1
GREEN SOLO SUPERBLOCK
SKRIPSI
OLEH:HERI SISWANTO
I.0204065
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
2
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Pemahaman Judul ……..……… 2. Latar belakang ……..……… 3. Permasalahan dan persoalan ……..……… 4. Tujuan dan sasaran………..…… 5. Lingkup dan batasan pembahasan ……..………. 6. Metoda dan Strategi……..……….. 7. Sistematika pelaporan ……..……… 8. Kerangka pemikiran ………
Bab II Superblok
1. Pengertian dan sejarah singkat superblock ………….……… 2. Urgensi adanya superblock ……..…………..……… 3. User dan kegiatan dalam Superblok ……..……… 4. Fungsi utama dan penunjang dalam superblock ……..………..……… 5. Contoh superblok……..……… 6. Kesimpulan esensi perancangan superblok……..………
Bab III Arsitektur Hijau
1. Pengertian dan Sejarah Singkat Arsitektur Hijau……..……… 2. Urgensi diterapkannya Arsitektur Hijau ……..………. 3. Prinsip – Prinsip Arsitektur Hijau……..……… 4. Contoh Aplikasi Arsitektur Hijau……..……… 5. Kesimpulan Esensi Perancangan Berkonsep Arsitektur Hijau……..………
Bab IV Kota Solo
1. Kondisi Umum Kota Solo
a. Kondisi Fisik Kota Solo ……..………..……… b. Kondisi Non Fisik Kota Solo ……..……… c. RUTRK Kota Solo ……….………
3 2. Tinjauan Kemungkinan Diterapkannya Superblok dan Arsitektur Hijau di kota
Solo ……….. 3. Study Lapangan Kondisi Kota Solo
a. Kondisi Fisik Kota Solo……..……… b. Lokalitas Masyarakat Solo……..……… 4. Kesimpulan Karakteristik Arsitektur Superblock Yang Kontekstual Terhadap
Kota Solo……….
Bab V Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock
A. Esensi Perancangan Green Solo Superblock ……..……… B. Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock
1. Analisa Konsep Pemilihan Site ……..……… 2. Analisa Konsep Penataan Site Dan Bangunan ……..……….. a. Konsep Zonifikasi ……..……….. b. Konsep Penataan Sirkulasi ……..……… c. Konsep Pencapaian ……..……… d. Konsep Orientasi ……..……… e. Konsep Penataan Lansekap ……..……… 3. Analisa Konsep Penentuan Dan Pengorganisasian Fasilitas Dalam Green Solo
Superblock ……… a. Konsep Penentuan Fasilitas ……..……….… b. Konsep Pengorganisasian Fasilitas ……..……….. 4. Analisa Konsep Peruangan
a. Konsep User Dan Pola Kegiatan Dalam Green Solo Superblock ……..……… b. Konsep Kebutuhan Dan Besaran Ruang Pada Masing-Masing Fungsi ………. c. Konsep Tata Ruang dan Ekspresi Ruang ……..………
5. Analisa Konsep Tata Massa Dan Penampilan ……..……… a. Konsep Tata Massa ……..………
b. Konsep Penampilan ……..………
6. Analisa Konsep System Utilitas ……..……… a. Konsep System Pencahayaan ……..……… b. Konsep System Penghawaan ……..………
4 d. Konsep System Pemadam Kebakaran Dan Penangkal Petir ……..………
Bab VII Analisa Pendekatan Desain Green Solo Superblock
1. Analisa Desain Penataan Site ……..………
a. Sirkulasi……..……… b. Orientasi……..……… c. Pencapaian ……..……… d. Noise ……..……… e. Klimatologi ……..……… f. Zonning ……..……… g. Lansekap ……..……… 2. Analisa Desain Peruangan ……..……… a. Penataan Ruang ……..……… b. Ekspresi Ruang ……..……… 3. Penampilan Dan Tata Massa Green Solo Superblock……… a. Tata Massa Bangunan ……..……… b. Penampilan Kawasan Dan Bangunan ……..………
c. Struktur dan Konstruksi Bangunan……..……… 4. Utilitas Green Solo Superblock
a. Sistem Pencahayaan ……..……… b. Sistem Penghawaan ……..……… c. Sistem Mechanical Electrical ……..……… d. Sistem Sanitasi Dan Pengolahan Sampah ……..……… e. Sistem Keselamatan ……..………
5 1. PEMAHAMAN JUDUL
a. Superblok
Superblok adalah kawasan yang menggabungkan pusat hunian, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan juga tempat rekreasi. Pendeknya, segala fasilitas yang dibutuhkan menyatu dalam satu kawasan.1
Superblok merupakan salah satu respon yang muncul dari adanya permasalahan perkotaan saat ini, seperti : kemacetan, polusi, kepadatan penduduk dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan adanya sebuah kompleks bangunan dengan fungsi-fungsi yang terintegrasi, maka dapat mereduksi pergerakan dalam kota, pencemaran, penghematan dalam berbagai hal dan sebagainya. Karena itu konsep superblok banyak berkembang di kota-kota besar di seluruh dunia, dimulai dengan adanya gerakan redevelopment planning di Amerika pada tahun 1960.
b. Arsitektur Hijau
Arsitektur Hijau adalah praktek desain dan konstruksi yang secara signifikan mengurangi atau menghilangkan efek negative bangunan pada lingkungan dan penghuninya (manusia)2
Munculnya konsep Arsitektur Hijau yang saat ini terus bergaung di seluruh dunia dipicu oleh adanya kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan adanya fakta yang diungkapkan oleh Department of
Environmental Services of US yang menyebutkan bahwa bangunan bangunan (termasuk
proses di dalamnya) merupakan penyumbang kerusakan alam terbesar di bumi. c. Kota Solo
Solo merupakan sebutan gaul untuk kota Surakarta. Secara de-yure luas wilayahnya hanya sekitar 4404 Ha, tapi pada kenyataanya telah berkembang ke beberapa daerah di sekitarnya hingga sampai 3 kali lipat wilayah aslinya.
Dari segi sejarah, kota solo merupakan pecahan dari kerajaan Mataram yang berpusat pada keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. Pengaruh budaya dari 2 keraton tersebut mengakibatkan perkembangan Kota Solo terus dibayangi oleh budaya jawa yang menjadi salah satu keunikan dan daya tarik Kota Solo.
1 Guru Besar Arsitektur ITB, Prof. Dr. Ir. Moh. Danisworo, MUP. 2 Department of Environmental Services of US
6
Green Solo Superblock adalah suatu kawasan terintegrasi di kota Solo yang
menggabungkan fungsi-fungsi hunian, pusat perbelanjaan, perkantoran, public space dan ditunjang oleh fungsi-fungsi pendukung yang dikembangkan dengan meminimalisir efek negatif terhadap lingkungan.
2. LATAR BELAKANG
a. Permasalahan Kehidupan Perkotaan Modern
Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman telah berubah, hampir semua hal telah mengalami modernisasi. Pada masa lalu permasalahan masih sederhana, namun pada zaman sekarang manusia dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Sebuah contoh sederhana, pada zaman dahulu manusia tidak mengalami kemacetan di jalan raya karena jumlah pengguna yang sedikit, alat transportasi yang digunakan juga masih sederhana sehingga tidak menimbulkan polusi udara.
Berbeda dengan masa lalu, pada masa kini manusia di kota-kota besar rata-rata menghabiskan sepertiga waktu hidupnya untuk perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Bukan hanya itu, kendaraan yang digunakan manusia pada masa kini menimbulkan berbagai permasalahan, seperti : polusi udara, polusi suara, pemborosan energy sampai pemanasan global.
Hal paling mendasar yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat. Di mana semuanya menghendaki sesuatu yang serba cepat, praktis, mudah, lengkap, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat terpenuhi. Salah satu penyebabnya adalah karena pola perkotaan saat ini yang terpisah-pisah antara satu zona dengan zona yang lain yang mengakibatkan tidak bisa dihindarinya tingkat pergerakan yang tinggi di perkotaan. Hal tersebut memicu munculnya permasalahan transportasi, polusi, pemborosan energy, psikologi dan sebagainya akibat tinggi tingkat pergerakan tersebut.
Oleh karena itulah diperlukan sebuah konsep pembangunan yang menggabungkan fungsi-fungsi yang terintegrasi dalam sebuah kawasan sehingga permasalahan-permasalahan diatas dapat direduksi.
b. Kerusakan alam
Di sisi lain, kelangsungan hidup manusia saat ini terancam oleh kerusakan alam yang kian menggejala akhir-akhir ini. Data terakhir (2007) menyebutkan bahwa suhu di kutub utara bisa mencapai 220C dari 40C di akhir tahun 1980an. Jika hal ini tidak segera dicegah maka dapat dipastikan sebagian besar kepulauan dunia, termasuk jawa akan tenggelam kerena pencairan es di kutub. Ironisnya, ternyata penyumbang kerusakan alam terbesar
7 saat ini adalah bangunanan (baik dalam proses pembangunan maupun penggunaan). Bahkan bangunan juga didiagnosa sebagai konsumen dari 40% energy di dunia
Untuk mengantisipasi kerusakan alam tersebut, sudah banyak gerakan lingkungan yang dilaksanakan, baik berskala regional maupun internasional. Dalam upaya pelsetarian lingkungan ini, Indosnesia merupakan salah satu negara yang berperan aktif, terbuki dengan diselenggarakannya The United Nations Climate Change Conference di Nusa Dua, Bali.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan dan juga untuk mendukung langkah aktif pemerintah dalam pelestarian lingkungan, sudah seharusnya pembangunan pada masa kini harus mengedepankan konsep ramah lingkungan.
c. Kondisi Kota Solo
Solo merupakan kota transit, perdagangan dan budaya yang berkembang cukup pesat, terbukti perkembangan kota Solo sudah mencapai tiga kali lipat dari wilayah administratif-nya. Pada wilayah kota Solo sendiri saat ini sudah terjadi berbagai permasalahan perkotaan yang harus segera diantisipasi agar tidak berkembang seperti yang terjadi di beberapa kota besar lain di indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Contohnya : tidak lancarnya lalu-lintas di jalan-jalan utama pada jam sibuk, munculnya pemukiman padat di jagalan, gandekan dan sekitarnya serta terjadinya polusi udara dan air.
Di sisi lain, kondisi sosial budaya di Solo yang melekat pada masyarakat Jawa-nya merupakan sebuah keunikan dan kekayaan yang akan menjadi identitas sekaligus aset di masa mendatang. Namun, Budaya yang seharusnya terus dilestarikan ini semakin terkikis seiring dengan perkembangan zaman. Bila kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka identitas kota Solo sebagai kota budaya akan hilang.
Sebenarnya, di Solo sudah mulai berkembang bangunan-bangunan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, seperti pembangunan bangunan multifungsi
Center point dan Solo Paragon yang menggabungkan fungsi apartement, pusat
perbelanjaan dan perkantoran, pembangunan rumah susun di beberapa tempat dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan terpadu. Sayangnya, hingga saat ini belum ada pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut dalam satu kawasan terpadu sehingga memberikan kemudahan akses serta untuk mengantisipasi masalah kemacetan dan berbagai polusi di masa yang akan datang. Selain itu, permasalahan ’sublimasi’ Budaya Jawa yang sedikit demi sedikit mengaburkan identitas Kota Solo masih kurang mendapat perhatian.
8 Berdasarkan uraian di atas, Superblock berkonsep Arsitektur Hijau yang merupakan sebuah kawasan yang berisi blok-blok bangunan dengan fungsi-fungsi terintegrasi satu dengan yang lain dan ramah serta selaras dengan lingkungan merupakan sebuah solusi yang cocok untuk mengantisipasi permasalahan perkotaan modern dan kerusakan lingkungan yang terindikasi mulai terjadi di Kota Solo pada saat ini.
3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN a. Permasalahan
− Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang mampu menjadi salah satu solusi bagi permasalahan perkotaan modern di Kota Solo?
− Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang mampu berinteraksi sinergis dengan kondisi sosial budaya dan kelokalan kota Solo?
− Bagaimana membangun Green Solo Superblock yang meminimalisir dampak negative kepada lingkungan alam?
b. Persoalan
− Bagaimana system, penampilan dan tata massa bangunan dan lingkungan pada
Green Solo Superblock, sehingga mampu berinteraksi sinergis dengan kebutuhan
hidup modern?
− Bagaimana system dan penampilan bangunan dan lingkungan pada Green Solo
Superblock sehingga mampu mengantisipasi permasalahan perkotaan modern di
Solo pada massa mendatang?
− Bagaimana aplikasi prinsip green Architecture pada penataan tapak, system bangunan dan tampilan bangunan?
− Bagaimanan system dan penampilan Green Solo Superblock yang mampu berinteraksi sinergis dengan kondisi sosial dan budaya / kelokalan masyarakat Solo. 4. TUJUAN DAN SASARAN
a. Tujuan
Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan Green Solo
Superblock yang mampu :
− Memenuhi tuntutan kebutuhan kehidupan modern
9 − Memberikan kontribusi dalam penyelamatan lingkungan dan alam khususnya
melalui bidang Arsitektur
− Berintegrasi sinergis dengan kondisi social budaya/kelokalan Di kota Solo.
b. Sasaran
− Konsep tata massa yang efisien dan mampu memaksimalkan potensi alam yang ada di sekitarnya.
− Konsep peruangan yang mampu menjadi katalisator interaksi sosial dan sesuai dengan prinsip-prisip Arsitektur Hijau.
− Konsep penampilan bangunan dan kawasan yang kontekstual terhadap kelokalan yang ada di Kota Solo.
− Sistem bangunan dan kawasan yang mampu meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
− Konsep penataan lansekap yang mengoptimalkan ruang terbuka hijau dan interaksi user di dalamnya.
5. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN a. Lingkup pembahasan
− Pembahasan fungsi – fungsi pada Green Solo Super Block sebagai dasar perencanaaan hanya dilakukan pada fungsi-fungsi utama yang diwadahi, sedangkan fungsi-fungsi lain yang menjadi penunjang adanya fungsi utama akan dibahas secara proporsional.
− Menekankan pada penerapan prinsip-prinsip Arsitektur Hijau pada aspek-aspek perencanaan Green Solo Superblock.
b. Batasan Pembahasan
Pembahasan akan dititik beratkan pada superblok, Arsitektur Hijau dan kondisi Kota Solo. Sedangkan kondisi perkotaan dan lingkungan secara global dan permasalahan lain yang mendukung hal tersebut akan dibahas secara garis besar. 6. METODA DAN STRATEGI RANCANG BANGUN
Metoda dan stratedi dalam pembuatan konsep perancangan ini dibagi menjadi beberapa tahap yang dapat digambarkan seperti diagram berikut :
10 1. Eksplorasi Latar Belakang
Tahap ini merupakan tahap pencarian inspirasi awal, dilakukan dengan mengamati fenomena yang ada di Kota Solo maupun fenomena secara global. Hasil dari eksplorasi latar belakang ini menjadi landasan perumusan ide pokok perencanaan dan perancangan.
2. Perumusan Ide Pokok
Perumusan ide pokok berfungsi untuk menemukan ide-ide pokok yang tersarikan dari hasil eksplorasi latar belakang. Berdasarkan ide-ide pokok ini kemudian muncul kutub-kutub ide yang kemudian digunakan sebagai dasar penentuan judul dan eksplorasi ide-ide pokok.
11 3. Penentuan Judul
Judul ditentukan berdasarkan kutub-kutub ide yang diangkat oleh penulis dalam perencanaan dan perancangan ini.
4. Eksplorasi kutub-kutub ide
Data yang dibutuhkan dalam eksplorasi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Oleh karena itu, secara garis besar pengumpulan data akan dilakukan dengan teknik survey primer dan sekunder.
Teknik Pengumpulan Data Primer. a. Observasi / Pengamatan
Penulis terjun langsung mengamati dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dan kondisi, serta data dilapangan. Pengumpulan data lapangan adalah kegiatan penulis untuk secara maksimal memperoleh data mengenai kondis sebenarnya di lapangan. b. Wawancara
Kepada pihak informan yang terkait, penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak tersebut.
c. Dokumentasi dan studi pustaka
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data yang telah terdokumentasi melalui pengumpulan berbagai sumber referensi / pustaka untuk melengkapi data.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder.
Selain data primer, juga dibutuhkan data sekunder yang mendukung. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan studi literatur yang berkaitan dengan studi, yaitu dengan mencari buku-buku atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat landasan teoritis. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan survei instansional yang terkait dengan data-data yang dibutuhkan.
5. Analisa Pendekatan Konsep
Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan ini adalah dengan cara mensintesakan hasil dari eksplorasi kutub-kutub ide menjadi suatu guidelines yang mendasari setiap analisa dalam perencanaan dan perancangan arsitektur ini. Analisa arsitektur yang dilakukan meliputi : Analisa pemilihan site, analisa penataan site, analisa peruangan, analisa tata massa dan penampilan, analisa strukur dan utilitas.
12 6. Analisa Pendekatan Desain
Merupakan tahapan proses untuk mentransformasikan hasil analisa pendekatan konsep menjadi gambar pre-design yang pada tahapan selanjutnya akan dikembangkan menjadi gambar final-design. Analisa Pendekatan desain meliputi : pemilihan lokasi site, penataan site, penataan peruangan, penataan penampilan, perencanaan struktur dan utilitas.
7. SISTEMATIKA PELAPORAN Bab I Pendahuluan
Mengemukakan pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metoda penulisan serta sistematika pembahasan
Bab II Superblok
Mengemukakan tinjuan teori mengenai superblok, meliputi : pengertian dan sejarah singkat superblok, urgensi adanya superblok, user dan kegiatan dalam superblok, fasiltas utama dan penunjang dalam superblok, contoh superblok dan kesimpulan berupa esensi perancangan superblok.
Bab III Arsitektur Hijau
Mengemukakan teori mengenai Arsitektur Hijau, meliputi : pengertian dan sejarah singkat Arsitektur Hijau, Urgensi diterapkannya konsep arsitektur hijau, prinsip-prinsip perancangan arsitektur hijau, contoh bangunan berkonsep arsitektur hijau dan kesimpulan berupa esensi perancangan berkonsep arsitektur hijau.
Bab IV Kota Solo
Mengemukakan tinjauan Kota Solo, meliputi : kondisi umum kita solo, kondisi sosial dan budaya Kota Solo, perencanaan umum tata ruang kota Solo, tinjauan superblok dan arsitektur hijau di Kota Solo, Study lapangan di Kota Solo dan kesimpulan berupa esensi perancangan yang kontekstual dengan kondisi Kota Solo.
Bab V Esensi Perancangan Green Solo Superblock
Berisi sintesa/penggabungan dari hasil eksplorasi mengenai superblok, arsitektur hijau dan Kota Solo menjadi suatu guidelines dalam analisa perencanaan dan perancangan berikutnya.
13 Bab VI Analisa Pendekatan Konsep Green Solo Superblock
Mengemukakan hasil eksplorasi mengenai Superblock, Arsitektur Hijau dan Kota Solo dilanjutkan dengan analisa pendekatan Konsep Green Solo Superblock, meliputi : Analisa pemilihan site, analisa penataan site, analisa peruangan, analisa tata massa dan penampilan, analisa strukur dan utilitas.
Bab VII Analisa Pendekatan Desain Green Solo Superblock
Mengemukakan proses yang dilakukan penulis dalam mentransformasikan konsep perencanaan dan perancangan Green Solo Superblock menjadi gambar pre-design yang akan dikembangkan menjadi gambar final-design, meliputi : pemilihan lokasi site, penataan site, penataan peruangan, penataan penampilan, perencanaan struktur dan utilitas.
14 1. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT SUPERBLOK
Superblok adalah kawasan yang menggabungkan pusat hunian, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan juga tempat rekreasi. Pendeknya, segala fasilitas yang dibutuhkan menyatu dalam satu kawasan.
(Guru Besar Arsitektur ITB, Prof. Dr. Ir. Moh Danisworo, MUP)
Superblock adalah kawasan dengan luas rata-rata di atas 100.000 meter persegi yang menjadi gabungan dari perkantoran, pusat hunian (apartemen dan kondominium), pusat belanja, hotel, tempat rekreasi, tempat olahraga, sekolah, pusat kesehatan, dan bahkan tempat ibadah. (Khomarul Hidayat/Naomi Siagian)
Superblock adalah istilah untuk sebuah blok biasanya berupa gedung perkantoran yang tinggi dalam wilayah blok yang agak besar, biasanya di pusat bisnis / kota (Onno W.
Purbo)
Superblock sudah muncul sejak tahun 1960an dengan adanya gerakan redevelopment planning dengan konsep superblok di amerika serikat, namun di Indonesia superblock mulai dikenal pada tahun 1990 dengan dikembangannya kawasan
Sudirman Central Business District. Saat ini superblock sudah ada hampir de semua kota
besar di seluruh dunia, contohnya : − Manhattan superblock di New York − Champs de Ellyse di paris
− kawasan The Bund dan Pudong de shanghai
− Ngee Ann City (Takashimaya), Orchard Road di singapura − Roppongi Hill di jepang
− Mega Kuningan di Jakarta. 2. URGENSI ADANYA SUPERBLOK
Superblock muncul sebagai penyelesaian dari berbagai permasalahan di perkotaan modern saat ini, seperti :
− Jumlah public space dan green space sangat terbatas di perkotaan.
− Manusia modern selalu menuntut sesuatu yang serba praktis, cepat, mudah, dsb. − Pengembangan jalan/jalur transportasi tidak seimbang dengan laju pertumbuhan
jumlah kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan dan crowded di jalan.
− Pencemaran udara akibat pargerakan kendaraan menempati posisi pertama penyebab polusi udara di dunia.
15 − Semakin berkurangnya lahan memicu munculnya lokasi pemukiman yang padat dan
kumuh.
− Rendahnya tingkat keselamatan pada daerah padat di perkotaan.
Superblock adalah salah satu solusi untuk memecah kan berbagai permasalahan yang dialami masyarakat perkotaan modern seperti di atas.
3. USER DAN KEGIATAN DALAM SUPERBLOK
Superblok merupakan sebuah kompleks bangunan dengan multi user dan multi aktivitas. Pengguna dan kegiatannya dapat meliputi :
− penghuni residensial, tinggal di hunian dalam superblock − pebisnis dan pegawai kantor, bekerja di perkantoran − pengunjung, berekreasi dan berbelanja
− pengelola superblok
− pengguna fasilitas-fasilitas lain dalam superblok
4. FUNGSI - FUNGSI UTAMA DAN PENUNJANG DALAM SUPERBLOCK
Superblock mempunyai cakupan fungsi yang sangat luas, dalam sebuah superblok yang super lengkap bisa terintegrasi hampir semua fungsi yang dibutuhkan user dalam superblok tersebut sehingga seseorang tidak perlu pergi ke luar area superblok untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi pada skala yang lebih kecil superblock hanya mewadahi fungsi – fungsi yang merupakan kebutuhan utama dari user yang ada di dalamnya, biasanya berupa : hunian (residensial), pusat perbelanjaan, perkantoran, public space dan fungsi-fungsi lain yang menunjang fungsi utama tersebut, seperti : tempat peribadatan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, parkir, dsb.
5. CONTOH SUPERBLOCK Rasuna Epicentrum di Jakarta
Rasuna epicentrum adalah superblock baru yang saat ini sedang dibangun di jakarta. Superblok ini dikembangkan dari fasilitas yang sebelumnya sudah ada, yaitu Apartemen Taman Rasuna, Pasar Festival, Aston Rasuna Residence, Rasuna Office Park, dan Klub Rasuna. Superblock seluas 44,7 Ha ini dibangun dengan tujuan untuk mengatasi perbagai permasalahan perkotaan di Jakarta, khususnya masalah kemacetan.
Proyek Rasuna Epicentrum terkesan 'wah' karena slogan berbunyi:
“In Bilbao we know Guggenheim Museum. In tokyo we know Roppongi Hill
16 Rasuna Epicentrum akan mengembangkan berbagai fasilitas/fungsi antara lain :
− Media walk dan lifestyle center − Bakrie tower
− Condominium
− Concert hall dan office tower − Sport and entertainment center − TV studio and office tower − River walk
− Epicentrum circle − Educational hub
17 Bakrie tower menjadi icon andalan RE karena bentuknya yang sculptural, model belah ketupat yang ditiap lantainya denah digeser sebesar 1 derajat horisontal sehingga menghasilkan bangunan yang meliuk-liuk. Belum lagi secondary skin.
Dari presentasi maket bisa diamati bahwa jarak antar tower dibuat rapat sehingga ruang dibawahnya berkesan sempit. Ini tidak lain adalah cara untuk menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga ruang-ruang dibawah tower senantiasa teduh supaya orang dapat beraktifitas tanpa harus takut terpanggang terik matahari. Hal yang menarik adalah RE akan difasilitasi dengan kereta trem di jalan-jalan utama layaknya jaman belanda dahulu kala. Ini nampak pada fasad koridor bagian bawah tower yang bernuansakan art deco. Sungai lebar yang berwarna biru pun akan dibuat seperti layaknya di maket. “ada treatment khusus yang akan membuat sungai selalu berwarna biru. Tak jauh dari RE di depan gerbang depan akan dibangun monorail (kereta api rel tunggal).
Di lantai dua akan dibangun jembatan yang bisa menghubungkan seluruh bangunan. Sehingga ketika melewati jembatan ini orang tidak akan kepanasan atau kehujanan. Basement juga tersambung di semua bangunan. selain itu juga akan
18 Di Rasuna Epicentrum akan dibangun koridor tepi air/sungai modern pertama di Jakarta, potensi kawasan sungai akan direvitalisasi menjadi tempat yang nyaman dan teduh untuk kegiatan urban yang rileks dan aktif baik untuk berjalan kaki maupun berkendara
Di persimpangan jalan utama akan dibangun Epicentrum Circle dengan public art raksasa sebagai ciri khas kawasan yang artistik dalam skala kota
Jantung kegiatan di Rasuna Epicentrum ini adalah Epicentrum Walk (E-walk), sebuah koridor retail semi outdoor tropis yang aktif penuh dengan kafe, resto, dan entertainment bar sepanjang 250 meter. Pengalaman unik ini dimulai dari blok concert hall dan berakhir di blok studio Antv. Selain itu akan dibangun pula sebuah concert hall dan sebuah sport and entertainment center yang akan menggunakan fasilitas yang sangat modern
19 Sementara gedung studio Antv menjadi tren lain di kawasan Rasuna Epicentrum. Gedung model kubus berwarna semarak menjadikan gedung ini terlihat kontras. Gedung ini akan berada di di tepi sungai yang membelah kawasan Taman Rasuna yang rencananya akan dijadikan sebagai kawasan wisata sungai
6. KESIMPULAN ESENSI PERANCANGAN SUPERBLOCK
Berdasarkan tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik perancangan Superblok antara lain :
Dalam perencanaan site
− Luas site lebih dari 100.000 m2 atau pada umumnya antara 5 – 15 Ha
− Terletak di lokasi yang strategis dalam suatu kota, biasanya di daerah CBD atau di daerah sekitarnya.
Fasilitas – fasilitas yang diwadahi
− Pada umumnya fasilitas utama pada superblok meliputi : hunian, perbelanjaan, perkantoran dan ruang-ruang publik. Sedangkan fungsi penunjangnya berupa : fasilitas peribadatan, olah raga, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dsb
− Fasilitas-fasilitas dalam superblok merupakan fasilita yang saling berhubungan/menunjang dan teritegrasi antara satu fasilitas dengan fasilitas yang lain.
Tata massa dan penampilan
− Pada umumnya superblok terdiri dari massa jamak
− Terdapat penghubung antara satu massa dengan massa lain
− Sebagian besar penampilan superblok menerapkan konsep arsitektur modern atau post-modern, cenderung menggunakan international style.
20 Perancanaan utilitas
Dalam sebuah superblok biasanya terdapat sebuah unit pengelolaan utilitas terpadu kemudian dibagi ke dalam sub-unit utilitas yang terdapat pada setiap massa bangunan yang diperlukan.
21 1. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT GREEN ARCHITECTURE
Green Architecture adalah praktek desain dan konstruksi yang secara signifikan mengurangi atau menghilangkan efek negative bangunan pada lingkungan dan penghuninya (manusia) (department of Environmental Services of US)
Sejarah terbentuknya Green Architecture adalah sebagai berikut :
2. URGENSI DITERAPKANNYA KONSEP GREEN ARCHITECTURE
Munculnya konsep Green Architecture dipicu oleh kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan sehingga tidak bisa lagi menunggu untuk segera diatasi. Ironisnya penyumbang kerusakan alam terbesar di dunia adalah berasal dari bangunan. Hal ini tercermin dari data yang menunjukan bahwa bangunan adalah :
− Konsumen dari 40 % energi dan material dunia
− Menghabiskan 65,2 % dari penggunaan listrik tahunan dunia − Pengguna 40 % dari penggunaan kayu dan material dunia − Konsumen 25 % dari penggunaan air dunia
− Konsumen 78 % dari air layak minum di dunia − Penghasil 30 % sampah padat di dunia
− Penghasil 25 % dari emisi gas gas rumah kaca di dunia
(Sumber : International HealthyHome, Department of Environmental Services of US)
Dari data – data di atas dapat disimpulkan bahwa konsep Arsitektur Hijau sudah harus diterapkan dalam usaha mengantisipasi kerusakan alam yang lebih luas / parah.
3. PRINSIP – PRINSIP GREEN ARCHITECTURE a. Sustainable site planning
Perencanaan site plan yang baik akan membantu mengurangi dampak negative lingkungan dan meningkatkan kinerja energy pada green design. Contohnya : menyelamatkan pohon pada site, memaksimalkan penyerapan air pada site, menata orientasi bangunan sehingga dapat memaksimalkan potensi alam, dsb.
22
b. Safeguarding water and water efficiency
Green design harus mampu menghemat dan menyelamatkan air baik di dalam maupun di luar ruang.
c. Energy efficiency and renewable energy
Efisiensi energy pada green design dimulai dari tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan pasca konstruksi. Desain semaksimal mungkin mengurangi penggunaan energy tak terbarukan dan memaksimalkan penggunaan energy alternative, seperti solar panel, bahan bakar organic serta memaksimalkan penggunaan potensi alam.
d. Conservation of materials and resources
Memaksimalkan penggunaan material alternative yang ramah lingkungan dan dapat terbaharui dan menghindari material yang mempunyai efek negative terhadap lingkungan.
e. Indoor environmental quality
Memaksimalkan penggunaan elemen-elemen alamiah untuk mendapatkan kenyamanan ruang dan meminimalisir penggunaan peralatan buatan seperti lampu dan AC.
4. CONTOH PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE a. Dalam pengolahan site
− Memaksimalkan green space pada site
Hal ini bertujuan untuk memberikan manfaat yang maksimal baik untuk site binaan maupun untuk lokasi di sekitarnya. Green space bermanfaat untuk memeberikan kenyamanan thermal, menjadi area peresapan, mereduksi bising dan manfaat-manfaat lain yang diperoleh dari adanya ruang terbuka hijau.
23 − Memanfaatkan kondisi existing dengan meminimalisir pengubahan kondisi asli
site
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir dampak lingkungan yang timbul dari adanya pembangunan sebuah green building. Selain itu hal tersebut juga bertujuan agar desain lebih menyatu dan kontekstual terhadap lingkungan di sekitarnya.
b. Tata massa dan penampilan bangunan − Tata massa
Secara umum dalam penataan massa bangunan, green design cenderung meminimalisir jumlah massa bangunan. Hal ini berfungsi untuk meminimalisir
building coverage sehingga area hijau dapat dimaksimalkan. Selain itu meminimalisir
jumlah massa juga akan mereduksi efek terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya pergerakan angin, pemanasan udara dan sebagainya.
− Penampilan Bangunan
Ditinjau dari segi penampilan, bengunan berkonsep Arsitektur Hijau cenderung banyak memasukan unsur-unsur alami terutama tanaman pada elemen-elemen bangunan. Misalnya pada dinding, atap dan detail-detai bangunan.
24 c. System Bangunan
System bangunan merupakan inti dari perancangan dengan konsep arsitektur hijau. Prinsip-prinsip arsitektur hijau harus diterapkan dalam perencanaan system bangunan secara menyeluruh.
− Penghematan energy
Penghematan energy dilakukan dalam semua aspek bangunan, baik pada waktu pembangunan maupun pada massa penggunaan/maintenanace. Penghematan energy dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitarnya, seperti angin dan matahari.
25 − sistem pencahayaan dan sistem penghawaan
Green design berusaha memanfaatkan potensi alam dengan maksimal. Sistem pencahayaan dan penghawaan yang digunakan cenderung menggunakan sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami.
− Sistem Utilitas
Menggunakan sistem utilitas yang ramah lingkungan sehingga dapat mereduksi efek negative bangunan terhadap lingkungan, baik di dalam lingkugan binaan maupun lingkungan di sekitarnya.
26 5. KESIMPULAN ESENSI PERANCANGAN BERKONSEP ARSITEKTUR HIJAU
Dalam perencanaan site
− Perencanaan site yang berkelanjutan dengan berusaha mempertahankan kondisi alamiah site
− Memaksimalkan lahan terbuka hijau System bangunan
− Menghemat penggunaan air, meminimalisir pembuangan limbah air dan berusaha tidak merusak siklus air.
− Hemat energy, banyak menggunakan energy alternative yang dapat diperbarui − Semaksimal mungkin menggunakan potensi alam untuk menjaga kenyamanan di
dalam maupun di luar ruangan Tata massa dan penampilan bangunan
− memasukan unsur-unsur alam terutama tanaman pada elemen bangunan dan site − Menggunakan material-material alternative yang ramah lingkungan dan dapat
diperbarui
27 Solo merupakan sebutan gaul untuk kota Surakarta. Secara de-yure luas wilayahnya hanya sekitar 4000 Ha, hanya seperempat dari luas wilayah Boyolali. Namun pada perkembangannya wilayah perkotaan kota solo sudah tidak mampu menampung berbagai kebutuhannya hanya dalam wilayah kota solo sendiri, sehingga telah berkembang ke beberapa daerah di sekitarnya bahkan sampai 3 kali lipat wilayah aslinya. Pada wilayah kota Solo sendiri saat ini sudah terjadi berbagai permasalahan perkotaan yang harus segera diantisipasi agar tidak semakin parah seperti yang terjadi di beberapa kota besar lain di insonesia seperti Jakarta dan Surabaya.
Dari segi historycal, kota solo merupakan pecahan dari kerajaan Mataram yang berpusat pada keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. Pengaruh budaya dari 2 keraton tersebut mengakibatkan perkembangan Kota Solo terus dibayangi oleh budaya jawa yang menjadi salah satu keunikan dan daya tarik Kota Solo.
7. KONDISI UMUM KOTA SOLO A. Kondisi fisik kota solo
a. Batas – batas wilayah Kota Solo
Batas Administratif Kota Solo :
− Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali − Selatan : Kabupaten Sukoharjo
− Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali − Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
28 b. Luas dan perkembangan wilayah kota Solo
− Luas Wilayah Administratif : 4404 Ha − Perkembangan wilayah :
Perkembangan wilayah kota solo secara Fisik telah mencapai 3 kali lipat dari wilayah Administratifnya yaitu mencapai 11.000 – 12.000 Ha.
c. Goemorfolgis dan Klimatologis − Letak geografis
o 1100 – 1110 BT dan 7,60 - 80 LS − Topografi
o Merupakan daerah dataran rendah (92m dpl)
o Topografinya relatif datar dengan kemiringan 0-3 %, kecuali di daerah sebelah utara agak bergelombang dengan kemiringan sekitar 5 %
− Geologi
o Tanahnya berupa tanah liat dan di wilayah utara berupa tanah padas berbatu − Klimatologi
o Beriklim tropis o RH sekitar 76 %
o Curah hujan rata-rata 2.200 mm/tahun o Suhu udara antara 21,70 C sampai 32,30 C B. Kondisi Sosial Budaya kota Solo
a. Kepandudukan
Berdasarkan data biro pupsat statistik pada tahun 2003 pertumbuhan penduduk Solo mencapai 602.910 jiwa dengan tingkat kepadatan 13.690 jiwa/km2. Dengan laju pertumbuhan sebesar 0,775 pertahun, maka jumlah penduduk kota Solo dapat diproyekaikan sebagai berikut :
Tahun Luas (km2) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) 2003 44.040 602.910 13.690 2008 44.040 639.650 14.524 2013 44.040 678.620 15.409 2018 44.040 705.153 16.011 2023 44.040 732.904 16.641 2028 44.040 761.747 17.296
29 b. Sosial Budaya
Kota Surakarta merupakan kota yang masih kental dengan seni dan budaya terutama budaya Jawa. Meskipun saat ini mulai tumbuh dan berkembang dalam perdagangan dan perekonomian namun nilai-nilai budaya masih tetap ada.
Banyak pula terdapat obyek-obyek warisan budaya yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan kota Surakarta.
− Keraton Surakarta
Didirikan oleh Pakubuwono II tahun 1745. Selain sebagai symbol pusat budaya jawa.
− Pura Mangkunegaran
Didirikan oleh Raden Mas Said pada tahun 1757. Selain simbol pusat budaya, didalam Puro juga terdapat Musium yang menyimpan benda bersejarah.
Selain warisan budaya yang berbentuk fisik, di kota Surakarta juga berkembang acara-acara ritual yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap perkembangan kota Solo.
30 − Suro
Setiap 1 Suro diadakan kirab pusaka di Puro Mangkunegaran. Upacara ini telah berlangsung selama lebih dari 250 tahun, berawal pada tahun 1633 ketika kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, salah satu raja Jawa yang paling populer.
− Sekaten
Sekaten adalah upacara tradisional yang diselenggarakan setiap tahun pada bulan Maulud untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad. Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama
Kraton. Banyak orang percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran.
− Syawalan
Perayaan syawalan dimulai 1 hari setelah Hari Raya Idul Fitri, diselenggarakan di Taman Jurug yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo. Ribuan orang menghadiri perayaan ini untuk memperoleh ketupat yang dibagikan. Berbagai pertunjukan tradisional diselenggarakan seperti dangdut, keroncong dan seni-seni tradisional lain
31 c. Perencanaan Umum Tata Kota Solo
Berdasar SK Walikota Dati II Srakarta No.050/ 228/ 1/ 1989 tanggal 25 Mei 1989, bahwa wilayah kotamadya Surakarta dibagi dalam 4 wilayah pengembangan yaitu meliputi :
− wilayah pengembangan utara − wilayah pengembangan barat − wilayah pengembangan timur − wilayah pengembangan selatan
Yang kemudian dirinci dalam 10 sub wilayah pengembangan (SWP), sebagai unit perencanaan dalam penyusunan RUTRK Surakarta 1993-2013.
I. SWP I, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Pucang Sawit. Meliputi 6 kelurahan (Pucang sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkarah, Sewu dan Semanggi) seluas 487,52 Ha.
II. SWP II, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kampung Baru. Meliputi 12 kelurahan (Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Sudiroprajan) seluas 430,90 Ha.
III. SWP III, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Gajahan. Meliputi 12 kelurahan (Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu, dan Joyosuran) seluas 494,31 Ha.
32 IV. SWP IV, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sriwedari. Meliputi 8 kelurahan (Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen).
V. SWP V, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sondakan. Meliputi 3 kelurahan (Pajang, Laweyan, Sondakan) seluas 253,50 Ha.
VI. SWP VI, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jajar. Meliputi 3 kelurahan (Karang Asem, Jajar, Kerten) seluas 327,60 Ha.
VII. SWP VII, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sumber, meliputi 2 kelurahan (Sumber, Banyuanyar) seluas 258,30 Ha.
VIII. SWP VIII, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jebres. Meliputi 2 kelurahan (Jebres, Tegalharjo) seluas 349,50 Ha.
IX. SWP IX, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kadipiro. Meliputi 2 kelurahan (Kadipiro, Nusukan ) seluas 715,10 Ha.
X. SWP X, dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Mojosongo. Meliputi 1 kelurahan (Mojosongo) seluas 532,90 Ha.
Sedangkan pengembangan fungsinya dapat digambarkan dalam gambar berikut ini :
Pariwisata Pendidikan
Budaya Industri
Olah Raga Perumahan
Perdagangan & Jasa Pergudangan
33 Atau dapat diperjelas dengan tabel berikut ini :
SWP
FUNGSI KOTA LOKASI Wisa ta Buda ya OR Indu stri Pend. Dagan g Kanto r Rmh I x Pucang sawit II x x x Mangkunegaran
Balaikota, kaw komersial III x x x Kraton, kaw komersial IV x x Sriwedari, Balekambang,
Manahan
V x Sondakan, Laweyan
VI x x Jajar
VII x Sumber, Banyuanyar VIII x x x Jurug, UNS, Kaw komersial
IX x x Kadipiro
X x Mojosongo
Rencana Struktur Tata Guna Tanah
Untuk memantapkan struktur yang telah digariskan dalam RUTRK 1993 – 2013, adapun fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut
SWP Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%) Juml ah (%) Ters Sekunder Primer
Ling BWK Kota /lokal Regi onal Nas Inte r A B C D E F G H I 20 10 70 100 II 10 5 5 10 10 60 100 III 15 15 25 45 100 IV 5 15 5 10 65 100 V 15 5 10 70 100 VI 5 10 5 5 75 100 VII 5 5 90 100 VIII 10 5 10 25 5 55 100 IX 15 5 5 75 100 X 5 5 90 100
34 Keterangan : A = Fungsi Pariwisata B = Fungsi Kebudayaan C = Fungsi Olahraga D = Fungsi Industri BWK = Bagian Wilayah Kota Inter = Internasional
E = Fungsi Pendidikan F = Fungsi Perdagangan
G = Fungsi Pusat Administrasi dan Perkantoran H = Fungsi Perumahan
a. Penataan Bangunan
Penataan Lingkungan dan Bangunan
Penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di kota Surakarta :
− Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks 4 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.
− Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks 8 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk perumahan
− Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min 9 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk industri
Penataan Bangunan Bertingkat Banyak − Sangat Potensial
Sepanjang jalan Slamet Riyadi, Urip Sumohardjo, Sudirman, Yos Sudarso, Gatot Subroto, dan Dr. Rajiman (Coyudan)
− Potensial
Sepanjang jalan A. Yani, Kapt. Mulyadi, Gadjah Mada, Sutan Syahrir, S. Parman, Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kol. Sutarto
35 − Cukup Potensial
Sepanjang jalan R.M Said,, Akhmad Dahlan, Juanda, Teuku Umar, Ronggowarsito, Kartini, Monginsisdi, Dr. Rajiman (Laweyan), sdi Sucipto, Dr. Moewardi, dan Brigjend Katamso
− Kurang Potensial
Sepanjang Jl. Kyai Mojo, Cokroaminoto, Suryo, Yosodipuro, Bhayangkara, Perintis Kemerdekaan, Dr. Wahidin, Hasanudin, MT. Haryono, Ir. Sutami dan Kol. Sugiono. − Tidak Potensial
Sepanjang Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo, Sugiyopranoto, Prof. Dr. Suharso, Suprapto, Mangunsarkoro, Adi Sumarmo dan Ki Hajar Dewantoro.
Penataaan Perpetakan Bangunan Jalan-Jalan Utama
− Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak >5000 m² untuk KB min 9 lantai.
− Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 2000 - 5000 m² untuk KB maks 8 lantai
− Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 1000 – 2500 m² untuk KB maks 4 lantai
− Kawasan peruntukkan dan penggal jalan dengan petak 1000 m² untuk KB maks 2 lantai
Penataan Ketinggian Bangunan
Materi atau kriteria perancangan yang diatur dalam penataan ketinggian bangunan adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum pada jalan-jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta yaitu :
− Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan tidak bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan dengan Angka Luas lantai = 2x Angka Lantai Dasar.
− Ketinggian bangunan rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan minimum 12m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 4x Angka Lantai Dasar.
− Ketinggian bangunan sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36m dan minimum 24m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 8x Angka Lantai Dasar.
− Ketinggian bangunan tinggi, yaitu blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai dengan tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan dengan
36 Angka Luas lantai = 9x Angka Lantai Dasar, maksimum 20 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai = 20x Angka Lantai Dasar
8. TINJAUAN SUPERBLOK DAN GREEN ARCHITECTURE DI SOLO A. Tinjauan Superblok di Solo
Sampai saat ini belum ada bangunan di Solo yang disebut sebagai Superblok, namun sudah mulai muncul bangunan – bangunan yang mengarah pada terbentuknya superblock, salah satunya adalah Center Point yang sekarang sedang dalam proses konstruksi. Kompleks bangunan yang berada di sepanjang Jl. Slamet Riyadi juga mengarah pada terbentuknya Superblok yang dipersatukan dengan adanya Solo Citywalk.
Ditinjau dari tata kotanya, Solo sangat berpotensial untuk dikembangkan menjadi superblok-superblok mengingat kondisinya yang sudah membentuk blok-blok namun belum terintegrasi.
B. Tinjauan Green Architecture di Solo
Sampai saat in belum ada bangunan/kompleks bangunan yang dikembangkan dengan konsep green architecture. Namun perubahan lingkungan seperptinya sudah dibaca oleh Pemerintah Kota Solo, terbukti saat ini PemKot sedang mencanangkan program untuk menjadikan Solo menjadi ”Kota Pohon”. Hal ini dimulai dengan pembangunan citywalk dan greenbelt di sepanjang jalan-jalan utama seperti jalan tentara pelajar dan jalan adi sucipto. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Solo akan pentingnya melestarikan lingkungan sudah mulai tumbuh dan berkembang.
Dengan adanya kerusakan dan ketidaknyamanan lingkungan dan didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingknya menjaga kelestarian lingkungan maka konsep Green Architecture tentu akan berkembang dengan subur di Koa Solo.
9. STUDY LAPANGAN KONDISI KOTA SOLO
Untuk mendukung landasan yana akan digunakan sebagai dasar analisis, penulis melakukan studi lapangan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan yang ada di Kota Solo.
A. Kondisi Transportasi
Mulai terjadi kemacetan pada titik-titik tertentu di Kota Solo pada saat jam sibuk. Berikut ini adalah beberapa titik macet yang berhasil dipantau oleh penulis :
37
Pasar gede
Perempatan panggung
B. Krisis Energi
Penulis menangkap adanya krisis energi di Kota Solo, hal ini terbukti dengan adanya pemadaman listrik secara bergilir dan juga adanya kelangkaan Bahan Bakar Minyak khususnya minyak tanah.
C. Polusi
Ada beberapa jenis polusi yang diamati penulis di Kota Solo, yaitu : − Polusi udara
Paramater yang cukup jelas untuk menunjukkan tercemarnya udara di Kota Solo adalah dengan merasakan secara langsung udara yang ada di sepanjang jalan utama di Kota Solo. Padatnya arus kendaraan yang beroperasi di jalan menimbulkan efek polusi udara bagi lingkungan di sekitarnya.
38 − Polusi Air
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Balai Sungai Surakarta, Ir. Hermono S. Budinetro, M.Eng diperoleh keterangan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi sungai di Kota Solo yang tidak tercemar, baik oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan penulis yang menemukan bahwa hampir semua sungai di Solo kondisi airnya keruh.
− Sampah
Permasalahan sampah juga mulai muncul di Kota Solo. Produksi sampah di Solo mencapai 260 ton/hari, bahkan mencapai 500 ton/hari pada musim penghujan (Kompas
39 D. Penggunaan Lahan
Pesatnya perkembangan pembangunan di Kota Solo memunculkan berbagai permasalahan di Kota Solo seperti : munculnya pemukiman padat di beberapa titik dan ruang terbuka hijau berkurang tinggal 11% dari total wilayah Kota Solo (Solopos online). Hal ini memunculkan multi efek, seperti : permasalahan banjir, peningkatan suhu kota sampai pada permasalahan psikologis penduduk kota.
40 E. Lokalitas Masyarakat
− Wedangan (He’)
Wedangan di warung yang disebut He’ sudah menjadi budaya yang sangat khas di Solo. wedangan dimulai pada sore hari hingga larut malam bahkan sampai menjelang fajar. Kebiasaan yang sangat unik ini telah menjadi ciri khas Kota Solo yang sudah dikenal sampai tingkat nasional.
− Gotong royong
Gotong royong merupakan norma tolong-menolong yang sudah turun-menurun pada masyarakat Jawa. Seiring dengan masuknya budaya komersialisme, perlahan-lahan budaya yang sangat berharga ini mulai terkikis sedikit demi sedikit. Kebiasaan gotong-royong sering diterapkan untuk membantu tetangga/anggota masyarakat lain yang sedang dalam kerepotan, misalnya : membangun rumah, mantu, dsb. Nilai kerjasama dan tolong menolong pada gotong-royong merupakan kekayaan yang sangat berharga dari masyarakat Jawa.
Joglo
Rumah/arsitektur joglo merupakan bangunan khas masyarakat Suku Jawa. Di kota Solo banyak terdapat bangunan Joglo yang menjadi cagar budaya nasional. Sampai saat ini Joglo masih terus dilestarikan. Bangunan Joglo jugamerupakan salah satu bentuk fisik dari ciri khas masyarakat suku Jawa.
4. KESIMPULAN KARAKTERISTIK ARSITEKTUR SUPERBLOK YANG KONTEKSTUAL TEHADAP KOTA SOLO
a. Dipengaruhi oleh budaya jawa, baik berupa budaya fisik (arsitektur jawa) maupun budaya nonfisik yang berupa kebiasaan dan ritual.
41 c. Dituntut mampu berperan dalam memperbaiki kondisi lingkungan Kota Solo, seperti
: mengatasi banjir dan pulusi.
d. Tidak merusak / memperkuat kelokalan masyarakat Solo, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik
e. Mematuhi / sesuai dengan RUTRK kota solo. f. kontekstual terhadap kondisi iklim tropis
42 A. ESENSI PERANCANGAN GREEN SOLO SUPERBLOCK
Berdasarkan penentuan main idea dan penentuan judul yang telah dibahas pada bab sebelumnya diperoleh kutub-kutub pembahasan meliputi : Superblok, Arsitektur Hijau dan Kota Solo. Kemudian berdasarkan eksplorasi terhadap ketiga kutub pembahasan tersebut diperoleh esensi perancangan arsitektur berdasarkan masing-masing kutub. Berdasarkan ketiga esensi tersebut, maka dapat disimpulkan esensi perancangan Green Solo Superblok, Seperblok berkonsep arsitektur hijau di Kota Solo secara garis besar adalah green (hijau) / ramah lingkungan dan bersinergi/kontekstual dengan Kota Solo, atau dapat dijabarkan sebagai berikut :
DALAM PERENCANAAN SITE
− Lokasi Site terletak di CBD atau daerah sekitarnya − Sesuai dengan RUTRK Kota Solo
− Luas Site lebih dari 100.000 m2 atau sekitar 5 sampai 15 Ha
− Penataan site berusaha memaksimalkan potensi alami site dan mengoptimalkan lahan terbuka hijau
− Kontekstual dengan kondisi lingkungan di sekitar site FASILITAS-FASILITAS YANG DIWADAHI
− Fasilitas utama yang diwadahi meliputi : hunian, perkantoran, perbelanjaan dan ruang publik serta dilengkapi fasilitas penunjang yang diperlukan.
− Fasilitas-fasilitas yang ada di dalam superblok harus saling terintegrasi dan saling mendukung antara satu fungsi dengan fungsi yang lain.
− Fasilitas yang diwadahi harus saling mendukung dan tidak overlaping dengan fasilitas yang ada di sekitar site.
− Terdapat fasilitas yang dapat mewadahi kelokalan sosial dan budaya Masyarakat Solo.
TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN
− Konsep massa berupa massa jamak yang saling terhubung antara satu massa dengan massa yang lain.
− Konsep penampilan bangunan merupakan penggabungan dari arsitektur masa kini dengan arsitektur khas Kota Solo, yaitu Arsitektur Jawa.
− Penampilan bangunan memasukkan unsur - unsur alam, khususnya berupa tanaman.
SYSTEM BANGUNAN
− Menghemat penggunaan air, meminimalisir pembuangan limbah air dan berusaha tidak merusak siklus air.
43 − Hemat energy, banyak menggunakan energy alternative yang dapat diperbarui − Semaksimal mungkin menggunakan potensi alam untuk menjaga kenyamanan di
dalam maupun di luar ruangan
B. ANALISA PENDEKATAN KONSEP GREEN SOLO SUPERBLOCK 1. ANALISA KONSEP SITE
Analisa pemilihan site ini bertujuan untuk mendapatkan pendekatan lokasi site yang paling tepat untuk Green Solo Superblock, Superblok berkonsep Arsitektur Hijau di Kota Solo berdasarkan pada hasil eksplorasi terhadap masing-masing kutub pembahasan.
Sebagai landasan utama yang menjadi dasar pemilihan lokasi site yang tepat untuk Green Solo Superblock sesuai dengan esensi perancangan yang telah dibahas sebelumnya adalah sebagai berikut :
− Site terletak di lokasi yang strategis, yaitu pada daerah CBD atau daerah di sekitarnya − Luas site lebih lebih dari 100.000 m2 atau antara 5 – 15 Ha
− Menyatu dan tidak merusak kelokalan budaya masyarakat Solo, baik berupa fisik maupun non fisik.
− Terdapat kompleksitas pemasalahan yang perlu segera mendapatkan solusi
Berdasarkan landasan pemilihan site di atas, maka dapat dijabarkan kriteria site yang sesuai untuk Green Solo Superblock adalah sebagai berikut :
a) Lokasi site strategis, terletak pada daerah CBD atau sekitarnya :
− Lokasi site terletak di daerah pusat perkembangan kota, dalam hal ini adalah Kota solo.
− Lokasi harus mudah dicapai dan mudah diakses dari jalur tranportasi baik transportasi dalam kota maupun dari luar kota.
− Lokasi di sekitarnya terdapat fasilitas perkotaan yang dapat menyatu dengan fungsi Green Solo Superblock yang direncanakan.
− Kelengkapan sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai pada lokasi site. − Memungkinkan perkembangan green Solo Superblock di masa depan.
b) Luas site lebih dari 100.000 m2 atau antara 5 – 15 Ha
c) Menyatu dengan kelokalan budaya fisik dan non-fisik masyarakat Solo
− Letaknya sesuai dengan peruntukan lahan / masterplan Kota Solo, yang tercantum dalam RUTRK Kota Solo.
− Letak site tidak berada pada daerah konservasi budaya Kota Solo, baik berupa benda/bangunan fisik maupun kebudayaan yang berupa aktivitas budaya masyarakat.
44 − Bukan merupakan daerah konservasi alam / penghijauan
d) Terdapat permasalahan dalam site, sehingga bisa diselesaikan dengan adanya Green Solo Superblock
Di dalam lokasi site harus terdapat permasalahan yang cukup kompleks sehingga perlu diselesaikan dengan adanya Green Solo Superblock. Permasalahan tersebut dapat meliputi : permasalahan transportasi, tata guna lahan, masalah lingkungan dan permasalahan-permasalahan lain yang dapat terselesaikan dengan adanya pembangunan Green Solo Superblock ini.
2. ANALISA KONSEP PENATAAN SITE DAN BANGUNAN a. Konsep Zonifikasi
Analisa sistem zonifikasi tapak pada Green Solo Superblock ini dibuat agar tidak terjadi overlapping antara zona satu dengan zona yang lain sehingga tercipta persatuan fungsi yang harmonis antara satu fasilitas dengan fasilitas yang lain.
Dalam penzoningan site, potensi dan keadaan kawasan sangat berpengaruh terhadap hasil penzoningan, sehingga penzoningan ini dibagi dalam bagian :
− Zona yang berkaitan langsung dengan kegiatan publik dan bersifat terbuka bagi kawasan.
− Zona yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan umum dan kawasan. − Zona privat kawasan yang merupakan sifat tertutup.
Sedangkan dalam zoning bangunan zonifikasi dibagi ke dalam zonifikasi horizontal dan zonifiasi vertical.
Zonifikasi Horizontal dibagi menjadi 3 zona, yaitu : − Zona Publik
Menampung kegiatan yang bersifat umum atau ruang-ruang pelayanan umum.
− Zona semi publik
Menampung kegiatan yang tidak sepenuhnya terbuka hanya atau untuk kalangan tertentu. − Zona Privat
Menampung kegiatan yang bersifat individu atau pribadi.
45 Sedangkan zonifikasi vertical juga dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
− Zona tenang
Untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan tinggi seperti tempat tidur, ruang rapat dan ruang-ruang privat.
− Zona transisi
Merupakan zona perpindahan bersifat sebagai foyer atau pergantian ruang dari zona privat ke zona publik atau sebaliknya. − Zona publik
Merupakan zona yang dapat dimasuki oleh publik atau umum
sesuai dengan kegiatannya yang bersifat terbuka seperti kegiatan administrasi. b. Konsep Penataan Sirkulasi
Penataan Sirkulasi bertujuan untuk mengatur jalannya sirkulasi agar tercipta kondisi sirkulasi yang aman, nyaman dan tidak terjadi crowded. Sirkulasi yang terjadi di Green Solo Superblock meliputi sirkulasi di dalam ruang, sirkulasi di luar ruang (kawasan) dan sirkulasi dengan lingkungan sekitar site.
a) Sirkulasi di Luar Ruang
Sirkulasi yang terjadi di luar ruang meliputi : − Sirkulasi pengelola
− Sirkulasi pengunjung dan penguni − Sirkulasi barang
− Sirkulasi kendaraan − Sirkulasi emergency
Mengingat banyaknya sirkulasi yang terjadi dalam Green Solo Superblock, maka dalam penataan masing-masing sirkulasi harus memperhatikan hal-hal berikut:
− Pengelola (personil kantor)
Tidak memerlukan pencapaian langsung ke ruang pengelola. − Tamu (pengunjung)
Harus dapat diawasi dan diatur, sedangkan untuk tamu-tamu penting perlu pencapaian mudah ke ruang penerima.
− Penghuni apartement dan rumah susun
Perlu pencapaian yang mudah ke unit-unit hunian tanpa terganggu oleh sirkulasi pengguna fasilias yang lain.
46 − Kendaraan dan barang
Sedapat mungkin harus dipisahkan dari sirkulasi manusia. Kendaraan dan barang memerlukan koridor yang lebar dengan tikungan-tikungan yang tidak tajam dan bebas hambatan, bila perlu kendaraan bisa masuk ke gudang. Troli-troli barang membutuhkan ramp dan elevator untuk mengatasi masalah perbedaan tinggi lantai. − Sirkulasi Emergency
Dalam kondisi darurat diperlukan sirkulasi darurat menuju ke luar site, sehingga bila terjadi kondisi darurat keselamatan user di dalam Green Solo Superblock dapat lebih terjamin.
Secara umum alternatif jalur sirkulasi yang dapat digunakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu jalur sirkulasi untuk manusia dan jalur sirkulasi untuk kendaraan dan barang : Sirkulasi manusia pada kawasan superblock dapat terjadi melalui :
− Pedestrian
Pedestrian merupakan sirkulasi utama untuk manusia pada kawasan superblock. Bentuknya dapat berupa boulevard yang besar atau berupa jalan setapak, tergantung dari kebutuhan dan volume user yang melalui kawasan tersebut. − Jembatan
Merupakan jalur sirkulasi manusia yang menghubungkan satu bangunan dengan bangunan yang pada lantai tertentu dalam sebuah superblock.
− Basement
Sirkulasi manusia juga dapat terjadi di dalam basement karena pada umumnya basement massa-massa bangunan pada superblock terhubung menjadi satu. Sirkulasi kendaraan pada kawasan superblock dapat terjadi melalui :
− Jalur mobil dan sepeda motor
Merupakan jalur khusus yang disediakan untuk sirkulasi mobil dan sepeda motor untuk keluar-masuk superblok
− Ramp kendaraan
Merupakan jalur kendaraan untuk naik atau turun ke lantai tertentu pada bangunan. Biasanya digunakan untuk parkir.
− Basement
Basement dapat berfungsi sebagai jalur sirkulasi sekaligus tempat parkir untuk kendaraan.
47 b) Sirkulasi Di Dalam Bangunan
Berdasarkan arah pergerakannya, sirkulasi pada bangunan dapat dibagi menjadi 2 jenis sirkulasi, yaitu :
Sirkulasi horizontal
Sirkulasi secara horizontal pada bangunan menggunakan system koridor yang menghubungkan fungsi-fungsi yang ada pada lantai dengan level yang sama. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan koridor ini meliputi :
− Macam kegiatan utama yang diwadahi.
− Kemudahan pencapaian dari ruang-ruang yang diwadahi − Efisiensi dan efektifitas
− Karakteristik ruang yang ada.
Ada 3 macam alternative system koridor yang bisa dimanfaatkan : − Single load corridor
Koridor yang menghubungkan pada satu sisi dari jajaran ruang-ruang. Sedangkan sisi lainya biasanya berupa jendela untuk melihat situasi disekitarnya. − Double load corridor
Koridor yang menghubungkan pada kedua sisi ini berjajar ruang-ruang secara linier
− Tower Plan & Double Load Coridor
Double Load Coridor yang saling bertemu di tower plan, tepat dipusatnya, yang menghubungkan sirkulasi di atasnya
Sirkulasi vertikal
Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa macam, yaitu :
48 − Eskalator − Elevator − Tangga − Ramp c) Sirkulasi Lingkungan
Selain sirkulasi di dalam site, Green Solo Superblock juga harus dapat memperbaiki sirkulasi lingkungan di sekitarnya. Permasalahan sirkulasi lingkungan yang secara umum terjadi di Kota Solo adalah tidak berfungsinya trotoar bagi pejalan kaki dan pemanfaatan badan jalan sebagai lokasi parkir. Dengan penataan sirkulasi yang tepat maka diharapkan Green Solo Superblock mampu untuk memperbaiki kondisi sirkulasi pada lingkungan di sekitarnya.
Untuk itu, Perencanaan Green Solo Superblock harus mensinergikan sirkulasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat memperbaiki sirkulasi lingkungan yang ada di sekitar site.
c. Konsep Pencapaian
Ada beberapa alternatif pencapaian ke dalam site dan bangunan, yaitu : Alternatif Pencapaian Analisa
Pencapaian Frontal Sistem pencapaian yang memberi arah yang jelas dan langsung tetapi kurang memberi peralihan ruang.
Pencapaian Samping Pencapaian yang memberi pengarahan tidak langsung, pencapaian dapat dibelokkan beberapa kali untuk memberikan suatu peralihan dalam menonjolkan objek. Pencapaian Memutar Pencapaian dengan memberikan
suatu peralihan, serta memberi kejutan dan menjaga privasi bangunan atau sering digunakan untuk menunjang kegiatan promosi.
49 Karena Green Solo Superblock merupakan sebuah kawasan yang multifungsi, maka dalam perencanaan pencapaian memungkinkan untuk menggunakan ketiga jenis alternative pencapaian tersebut disesuaikan dengan fungsi mada masing-masing fasilitas yang ada.
d. Konsep Penentuan Orientasi Green Solo Superblock
Ada beberapa alternative orientasi yang dapat diterapkan pada superblock, yaitu: a. Orientasi ke dalam
Kelebihan dari orientasi ke dalam adalah keamanan yang dapat terjaga, namun kelemahannya adalah cenderung memisahkan diri dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan terbentuknya kesan eksklusivisme.
b. Orientasi ke luar
Kebalikan dari orientasi ke dalam, model orientasi keluar cenderung terbuka terhadap interaksi dengan lingkungan sekitar, namun keamanan akan lebih sulit terjaga.
c. Orientasi Ke luar dan Ke dalam
Merupakan sistem orientasi yang merupakan gabungan dari orienatas ke luas dan ke dalam. Pada sisi luar superblok terdapat massa bangunan yang berorientasi ke lingkungan sekitar, namun pada sisi dalam juga terdapat bangunan yang berorientasi ke dalam superblock yang direncanakan.
Alternatif orientasi ke dalam dan keluar memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga alternative orientasi yang tepat untuk Green Solo Superblock adalah gabungan antara orientasi ke luar dan ke dalam. Orientasi keluar berfungsi untuk menjaga konektifitas dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, seadngkan orientasi ke dalam berfungsi untuk memaksimalkan interaksi penghuni superblock sekaligus untuk meningkatkan skuritas dalam superblock.
50 e. Konsep Penataan Lansekap
Lansekap merupakan bagian penting dalam perencanaan Green Solo Superblock, karena lansekap merupakan elemen hijau yang bukan hanya dapat memberikan manfaat di dalam superblock, tetapi juga bermanfaat untuk wilayah di sekitar Superblock.
Dasar pertimbangan dalam penataan lansekap dijabarkan dari esensi perancangan Green Solo Superblock adalah sebagai berikut :
− Penataan lansekap harus mendukung penampilan bangunan − Pengarah sirkulasi, baik sirkulasi manusia maupun kendaraan − Kontekstual terhadap lingkungan sekitar.
− Pelindung, peneduh, penyejuk udara dan sebagai filter atau barrier polusi (udara dan suara).
− Ruang interaksi sosial
− Ruang pengikat kegiatan yang ada dalam tapak
− Menyatu dengan Konsep Zonifikasi, orientasi, pencapaian dan pola sirkulasi.
− Kesatuan antar elemen lansekap yaitu tanaman, tanah, air dan elemen buatan seperti pedestrian, sculpture, dll.
Berdasarkan pertimbangan di atas, jenis perkerasan yang digunakan antara lain : − Paving Block
Digunakan material perkerasan utama pada Green Solo Superblock karena keunggulannya yaitu desain bisa disesuaikan dengan keinginan, warna bermacam-macam, mudah pelaksanaannya dan dapat menyalurkan [menyerap] air ke tanah dengan baik.
− Paving grass
Merupakan bahan sejenis Paving block, namun memiliki lubang-lubang yang dapat ditumbuhi rumput. Selain menambah nilai estetis juga mampu menyerap air lebih banyak.
− Batu alam
Batu alam mampu memberikan kesan alami dalam site, kekurangannya adalah harganya cukup tinggi dan pembuatannya dapat mengakibatkan kerusakan alam pada daerah penambangan batu tersebut.
Sebagai pelengkap dari unsur lansekap yang terdapat di dalam kawasan dan untuk memberikan kemudahan, keamanan dan kenyamanan dalam menikmati suasana kawasan dapat digunakan landscape furniture antara lain :
− papan informasi − Penerangan