidak sepenuhnya mengerti pesan berupa materi
3
pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Hambatan fisik meliputi jarak antara orang yang berkomunikasi, suasana yang terlalu ramai, dan gangguan pada media komunikasi. Hambatan semantik berupa hambatan bahasa. Pemilihan kata yang tidak tepat dan penggnaan bahasa yang berbeda antara guru dengan siswa dapat menyebabkan terjadinya perbedaan pemahamanHambatan yang dihadapi peserta didik dalam memberikan tanggapan yaitu malu untuk berbicara di depan kelas apabila diperhatikan oleh teman satu kelas, sehingga mereka sulit menggungkapkan tanggapan, Kurangnya minat atau motivasi siswa untuk menanggapi teman, dan kurangnya keberanian siswa untuk mengungkapakan tanggapan. Selain itu jika ada yang menanggapi juga tidak mendapatkan penilaian dari guru, sehingga siswa merasa ini tidak perlu dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di salah satu sekolah Negeri yaitu SMA Negeri 10 Maros, kemampuan komunikasi siswa SMA Negeri 10 Maros masih tergolong rendah, tidak ada komunikasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, ini akan berimbas pada hasil belajar yang kurang baik. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan Winarni, santosa & Ramli 2016) mengenai aktivitas oral siswa dalam pembelajaran biologi menunjukan bahwa dalam pembelajaran biologi guru yang menggunakan metode ceramah terlalu mendominasi proses pembelajaran sehigga siswa cenderung bersifat pasif. Maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dimana Pada penelitian yang akan dilakukan peneliti, hanya mengambil 2 indikator saja yaitu lisan dan tulisan karena pandemi
4
Covid 19 yang tidak memungkinkan untuk peneliti bertemu langsung dengan peserta didik. Maka dari itu peneniliti mengangkat masalah yang berjudul “Analisis Keterampilan Berkomunikasi Dalam Fisika Pada Materi Gerak Parabola “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Seberapa besar keterampilan berkomunikasi dalam fisika peserta didik kelas X MIPA 1 pada materi gerak parabola?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah Untuk mendeskripsikan besar keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA pada materi gerak parabola.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis, yaitu diharapkan mampu menghasilkan temuan yang bermanfaat tentang keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros
2. Manfaat Praktis, Selain dari manfaat secara teoritis juga terdapat manfaat secara praktis bagi peserta didik, guru maupun bagi sekolah itu sendiri, diantaranya sebagai berikut:
5
a. Bagi peserta didik
Dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik dalam pembelajaran fisika
b. Bagi Guru
Dengan penelitian ini manfaat yang diperoleh bagi guru adalah guru dapat lebih mengetahui tingkat keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam pembelajaran fisika, serta dapat menambah wawasan bagi guru dalam penyelenggaraan proses belajar sehingga guru dapat lebih memahami karakter peserta didiknya agar dapat memberikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik dalam pembelajaran fisika.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan, yang akan memberikan pengaruh besar terhadap tingkat ketrampilan-keterampilan yang dimiliki peserta didik khususnya dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi peserta didik itu sendiri.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Abad 21
Kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- Communication, Collaboration, Critical thinking, dan Creativity. Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti dan tema abad ke-21. Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori, yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world (Griffin, McGaw & Care, 2012). Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for working mencakup adanya kesadaran sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial.
Sedangkan skills for living in the world merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital. Berikut beberapa kopetensi pembelajaran 21
a. Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatih dan dikuasai.
7
Keterampilan berpikir kritis juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi bukti.
Pada era literasi digital dimana arus informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki kemampuan untuk memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran.
b. Kemampuan menyelesaikan masalah
Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Seseorang harus mampu mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah yang kompleks. Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi efektif dan kreatif dari guru dan siswa untuk dapat melibatkan teknologi, dan menangani berbagai informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan memahami elemen yang terdapat pada pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah.
8
c. Komunikasi dan kolaborasi
Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara. Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah. Siswa dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang autentik dan mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-kelompok internasional.
d. Kreativitas dan inovasi
Pencapaian kesuksesan profesional dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi. Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan jawaban.
9
e. Literasi informasi, media, dan teknologi
Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan abad ke-21. Seseorang yang berkemampuan literasi media adalah seseorang yang mampu menggunakan keterampilan proses seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami pesan alami yang terdapat pada media. Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat, dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri.
f. Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT)
Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital. Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara hendaknya menumbuhkan secara luas keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis teknologi. Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi informasi, media dan teknologi. Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan dan
10
kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-21. 2. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Sedangkan komunikasi adalah aktivitas utama manusia dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi dengan tuhan, sesama manusia, dan makhluk lainnya. Komunikasi merupakan modal dan kunci sukses dalam pergaulan dan karir, karena hanya dengan komunikasi sebuah hubungan baik dapat dibangun dan dibina. keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja dan dengan siapa saja. Keterampilan komunikasi juga dibutuhkan dalam pengembangan usaha, pengembangan dan pemberdayaan diri. Komunikasi dalam bentuk yang paling sederhana ialah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima.
Pendapat lain dari Hafied Cangara di dalam keterampilan berkomunikasi siswa terdapat dua macam kode yaitu:
a. Kode verbal
Kode verbal menggunakan bahasa merupakan seperangkat kata yang telah di susun secara terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mempunyai arti. Bahasa dalam menciptakan komunikasi yang efektif mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk mengetahui sikap dan perilaku, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai budaya,serta untuk menyusun sebuah ide yang sistematis.
11
b. Kode Nonverbal
Kode nonverbal iyalah bahasa isyarat atau bahasa diam yang mempunyai beberapa fungsi, yaitu meyakinkan sesuatu yang di ucapkan, menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa di utarakan dengan kata-kata,menunjukan jati diri, dan menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang di rasakan belum sempurna.
3. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sehingga komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Di luar tujuan umum komunikasi ini, maka komunikasi bertumbuh dari motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari komunikasi. Dengan kata lain, tujuan komunikasi sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, yaitu:
a. Pengirim: Orang yang mengirimkan pesan (encoder) b. Penerima: Orang yang menginterpretasi pesan (decoder)
c. Saluran: Metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan daya guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan secara verbal, nonverbal, atau termediasi.
d. Pesan: Informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh pengirim ke dalam alam pikiran penerima.
12
f. Lingkungan: Dunia fisik dan nonfisik sebagai sebagai tempat terjadinya interaksi.
g. Gangguan: Dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam peristiwa komunikasi.
4. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi
Ada beberapa jenis keterampilan komunikasi yang perlu dipahami oleh setiap orang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yaitu meliputi keterampilan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan komunikasi non-verbal.
Keterampilan komunikasi lisan (oral communication) yaitu kemampuan berbicara (speaking) sehingga mampu menjelaskan dan mempresentasikan gagasan dengan jelas kepada bermacam-macam orang (audiens). Kemampuan ini meliputi keahlian menyesuaikan cara berbicara kepada komunikan yang berbeda, menggunakan pendekatan dan gaya yang pas, dan memahami pentingnya isyarat non-verbal.
Keterampilan komunikasi tulisan (written communication) yaitu kemampuan menulis secara efektif dalam konteks dan untuk beragam pembaca dan tujuan. Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk keterampilan komunikasai elektronik seperti menulis sms, menulis dan mengirimkan email, terlibat di “forum diskusi online” (discussion boards), ruang chatting, dan pesan
instan. Komunikasi ini memerlukan background skills seperti penulisan akademis, keahlian revisi dan penyuntingan (editing), membaca kritis, dan presentasi data.
Sedangkan keterampilan komunikasi non-verbal (non-verbal communication) yaitu kemampuan memperkuat ekspresi ide dan konsep melalui
13
penggunaan bahasa tubuh (body language), gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, dan nada bicara/suara (tone of voice). Komunikasi non-verbal juga termasuk penggunaan gambar, ikon, dan simbol. Dengan demikian, jenis-jenis keterampilan berkomunikasi tersebut dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan kasar (hard skill) dan keterampilan halus/lunak (soft skill ). Keterampilan komunikasi tulisan termasuk dalam keterampilan kasar (hard skill), sedangkan keterampilan komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal termasuk keterampilan halus/lunak (soft skill).
Tabel 2.1 Indikator keterampilan komunikasi Subskill
Komunikasi Indikator
Lisan Mengutarakan pendapat Mengenai keterkaitan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Menjawab pertanyaan dari guru mengenai contoh fisika dalam kehidupan kehidupan sehari-hari.
Menciptakan suasana kondusif saat belajar fisika. menghargai pendapat orang lain
Menyampaikan ide /hasil diskusi secara jelas, efektif, sistematis, dan meyakinkan.
Menanggapi lawan bicara secara positif
Menyesuaikan pilihan kata, volume, dan intonasi suara.
Tulisan Menuliskan hasil ahir saat diskusi dalam pembelajaran fisika.
Menyajikan data hasil pengamatan saat melakukan percobaan
Menulis pembahasan sesuai dengan konsep pembelajaran fisika.
5. Peranan Berbicara
Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lainya. Hubungan dengan manusia lainya antara
14
lain berupa penyampaiyan isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat dengan satu tujuan. Seseorang yang menyampaikan pesan mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dengan penerima pesan.
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis, pada kedua kegiatan ini seseorang berusaha menyampaikan pesan atau ide dengan bahasa agar di pahami oleh pendengar atau pembaca. Kegiatan berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Makin banyak membaca makin banyak pula ide, pengetahuan, serta informasi, yang di milikinya yang dapat di jadikan sebagai bahan pembicaraan.
1. Jenis berbicara untuk tingkat SD,SMP,SMA.
Adapun jenis berbicara yang perlu dikembangkan pada siswa SD, SMP, SMA iyalah berbicara dalam bentuk mengemukaan gagasan, menjawab, pertanyaan, bercakap-cakap (berdialog), dan sebagainya. Sebagai calon guru harus memiliki keterampilan berbicara yang memadai.Berikut butir-butir yang perlu di perhatikan oleh seorang berbicara.
a. Sikap yang wajar,tenang,dan tidak kaku. b. Pandangan diarahkan kepada lawan bicara. c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain. d. Kesediaan mengoreksi diri sendri.
e. Keberanian mengemukaan dan mempertahankan pendapat. f. Gerak gerik dan mimik yang tepat
15
g. Kenyaringan suara,kelancaran,penalaran dan relevansi,penguasaan topik,dan tujuan.
Salah satu tugas dan peran guru dalam pembelajaran matematika sekarang dan masa yang akan datang adalah mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi. Pendapat Sullivan, Silver dan Smith dalam Zubaidah Amir, kemampuan komunikasi harus dikembangkan dan dimiliki siswa. Kemampuan komunikasi bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan siswa, dan antar siswa. Dalam mengkomunikasikan gagasan matematika, siswa harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang diajar berkomunikasi dan sistem representasi yang digunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung dari satu arah dan tidak mencapai sasaran.
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah: Hasil penelitian Marfuah pada tahun 2017 berjudul Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Marfuah menunjukan bahwa terdapat peningkatan keterampilan komunikasi secara signifikan setelah di lakukan tindakan sebanyak tiga siklus. Selain itu terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik.
16
Aprilianti Putri, 2016 berjudul Deskripsi Keterampilan Komunikasi Siswa Sma Negeri 9 Pontianak Melalui Metode Praktikum Pada Materi Ksp Berdasarkan hasil analisis data terhadap keterampilan komunikasi lisan dan tulisan siswa, serta hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa: (1) keterampilan komunikasi lisan termasuk dalam kategori cukup baik dengan persentase sebesar 56,18%. (2) keterampilan komunikasi tulisan termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 61,06%.
Siti Zubaidah, pada tahun 2016, berjudul keterampilan abad ke21: Keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran, Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan pendekatan baru yang dapat mengakomodasi karakteristik siswa saat pembelajarandi kelas, sejak mereka pada tahap awal pendidikan agar mempunyai kemampuan menuju abad ke21.
Dengan keterampilan komunikasi, siswa akan mudah mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut materi pembelajaran, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa yang tidak terampil berkomunikasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran dapat menyebabkan hasil belajar yang diperolehnya kurang maksimal.
B. Kerangka pikir
Keterampilan berkomunikasi adalah aktivitas komunikasi dalam menyatakan konsep secara lisan, tulisan. Kemampuan berkomunikasi diukur dengan kuesioner dan dokumentasi sebagai data pendukung. Pengukuran kemampuan berkomunikasi dilakukan melalui aspek, yaitu: lisan, dan tulisan. Masing-masing aspek tersebut dijabarkan melalui butir-butir pernyataan dalam
17
lembar kuesioner. Oleh karena itu, penulis membuat desain kerangka pikir dalam penelitian ini seperti pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir Lisan
1. Mengutarakan pendapat 2. Menjawab pertanyaan
3. Menciptakan suasana kondusif 4. Menghargai pendapat orang lain 5. Menyampaikan ide atau gagasan. 6. Menanggapi lawan bicara secara positif 7. Menyesuaikan pilihan kata
Tulisan 1. Menulis hasil ahir 2. Menyajikan data 3. Menulis pembahasan Proses Pembelajaran Fisika
dikelas X IPA
Hasil Analisis Keterampilan Komunikasi
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian expost facto yang bersifat deskriptif untuk memperoleh data kualitatif artinya sesudah fakta, di mana ketika peneliti melakukan penelitian tidak ada rekayasa maupun pemberian perlakuan tertentu terhadap variabel yang diteliti sehingga penelitian hanya mengungkapkan variabel itu apa adanya tanpa dihubungkan dengan variabel lain.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 10 MAROS. Kabupaten Maros. Salah satu SMA yang berada di Dusun Garantiga, Desa Simbang, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi-Selatan.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA SMAN 10 MAROS Kabupaten Maros tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 2 kelas,yaitu kelas X ,dan X .
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara utuh/secara kelompok berdasarkan poplasinya dan terpilihlah kelas X MIPA1.
19
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu Tahap persiapan, Tahap pelaksanaan, dan Tahap akhir penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa persiapan, yaitu:
a. Berkomunikasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran fisika yang bersangkutan untuk meminta izin melakukan penelitian terhadap peserta didik di SMA Negeri 10 Maros.
b. Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran Fisika untuk mengetahui tentang keadaan peserta didik kelas X MIPA, dan memberitahukan materi fisika yang akan dijadikan tes keterampilan komunikasi, serta waktu pelaksanaan penelitian.
c. Menyusun instrumen angket keterampilan komunikasi, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data keterampilan komunikasi,peserta didik. d. Melaksanakan uji validitas instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Membagikan instrumen angket keterampilan komunikasi,kepada seluruh subjek penelitian, dalam pembagian instrumen tersebut peneliti membagikannya melalui media whatsapp. Hal ini dikarenakan peneliti tidak dapat melakukan pertemuan secara langsung oleh subjek dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan di sekolah karena sekolah dilaksanakan secara virtual.
20
3. Tahap Akhir
Setelah semua pelaksanaan penelitian telah selesai, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah:
a. Mengolah data hasil penelitian yang telah diperoleh b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian
c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data keterampilan komunikasi,peserta didik.
D. Definisi Operasional Variabel
Keterampilan berkomunikasi dalam pembelaran fisika adalah aktivitas komunikasi dalam menyatakan konsep fisika secara lisan, tulisan serta dalam bentuk sikap dan perilaku. Adapun keterampilan berkomunikasi diukur melalui2 indikator saja yaitu, lisan, dan tulisan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah isntrumen angket keterampilan komunikasi yang mencakup 2 indikator diantaranya, lisan, dan tulisan. Masing-masing aspek tersebut dijabarkan melalui butir-butir pernyataan dalam lembar kuesioner dengan masing-masing indikator memiliki kriteria tersendiri.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut:
21
1. Tahap Awal
Menyusun instrumen angket untuk kemampuan komunikasi peserta didik dalam bentuk skala likert.Adapun kriteria dan penskoran kala likert untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria penskoran skala likert untuk pernyataan positif
Alternatif jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
(Sitiatava.2013:278)
Sedangkan kriteria dan penskoran skala likert untuk pernyataan negatif, dibawah ini merupakan hasil modifikasi dari penskoran skala liker oleh sitiatava adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Skala Likert Untuk Pernyataan Negatif
Alternatif jawaban Skor
Sangat Setuju 1
Setuju 2
Tidak Setuju 3
Sangat Tidak Setuju 4
(Sitiatava.2013:278)
2. Tahap Kedua Uji Gregory
Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan kemudian dilakukan validasi instrumen oleh tim validator yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji gregory yang dimaksudkan untuk melihat pernyataan-pernyataan keterampilan komunikasi layak atau tidak untuk
22
digunakan, dalam artian apakah pernyataan tersebut valid dan dapat dipercaya. Persamaan dari uji Gregory menurut Robert.J.Grerory dapat diuraikan sebagai berikut:
(Retnawati, 2015:33)
Keterangan:
R = Nilai Realibilitas dari uji pakar
A = Relevansi lemah-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 1 dan validator 2 = 1
B = Relevansi kuat-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan validator 2 = 1 atau 2
C = Relevansi lemah-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 1 atau 2 dan validator 2 = 3 atau 4
D = Relevansi kuat-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan validator 2 = 3 atau 4
Jika r 0,75, maka instrumen layak untuk digunakan.Pada penelitian ini, berdasarkan hasil validasi para ahli diperoleh nilai r=1 maka dinyatakan instrumen keterampilan komunikasi layak untuk digunakan. Berikut hasil Uji Gregory oleh para ahli ( Validator) untuk analisisnya dapat dilihat pada lampiran 2
3. Tahap Ketiga a. Uji Validitas
b. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Teknik analisi yang dapat digunakan
23
untuk menguji validitas pernyataan yang telah di uji lapanga adalah dengan menggunakan rumus product moment.
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
(Sugiyono.2017:255)
Dengan
koefisien korelasi ∑ jumlah skor item ∑ jumlah skor total jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus
(Sugiyono.2017:257) Dimana: t =Nilai
r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden
Distribusi (Tabel r) untuk
Kaidah keputusan: Jika rhitung > rtabel berarti valid Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Tabel 3.3 Criteria validitas isi
Rentang Skor Kategori
< 0,4 Rendah
0,4 – 0,8 Sedang
24
(Retnawati, 2015:33)
Uji validasi yang digunakan peneliti menggunakan bantuan aplikasi Microsoft excel, Berdasarkan hasil uji lapangan maka untuk instrument angket keterampilan berkomunikasi peserta didik diperoleh 47 pernyataan valid dari 60 pernyataan. Adapun nomor pernyataan yang valid pada masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Jumlah Item Tiap Indikator Pada kuesioner Keterampilan komunikasi Setelah Uji Lapangan
Indikator Sub indikator Nomor soal yang valid Jumlah
Lisan Mengutarakan pendapat 1,2,3,5,7,8 6
Menjawab Pertanyaan 2,4,5,6,7,9 6
Menciptakan suasana kondusif saat belajar fisika
2,3,4,6,7,9 6
Menghargai pendapat orang lain
2,3,4,5,7,8 6
Menyampaikan ide, hasil diskusi secara jelas, efektif, sistematis, dan meyakinkan
2,3,4,5,8,10 6
Menanggapi lawan bicara secara positif
1,2,3,4,5 5
Menyesuaikan pilihan kata,volume,dan intonasi suara.
1,2,3,5,6,7 6
Tulisan Menulis hasil akhir saat diskusi
1,2,4,5,6,7 6
Jumlah pernyataan valid 47
Jumlah pernyataan yang drob 17
Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 2
Berdasarkan tabel di atas dengan jumlah responden (N) 30 maka sesuai dengan rtabel product moment dengan Taraf Signifikan 5%, dapat dilihat bahwa instrument keterampilan berkomunikasi peserta didik setelah di uji lapangan diperoleh masing-masing 6 butir pernyataan untuk setiap indikatornya,
25
diantaranya untuk indikator mengutarakan pendapat sebanyak 6 butir pernyataan, menjawab pertanyaan 6 butir pernyataan, menciptakan suasana kondusif 6 butir pernyataan, menghargai pendapat orang lain 6 butir pernyataan, menyampaikan ide 6 butir peryataan, menanggapi lawan bicara secara positif 5 butir pernyataan, menyesuaikan pilihan kata 6 butir pernyataan, dan menulis hasil akhir sebanyak 6 butir pernyataan. dan hasil uji validasi dengan menggunakan 30 responden dapat dilihat pada lampiran 2.
c. Uji Reliabilitas
Realibilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Pernyataan yang dinyatakan valid berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan rumus product moment selanjutnya di analisis untuk melihat reabilitas dari suatu pernyataan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan tingkat kehandalan instrumen dalam mengungkap data yang bisa dipercaya. (Arikunto, 2014: 222).
Uji reliabilitas akan dilakukan menggunakan bantuan microsoft Excel 2010 uji statistik Cronbach Alpha (α)
{ } { } (Sugiyono.2018:132) Dengan :
26
=Nilai reabilitas M= Mean skor total =Varian total = jumlah item
Item yang memenuhi kriteria valid mempunyai koefisien reliabilitas yang cukup dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi keterampilan berkomunikasi peserta didik yang dilihat dari skor keterampilan komunikasi peserta didik fisika sebagaimana yang dikehendaki oleh peneliti. Setelah diperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item
Rentang Nilai Kategori
> 0,80 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah (Sugiyono, 2016:186)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini 1. Angket
Seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik. Tujuan pemberian angket yaitu untuk mengetahui keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 10 Maros dengan skala pengukuran instrumen yang digunakan yaitu skala likert yaitu untuk melihat keterampilan komunikasi peserta didik.
27
2. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket keterampilan komnikasi yang telah dikerjakan oleh peserta didik dan foto peserta didik saat mengejakan angket keterampilan komunikasi
G. Teknik Analisis Data
Untuk pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Menurut Sudijono (2012:86-176), untuk menghitung rata-rata, standar deviasi, pengkategorisasian dan presentase digunakan persamaan sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif
a. Rumus Mean (rata-rata)
̅ ∑
(Riduwan, 2012:157). dengan :
̅ = mean yang dicari
∑ = jumlah hasil perkalian antara midpoint dari masing-masing interval, dengan frekuensinya.
28
b. Rumus Standar Deviasi
√∑
(Sudijono, 2012:176)
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
∑ = Skor total peserta didik N = Jumlah responden M = Median
c. Pengkategorisasian
Tabel 3.6 Kriteria dalam pengkategorian
Kriteria Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Sudijono, 2012:176) d. Menghitung Kategori Persenantase
Keterangan:
P = Angka persentase f = Frekuensi
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif menunjukan tentang keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros untuk secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 3. Adapun gambaran analisis deskriptif peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros tahun ajaran 2020/2021 semester ganjil yang telah dilakukan dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Statistik Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 10 Maros
Statistik Skor Nilai Statistik
Ukuran Sampel 30
Skor Ideal Maksimum 188
Skor Ideal Minimum 1
Skor Tertinggi 165
Skor Terendah 141
Skor Rata-Rata
Standar Deviasi
Sumber: (Data Primer Terolah 2020)
Berdasarkan Tabel 4.1 mengenai statistika deskriptif keterampilan komunikasi lisan dan tulisan peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 10 Maros menunjukan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik adalah 165, dan skor terendah yang diperoleh 141 dengan skor rata-rata 153,36 dan standar
30
deviasi 5,4. Jika hasil keterampilan komunikasi peserta didik dibuat dalam tabel distribusi maka dapat dibuat pula tabel untuk mengetahui kategorisasi penilaian keterampilan komunikasi peserta didik. Skor yang diperoleh peserta didik jika dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah, maka kategori tingkat keterampian komunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros dapat ditunjukan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros
Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
158,76 Ke atas Tinggi 5 16,7
147,96 – 158,75 Sedang 22 73,3
147,95 Ke bawah Rendah 3 10
Jumlah 30 100
Sumber: (Data Primer Terolah 2020)
Berdasarkan Tabel 4.2 mengenai kategorisasi dan presentase skor keterampilan komunikasi di atas menunjukan bahwa dari 30 peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 3 peserta didik berada pada kategori rendah dengan presentase 10% ,22 peserta didik berada pada kategori sedang dengan presentase 73,3% dan 5 peserta didik yang mencapai kategori tinggi dengan presentase 16,7%. Adapun gambaran tentang presentase skor keterampilan komunikasi peserta didik yang disusun berdasarkan kategori pada tabel 4.2 dapat dilihat dalam bentuk diagram batang pada gambar 4.1 dibawah ini :
Gambar 4.1 Diagram Kategorisasi keterampilan komunikasi peserta didik kelas XMIPA 1 SMA Negeri 10 Maros
31
Dari digram di atas dapat dilihat bahwa keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 maros berada pada kategori sedang dengan presntase 73,3% dengan frekuensi 22 orang. Sehigga keterampilan berkomunikasi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 maros dapat dikatakan sudah baik tetapi belum maksimal dapat dilihat dari masih terdapat 3 peserta didik yang berada pada kategori rendah dikarenakan peserta didik masih malu untuk mengutarakan pendapat dimana kepercayaan diri dan motivasi, untuk berbicara di depan umum masih sangat kurang disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal. 2. Skor rata-rata keterampilan komunikasi untuk setiap indikator
Berdasarkan hasil analisis keterampilan komunikasi berikut akan dipaparkan pencapaian skor rata-rata untuk setiap indikator keterampilan komunikasi.
Tabel 4.3 Skor Rata-Rata Keterampilan Komunikasi Untuk Setiap Indikator
Kelas Indiktor Keterampilan Komunikasi dalam Fisika
Mean Kategori X MIPA 1 1. Mengutarakan Pendapat 20,2 Sedang 2. Menjawab Pertanyaan 19,5 Sedang 10 73.3 16.7 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Rendah Sedang Tinggi
Grafik Kategorisasi dan Presentase
Keterampilan Komunikasi dalam Fisika
32
3. Menciptakan Suasana Kondusif
20,0 Sedang
4. Menghargai
Pendapat Orang Lain
19,6 Sedang
5. Menyampaikan Ide 18,6 Sedang
6. Menanggapi Secara Positif
16,4 Sedang
7. Intonasi Suara 19,9 Sedang
8. Menulis Hasil Akhir 19,0 Sedang
Sumber: (Data Primer Terolah 2020)
Berdasarkan tabel 4.3 mengenai rata-rata skor keterampilan komunikasi peserta didik untuk setiap indikatornya terlihat bahwa indikator keterampilan berkomunikasi peserta didik yang dikembangkan dalam penelitian ini ada delapan indikator yakni mengutarakan pendapat, menjawab pertanyaan, menciptakan suasana kondusif saat belajar fisika, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan ide, hasil diskusi secara jelas efektif, sistematis dan meyakinkan, menanggapi lawan bicara secara positif, menyesuaikan pilihan kata, volume, dan intonasi suara, dan menulis hasil akhir saat diskusi.
Hasil analisis di atas menunjukan bahwa indikator keterampilan komunikasi yang paling menonjol pada peserta didik iyalah pada indikator pertama yaitu mengutarakan pendapat dengan skor 20,2 sedangkan indikator keterampilan komunikasi yang paling rendah adalah indikator keenam yaitu menanggapi lawan bicara secara positif dengan skor rata-rata 16,4. Berdasarkan tabel 4.4 rata-rata skor untuk setiap indikator keterampilan berkomunikasi dalam fisika peserta didik kelas X MIPA dapat dilihat dalam bentuk diagram pada gambar 4.2.
33
Gambar 4.2. Diagram Skor Rata-Rata Untuk Setiap Indikator Keterampilan Komunikasi dalam fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros
B. Pembahasan
Dari hasil analisis deskriftif dapat dilihat bahwa keterampilan berkomunikasi hampir seluruh peserta didik kelas X MIPA1 SMA Negeri 10 Maros masuk pada kategori sedang, dimana dari 47 butir pernyataan yang diajukan, peserta didik mampu memperoleh skor tertinggi 165 dan skor terendah 141. Gambaran ini dapat dilihat dari rata-rata skor sebesar 153,36 yang berada pada kategori sedang dengan standar deviasi .
Berdasarkan tabel Tabel 4.2 Kategorisasi dan presentase komulatif skor keterampilan komunikasi peserta didik kelas X MIPA1 SMA Negeri 10 Maros dari 30 orang peserta didik, terdapat 22 peserta didik yang masuk kategori sedang dengan presentase 73,3%, 5 peserta didik yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 16,7%, dan terdapat 3 peserta didik yang masuk kategori rendah dengan presentase 10%. Sejalan dengan penelitian yang
20.2 19.5 20 19.6 18.6 16.4 19.9 19 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 Ra ta -Ra ta Sk o r keterangan 1. Mengutarakan Pendapat 2. Menjawab Pertanyaan
3. Menciptakan Suasana Kondusif 4. Menghargai Pendapat Orang Lain 5. Menyampaikan Ide
6. Menanggapi Secara Positif 7. Intonasi Suara
34
dilakukan oleh Aprilianti Putri, 2016 berjudul Deskripsi Keterampilan Komunikasi Siswa Sma Negeri 9 Pontianak Melalui Metode Praktikum Pada Materi Ksp Berdasarkan hasil analisis data terhadap keterampilan komunikasi lisan dan tulisan siswa, serta hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa: (1) keterampilan komunikasi lisan termasuk dalam kategori cukup baik dengan persentase sebesar 56,18%. (2) keterampilan komunikasi tulisan termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 61,06%.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai keterampilan berkomunikasi peserta didik untuk setiap indikator maka akan dijelaskan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan komunikasi lisan mengutarakan pendapat
keterampilan komunikasi lisan dalam mengutarakan pendapat termasuk dalam kategori sedang terlihat dari seluruh peserta didik yang berada pada kategori sedang dan skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 20,2. Dan Ini memperlihatkan bahwa sebagian besar siswa X IPA 1 SMA Negeri 10 Maros mampu untuk mengutarakan pendapat. Siswa sangat antusias dalam berpendapat menyapaikan apa yang diketahuinya dan bertanya ketika ia tidak memahami materi ketika pembelajaran fisika berlangsung. Sejalan dean penelitian yang dilakukan Marfuah pada tahun 2017 berjudul Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Marfuah menunjukan bahwa terdapat peningkatan keterampilan komunikasi secara signifikan setelah di lakukan
35
tindakan sebanyak tiga siklus. Selain itu terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik.
Hal yang mendasar mengapa peserta didik tidak kaku untuk menyampaikan pendapatnya iyalah karena menginginkan hasil belajar yang maksimal dan melatih retorika siswa agar terbiasa berbicara didepan umum, dan juga guru fisika selalu memberikan apresiasi untuk siswanya yang berani untuk berpendapat dan selalu mendengarkan masalah yang di hadapi siswa selama pembelajarannya masih dilakukan di rumah masing-masing. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariam Magdalena pada tahun 2018 dengan judul melatih kepercayaan didi siswa dalam menyatakan tanggapan dan saran sederhana melalui penguatan pujian pada pembelajaran bahasa indonesia dimana hasil penelitianya menunjukan bahwa dengan memberikan apresiasi yakni dalam bentuk ucapan atau tulisan khusus dapat menjadi kebanggaan sisiwa akan eksistensi dirinya, yang nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan seorang peserta didik tidak berani bertanya atau berbicara didepan umum, diantaranya adalah kepercayaan diri dan motivasi, mereka takut salah dan diremehkan oleh teman-temanya, mereka tidak terbiasa berfikir kritis, mereka menerima apa adanya tentang semua yang ia dengar baca dan amati, dan peserta didik berfikir berpendapat tidak masuk dalam penilaian guru sehingga siswa merasa ini tidak perlu dilakukan.
2. Keterampilan komunikasi lisan menjawab pertanyaan
keterampilan komunikasi lisan dalam menjawab pernyataan termasuk dalam kategori sedang terlihat dari 27 peserta didik yang mecapai skor rata-rata 19,5 dan
36
3 peserta didik yang berada pada kategori rendah. Ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri 10 Maros mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik, dalam berkomunikasi sebagian besar peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan mudah dimengerti oleh penanya dalam artian tingkat komunikasinya masuk dalam kategori baik.
Walaupun masih ada beberapa peserta didik yang masih malu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena takut salah ketika jawabannya tidak menyangkut materi, dan juga masih terdapat siswa yang menjawab pertanyaan karena hanya ingin mencari perhatian (sensasi). Menjawab pertanyaan merupakan salah satu komunikasi yang dianggap biasa tetapi ketika peserta didik tidak dilatih sejak dini akan berdampak pada kelangsungan hidup siswa tersebut, dengan komunikasi peserta didik dapat melatih retorika dan juga dapat melatih mental siswa untuk berbicara didepan umum, ketika komunikasi terjalin dengan baik pesan yang diutarakan dan jawaban yang diberikan tersampaikan dengan baik maka tidak menuntut kemungkinan hasil belajar pun baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan dewi hikmah marisdah yaitu Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Keperawatan Medis Melalui Model Pembelajaran Langsung Berbantukan Lembar Kerja Peserta Didik dimana hasil penelitianya menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran langsung berbantukan LKPD fisika kesehatan dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
37
Adapun faktor yang menyebabkan peserta didik masih takut untuk menjawab pertanyaan adalah siswa takut ketika jawaban yang akan diajukan malah akan membuatnya malu atau tidak menemukan titik permasalahan,dan juga masih terdapat guru yang sering mengkritik pertanyaan siswa dan sering membandingkan dengan siswa yang dominan yang membuat siswa menjadi minder untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Zubaidah pada tahun 2016 yang mana hasil penelitiannya menunjukan bahwa diperlukan pendekatan baru yang dapat mengakomodasi karakteristik sisiwa pada saat pembelajaran di kelas.
3. Menciptakan suasana kondusif saat belajar fisika
Dalam proses pembelajaran suasana belajar sangatlah penting agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal suasana belajar yang tenang dapat menentukan keberhasilan peserta didik. Keterampilan komunikasi lisan dalam Menciptakan suasana kondusif pada kelas X MIPA 1 saat belajar fisika termasuk dalam kategori sedang terlihat dari seluruh peserta didik masuk pada rentang kategori sedang dengan skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 20,0. Ini menunjukan peserta didik mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang masih sering menggagu teman sebangku pada saat proses pembelajaran karena peserta didik merasa jenuh dengan pembelajaran yang berlangsung lama. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hamid Wahid dengan judul menajemen kelas dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada tahun 2017 dimana hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan
38
aturan dan prosedur dapat menanamkan rasa tanggung jawab siswa terhadap aturan ,melatih siswa untuk saling menghargai dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.
4. Menghargai pendapat orang lain
Guru sebagai pengolah kelas memiliki peranan penting dalam mengajarkan siswa untuk belajar menghargai pendapat orang lain karena kenyataan yang terjadi di lapangan sering kali siswa tidak memperhatikan dengan baik ketika apa yang disampaikan oleh siswa lain atau kelompok yang sedang berbicara, akibatnya ketika siswa diskusi dalam kelompok setiap siswa ingin berbicara dan semuanya berteriak yang menyebabkan kelas menjadi gaduh dan suasana belajar menjadi tidak kondusif. keterampilan komunikasi lisan dalam menghargai pendapat orang lain termasuk dalam kategori sedang terlihat dari dari seluruh peserta didik berada pada rentang kategori sedang dimana skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 19,6.
Ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Negeri 10 Maros saling menghargai pendapat orang lain selalu mendengarkan pendapat yang diutarakan temannya dan selalu menjaga perasaan temanya ketika terdapat perbedaan pendapat dengan menanggapi secara positif tanpa menyinggung perasaan orang orang lain, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sella Hermalia dengan judul Penerapan Strategi College Ball Untuk meningkatkan sikap menghargai pendapat pada tema Indahnya keberagaman di Negeriku Muatan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV pada tahun 2020
39
dimana hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa Strategi College Ball dapat meningkatkan sikap menghargai pendapat.
Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maryam Rahim dengan judul Kecerdasan Sosial dan Prestasi Belajar (Tinjau dari Bimbingan Dan Konseling Belajar) pada tahun 2017 dimana hasil penelitian menunjukan Layanan Bimbingan dan konseling dapat membantu siswa memiliki berbagai kemampuan salah satunya yaitu menghargai pendapat orang lain. walaupun masih terdapat beberapa peserta didik yang sengaja membuat kesal temanya dengan menertawakan ketika gaya bahasa yang digunakan dianggap aneh dan dijadikan sebuah lelucon.
5. Keterampilan komunikasi menyampaikan ide,hasil diskusi secara jelas efektif,sistematematis dan meyakinkan
keterampilan komunikasi lisan dalam menjawab pertanyaan termasuk dalam kategori sedang terlihat dari 25 peserta didik dengan skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 18,6 dan 5 peserta didik yang berada pada tinggi. Ini menunjukan bahwa siswa kelas X MIPA 1 mampu menyampaikan ide atau gagasan dengan jelas dan meyakinkan, peserta didik mampu menyampaikan gagasan dengan mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konsep fisika, siswa mampu mempertanggung jawabkan apa yang ia sampaikan dengan berbagai referensi yang ia temukan.
Walaupun masih terdapat beberapa peserta didik yang masih malu dan sering menyuruh orang lain untuk menyampaikan ide pada saat diskusi atau pembelajaran berlangsung di mana ia masih ragu akan jawaban atau ide yang akan
40
dia sampaikan. Salah satu faktor yang membuat siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide, atau gagasannya tidak adanya referensi yang mendukung gagasan yang akan disampaikan dan malu ketika yang disampaikan itu tidak menyangkut dengan materi fisika yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nata Amalia Sudarmo pada tahun 2018 yaitu analisis kemampuan berargumentasi ilmiah siswa SMA pada konsep termodinamika yakni pada indikator terbukti argumen memiliki rata-rata paling tinggi sebesar 60,66% yang mencapai kriteria tinggi.
6. Keterampilan komunikasi menanggapi lawan bicara secara positif
Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang selalu dilakukan setiap saat namun berkomunikasi tidak semudah yang dibayangkan untuk melakukanya masih terdapat beberapa orang yang sulit berkomunikasi contohnya ia tidak memahami pesan yang disampaikan oleh lawan bicara yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan baik yang menimbulkan kesalahpahaman dan pertengkaran. Keterampilan komunikasi lisan dalam menanggapi lawan bicara secara positif siswa kelas X MIPA 1 masuk pada kategori sedang terlihat dari dari 15 peserta didik dan 10 peserta didik yang berada pada kategori tinggi, dan terdapat 5 peserta didik yang masuk pada kategori rendah dengan skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 16,4.
Ini menunjukan bahwa siswa kelas X MIPA 1 saat berkomunikasi selalu menanggapi dengan baik ketika ada terjadi perbedaan pendapat dan mengucapkan kata-kata dan susunan kalimat yang baik agar tidak ada yang merasa tersinggung, ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sella Hermalia dengan judul
41
Penerapan Strategi College Ball Untuk Meningkatkan Sikap Menghargai Pendapat pada Tema Indahnya Keberagaman di Negeriku Muatan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV pada tahun 2020 di mana hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa strategi Strategi College Ball dapat meningkatkan sikap menghargai pendapat.
Walaupun masih terdapat beberapa peserta didik yang menanggapi lawan bicara dengan intonasi suara yang tinggi, masih sering menertawakan ketika ada teman sebaya yang melakukan kesalahan dan membuli teman temanya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita Lisdiana dengan judul Profil Keterampilan Sosial Siswa Mts AL-HIKMAH Bandar Lampung dimana hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan sosial siswa MTS AL-HIKMAH Bandar Lampung tergolong rendah terlihat dari indikator-indikator dalam keterampilan sosial yaitu 0%-40% yang menunjukan kriteria kurang baik.
7. Keterampilan komunikasi menyesuaikan pilihan kata, volume,dan intonasi suara
Pada saat berkomunikasi kita harus mengenali terlebih dahulu lawan bicara karena pengetahuan dan daya tangkap seseorang berbeda-beda agar pesan yang kita utarakan tersampaikan dengan baik. Kita harus dapat membedakan bertutur kata ketika berbicara dengan teman sebaya, dan orang yang lebih tua. Keterampilan komunikasi lisan pada Keterampilan komunikasi menyesuaikan pilihan kata, volume,dan intonasi suara siswa kelas X MIPA1 masuk dalam kategori sedang terlihat dari seluruh peserta didik yang masuk pada kategori sedang dengan skor rata-rata yang dicapai peserta didik yaitu 19,9. Ini