• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT SARI ADITYA LOKA 1, MERANGIN, JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT SARI ADITYA LOKA 1, MERANGIN, JAMBI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI PT SARI ADITYA LOKA 1, MERANGIN, JAMBI

Oleh

JIMMI ALBERTO RAJAGUKGUK A24050875

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

JIMMI ALBERTO RAJAGUKGUK. Pengelolaan Air untuk Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Sari Aditya Loka 1, Merangin, Jambi. (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO dan ADE WACHJAR)

Magang bertujuan meningkatkan keterampilan penulis dengan meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial pada berbagai level pekerjaan di perkebunan kelapa sawit, menambah pengalaman dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan. Selain itu untuk mengetahui secara lebih khusus mengenai pengelolaan air di perkebunan kelapa sawit. Magang telah dilaksanakan di PT Sari Aditya Loka 1 (SAL 1), PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 19 Februari 2009 sampai dengan 19 Juni 2009.

Kegiatan magang dilakukan melalui pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian (KH), pendamping mandor, hingga sebagai pendamping asisten afdeling/divisi. Data yang berkaitan dengan aspek pengelolaan air diperoleh dari survei pengembangan sumber daya air. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Wilayah SAL 1 mempunyai iklim tipe A (sangat basah) menurut perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan tahunan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir sebesar 2 233 mm dan jumlah hari hujan 100 hari dengan penyebaran curah hujan merata sepanjang tahun. Wilayah Kebun Inti I terdiri atas dua jenis tanah yaitu 61 % tanah mineral podsolik merah kuning (PMK) dan 39 % gambut dengan kedalaman 50 cm hingga lebih dari 3 m. Lahan gambut pada Kebun Inti I memerlukan perhatian khusus agar tidak terjadi pembuangan air

(3)

secara besar-besaran sehingga pada periode Mei - Oktober tanaman tidak mengalami kekurangan air, karena puncak curah hujan terjadi pada bulan April dan Desember. Pencucian parit blok belum teratur sehingga kedalaman parit tidak standar dan banyak ditumbuhi gulma. Pengelolaan air di lahan gambut yang kurang baik menyebabkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit terhambat, kerdil/kering, perawatan terkendala, dan pekerjaan pemanenan terganggu. Pengelolaan air yang lebih intensif perlu dilakukan supaya keadaan blok tidak tergenang lama saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau.

Pembuatan bendungan sederhana, parit sisip dan rotasi perawatan sebaiknya dikombinasikan supaya kelembaban dan level air dalam blok tetap terjaga. Parit yang baik harus dibuat terencana dan dapat mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan agronomis kebun. Penanganan kekurangan air dilakukan dengan membuat bendungan untuk mempertahankan level air tetap pada kondisi minimal atau 60 cm dari permukaan lahan. Biaya pembuatan bendungan secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan penurunan produksi yang terjadi karena tanaman kekurangan air.

(4)

PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA

TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI PT SARI ADITYA LOKA 1, MERANGIN, JAMBI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Jimmi Alberto Rajagukguk A24050875

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(5)

Judul : PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT SARI ADITYA LOKA 1, MERANGIN, JAMBI

Nama : JIMMI ALBERTO RAJAGUKGUK

NRP : A24050875

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi Dr. Ir. Ade Wachjar, MS

NIP 19620225 198703 1 001 NIP 19550109 198003 1 008

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 29 Agustus 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Juden Rajagukguk dan Ibu Alpine Panjaitan.

Pada tahun 1993 penulis memulai pendidikan di SD Katholik Xaverius II, Kota Jambi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri, 7 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1, Kota Jambi dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah menempuh masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester, penulis memilih mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dan minor Kewirausahaan Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Air untuk Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di PT Sari Aditya Loka 1, Merangin, Jambi”. Skripsi ini

merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua dan kedua saudaraku yang tercinta atas dukungan doa, kasih sayang, dorongan semangat dan materi yang diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing.

3. Bapak Cahyo Kurniawan selaku Administratur PT SAL I dan Bapak Sugito selaku Kepala Kebun Inti I.

4. Bapak Usmadi selaku Kepala Afdeling OE-OF, Bapak Frederik WH Sinurat selaku Kepala Afdeling OC-OD, dan Bapak Hendy W selaku Kepala Afdeling OA-OB yang telah memberikan bimbingan, nasehat serta arahan kepada penulis selama kegiatan magang.

5. Seluruh staf dan non-staf PT Sari Aditya Loka I yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya.

Bogor, Januari 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit... 6

Drainase ... 8

Curah Hujan dan Evapotranspirasi ... 10

METODE MAGANG... 12

Tempat dan Waktu... 12

Metode Pelaksanaan ... 12

Pengumpulan Data dan Informasi ... 13

Analisis Data dan Informasi... 13

KEADAAN UMUM... 15

Wilayah Administratif ... 15

Keadaan Iklim dan Tanah ... 15

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 15

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 16

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 20

Aspek Teknis... 20

(9)

Pengendalian Gulma... 22 Pemupukan... 25 Sensus Produksi... 28 Pemanenan ... 28 Aspek Manajerial... 32 Mandor Chemist ... 32 Mandor Pupuk ... 33

Mandor Hama dan Penyakit Tanaman ... 33

Mandor Panen ... 34

Kerani Panen ... 35

Pendamping Asisten ... 36

PEMBAHASAN... 37

Sistem Pengelolaan Air... 37

Sistem Drainase ... 41

Bendungan... 42

Curah Hujan dan Produksi ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

Kesimpulan... 46

Saran ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pembagian Areal Konsesi dan Jumlah Pokok Kelapa Sawit di PT SAL 1, Merangin, Jambi... 16 2. Kondisi Tanaman di Kebun Inti PT SAL I, Merangin, Jambi... 17 3. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas Tahun 2004-2008 di PT SAL 1, Merangin, Jambi... 17 4 Jumlah Karyawan di PT SAL 1, Merangin, Jambi Tahun 2008... 19 5. Rencana dan Realisasi Perawatan dan Pembuatan Parit Sisip di Kebun Inti I PT SAL 1, Merangin, Jambi Tahun 2008... 40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 . Kegiatan Pengendalian Gulma ... 24

2 . Pelaksanaan Pemupukan ... 27

3 . Parit Alam... 38

4 . Parit Blok... 39

5 . Parit Sisip... 39

6 . Alat untuk Menjaga Ketinggian Level Air... 43

7 . Diagram Distribusi Produksi dan Curah Hujandi PT SAL 1, Merangin, Jambi tahun 1999-2008 ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian (KH)

di Kebun Inti 1, PT SAL 1, Merangin Jambi Tahun 2009. ... 50

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Inti 1, PT SAL 1, Merangin Jambi Tahun 2009. ... 51

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun Inti 1, PT SAL 1, Merangin Jambi Tahun 2009. ... 54

4. Peta Lokasi Kebun PT SAL 1, Merangin, Jambi... 55

5. Data Curah Hujan PT PT SAL 1, Merangin, Jambi selama 10 Tahun Terakhir (1999-2008)... 56

6. Bagan Struktur Organisasi PT PT SAL 1, Merangin, Jambi... 57

7: Formulir Laporan Produksi Panen Harian (LPPH)... 58

8. Peta Kondisi Lahan Inti I, PT SAL 1, Merangin, Jambi. ... 59

9. Peta Sistem Drainase PT SAL 1, Merangin, Jambi. ... 60

(13)

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) kini telah menjadi tanaman perkebunan utama di Indonesia bahkan dunia. Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting, baik sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) terlebih setelah meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai sumber energi alternatif. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Lahan-lahan yang secara agronomis sesuai bagi tanaman kelapa sawit telah memberikan dampak positif dalam perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia sebesar 17.5 juta ton dengan luas lahan 7.4 juta ha pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).

Peningkatan jumlah produksi minyak kelapa sawit Indonesia di dunia tersebut perlu diikuti dengan perbaikan manajemen budidaya di setiap perkebunan, karena produktivitas minyak kelapa sawit perkebunan di Indonesia sebesar 3.62 ton/ha pada tahun 2007 masih tergolong rendah. Manajemen budidaya yang perlu diperhatikan sejak pembibitan, perawatan tanaman, hingga pemanenan sehingga produktivitas kebun meningkat. Menurut Hakim (2007) rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia disebabkan oleh teknis agronomis tidak dijalankan sesuai dengan rekomendasi. Keragaman produktivitas juga diakibatkan oleh beragamnya sifat tanah dan lahan di areal kelapa sawit. Kelapa sawit sebagian diusahakan pada lahan gambut.

Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk mengatur pemanfaaatan sumber daya air secara optimal sehingga didapatkan hasil tanaman yang optimal, serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan tersebut. Salah satu teknik pengelolaan air di lahan gambut dilakukan dengan membuat parit sebagai saluran drainase, agar tanah di areal tanam kelebihan atau kekurangan air. Drainase yang buruk pada tanah gambut menyebabkan terjadi penyusutan massa, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah yang mengakibatkan tanaman yang tumbuh

(14)

menjadi miring dan tumbang, mudah terbakar, dan bentuk permukaan tanah tidak rata. Ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit di lapangan diperoleh dari hujan yang terjadi di areal tersebut. Besarnya curah hujan mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai teknik budidaya tentang kelapa sawit, menambah pengalaman dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat di kuliah dengan praktik langsung di lapangan. Penulis juga, meningkatkan kemampuan aspek teknis di lapangan, pengawasan di lapangan, dan mengatur administrasi kegiatan kebun. Penulis secara lebih khusus mengenai pemeliharaan kelapa sawit yaitu pengelolaan air.

(15)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Palmaceae

Sub keluarga : Cocodideae

Genus : Elais

Spesies : Elais guineensis Jacq.

Titik tumbuh aktif secara terus-menerus menghasilkan bakal daun setiap 2 minggu. Pada setiap ketiak daun terdapat satu primordial bunga. Secara proporsional beberapa bakal bunga akan rontok sebelum penyerbukan (anthesis). Bunga jantan dan bunga betina yang dihasilkan mempunyai siklus yang jumlahnya beragam dari waktu ke waktu. Setelah terjadi penyerbukan, bunga betina berkembang menjadi tandan buah yang daging buah dan intinya menghasilkan minyak nabati (Pahan, 2008).

Batang kelapa sawit memiliki tiga fungsi utama, yaitu: (1) struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; (3) berfungsi sebagai organ penimbunan makanan (Pahan, 2008). Batang tanaman tegak dengan ukuran diameter 30-60 cm. Pertambahan tinggi tanaman 30-60 cm per tahun dan dapat mencapai ketinggian 25-30 m untuk kelapa sawit liar, sedangkan pada kelapa sawit yang dibudidayakan ketinggian ideal sebelum diremajakan setinggi 15-18 m. Batang tanaman tunggal, tidak bercabang, dan mempunyai pelepah-pelepah di ujung batangnya. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering dan membusuk akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

(16)

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, terdiri atas kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian dan tulang anak daun, rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang (Pahan, 2008). Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Tanaman dewasa memiliki 40-50 daun dewasa yang telah membuka dan bergantung pada metode panen dan penunasan. Luas daun meningkat secara progresif pada umur sekitar 8-10 tahun setelah tanam dan bergantung pada faktor-faktor kesuburan, kelembaban tanah dan tingkat stres air.

Setiap tahun, 18-24 pelepah daun baru akan dihasilkan bergantung pada umur dan pemeliharaan tanaman tersebut. Daun tersusun secara spiral dan teratur yang dinamakan philotaxis. Jumlah pelepah dalam satu spiral berjumlah 8 pelepah. Setiap pelepah terdiri atas anak daun yang berjajar lurus sebanyak 250-400 helai.

Akar berfungsi utama untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air, unsur-unsur hara dari dalam tanah, dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang tumbuh dari bongkol/pangkal batang dekat permukaan tanah. Akar-akarnya membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Sebagian besar perakaran kelapa sawit berada dekat dengan permukaan tanah. Hanya sedikit akar yang berada pada kedalaman 90 cm, padahal tinggi permukaan air tanah cukup dalam. Dengan demikian, sistem perakaran yang aktif berada antara kedalaman 5-35 cm. Secara umum akar tanaman kelapa sawit pada tahun ketujuh setelah tanam mulai berkompetisi dalam memperebutkan unsur hara, karena luas bidang penyerapan akar telah bertemu. Kerapatan akar yang tinggi terjadi pada daerah gawangan mati, tempat pelepah daun dibuang dan terjadi dekomposisi.

(17)

Kelapa sawit termasuk tanaman monocious diclin, sehingga bunga jantan dan betina terpisah, tetapi berada pada satu pohon dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Jenis kelamin jantan/betina ditentukan  9 bulan setelah inisiasinya ditambah selang 24 bulan untuk inflor bunga berkembang sempurna.

Kelapa sawit memiliki buah bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah bergantung varietas yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah yang masak dengan kandungan 45-50 persen dari berat mesokarp. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh akan meningkat ( 1 : 1) dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri atas tiga lapisan,yaitu eksokarp atau bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesoskarp atau serabut buah dan endokarp atau cangkang pelindung inti

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis: E. guineensis dan

E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan

orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri atas: Dura, Tenera, dan Psifera

Dura merupakan kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah, tetapi biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18 persen. Psifera buahnya tidak memiliki cangkang, tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Psifera. Tipe tersebut dianggap tipe unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis, tetapi bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90 persen dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28 persen.

(18)

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Komponen yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa sawit terutama meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian dari permukaan laut, bentuk wilayah, kedalaman efektif, kandungan bahan kasar, tekstur, drainase, dan pH tanah (Adiwiganda, 2007). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan kisaran 15 °LU – 15 °LS. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kelembaban 80-90 persen. Kelapa sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil berkisar 2 000-2 500 mm per tahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah kelapa sawit.

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang terbaik didapat pada lahan dengan elevasi 0 – 100 m dpl. Pada lahan-lahan tertentu walaupun ketinggian tempat lebih dari 500 m dpl, seringkali terpengaruh iklim mikro yang lebih hangat, sehingga kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi. Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman efektif tanah. Pada lahan datar dengan kemiringan 0 – 3 persen umumnya memiliki kedalaman efektif yang tebal. Sebagian besar lahan kelapa sawit berada pada wilayah berombak sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 3 – 15 persen dengan kedalaman efektif berkisar antara 80 – 120 cm (Lubis, 1992). Khusus untuk tanah gambut, ketebalan gambut tidak menjadi pedoman untuk persyaratan agronomis.

Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah tanah mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur, berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4‐6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tekstur tanah yang terbaik untuk kelapa sawit adalah lempung liat berpasir, liat berpasir, lempung liat berdebu dan lempung berdebu (Adiwiganda, 2007).

(19)

Faktor Iklim

Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada masa pembibitan. Keefisienan fotosintesis pada daun akan meningkat pada kondisi intensitas cahaya matahari rendah, sehingga produksi tandan buah segar juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stres air dan lamanya stres air yang terjadi. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5 – 12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80 persen.

Kelapa sawit tumbuh baik di kisaran suhu 24 – 28 ºC. Kebutuhan air untuk tanaman di perkebunan komersial sekitar 1 950 mm per tahun. Kecepatan angin sekitar 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu peyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang menyebabkan tanaman menjadi doyong bahkan roboh.

Faktor Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Karakteristik tanah Podsolik secara fisik solum cukup dalam dengan tekstur liat berpasir. Kondisi tersebut cukup baik bagi perkembangan akar dan mekanisme air tetapi kesuburan kimia tergolong rendah. Tanah Hidromorfik Kelabu secara fisik baik walaupun unsur hara kurang dan drainasenya buruk, solum tanah cukup dalam, biasanya terdapat pada daerah datar sehingga aliran permukaannya (run

off) rendah, permeabilitas tanah lambat dan terbatas, dan kekahatan unsur nitrogen

(N) mudah terjadi. Aluvial sebagai sedimen sungai memiliki sifat fisik dan kimia lebih baik daripada Podsolik dan masalah utamanya pada drainase.

Tanah Andosol sangat baik karena sifat fisik dan kimianya baik, bahan organik lapisan atasnya tinggi, pH 5 – 7 dan kejenuhan basanya bervariasi dari

(20)

sedang hingga tinggi. Tanah Organosol (gambut) mengandung lapisan yang terdiri atas bahan organik yang belum terhumufikasi lebih lanjut, memiliki pH rendah, drainase dan ketinggian permukaan air tanah merupakan masalah utama. Tanah gambut berdasarkan kedalamannya dibedakan atas dangkal (0.6 – 1.0 m); sedang (1.0-2.0 m) dan dalam ( > 2.0 m).

Menurut Lubis (1992) sifat fisik yang baik untuk kelapa sawit adalah solum yang tebal (80 cm) merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik, tekstur tanah sebaiknya memiliki pasir 20 – 60 persen, debu 10 – 40 persen, liat 20 – 50 persen. Sedangkan sifat fisik lainnya adalah perkembangan struktur tanah yang baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Derajat kemasaman (pH) tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 tetapi yang terbaik pada pH 5.0 – 5.5. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah ber-pH rendah umumnya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. Kandungan unsur hara tinggi meliputi C/N mendekati 10 (1 C : 0.1 N), daya tukar Mg sebesar 0.4 – 1.0 me/100g, dan daya tukar K sebesar 0.15 – 0.2 me/100 g.

Drainase

Metode pengendalian tata air yang umum digunakan, yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase kebalikannya. Drainase yang baik diperlukan agar tanah di areal tanaman tidak selalu jenuh air atau tergenang. Pada tanah jenuh air, pori-pori tanah akan kekurangan oksigen dan unsur hara dalam tanah teroksidasi membentuk senyawa beracun, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan tanaman semakin terhambat apabila curah hujan tinggi. Teras kontur, tapak kuda, dan benteng penahan erosi dibangun pada saat persiapan lahan, sehingga pada saat fase tanaman menghasilkan (TM) hanya dilakukan perawatan. Teras kontur dan tapak kuda dirawat setiap tiga tahun dengan

(21)

mempertahankan sudut kemiringan 8 - 100 (Buana, Siahaan dan Sunardi, 2003). Untuk lahan gambut pengelolaan tata air sangat dominan, mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengerut tidak balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.

Kelas drainase untuk kelapa sawit adalah drainase baik hingga sedang, artinya tanah cukup mengandung air tetapi tidak tergenang. Pada tanah dengan drainase agak terhambat, biasanya tanaman menunjukkan gejala kekurangan unsur hara karena serapan unsur hara dan respirasi akar terganggu. Kelapa sawit di tanah gambut memiliki toleransi yang tinggi terhadap kelas drainase tanah. Gambut yang agak basah merupakan tempat yang sesuai untuk kelapa sawit. Gambut yang kering biasanya mengandung pasir semu (pseudo-sand) yang tinggi dan tidak baik untuk tanaman.

Menurut Pahan (2008) ada beberapa tipe dan ukuran saluran darinase, yaitu: (a) drainase lapangan berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di permukaan tanah, dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah; (b) drainase pengumpul berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan, merupakan buatan manusia dan dapat membentuk saluran (parit), kolam, waduk dan lainnya, dapat juga berupa teras bersambung dan benteng, yang bentuk dan pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan tanah; (c) drainase pembuangan berfungsi mengeluarkan air dari suatu daerah tertentu dan umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, rendahan, atau dapat juga berupa aliran buatan. Pembuatan saluran air dimaksudkan untuk mengendalikan tata air di dalam wilayah perkebunan.

Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat berdasarkan kondisi topografi areal. Dasar pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20 – 25 persen dengan kedalaman aras air maksimum 60 cm (Pahan, 2008). Pembangunan drainase juga harus terhindar

(22)

dari kejenuhan air terus menerus selama maksimum 2 minggu. Sistem drainase dibuat berdasarkan kemampuan saluran air untuk mengeluarkan kelebihan air dalam 24 jam. Volume air yang akan dialirkan berkisar 60 – 80 persen dari curah hujan serta bergantung pada jenis tanah, topografi dan lamanya periode kekeringan.

Prinsip dasar sistem drainase yaitu menyekap air, mengumpulkannya dan dibuang keluar areal. Drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Sistem drainase yang baik harus mengacu pada peta topografi. Kondisi areal yang tergenang air baik secara permanen maupun sementara merupakan indikasi bahwa sistem drainase alamiah tidak mampu mengeluarkan air dalam waktu 24 jam. Peningkatan kemampuan sistem drainase untuk mengeluarkan air perlu dilakukan dengan membuat saluran air. Saluran air harus membentuk suatu jaringan dan saling bermuara bertingkat, drainase lapangan bermuara pada drainase pengumpul kemudian kelebihan air dibuang ke luar areal.

Menurut Pahan (2008) saluran air dibuat membentuk pola tulang ikan dengan titik temu antar saluran 60 - 70 º. Penampang saluran air harus semakin membesar pada daerah hilir karena menjadi tempat terakumulasinya air. Penurunan sudut dasar air dibuat 30 – 50 cm/100 m panjang saluran air. Saluran drainase lapangan dibuat lurus dan dirawat agar bebas gulma.

Curah Hujan dan Evapotranspirasi

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Mangoensoekarjo dan Tojib, (2005) berpendapat kegiatan pangkas daun dilakukan sebelum musim hujan untuk mempermudah pengangkutan daun keluar lapangan dan pemusnahannya atau ketika intensitas waktu pekerjaan lain di kebun sedang rendah.

Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan brondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong

(23)

peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol.

Curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang pada gilirannya menghambat pembentukan bunga. Pada fase generatif, kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.

Evapotanspirasi adalah besarnya penguapan air dari dalam tanah ke udara, baik secara langsung maupun melalui tubuh tanaman. Evapotranspirasi merupakan gabungan peristiwa evaporasi dan transpirasi. Kedua proses tersebut merupakan perubahan air menjadi uap air dari permukaan bumi ke atmosfer. Evapotranspirasi mempengaruhi kelembaban dalam areal, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang tinggi menyebabkan cepatnya pertumbuhan gulma dan penyakit. Kelembaban ideal di sekitar tanaman adalah 80-90 persen.

(24)

Tempat dan Waktu

Magang telah dilaksanakan di PT Sari Aditya Loka 1, PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 19 Februari 2009 sampai dengan 19 Juni 2009. Penulis ditempatkan di Afdeling OE-OF, Kebun Inti I.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang telah dilakukan yaitu kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial. Kegiatan magang selama empat bulan dilakukan sesuai rencana dengan menyesuaikan kegiatan yang dilakukan di lapangan. Sebelum dilaksanakan kegiatan di lapangan selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh mandor-mandor dan karyawan-karyawan. Apel pagi dimulai pada jam 05.45-06.30 WIB.

Penulis berperan sebagai karyawan harian selama dua bulan dengan melaksanakan seluruh kegiatan budidaya tanaman di lapangan, yaitu pengendalian gulma, pemupukan, rawat parit dan pemanenan. Selama penulis sebagai karyawan harian dilakukan pengisian jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1).

Penulis berstatus sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material, dan membuat laporan harian. Dalam pelaksanaan tugasnya mandor selalu berpedoman kepada lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor yaitu: jumlah tenaga kerja dan material yang digunakan, prestasi kerja karyawan harian, dan luas areal yang dikerjakan. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor tertera pada Lampiran 2.

(25)

Pada bulan keempat yang merupakan bulan terakhir, dilakukan kegiatan sebagai pendamping asisten/kepala afdeling. Tugas dan tanggung jawab asisten adalah mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan lembar rencana kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, yaitu: membantu menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan asisten/kepala divisi, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, melakukan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan di tingkat divisi, dan membuat jurnal kegiatan harian tingkat divisi (Lampiran 3). Penulis juga melakukan kegiatan kontrol (gemba) bersama administatur, kepala kebun, asisten, dan staf yang lain

Pengumpulan Data dan Informasi

Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer akan diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling/divisi. Data yang berkaitan dengan aspek pengelolaan air berupa sistem drainase kebun. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan. Penulis diberikan waktu khusus untuk melakukan pengamatan pada pengelolaan air di Kebun Inti 1.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang diperoleh pada kegiatan pengelolaan air meliputi peta kondisi lahan, curah hujan, dan letak saluran pengelolaan air tahun 2008. Pengamatan kondisi pengelolaan air dengan mengadakan survei terhadap keadaan blok dan saluran drainase. Survei pengelolaan air yang dilakukan di Kebun Inti I, yaitu pembuatan peta sistem drainase dan peta arah aliran air. Kedua peta tersebut merupakan panduan untuk mengalirkan kelebihan air dan mempertahankan

(26)

ketinggian air. Penentuan pembuatan.bendungan dan pembuatan pintu air dilakukan agar kondisi lahan tidak banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Pembuatan bendungan yang direncanakan sebanyak 56 buah dan 6 buah pintu air.

(27)

Wilayah Administratif

Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten Merangin ± 80 km dan dengan ibukota Provinsi Jambi ± 480 km. Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama ± 6 jam perjalanan dari Kota Jambi.

Adapun batas-batas administratif Kebun Sari Aditya Loka 1 yaitu : sebelah utara Desa Bungo Tanjung, sebelah selatan Kota Bangko, sebelah barat Desa Pematang Kabau, dan sebelah timur Rantau Panjang. Peta lokasi kebun PT Sari Aditya Loka 1 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SAL-1 selama sepuluh tahun terakhir (1999-2008) 2 233 mm dengan 100 hari hujan, 10.8 bulan basah dan 0.2 bulan kering. Data curah hujan PT SAL 1 periode 1999-2008 dapat dilihat pada Lampiran 5. Menurut klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika, serta suhu rata-rata yang dimiliki perkebunan ini adalah 22 - 32 ºC.

Jenis tanah di perkebunan PT SAL 1 pada umumnya Podsolik Merah Kuning (PMK) dan gambut. Topografi bervariasi dari datar (0 - 3 %) dan berombak (3 - 8 %) dengan altitude 80-90 meter di atas permukaan laut. Derajat kemasaman tanah (pH) di PT SAL 1 sekitar 3.5 - 5.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT Sari Aditya Loka 1 memiliki areal konsesi seluas 19 480 ha yang terdiri dari areal Kebun Inti 1 seluas 3 338.3 ha, Kebun Inti II seluas 1 757.89 ha, Kebun Plasma Hitam Ulu 10 170.01 ha dan Kebun Plasma Tanah Garo 4 214.18

(28)

ha. Pembagian areal konsesi PT SAL 1 dan jumlah pokok yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Pembagian Areal Konsesi dan Jumlah Pokok Kelapa Sawit di PT SAL 1, Merangin, Jambi

Sumber : Kabag. Produksi dan Tanaman PT. SAL 1

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun Sari Aditya Loka 1 adalah varietas Tenera yang merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dan

Psifera. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga

populasi 136 pokok/ha, tetapi populasi riil per hektar saat ini ± 130 pokok. Penanaman kelapa sawit di Kebun Inti I dimulai pada tahun 1994, sedangkan Kebun Inti II mulai tahun 1997. Komposisi Kebun Inti I lebih bervariasi, mulai dari TBM 1 sampai dengan TM 12, sedangkan Kebun Inti II terdiri atas TBM 1 sampai dengan TM 9 (Tabel 2). Produksi dan produktivitas Kebun Inti PT SAL I bervariasi setiap tahun yang disertai dengan peningkatan umur tanaman. Berfluktuasinya peningkatan produktivitas tersebut akibat adanya pokok yang tidak produktif, terserang penyakit, pokok roboh, dan pokok abnormal yang dibunuh.

Kebun HGU yang DitanamLuas

TBM TM Inti I 3 499.28 3 338.30 416 502 11 074 Inti II 1 845.03 1 757.89 213 359 8 011 Hitam Ulu 10 531.51 10 170.01 133 600 1 135 859 Tanah Garo 4 217.82 4 214.18 14 862 537 353 Total 20 094 19 480 778 323 1 692 297 ………...….(ha)…..……… Jumlah Pokok …...(pokok)...…...

(29)

Tabel 2. Kondisi Tanaman di Kebun Inti PT SAL I, Merangin, Jambi Tahun Tanam KebunInti I Inti II Total (tahun)Umur

...(pokok)... 1994 8 279 - 8 279 15 1995 20 711 - 20 711 14 1996 48 132 - 48 132 13 1997 43 159 92 425 135 584 12 1998 13 102 16 429 29 531 11 1999 42 162 13 862 56 024 10 2000 37 312 4 540 41 852 9 2001 74 116 8 357 82 473 8 2002 13 160 8 240 21 400 7 2003 - 6 852 6 852 6 2004 112 376 62 654 175 030 5 2005 3 995 - 3 995 4 2006 4 313 7 866 12 179 3 2007 4 825 - 4 825 2 2008 1 936 145 2 081 1 Total 427 576 221 370 648 946

Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I

Peningkatan produksi belum diikuti dengan peningkatan produktivitas rata-rata per hektarnya. Pada tahun 2004-2008 tandan buah segar (TBS) yang diproduksi PT Sari Aditya Loka 1 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas Tahun 2004-2008 di PT SAL 1, Merangin, Jambi

Tahun Produksi Produktivitas

Inti Plasma Inti Plasma

..………… (ton) ….………….. ….……(ton) …….... 2004 57 109.43 255 173.14 11.21 17.30 2005 65 501.59 256 136.90 12.85 17.37 2006 82 274.45 204 366.73 16.14 13.86 2007 82 574.41 208 809.24 16.20 14.16 2008 95 825.22 227 571.72 18.80 15.43

(30)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 dipimpin oleh serang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman, pabrik, teknik, dan administrasi. Dalam pelaksanaan kerjanya seorang administratur dibantu oleh kepala kebun, kepala teknik (infrastruktur), kepala tata usaha, kepala pabrik (mill manager), Research and Development (R & D), Safety

Health and Environment (SHE) dan Community Development Officer (CDO).

Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten (kepala afdeling). Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari kepala afdeling dibantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun dan kerani afdeling atas pelaksanaan administrasi di afdeling. Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling.

Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana kebun seperti perbengkelan, transportasi, infrastruktur dan bangunan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh asisten-asisten, yaitu asisten teknik, asisten plan and control, asisten transportasi dan infrastruktur jalan, dan asisten workshop. Setiap asisten dibantu seorang mekanik I dan beberapa mekanik II dalam pengawasan kerja di lapangan.

Kepala pabrik bertanggung jawab dalam pengolahan TBS dari penerimaan buah hingga menghasilkan CPO. Pelaksanaan tugas kepala pabrik dibantu oleh kepala bagian proses, kepala bagian maintenance, dan kepala bagian workshop. Kepala bagian dibantu oleh mandor I dan mandor dalam pengawasan kerja di pabrik.

Kepala CDO bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan

(31)

pemerintahan setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di perusahaan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala CDO dibantu oleh beberapa komandan regu dan satuan pengamanan yang ditempatkan di pos-pos penting.

Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian keuangan dan kepala gudang. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala bagian dibantu oleh seorang kerani I dan beberapa kerani II. Staf lainnya yaitu kepala bagian penelitian dan pengembangan, Safety and Health Environtment, dan tenaga medis berkoordinasi langsung di bawah administrator. Pelaksanaan tugas staf tersebut merupakan pekerjaan khusus untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Struktur organisasi PT SAL 1 dapat dilihat pada Lampiran 6. Pembagian karyawan berdasarkan jabatan dan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Karyawan di PT SAL 1, Merangin, Jambi Tahun 2008

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

- Administratur 1

- Kepala Tata Usaha 1

- Kepala Kebun 3

- Kepala Pabrik 1

- Kepala Teknik 1

- Kepala Community Development Officer (CDO) 1

- Staf SHE Area 3 1

- Staf Plant and Control (CSA) 3

- Kepala Bagian 5

- Asisten Afdeling 6

- Asisten Maintenance 4

- Asisten Proses 1

- Asisten Bagian Operasional 1

- Asisten Bagian Plan and Control 1

- Asisten Bagian Support 1

- Asisten Community Development (CD) 1

- Asisten Proteksi Tanaman (Protan) 1

- PIC PMS (Plantation Management System) 1

- Asisten SHE 1

- Asisten Riset and Development (R & D) 1

2 Karyawan Non Staf (Golongan 1-3) 419

3 Golongan Harian Tetap (SKU) 374

4 Pekerja Harian Lepas Borongan 251

Jumlah 1 080

(32)

Aspek Teknis

Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Selama kegiatan magang penulis ikut serta dalam kegiatan kontrol kebun bersama (gemba) bersama staf PT SAL 1. Kegiatan gemba dilakukan dua minggu sekali yaitu pada hari Rabu dan dilakukan secara bergilir pada bagian tanaman dan pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan teknis selalu diawali dengan apel pagi jam 05.45-06.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Pengelolaan air

Pengelolaan air merupakan faktor yang penting diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit. Pengelolaan air yang dilakukan berupa pembuatan saluran drainase supaya keadaan air di tanah dapat terkendali. Saluran drainase yang ada di kebun dan selalu dilakukan pekerjaan rutin dari afdeling berupa rawat parit sisip dan pembuatan parit sisip. Pembuatan bendungan dilakukan untuk menjaga ketersediaan air selama periode curah hujan rendah. Tujuan pengelolaan air untuk mendukung tanaman menghasilkan produktivitas optimum.

Rawat parit. Perawatan parit sirip dilakukan pada parit-parit yang sudah

banyak ditumbuhi gulma dan kedalamannya sudah kurang dari 30 cm. Perawatan dilakukan dengan menggunakan cangkul untuk mengeluarkan tanah yang mengendap dalam parit dan menyingkirkan gulma atau benda lain yang ada dalam parit. Pada tanah gambut endapan lumpur cepat terjadi, sehingga rotasi parit yang lebih intensif perlu dilakukan.

Mandor memberikan petunjuk panjang parit, blok yang dikerjakan dan nomor baris tanaman kepada karyawan harian. Kualitas parit yang ditargetkan oleh mandor, yaitu parit dengan lebar 50 cm, kedalaman 1 m dan air dalam blok dapat mengalir keluar dengan lancar. Keadaan parit sisip harus lebih tinggi daripada parit blok, supaya air tidak tergenang di lahan. Mandor mengecek hasil

(33)

setelah target pekerjaan selesai dilakukan, apabila kualitas rawat buruk dilakukan pengulangan oleh pekerja. Untuk pekerjaan rawat parit digunakan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 1 500/m.

Pembuatan parit. Penambahan jumlah parit sisip dilakukan bila keadaan

blok masih basah lebih dari dua hari dan keadaan parit sisip di sekitarnya tidak dapat lagi diperbaiki. Pengecekan keadaan blok dilakukan oleh mandor untuk menentukan panjang parit sisip yang akan dibuat. Parit sisip pada blok yang memiliki lahan gambut setiap tiga baris pokok dibuat satu parit mengikuti lebar blok. Pembuatan parit sisip ditempatkan di gawangan mati supaya pekerjaan panen tidak terganggu. Pembuatan parit sisip pada tanah gambut banyak karena keadaan di tengah blok masih basah karena air tertahan dari sifat tanah gambut yang menyerap air.

Pekerja diberikan petunjuk oleh mandor mengenai nama blok, nomor baris dan panjang parit yang akan dikerjakan. Pembuatan parit menggunakan cangkul dan karung untuk mengeluarkan tanah. Tanah hasil galian diratakan di samping parit supaya bila hujan turun tidak masuk dan mengendap kembali ke parit. Kualitas yang ditetapkan yaitu, parit dengan lebar 50 cm, kedalaman 1 m, kayu atau penghalang yang ada di tanah dikeluarkan dan air dapat mengalir dengan lancar keluar. Untuk pekerjaan pembuatan parit digunakan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 5 000/m.

Pembuatan bendungan. Pembuatan bendungan dilakukan dalam keadaan

air dalam blok dan di dalam parit blok sudah lebih daripada satu meter di bawah permukaan lahan. Pembuatan bendungan bertujuan menjaga ketersediaan air untuk tanaman dan untuk perkerjaan pengendalian gulma secara kimia. Pembuatan bendungan diusahakan dapat dibuka-tutup supaya dapat menghemat biaya dan bertahan lebih lama, kendala yang dihadapi saat curah hujan tinggi pintu sulit dibuka karena adanya endapan lumpur.

Pembuatan bendungan diutamakan pada lahan gambut supaya tidak terjadi kekeringan yang menyebabkan tanah tidak bisa lagi menyerap air. Ketinggian bendungan dibuat bertingkat supaya air berlebih masih dapat mengalir ke saluran pembuangan. Mandor memberikan petunjuk berupa nama blok, nomor baris dan

(34)

bahan-bahan untuk pengerjaan. Bahan yang digunakan yaitu tanah mineral, karung dan papan, sedangkan alat berupa gergaji dan cangkul dibawa oleh pekerja. Norma kerja pembuatan bendungan sebesar 0.5 bendungan/ HK.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada piringan (circle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tumbuhan yang termasuk gulma tetapi tidak diberantas adalah pakis (Nephrolepis biserata). Pakis berfungsi sebagai tanaman inang bagi musuh alami hama pemakan daun dan menahan agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan.

Jenis gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatricum, Chromolaena

odorata, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Gleicheina linearis, Ottocloa arnotiona, dan anak sawit. Ilalang (Imperata cylindrica) dibiarkan tumbuh karena

pengendaliannya dengan cara khusus dan dilaporkan kepada mandor. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dilakukan pemberantasan gulma secara kombinasi manual dan kimiawi dengan rotasi yang telah ditentukan. Pengendalian gulma yang efektif menaikkan produktivitas tanaman dan menekan biaya pemeliharaan tanaman. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar berasal dari karyawan kebun dengan karyawan harian dengan sistem borongan.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual

yang dilakukan adalah babad gawangan, dongkel anak kayu (DAK), dan circle

weeding manual (CWM). Rotasi pengendalian gulma secara manual dilakukan

tiga kali dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pekerjaan tersebut, yaitu parang, cangkul, arit, dan sarung tangan. Pelaksanaan babad gawangan menggunakan parang dengan target babadan setinggi ± 20 cm dari permukaan tanah. Selain itu, pengendalian gulma secara manual juga dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh di pokok (rayutan).

Pembabadan dilakukan setiap orang untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan

(35)

dalam kegiatan pembabadan adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja yang digunakan yaitu sistem harian dengan upah Rp 32 500,-/hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babad gawangan adalah 0.6 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.4 ha/HK.

Kendala yang sering dijumpai dalam pembabadan, yaitu kondisi gulma yang sudah tinggi karena berada di daerah rendahan. Kondisi gulma yang tidak merata menyebabkan hasil kerja sering tidak mencapai target norma kerja dan pengawasan yang kurang menyebabkan kondisi hasil pekerjaan di tengah blok sering dibawah kualitas yang ditetapkan. Kegiatan pembabadan dapat dilihat pada Gambar 1.

Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan mencabut anak kayu hingga ke akar secara selektif di sekitar gawangan dan piringan. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini cados (cangkul dodos). Pekerja mendongkel semua anak kayu yang ada di pasar pikul dan piringan lalu membuangnya di gawangan mati. Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya. Kendala yang sering dijumpai kerapatan gulma yang terlalu padat, sehingga pekerjaan menjadi lama dan norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.4 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK.

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia

dengan menggunakan herbisida, knapsack sprayer kapasitas 15 liter dengan

nozzle hitam tipe polijet (kipas), ember untuk mengambil air dan botol untuk

menyimpan herbisida. Sebelum melakukan penyemprotan, para pekerja melakukan pencampuran herbisida dengan air dengan perbandingan 1:1 di kantor afdeling. Air yang digunakan untuk melarutkan herbisida dan mengisi kap di lapangan diambil dari parit dengan menggunakan ember. Apabila musim kemarau air diisikan ke galon herbisida kosong kemudian mandor melangsir dengan menggunakan motor. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada piringan (circle), pasar pikul (path) dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma secara kimia diharapkan untuk mempermudah pengutipan brondolan saat panen dan sebagai tempat aplikasi pupuk. Standar kondisi piringan yang harus dipertahankan bersih dari gulma dan anak sawit, yaitu pada diameter 3 m. Cara

(36)

penyemprotan piringan searah jarum jam dan larutan herbisida yang disemprotkan harus menyebar merata.

Pasar pikul (path) berfungsi sebagai jalan pekerja melakukan kegiatan panen, pemupukan dan pengontrolan. Lebar path yang harus bersih selebar 1.5 meter. Standar kondisi path ditetapkan tidak ada gulma, anak kayu dan anak sawit. Tempat pengumpulan hasil (TPH) merupakan tempat pengumpulan TBS yang kemudian akan diangkut ke pabrik. Luas TPH ideal adalah 4 m x 3 m dan kondisinya harus bersih dari gulma supaya pengumpulan brondolan tidak terhambat.

Pengendalian gulma circle, path dan TPH (CPT) menggunakan herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak yang digunakan yaitu Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis yang digunakan 0.6 liter/ha (75 ml/kap), volume semprot 120 liter/hektar dengan konsentrasi 0.5 persen. Herbisida sistemik digunakan Pilar Up 480 SL dengan bahan aktif

Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan 0.7 liter/ha

(100 ml/kap), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67 persen. Bahan perekat yang digunakan yaitu Biofuron dengan bahan aktif Metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Takaran untuk mengukur herbisida yang digunakan tidak ada, sehingga konsentrasi semprotan bervariasi dan seringkali herbisida yang digunakan berlebih atau kekurangan. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah. Rotasi yang digunakan 3 kali setahun. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1.

a. Manual b. Kimiawi

(37)

Sistem kerja yang digunakan adalah harian dengan upah Rp 32 500,-/ hari. Norma kerja yang ditetapkan 1.6 ha/HK dan prestasi kerja penulis dapat mencapai norma kerja tersebut. Luas areal total untuk CPT yang disemprot dalam 1 ha dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :

- Populasi per hektar : 136 pokok, populasi per baris 25 pokok (2.7 jalur) - Jari-jari piringan : 2 meter

- Lebar path : 1.5 meter

- Ukuran TPH : 4 m x 3 m (dalam 1 ha terdapat 2 TPH)

maka :

Luas piringan (ha) = π r2x jumlah pokok = 3.14 (2 m)2x 136 = 1 708.16 m2/ ha

Luas path (ha) = jarak tanam x lebar path x jalur/ha x pokok/baris = 9.2 m x 1.5 m x 2.7 jalur/ ha x 25 pokok/ baris = 932 m2/ ha

Luas TPH = luas TPH x TPH/ha

= 4 m x 3 m x 2 = 24 m2 Luas total CPT = 1 708.16 m2+ 932 m2 + 24 m2 = 2 664.16 m2 = 0.27 ha Pemupukan

Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu semester I dan semester II. Pemupukan semester I dilakukan pada bulan Februari – Juni. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK (41-4-1), Rock Phospate (30 % P2O5), Muriate of Potash (60 % K2O),

Kieserite (27 % MgO), dan Dolomite (60 % CaCO3). Dosis pupuk yang

digunakan berdasarkan hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO) yang berada di Jakarta. Rekomendasi disampaikan

(38)

kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai acuan pemupukan tahun tersebut.

Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan dapat dilalui. Persediaan pupuk yang ada di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk berdasarkan rekomendasi pupuk (dosis/pohon) yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Pupuk yang diuntil dimasukkan ke dalam karung yang masih layak dan diikat dengan tali. Peletakan untilan di gudang disesuaikan dengan dosis rekomendasi untuk memudahkan pengangkutan. Penguntilan menggunakan takaran yang telah dikalibrasi agar dosis yang digunakan sesuai. Berdasarkan ketentuan, tiap untilan pupuk digunakan untuk kebutuhan pupuk 6 pokok tanaman. Norma kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/ HK. Pengawasan dalam penguntilan dilakukan dengan mengambil contoh acak untuk dilakukan penimbangan, kesalahan penguntilan banyak terjadi saat awal rekomendasi cara pemupukan. Pekerja harian lepas belum seluruhnya menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan ketika bekerja, perilaku ini dapat merusak kesehatan karena debu dan bau yang disebabkan beragam pupuk.

Pelangsiran pupuk ke lapangan menggunakan mobil truk untuk memenuhi kebutuhan pupuk 2 blok. Pelangsiran pupuk dilakukan pagi hari sebelum apel pagi KHL pupuk. Ketersediaan mobil truk masih menjadi kendala yang menyebabkan keterlambatan urutan kerja berikutnya, sehingga apel pagi dilakukan untuk membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan yang digunakan dalam pemupukan. Pupuk dilangsir dengan cara menjatuhkan dari truk sebanyak 4 until/baris pokok. KHL yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut sebagai tanda mereka telah memasuki jalur yang tepat. KHL mengambil pupuk dan melangsir ke dalam blok dan menempatkan pupuk di baris keenam dan di pasar tengah.

Penaburan pupuk dilakukan setelah pelangsiran ke dalam blok sudah dilakukan seluruhnya. Kontrol yang dilakukan oleh mandor terhadap kemerataan

(39)

penaburan pupuk dan kecepatan dalam penaburan. Pengawasan oleh mandor dilakukan di pasar tengah sebagai pemberi aba-aba menabur dan di jalan transpor untuk memastikan pupuk tidak ada yang tertinggal. Kegiatan penaburan pemupukan dilakukan dengan “sistem gang”, yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Sistem ini menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan sistem lama, tetapi ketepatan dosis per pokok lebih tinggi.

Alat yang digunakan untuk penaburan pupuk yaitu takaran yang telah dikalibrasi sesuai dosis yang digunakan dan gendongan. Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran dan ditabur dengan tangan secara merata di piringan dengan radius 50 cm dari pokok. Cara penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 2.

a.Saat Aplikasi Pupuk b.Setelah Dipupuk

Gambar 2. Pelaksanaan Pemupukan

Penaburan pupuk tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan pokok, atau pada gawangan dan piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang dengan mobil transpor untuk KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target harian 7 jam kerja. Prestasi kerja KHL bervariasi sesuai dengan dosis dan keadaan blok yang dipupuk, prestasi kerja rata-rata harian 0.6 ha/HK. Penulis melakukan prestasi kerja sama dengan norma yang ditetapkan.

(40)

Sensus Produksi

Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan menghitung jumlah pokok pada suatu areal tanaman. Sensus produksi dilakukan untuk mengetahui buah yang akan matang panen dalam jangka waktu triwulan kedepan dan menjadi dasar penghitungan produksi buah triwulanan. Pengambilan sampel pokok sebanyak sepuluh persen dari jumlah pokok keseluruhan dalam blok. Nomor baris sampel telah ditentukan sebelum pengambilan sampel, sehingga petugas masuk melalui baris yang telah ditentukan. Petugas yang masuk melalui arah utara menulis pada kotak tabel yang paling atas menuju ke bawah, begitu juga sebaliknya. Fungsi arah penulisan untuk mengetahui kondisi pokok sampel yang ada di dalam blok tersebut bila akan diadakan pemeriksaan selanjutnya.

Sensus produksi dilakukan oleh tim Control System Audit (CSA) yang bekerjasama dengan tim lain yang sudah pernah melakukan pekerjaan sensus atau pemanen yang telah terlatih. Prasyarat melakukan sensus produksi adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan jujur supaya tidak terjadi manipulasi data. Data yang diambil berupa persentase banyaknya buah merah dan buah hitam yang akan dipanen pada periode triwulan selanjutnya. Data diolah dengan program untuk mendapatkan sebaran produksi bulanan kebun tersebut. Data tersebut menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/ HK.

Pemanenan

Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Tugas utama tenaga kerja pemanen di lapangan yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat kematangan yang telah ditentukan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan yang tepat untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang

(41)

rendah. Keberhasilan pemanenan bergantung pada tenaga kerja, peralatan panen, sistem yang digunakan dan pengangkutan.

Sistem panen merupakan cara untuk mempermudah pengaturan panen, pembagian hanca, penentuan tenaga pemanen, pengawasan panen, dan pengangkutan TBS. Sistem panen yang digunakan sistem hanca giring tetap yang merupakan modifikasi dari sistem hanca tetap dan giring yang setiap pemanen berusaha menyelesaikan blok panen tuntas tanpa pengulangan.

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen selanjutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang dijalankan. Seksi panen harus dilaksanakan satu hari tuntas untuk memperoleh produksi yang baik, pekerjaan rawat tidak terganggu dan kondisi jalan tetap terjaga baik. Rotasi panen yang digunakan adalah 7/8 yang berarti terdapat tujuh hari panen dan seksi yang sama dipanen pada hari kedelapan. Selain itu, rotasi panen lainnya digunakan, yaitu 9/10 dan 14/15 bila kondisi buah masak sedang tinggi. Perubahan rotasi ini seringkali membuat pemanen salah masuk hanca panen.

Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah telah matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke tanah secara alami. Kriteria yang diberikan kepada pemanen yaitu buah yang membrondol 5 di pokok dan 10 buah di TPH. Pekerjaan lain yang dilakukan saat pemanenan TBS, yaitu mengutip brondolan di sekitar pokok, menyingkirkan pelepah ke gawangan mati, dan menyusun TBS pada terpal yang disediakan di TPH.

Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan pemanenan berbeda berdasarkan tinggi tanaman, kondisi areal dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel pagi, sebelum kegiatan panen dimulai. Alat-alat yang digunakan yaitu dodos besar dan pisau egrek untuk alat memotong TBS, gancu sebagai alat bongkar TBS dan angkong sebagai alat pengangkut TBS dan berondolan ke TPH. Peralatan panen merupakan inventaris perusahaan yang dipinjamkan kepada pemanen.

(42)

Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi yang diikuti pemanen, seluruh mandor dan kepala afdeling. Mandor panen memberikan arahan untuk membagikan hanca dan mengevaluasi kegiatan panen yang telah dilakukan. Kerani panen membacakan jumlah TBS yang dihasilkan oleh pemanen. Kepala afdeling memberikan arahan tentang kondisi dan arahan manajemen untuk kegiatan panen. Dalam pelaksanaan panen langkah-langkah kerja pemanen setelah pembagian hanca panen, yaitu: pemanen masuk ke hanca panennya untuk hari itu. Pemanen menuju pohon yang akan dipanen dengan membawa egrek dan kampak kecil atau golok. Setelah memastikan buah matang untuk dipanen, pemanen memotong pelepah yang berada di bawah buah yang akan dipanen. Pemotongan dilakukan dengan cara menempatkan pisau egrek pada posisi di atas pangkal batang pelepah dan rapat pada batang pohon, lalu tangkai egrek dihentakkan ke bawah. Pemotongan harus dilakukan pada titik potong yang tetap, tidak berubah-ubah, sehingga biasanya dengan dua atau tiga kali hentakan sudah memutuskan batang pelepah. Tujuan pemotongan dengan hentakan tersebut agar pelepah putus dan jatuh lepas ke bawah. Pemanen harus berada pada posisi berlawanan dengan arah filotaksi daun supaya pelepah jatuh tidak ke arah pemanen.

Pemanen kemudian memotong pelepah tersebut dengan kampak atau golok menjadi dua bagian, yaitu bagian batang dan bagian daun serta menyusunnya di gawangan mati. Pemanen terlebih dahulu memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan kampak atau golok. Pemotongan berbentuk huruf V (cangkem kodok) untuk TBS dengan BJR >= 8 kg, atau potong datar < 2 cm untuk TBS dengan BJR < 8 kg. Pemanen kemudian pindah ke pohon yang akan dipanen berikutnya.

Pemanen kembali ke areal piringan pohon yang telah dipanen tersebut, setelah menyelesaikan panen pada baris pengangkutan pertama dengan membawa angkong, gancu, dan karung plastik. TBS yang telah dipotong gagangnya dinaikkan ke dalam angkong dengan gancu. Pemanen tersebut mengutip brondolan yang tersebar di piringan dan gawangan sampai tuntas, lalu memasukkannya ke dalam karung serta memuatnya ke dalam angkong.

(43)

Pemanen membawa angkong tersebut ke pohon yang sudah dipanen berikutnya untuk mengambil TBS dan brondolan selanjutnya. Setelah angkong penuh, pemanen membawa angkong dan muatannya ke TPH, lalu menyusun TBS dan menempatkan brondolan dengan benar. Untuk hanca-hanca yang berat, pemanen biasanya membawa pembantu panen agar hancanya dapat tuntas hari tersebut. Pemanen memberi kode pemanen di pangkal tangkai buah yang telah disusun di TPH dengan arang kayu atau kapur warna setelah memastikan bahwa semua pohon di jalan panen ke TPH tersebut sudah selesai tuntas dipanen.

Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemui beberapa kesalahan pemanenan yaitu memanen buah mentah, buah tinggal di pokok dan path dan berondolan tertinggal di piringan. TBS yang dibawa ke TPH harus dialasi terpal yang telah disediakan perusahaan agar buah tidak tercemar dengan tanah dan berondolan yang terjatuh tidak tertinggal karena sulit untuk dikutip. Pemanen harus menghitung TBS dan karung berondolan yang dihasilkan hari tersebut untuk dicek ulang pada saat pembacaan hasil panen di apel pagi.

Tenaga kerja pemanen adalah faktor penting yang diperlukan dalam kegiatan pemanenan. Perencanaan dan pengorganisasian tenaga pemanen dibutuhkan agar target produksi yang telah ditetapkan manajemen dapat tercapai. Kebutuhan tenaga pemanen ditentukan berdasarkan luas areal tanaman yang telah siap panen. Luas hanca panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal (20 – 25 persen) antara 3 – 4 ha bergantung pada kemampuan masing-masing pemanen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

AKP : Angka Kerapatan Panen BJR : Bobot Janjang Rata-rata

(44)

Aspek Manajerial

Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan karyawan di bawah pengawasan mandor I dan kepala afdeling. Mandor I sebagai orang kepercayaan kepala afdeling dalam pembinaan sekaligus pengawasan terhadap semua pekerjaan teknis di lapangan agar pekerjaan tersebut dapat tercapai dengan tepat dan cepat. Hubungan antara mandor I dengan mandor adalah garis instruksi, sedangkan dengan kerani afdeling adalah garis koordinasi. Mandor-mandor yang ada, yaitu mandor chemist, mandor pupuk, mandor hama dan penyakit, mandor panen, dan kerani panen yang berada dibawah tanggung jawab mandor I.

Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor adalah mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material dan membuat laporan harian. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor yaitu: jumlah tenaga kerja dan material yang digunakan, prestasi kerja KHL, dan luas areal yang dikerjakan. Dalam pelaksanaan tugasnya mandor selalu berpedoman kepada lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Sebelum melakukan pekerjaan mandor melakukan apel pagi untuk memberikan penjelasan tentang pekerjaan yang akan dilakukan.

Mandor Chemist

Sebagai mandor chemist penulis bertanggung jawab terhadap luas areal kerja yang harus diselesaikan dan herbisida yang digunakan. Prosedur permintaan material (herbisida), yaitu mandor mengajukan surat permintaan barang (SPB) yang telah disetujui oleh kepala afdeling dan kepala kebun. Setelah SPB diperiksa kepala gudang, mandor dapat mengambil herbisida sesuai dengan yang tercantum dalam SPB.

Tugas mandor chemist di lapangan yaitu mencatat KHL yang bekerja, menentukan areal yang akan diaplikasikan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan herbisida, dan mengisi buku harian mandor. Mandor perlu

Gambar

Tabel 1. Pembagian Areal Konsesi dan Jumlah Pokok Kelapa Sawit di PT SAL 1, Merangin, Jambi
Tabel 3. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas  Tahun 2004-2008 di PT  SAL 1, Merangin, Jambi
Tabel 4 Jumlah Karyawan di PT SAL 1, Merangin, Jambi Tahun 2008
Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua teknik budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Rohil bahwa mulai dari penyediaan bibit sampai pemeliharaan untuk petani

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai nisbah kesetaraan lahan (NKL) pada tanaman polikultur kelapa sawit dengan tanaman karet. Penelitian telah dilaksanakan pada

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae, namun genus Elaeis berasal dari bahasa yunani yang berarti Elaion atau

Teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit meliputi persiapan pembukaan lahan, pengadaan bibit, penanaman, perawatan tanaman kelapa sawit belum

Pemberian tandan kosong kelapa sawit dalam bentuk mulsa dapat menambah unsur hara, meningkatkan kandungan bahan organik yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik dan

Pemberian pupuk dolomitnyata meningkatkan tinggi tanaman, lingkar batang dan luas daun pada tanaman kelapa sawit, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

perkebunan kelapa sawitnya cukup pesat dengan potensi lahan yang sesuai dan.. dialokasikan untuk tanaman kelapa sawit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa budidaya padi varietas Ciherang sebagai tanaman sela di perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata