• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN

PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk)

KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI

SILVERIUS SIMATUPANG A24050072

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

SILVERIUS SIMATUPANG. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. (Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI dan SUWARTO)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah terutama sebagai penghasil devisa bagi negara. Luas pertanaman dan produksi tanaman kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat tinggi dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, karena tanaman kelapa sawit sangat responsif terhadap pemupukan.

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan.

Data yang diperoleh dalam kegiatan magang ini adalah data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan. Data primer yang diperoleh pada kegiatan pemupukan meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan yang dipupuk dan ketepatan kerja pemupukan. Data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan data laporan kebun dari kantor kebun. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data kondisi kebun yang meliputi areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, data curah hujan sepuluh tahun terakhir, serta data realisasi pemupukan lima tahun terakhir; (2) standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan; dan (4) sarana dan prasarana kebun.

(3)

Kegiatan pemupukan yang dilakukan di PT SAL I belum optimum sehingga belum mampu meningkatkan produktivitas tanaman sesuai potensi produktivitasnya. Kegiatan pemupukan dilakukan sesuai dengan POB yang ditetapkan, yaitu: 1). menerapkan sistem gang, yaitu saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama, 2). melakukan penguntilan, yaitu mengemas pupuk dengan dosis until untuk enam pohon per untilan, 3). menggunakan alat takar yang sesuai jenis dan dosis pupuk, 4). melakukan pelangsiran pupuk secara keseluruhan kedalam blok kemudian melakukan penaburan pupuk, serta 5). penaburan pupuk yang dimulai dari tengah blok (jalan kontrol).

Berdasarkan pengamatan, pupuk yang diaplikasikan pada tahun 2007 dan 2008 belum sesuai dengan rekomendasi dari R&D, akan tetapi pada tahun 2009 telah diaplikasikan secara tepat pada tempat yang sesuai dan dosis yang tepat dengan adanya alat takar dan untilan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemupukan di PT. SAL I sudah memenuhi tepat jenis, cara, dan tepat tempat. Ketepatan dosis dan waktu masih perlu ditingkatkan, karena pemupukan pada tahun 2007 dan 2008 masih dibawah nilai rekomendasi yang telah ditetapkan dan pemupukan pada bulan dengan curah hujan diatas 200 mm mengakibatkan terjadinya pencucian (leaching) oleh air hujan, sehingga tidak efektif.

(4)

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN

PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk)

KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

SILVERIUS SIMATUPANG A24050072

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(5)

Judul : MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI

Nama : SILVERIUS SIMATUPANG

NRP : A24050072

Menyetujui:

Tanggal Lulus : ...

Mengetahui: Ketua Departemen

(Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr) NIP: 19611101 198703 1 003

Pembimbing II

(Dr. Ir. Suwarto, MSi.) NIP: 19630212 198903 1 004

Pembimbing I

(Dr. Endah Retno Palupi, MSc.) NIP: 19580518 198903 2 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Silverius Simatupang, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sabar Simatupang dan Ibu Rosdiana Rajagukguk. Penulis dilahirkan di kota Tebingtinggi Deli, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 1 Nopember 1987. Pendidikan dasar ditempuh pada tahun 1993 di SD swasta Katolik Cinta Kasih Tebingtinggi. Kemudian pada tahun 1999, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Swasta Katolik Cinta Kasih Tebinggtinggi Deli. Pada tahun 2002, penulis diterima di SMAN 2 plus Matauli Sibolga, pada tahun 2003 pindah ke SMAN 2 Tebingtinggi Deli dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun, pada tahun 2006 penulis diterima masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah, penulis ikut aktif dalam Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) Keluarga Mahasiswa Katolik (Kemaki) pada tahun 2005–2009. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Agama Katolik pada tahun 2006–2009, dan asisten mata kuliah Dasar–dasar Agronomi pada tahun 2008–2009.

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi”.

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro

Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi” sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku (Sabar Simatupang dan Rosdiana Rajagukguk), kakak (Sonya Sartika Simatupang) dan adikku (Sabrina Armaya Simatupang).

2. Dr. Endah Retno Palupi, MSc. dan Dr. Ir. Suwarto, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi I dan II.

3. Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Tim Pendamping, Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI), Komisi Pendidikan Keuskupan Bogor, dan Yayasan Bhumiksara yang memberi ilmu, pendampingan, dan beasiswa sehingga penulis dapat menjalani kuliah.

4. Direksi PT. SAL I (PT. Astra Agro Lestari Tbk.) yang menyediakan tempat magang. Bapak Cahyo Kurniawan W. (Administratur), Bapak Sugito, Bapak Frederik Wirawan Sinurat, Bapak Hendi Wijayanto, Bapak Usmadi, Bapak J. Marbun, Bapak Rachmat dan Bapak Sairin Parta yang memberi bimbingan serta arahan selama magang.

5. Teman–teman seperjuangan dalam magang: Jimmi Alberto, Ahmad Furqon, Muardi Marwas, dan Rina Febriana.

6. Sahabatku: Budi, Adhi, B. Siena, Immanuel, Anton, Rismanto, Dessy, Yolanda, Lenny, Agnes, Meyrita, dan Ryta Melati Dewi.

Semoga skripsi ini mempunyai manfaat bagi penulis serta semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2010

(8)

DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Magang ... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Budidaya Kelapa Sawit ... 5

Pembibitan... 5

Persiapan areal dan Penanaman ... 6

Pemeliharaan ... 8

Pemupukan Kelapa Sawit ... 9

METODOLOGI ... 14

Waktu dan Tempat... 14

Metode Pelaksanaan ... 14

Pengamatan ... 15

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 17

Letak Geografis ... 17

Keadaan Iklim dan Tanah ... 17

Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan ... 18

Produksi dan Keadaan Tanaman ... 18

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 19

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 22

Aspek Teknis ... 22

Pengendalian Gulma ... 22

a. Pengendalian Gulma Secara Manual ... 22

b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi ... 24

Pemupukan ... 27

Aspek Manajemen Pemupukan ... 27

1. Pengambilan Sampel Daun ... 27

2. Analisis hara ... 28

3. Rekomendasi Pemupukan Final ... 29

4. Lembar Pemesanan ... 29

5. Pengadaan pupuk dan Pembelian ... 29

6. Pengiriman ... 29

7. Aplikasi pupuk ... 30

(9)

viii Administrasi Pemupukan ... 34 Sensus Produksi ... 34 Pemanenan ... 35 a. Kriteria Panen ... 36 b. Sistem Panen ... 37 c. Pengangkutan ... 37 Aspek Manajerial ... 38 Pendamping Mandor/Mandor I ... 38 a. Mandor Pemupukan ... 38 b. Mandor Pemanenan ... 40 Pendamping Asisten ... 41 PEMBAHASAN ... 43 Aspek Teknis ... 43 Pengendalian Gulma ... 43

a. Pengendalian Gulma Secara Manual ... 43

b. Pengendalian Secara Kimiawi ... 43

Pemupukan ... 44

Perencanaan Pemupukan ... 44

Pelaksanaan pemupukan ... 45

Biaya Pemupukan... 49

Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Lima Tepat ... 50

1. Tepat Waktu ... 50

2. Tepat Jenis ... 51

3. Tepat Dosis ... 52

4. Tepat Cara ... 52

5. Tepat Tempat ... 54

Realisasi Pemupukan dan Produktivitas ... 54

Sensus Produksi ... 55 Pemanenan ... 56 Aspek Manajerial ... 57 Pendamping Mandor ... 57 a. Mandor Pemupukan ... 57 b. Mandor Pemanenan ... 59 Pendamping Asisten ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Jarak Tanam, Jarak Antar Baris dan Kerapatan Tanaman per Hektar ... 7

2. Jenis Pupuk/Limbah Organik di Perkebunan Kelapa Sawit ... 12

3. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TBM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) ... 13

4. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) ... 13

5. Areal Konsensi dan Jumlah Tanaman Produksi PT. SAL I... 18

6. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Inti PT. SAL I ... 18

7. Kondisi Tanaman Kebun Inti PT. SAL I ... 19

8. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. SAL I tahun 2009 ... 21

9. Fraksi Panen ... 36

10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP pada Mei 2009 ... 46

11. Prestasi Tenaga Kerja Penabur ... 47

12. Biaya Material Pupuk Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008 ... 49

13. Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008 ... 50

14. Anggaran Pemupukan Kebun Inti PT. SAL I ... 50

15. Jenis Pupuk yang Digunakan di PT. SAL I ... 52

16. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan Kaptan (2 kg/tanaman) ... 53

17. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan RP (1.5 kg/tanaman) ... 53

18. Realisasi Pemupukan Kebun Inti Murni PT. SAL I ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Pengendalian Gulma Secara Manual ... 23

2. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist) ... 25

3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan ... 26

4. Siklus Manajemen Pupuk ... 27

5. Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label ... 31

6. Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP ... 32

7. Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk ... 33

8. Pengumpulan Karung Untilan ... 33

9. Pemanenan Buah Kelapa Sawit ... 37

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Jurnal harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja harian Lepas (PHL) ... 66

2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor ... 70

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/Kepala Afdeling ... 74

4. Peta Lokasi Kebun PT. SAL I ... 76

5. Data Curah Hujan PT. SAL I (1999–2008) ... 77

6. Struktur Organisasi PT. SAL I ... 78

7. Rekomendasi Kebutuhan Pemupukan pada Kebun Inti Murni ... 79

8. Rata–Rata Kebutuhan Pemupukan pada Kebun Inti Murni ... 80

9. Surat Permintaan Material (SPM) ... 81

10. Berita Acara Pemupukan Blok Tuntas ... 82

11. Blangko Sensus Produksi ... 83

12. Blangko Kupon Panen ... 84

13. Surat Pengantar Buah ... 84

14. Sampel Penentuan Dosis Rekomendasi Afd OD Tahun 2009 ... 85

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non-migas terbesar setelah karet dan kopi (Sastrosayono, 2003)

Kelompok pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ada tiga, yaitu perkebunan rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Setiap perkebunan memiliki pola pemasaran produk kelapa sawit yang berbeda. Pemasaran produk kelapa sawit pada PBN dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Produksi minyak kelapa sawit (CPO) dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri minyak goreng dan industri non-pangan seperti industri kosmetik dan farmasi, namun potensi pasar yang paling besar adalah industri minyak goreng. Potensi tersebut dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng (Fauzi et al., 2002).

Areal perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pada tahun 2007 luas areal perkebunan rakyat adalah 2 565 000 ha dengan total produksi 5 895 000 ton/tahun, perkebunan negara 687 000 ha (total produksi 2 313 000 ton/tahun), dan perkebunan besar swasta 3 358 000 ha dengan total produksi 9 254 000 ton/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2008).

Jenis tanaman kelapa sawit hibrida saat ini sangat responsif terhadap pemupukan. Oleh karena itu, untuk mencapai produktivitas yang optimal, pemupukan pada tanaman kelapa sawit memegang peranan sangat penting, lebih dari 50% biaya tanaman digunakan untuk pemupukan (Hakim, 2007).

Menurut Lubis (1992), pemupukan maksimal diperoleh pada bulan–bulan dengan curah hujan (CH) berkisar 150–200 mm yaitu pada curah hujan sedang sedangkan Hakim (2007) menyatakan bahwa pemupukan dapat dilakukan apabila curah hujan di areal tersebut sekitar 100 mm/bulan. Hakim (2007) menambahkan

(14)

2

bahwa pemupukan yang dilakukan saat curah hujan diatas 100 mm/bulan dapat menyebabkan kehilangan pupuk akibat erosi. Pemupukan lebih baik dilakukan pada bulan kedua atau ketiga setelah musim penghujan, karena akar–akar rambut telah pulih kembali akibat kekeringan.

Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif.

Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari karena potensi genetik yang baik tidak tereksplorasi optimal jika persyaratan untuk tumbuhnya tidak terpenuhi. Oleh karena itu pupuk dan pemupukan merupakan faktor penting dalam upaya mencapai produktivitas yang tinggi, terutama dalam memenuhi persyaratan ketersediaan unsur hara (Mangoensoekarjo, 2007). Dengan melakukan magang manajemen pemupukan diharapkan penulis dapat mempelajari manajemen pemupukan sesuai prosedur operasional baku yang dijalankan perusahaan.

Tujuan Magang

Adapun tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.

2. Meningkatkan kemampuan teknis lapangan dan manajerial dalam melaksanakan kegiatan.

Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit yang meliputi efisiensi pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae; Genus Elaeis; Spesies: 1. Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan 2.

Elaeis melanococca atau Corozo oleifera. Varietas/tipe dibedakan berdasarkan: 1.

tebal tipisnya cangkang (endocarp) yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, dan 2. warna buah yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens (Setyamidjaja, 1998). Tipe dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki cangkang. hasil persilangan Dura dan Pisifera disebut Tenera yang memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis dengan ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda, 2007). Menurut Pahan (2008) buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam–hitaman pada waktu matang. Tipe buah

nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara

komersial di Indonesia. Buah virescens berwarna hijau pada waktu muda dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau–hijauan. Buah albescens berwarna keputih–putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning–kuningan dan ujungnya tetap kehijau–hijauan.

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip. Pahan (2008) menyatakan bahwa daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut: a. Kumpulan anak daun

(leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). b.

Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. c. Tangkai daun (petiole) yang

merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung kuncup bunga dan memberi kekuatan pada batang.

Batang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu 1. sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; 2. sebagai sistem pembuluh yang mengangkut

(16)

4

hara dan air dari akar keatas serta hasil fotosintesis dari daun kebawah; serta 3. kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008). Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena ruas batang dalam masa awal pertumbuhan tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Pemanjangan batang berlangsung lambat, tinggi pohon bertambah 35-75 cm per tahun (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005; Pahan, 2008). Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun sehingga setelah itu bekas pelepah daun mulai rontok (Pahan 2008).

Lubis (1992) menyatakan bahwa dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh akar tersier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar tersier dan kuarter yang paling aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) dari pangkal batang (bole) tumbuh akar primer yang ribuan jumlahnya. Akar primer yang mati segera diganti dengan yang baru. Diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m, akar sekunder tumbuh dengan diameter 2-4 mm, akar tersier tumbuh dengan diameter 0,1-0,5 mm dengan panjang 1-4 mm. Pahan (2008) menyatakan bahwa sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter.

Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12–14 bulan, sebagian dari tandan bunga akan gugur sebelum atau sesudah antesis. Kelapa sawit adalah tumbuhan berumah satu (monoecious), artinya tandan bunga

(inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tidak dalam

tandan yang sama. Semua bakal tandan bunga berisikan bakal bunga jantan dan betina, namun pada awal perkembangannya salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya satu jenis kelamin saja (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005).

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang

(17)

5

buah 2–5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian–bagian buah terdiri atas eksokarp atau kulit buah, mesokarp atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endokarp atau cangkang, dan inti (kernel). Inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium dan bakal akar (radicle).

Budidaya Kelapa Sawit

Kegiatan budidaya kelapa sawit adalah kegiatan yang harus dilaksanakan mulai dari pratanam hingga pasca panen, berikut beberapa kegiatan dalam budidaya kelapa sawit.

Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Hakim (2007) menambahkan bahwa pembibitan dibagi dua jenis berdasarkan sifatnya, yaitu: pembibitan permanen dan pembibitan terpisah. Pada pembibitan permanen kegiatan menjadi lebih efisien karena semua kegiatan terpusat di satu tempat, sehingga pengawasan akan lebih mudah. Kendala pembibitan permanen, top soil

harus diambil dari luar areal pembibitan karena habis digunakan untuk mengisi

polybag kecil dan besar yang ada di areal.

Menurut Lubis (1992), beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh calon lahan untuk pembibitan, antara lain :

1. Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. 2. Mudah diawasi dan dikunjungi.

3. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau 4. Tanahnya cukup top soil, subur dan gembur.

5. Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga kerja. 6. Areal datar sampai dengan agak bergelombang.

(18)

6

Persiapan areal dan Penanaman

Lubis (1992) mengemukakan bahwa kegiatan untuk persiapan areal dan penanaman terdiri atas: merintis dan mengukur, pembukaan areal, pemberantasan alang-alang, penanaman penutup tanah, pengajiran, pembuatan petakan, dan pembuatan lubang tanam. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, biasanya dilakukan pembuatan jalan dan sarana penunjang lainnya. Kegiatan survei di lapangan dilakukan untuk mengetahui: bentuk areal, batas-batas areal, topografi tanah, jenis vegetasi dan keadaan lapangan lainnya sebagai pedoman perencanaan kegiatan selanjutnya dalam bentuk peta yang lebih terinci.

Pembukaan areal mencakup babat pendahuluan, pengimasan dan penebangan pohon. Babat pendahuluan dan pengimasan dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm, sedangkan penebangan pohon dilakukan dengan gergaji (chain saw) atau kapak pada pohon berdiameter lebih dari 10 cm (Lubis, 1992).

Petakan pada areal dengan kemiringan lahan mencapai 20°, dibuat dengan sistem teras untuk mengurangi erosi dan memperbesar daya infiltrasi air ke tanah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Lebar teras dibuat berkisar tiga sampai empat meter, sedangkan lebar penghubung antartanaman satu meter (Pahan, 2008).

Pahan (2008) menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertanaman yang teratur, sebelum penanaman bibit di lapangan dilakukan pengajiran untuk mengatur jarak tanam, jarak antar baris dan kerapatan tanaman (Tabel 1). hal ini berguna dalam menentukan tempat bibit akan ditanam serta jalan dan sarana lainnya akan dibuat.

(19)

7

Tabel 1. Jarak Tanam, Jarak Antar Baris dan Kerapatan Tanaman per Hektar

Jarak tanam (m) Jarak antar baris (m) Kerapatan tanaman/ha

8,8 × 8,8 × 8,8 7,62 150 9,0 × 9,0 × 9,0 7,79 143 9,2 × 9,2 × 9,2 7,97 136 9,5 × 9,5 × 9,5 8,23 128 10,0 × 10,0 × 10,0 8,67 116 Sumber: Pahan (2008)

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) sebelum penanaman, lubang tanam sudah harus disiapkan minimal dua minggu sebelumnya. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 × 60 × 60 cm. Sewaktu menggali lubang, tanah atas

(topsoil) diletakkan di sebelah kanan dan tanah bawah (subsoil) di sebelah kiri.

Untuk setiap blok penanaman harus dibuat satu peta. Pahan (2008) menambahkan bahwa pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan post hole digger. Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam satu bulan sebelum tanam. Selain untuk tempat meletakkan bibit di lapangan, pembuatan lubang tanam juga bertujuan untuk menggemburkan struktur tanah sehingga penyerapan unsur hara yang diberikan menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman.

Sebelum penanaman dilakukan penanaman penutup tanah kacangan (PTK) atau legume cover crop (LCC) di gawangan untuk mencegah limpasan air permukaan serta pertumbuhan alang-alang (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Kebutuhan benih campuran penutup tanah kacangan sebanyak 10 kg/ha (Hakim, 2007). Dengan kebutuhan benih sebanyak 10 kg/ha maka dibutuhkan empat kilogram Pueraria javanica (PJ), empat kilogram Calopogonium mucunoides

(CM), dan dua kilogram kg Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan PJ:CM:CP sebesar 2:2:1 (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Pupuk NPK (15-15-6-4) dengan dosis 30 gram untuk tiap enam meter jalur pada umur satu minggu setelah perkecambahan biji digunakan untuk pemeliharaan. Pemupukan dilakukan saat daun LCC dalam kondisi kering, karena bila dalam kondisi basah akan mengakibatkan daun terbakar. Penaburan rock phosphate (RP) masing–masing

(20)

8

dengan dosis 80 kg/ha pada umur tiga bulan; 120 kg/ha pada umur enam bulan; dan selanjutnya diberikan setiap tahun selama dua tahun dengan dosis 125–250 kg/ha (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005).

Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) menyatakan bahwa dua minggu sebelum tanam dilakukan pemotongan akar bibit yang keluar dari kantung plastik. Pangkal batang bibit kelapa sawit harus rata dengan permukaan tanah, karena bila terlalu dalam, pertumbuhan pohon akan terhambat, sedangkan jika terlalu dangkal maka pohon akan tumbuh miring. Dasar kantung plastik dan salah satu pinggirnya ditoreh dengan pisau atau silet. Polybag dimasukkan ke dalam lubang tanam, setelah berada di lubang tanam, kantung plastik dilepaskan secara hati-hati dan dikeluarkan dari lubang tanam. Penimbunan dilakukan secara bertahap, subsoil

kemudian topsoil.

Pada saat penanaman dilakukan pemupukan dengan pupuk rock phosphate

(RP) sebanyak 500 gram/lubang tanam, dengan cara setengah bagian dimasukkan ke dasar lubang dan sisanya dicampur dengan topsoil. Tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan tangan mulai dari tepi menuju tengah lubang (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005).

Pemeliharaan

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kegiatan pemeliharaan meliputi: penyulaman, kastrasi, pengendalian HPT, pengendalian gulma, dan penunasan, dan pemupukan (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Hakim (2007) menyatakan bahwa penyulaman dilakukan setelah melihat hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Tanaman yang perlu disulam adalah TBM tahun I dan TBM tahun II. TBM tahun III dapat disulam jika daerah yang harus disulam terdapat di areal yang cukup luas atau mengelompok.

Kastrasi pada TBM adalah kegiatan membuang bunga baik jantan maupun betina yang dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga sampai dengan enam bulan sebelum tanaman dipanen. Kastrasi dilakukan sebulan sekali. Kastrasi bermanfaat untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif, keseragaman tanaman dan meningkatkan kandungan minyak pada mesocarp (Hakim, 2007).

(21)

9

Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan, untuk mempermudah tindakan pencegahan dan pengendalian. Deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Biaya pengendalian melalui deteksi dini jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas (Pahan, 2008). Menurut Hakim (2007), pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis (fisik), biologis atau kimiawi (pestisida). Selanjutnya Pahan (2008) menambahkan bahwa penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya penyakit daun di pembibitan, penyakit busuk pangkal batang

(ganoderma), penyakit busuk tandan buah (Marasmius), dan penyakit pucuk

busuk (spear rot). Adapun hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api dan ulat kantung, tikus, rayap, larva kumbang pemakan daun

(Apogonia dan Adoretus), serta babi hutan.

Pahan (2008) menyatakan bahwa pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman utama dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman utama harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman utama.

Menurut Hakim (2007) pemangkasan daun atau penunasan dilakukan secara periodik untuk membuang pelepah yang kering dan lebih rendah. Pahan (2008) menambahkan bahwa tujuan dari penunasan adalah: mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memanen tandan buah segar yang matang), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami.

Pemupukan Kelapa Sawit

Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur–unsur yang diperlukan oleh tanaman, sedangkan pemupukan adalah proses, cara, perbuatan memupuk (Pusat Bahasa, 2008).

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Ada enam unsur hara makro, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro

(22)

10

dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Namun, unsur ini harus selalu tersedia di dalam jaringan tanaman. Unsur mikro itu adalah besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (Bo), Molibdenum (Mo), klorida (Cl), dan seng (Zn) (Pahan, 2008).

Nitrogen (N). Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung nitrogen. Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung nitrogen. Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna daun–daun bawah menjadi kekuningan (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Tanaman mengabsorpsi nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-), walaupun ternyata ammonium (NH4+) dapat

juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH tanah (Hakim, 2007).

Fosfor (P). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan senyawa yang mengatur pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor. Kekurangan fosfor menghambat pertumbuhan tanaman. Pahan (2008) menambahkan bahwa unsur fosfor diserap tanaman dalam bentuk kation P5+.

Kalium (K). Fungsi utama kalium adalah sebagai katalisator (pendorong dan mempercepat reaksi–reaksi biokimia). Fungsi lainnya untuk mengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia dalam daun dan titik tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi produksi buah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur kalium (K) diserap oleh tanaman dalam bentuk kation K+ (Pahan, 2008).

Magnesium (Mg). Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) menyatakan bahwa magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi dengan fosfor (P) dalam proses pembentukan senyawa–senyawa fosfolipid yang merupakan bagian dari minyak yang diproduksi. Kekurangan magnesium ditandai dengan gejala klorosis (warna kekuningan). Magnesium dari jaringan tua ditransfer ke jaringan yang lebih muda, sehingga gejala klorosis terlihat pada daun–daun tua (daun bawah). Pahan (2008) menambahkan bahwa magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Mg2+.

Belerang (S). Belerang merupakan bagian dari protein, penelitian tentang belerang masih kurang karena kasus kekurangan belerang jarang ditemui dimana

(23)

11

unsur belerang sudah tersedia dalam pupuk lain seperti pupuk ZA (ammonium

sulfat) (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur belerang diserap oleh tanaman

dalam bentuk anion SO42-. Defisiensi unsur belerang (S) terjadi pada daun kelapa

sawit yang termuda dengan gejala yang terjadi yaitu daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun kekuning–kuningan (Pahan, 2008).

Kalsium (Ca). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kalsium merupakan bagian dari dinding sel dan kandungan kalsium terbesar terdapat pada daun. Kalsium berguna untuk menjaga membran–membran dalam sel tetap berfungsi; berperan dalam bagian–bagian meristem tanaman; dan mendorong pertumbuhan akar. Kalsium memiliki kemampuan menekan aktivitas kalium (K) dan mempengaruhi penyerapan unsur nitrogen. Pahan (2008) menambahkan bahwa unsur kalsium (Ca) diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Ca2+.

Unsur hara yang diberikan kepada tanaman kelapa sawit pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Bahan organik memberikan unsur hara bagi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah (Tabel 2).

Menurut Adiwiganda (2007) pupuk organik (hayati) yang berasal dari limbah padat berupa tandan buah kosong dan limbah cair dari kelapa sawit digunakan untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Pahan (2008) menambahkan bahwa umumnya bahan organik merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama bila diaplikasikan dekat dengan tempat pembuatannya.

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat kimia dan fisika tanah, faktor iklim dan lain–lain bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda–beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Disamping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu (Tabel 3 dan Tabel 4).

(24)

12

Tabel 2. Jenis Pupuk/Limbah Organik di Perkebunan Kelapa Sawit No Sumber

pupuk/Limbah

Jenis Pupuk/Limbah Bentuk

1 Limbah perkebunan

a. Sisa–sisa tanaman  Pelepah kelapa sawit

 Daun kacangan b. Kompos Campuran dari sisa–sisa

tanaman yang telah terdekomposisi

c. Pupuk hijau Kacangan atau tumbuhan lain yang dibenam dari dalam tanah

d. Pupuk kandang Kotoran ternak seperti sapi, ayam, dan lain–lain 2 Limbah dari

proses pengolahan kelapa sawit

a. Padat  Janjang kosong

 (Wet) Decanter solid

b. Cair Palm oil mill effluent

(POME) 3 Inokulan tanah a. Bakteri pengikat legum N Rhyzobium sp.

b. Bakteri pengikat nonlegum pengikat N  Azotobacter sp.  Beijerincka sp.  Clostridium sp.  Achromobacter sp.  Pseudomonas sp.

c. Cendawan pengikat P  Mycorhiza sp.

Glomus sp.

(25)

13

Tabel 3. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TBM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun)

No Unsur hara Jenis Pupuk Umur 1 tahun Umur 2 tahun Umur 3 tahun

Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks.

1 N Urea, atau 2 0.50 0.70 2 0.70 0.85 2 0.90 1.25 ZA 2 1.10 1.35 2 1.50 1.50 2 1.50 1.50 2 P RP* atau TSP 2 1.25 1.75 2 0.50 1.00 1 0.75 1.00 3 K MOP 2 0.75 1.25 2 1.00 1.75 2 1.20 2.25 4 Mg Kiesrite 2 0.50 0.60 2 0.70 1.00 2 0.90 1.25 5 B Boraks, atau 1 0.03 0.03 1 0.04 0.04 1 0.06 0.10 HGFB 1 0.03 0.02 1 0.03 0.03 1 0.05 0.05 Total 9 3.02 4.98 9 2.93 2.93 8 3.80 6.10

*) Dosis pupuk RP sudah termasuk pupuk untuk lubang tanam 0,50 kg/pohon. Sumber : Pahan (2008)

Tabel 4. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun)

No Unsur hara Jenis Pupuk Umur 3-5 tahun Umur 6-15 tahun Umur >15 tahun

Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks.

1 N Urea 2 0.90 1.75 2 1.00 3.00 2 1.50 2.50 ZA 2 1.50 2.50 - - - - 2 P RP 1 0.75 1.50 1 1.25 3.50 1 1.25 3.00 TSP 1 0.80 1.00 1 1.00 3.00 1 1.00 2.00 3 K MOP 2 1.20 2.50 1-2 1.50 3.50 1 1.50 0.25 4 Mg Kiesrite 1 0.90 1.00 1 1.00 2.00 1 0.50 3.00 Abu Janjang 1 2.00 4.00 1 2.00 3.00 5 B HGFB 1 0.05 0.10 Total 7 3.80 7.60 5-6 4.50 12.00 5 4.75 10.75 Sumber : Pahan (2008)

(26)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilakukan di PT. Sari Aditya Loka I, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi selama empat bulan mulai dari tanggal 19 Februari 2009 sampai dengan 20 Juni 2009. Penulis ditempatkan di kebun Inti I, Afdeling

OC-OD.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan pada dua bulan pertama adalah melaksanakan kegiatan seperti pekerja harian lepas (PHL) dan melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Selama sebagai PHL dilakukan pengisian jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1). Penulis juga melakukan kegiatan kontrol (gemba) bersama administatur, kepala kebun, asisten, dan staf yang lain.

Pada bulan ketiga, kegiatan magang dilaksanakan sebagai pendamping mandor. Posisi sebagai pendamping mandor memiliki tugas manajerial, yaitu:

1. Membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan.

2. Membantu menentukan jumlah karyawan yang diperlukan beserta keperluan biaya operasional dari setiap kegiatan yang dilakukan.

3. Melakukan apel pagi dan melakukan check roll.

4. Membantu mengawasi PHL pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan.

5. Membantu menghitung kebutuhan bahan tanam (bibit), bahan kimia (pupuk, pestisida) berdasarkan konsentrasi dan atau dosis yang telah ditetapkan.

(27)

15

Pendamping mandor mempunyai tanggung jawab administratif yaitu: membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan mandor . Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor tertera pada Lampiran 2.

Pada bulan keempat yang merupakan bulan terakhir, dilakukan kegiatan sebagai pendamping asisten/kepala afdeling dengan tugas: mempelajari kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, membantu menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan asisten/kepala divisi, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, melakukan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan di tingkat divisi, dan membuat jurnal kegiatan harian tingkat divisi (Lampiran 3).

Pengamatan

Teknik pengumpulan data terbagi atas dua cara, yaitu: pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengambil data ketika mengikuti kegiatan di lapangan yang berkaitan dengan aspek teknis dasar dari kegiatan-kegiatan di kebun dan diskusi dengan mandor/mandor I maupun asisten divisi. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan data laporan kebun dari kantor kebun.

Data primer yang diperoleh pada kegiatan pemupukan meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan yang dipupuk, dan ketepatan kerja pemupukan. Pengamatan ketepatan cara aplikasi pemupukan dilakukan pada dua belas tanaman contoh yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap penabur. Jumlah penabur yang diamati sebanyak sembilan orang dengan menggunakan tiga ulangan. Pengamatan ketepatan kerja dilakukan pada aplikasi pemupukan kaptan dosis dua kg per tanaman pada blok D-17 (luas blok 28.15 ha) dan pada aplikasi pemupukan kaptan dosis 1.5 kg per tanaman pada blok F-2 (luas blok 24.97 ha). Penentuan ketepatan cara didasarkan pada ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk yang sesuai dengan standar perusahaan.

Pengamatan ketepatan dosis untilan pemupukan dilakukan pada tiga grup penguntil. Pengamatan dilakukan selama tiga hari dengan menggunakan empat ulangan dan bobot standar per untilan sebesar 7.5 kg. Pengamatan ketepatan penguntilan dilakukan dengan menimbang bobot untilan kemudian dibandingkan dengan bobot standar per untilan.

(28)

16

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:

1. Data kondisi kebun yang meliputi areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, data curah hujan sepuluh tahun terakhir, serta data realisasi pemupukan lima tahun terakhir.

2. Standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja.

3. Organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan.

(29)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis

Lokasi PT. SAL I terletak di desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten Merangin ± 80 km dan terhadap ibukota propinsi Jambi ± 480 km. Perkebunan PT. SAL I dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama ± 5 jam dari kota Jambi.

Batas administratif Kebun Sari Aditya Loka I: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bungo Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bangko. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pematang Kabau, dan sebelah Barat berbatasan dengan Rantau Panjang. Peta lokasi PT. SAL I dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan (CH) rata-rata Kebun PT. SAL I pada tahun 1999-2008 yaitu 2 680 mm/tahun dengan dan rata–rata hari hujan 120.9 hari/tahun. Bulan basah tertinggi terjadi pada bulan Januari (CH rata–rata 317.4 mm) dan paling rendah pada bulan Juni (CH rata–rata 145.3 mm). Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Fergusson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A (Q=1.85 %) yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika, serta suhu rata-rata 22–32 °C. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) suhu rata-rata tahunan yang diperlukan untuk produksi buah sekitar 22-23°C dan batas minimum pertumbuhan vegetatif 20°C. Menurut Adiwiganda (2007) CH optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit berkisar 1 250-2 500 mm. Data curah hujan perkebunan PT. SAL I dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Jenis tanah pada perkebunan PT. SAL I pada umumnya jenis podsolik merah kuning (PMK) dan gambut. Topografi lahan bervariasi dari datar (0-3%) dan bergelombang (3-8 %) dengan ketinggian 80-90 m dpl. Derajat kemasaman tanah (pH) di kebun PT. SAL I bernilai 4–5. Berdasarkan kriteria diatas, kebun PT. SAL I termasuk dalam kategori kesesuaian lahan kelas 2, sesuai dengan kriteria yang dikemukan Mangoensoekarjo dan Tojib (2005), kriteria kesesuaian

(30)

18

lahan kelas 2 adalah: ketinggian lahan diantara 0–400 m di atas permukaan laut, topografi tanah datar sampai dengan bergelombang. Adiwiganda (2007) menambahkan bahwa kriteria kelas 2 adalah tanah tersebut mempunyai nilai pH 4.0–4.5.

Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan

PT. SAL I memiliki areal konsesi seluas 15 377.25 ha yang terdiri dari areal kebun Inti I yaitu 3 499.28 ha, Inti II seluas 1 845.03 ha, Plasma 8 972.08 ha, dan KKPA seluas 1 060.86 ha (Tabel 5).

Tabel 5. Areal Konsensi dan Jumlah Tanaman Produksi PT. SAL I

Kebun Jumlah Blok Luas (ha) Jumlah Pohon Produksi (pokok) Area Tanam Inti I 129 3 499.28 3 338.30 420 821 Inti II 69 1 845.03 1 741.86 221 225 Plasma 285 8 972.08 8 972.08 1 132 286 KKPA 42 1 060.86 1 060.86 134 559 Total 525 15 377.25 15 113.10 1 908 891

Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I

Produksi dan Keadaan Tanaman

Produksi dan produktivitas kebun inti PT. SAL I bervariasi setiap tahun yang disertai dengan peningkatan umur tanaman (Tabel 6).

Tabel 6. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Inti PT. SAL I

Tahun

Panen Luas Tanam (ha)

Luas Panen (ha) Produksi (kg) Produktivitas (kg/ha) 2004 4 917.152 3 685.91 61 796 050 16 765 2005 5 098.000 3 646.85 61 906 237 16.975 2006 4 664.190 3 665.76 84 790 980 23 131 2007 5 057.723 4 498.26 82 475 110 18 335 2008 4 929.833 4 579.12 95 825 220 20 927 2009* 5 096.189 4 924.63 15 155 850 3 078

Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I *) sampai dengan bulan Februari 2009

Tanaman yang dibudidayakan di Kebun SAL I adalah varietas Tenera yaitu hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, sehingga diperoleh populasi 136 tanaman/ha. Populasi per hektar

(31)

19

sekarang ini ± 127 tanaman/ha akibat adanya tanaman yang tidak produktif, terserang penyakit, tanaman roboh, dan tanaman tidak tumbuh normal akhirnya mati. Penanaman kebun inti I dimulai pada tahun 1994, sedangkan kebun inti II mulai tahun 1997. Komposisi kebun inti I lebih bervariasi, mulai dari TBM sampai dengan TM 11, sedangkan kebun inti II terdiri atas TBM sampai dengan TM 8 (Tabel 7).

Tabel 7. Kondisi Tanaman Kebun Inti PT. SAL I

Tahun Tanam Uraian Kebun Total

Inti I Inti II ...(pokok)... 1994 TM 12 8 279 - 8 279 1995 TM 11 20 711 - 20 711 1996 TM 10 48 132 - 48 132 1997 TM 9 43 159 92 425 135 584 1998 TM 8 13 102 16 429 29 531 1999 TM 7 42 162 13 862 56 024 2000 TM 6 37 312 4 540 41 852 2001 TM 5 74 116 8 357 82 473 2002 TM 4 13 160 8 240 21 400 2003 TM 3 - 6 852 6 852 2004 TM 2 112 376 62 654 175 030 2005 TM 1 3 995 - 3 995 2006 TBM 4 313 7 866 12 179 2007 TBM 4 825 - 4 825 2008 TBM 1 936 145 2 081 Total 427 576 221 370 648 946

Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan PT. SAL I dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman, pabrik, teknik, dan administrasi. Dalam pelaksanaan kerjanya seorang administratur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala kebun, kepala pabrik (mill

manager), kepala teknik (infrastruktur), dan Community Development Officer

(CDO) (Lampiran 6).

Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia (HRGA, Human Resources and

General Affair), keuangan, dan gudang.

Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab

(32)

20

langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten afdeling. Asisten afdeling

bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas, seorang asisten afdeling di bantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun. Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani kebun yang bertugas dibagian administrasi di kantor afdeling.

Kepala pabrik (mill manager) bertanggung jawab dalam pengolahan TBS. Untuk kelancaran pengolahan kepala pabrik dibantu oleh asisten maintenance, dan asisten proses. Asisten tersebut juga dibantu oleh mandor.

Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana kebun seperti perbaikan jalan, bangunan, instalasi air, mesin dan lain-lain. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh beberapa asisten, yaitu asisten

support dan asisten plan and control. Asisten tersebut dibantu oleh mandor dalam

pengawasan kerja di lapangan.

Kepala CDO bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) maupun eksternal perkebunan misalnya hubungan dengan masyarakat, pemerintah daerah mengenai masalah-masalah kebun dan keamanan. Kepala CDO membawahi asisten CD (Community Development), asisten protan (proteksi tanaman) dan PIC PMS (Plantation Management System).

Sistem pengupahan karyawan PT. SAL I diatur oleh kantor pusat (Head

Office) dengan pemberian upah sesuai Upah Minimum Propinsi (UMP) sebesar

Rp. 32 000,-/hari. Fasilitas penunjang karyawan yang disediakan perusahaan antara lain perumahan, rumah ibadah, fasilitas olah raga, pendidikan anak, asuransi jiwa dan poliklinik. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. SAL I mulai dari staf dan non staf disajikan pada Tabel 8.

(33)

21

Tabel 8. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. SAL I tahun 2009

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

 Administratur 1

 Kepala Tata Usaha 1

 Kepala Kebun 3

 Kepala Pabrik 1

 Kepala Teknik 1

 Kepala Community Development Officer

(CDO)

1

 Staf SHE Area 3 1

 Staf Plant and Control (CSA) 3

 Kepala Bagian 5  Asisten Afdeling 2  Asisten Plasma 3  Asisten KKPA 1  Asisten Maintenance 4  Asisten Proses 1

 Asisten Bagian Operasional 1

 Asisten Bagian PlanandControl 1

 Asisten Bagian Support 1

 Asisten Community Development (CD) 1

 Asisten Proteksi Tanaman (Protan) 1

 PIC PMS (Plantation Management System) 1

 Asisten SHE 1

 Asisten Riset and Development (R & D) 1

2 Karyawan Non Staf (Golongan 1-3) 419

3 Golongan harian Tetap (SKU) 374

4 Pekerja harian Lepas Borongan 251

Jumlah 1080

(34)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan.

Pelaksanaan kerja di perkebunan PT. SAL 1 secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00–12.00 WIB, istirahat selama dua jam (12.00–14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 14.00 sd. 16.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti antrian pagi yang dimulai pukul 06.00 WIB bersama asisten, mandor dan SKU (Standar Karyawan Umum). Selama kegiatan magang, penulis diikutsertakan dalam pengontrolan kebun secara langsung di lapangan bersama staf perkebunan PT. SAL 1. Kegiatan ini di sebut gemba yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu, setiap hari sabtu mengikuti kegiatan olahraga bersama staf dan administratur.

Aspek Teknis

Aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai karyawan harian lepas selama 2 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan apel pagi jam 06 00-07 00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO2, dan air.

Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi.

a. Pengendalian Gulma Secara Manual

Pengendalian gulma secara manual yang diikuti adalah circle weeding

(35)

23

kelapa sawit secara manual (Gambar 1). Rotasi CWM untuk tanaman belum menghasilkan (TBM1-2) dilakukan 2 bulan sekali, tanaman menghasilkan (TM1)

dilakukan 4 kali dalam setahun, untuk TM2 dan selanjutnya dilakukan 3 kali

dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara manual adalah parang, cangkul, dan arit. Pelaksanaan babat gawangan dengan menggunakan parang dengan hasil babatan dengan ketinggian gulma 20–30 cm dari permukaan tanah atau babat pandas, membersihkan gulma yang tumbuh di pohon kelapa sawit serta gulma yang merambat naik ke tanaman yang disebut

rayutan.

Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual

Menurut Lubis (1992), gawangan mati adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman yang harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman utama agar tercipta kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di gawangan dan di piringan membutuhkan tenaga kerja yang besar karena luasan yang besar dan kerapatan gulma pada gawangan mati tinggi serta alat yang digunakan masih sederhana.

Jenis gulma-gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatrichum,

Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Mikania micrantha, Asystasia

coromandeliana, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Cyperus

rotundus, Neprolepis biserrata, Stenochlaena palustris, Ottocloa arnotiana,

Clidemia hirta, dan Borreria alata. Dalam pelaksanaan rawat gawangan jika

(36)

24

tersebut dikerjakan secara khusus. Rotasi yang digunakan dalam rawat gawangan adalah tiga kali setahun. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem harian dengan upah Rp 15 000,-/hari dengan lama kerja 5 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata– rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

CPT Chemist. CPT (Circle, Path, TPH) Chemist merupakan pengendalian gulma yang dilakukan pada circle (piringan), path (jalan kontrol/pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan bahan kimiawi sistemik dan kontak (Gambar 2). CPT Chemist dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml, knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam tipe polijet (kipas), ember kecil sebagai wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya diatur oleh mandor rawat chemist.

Saat di lapang, dilakukan briefing terlebih dahulu untuk menentukan area yang akan disemprot. Air diambil dari sumber mata air atau parit, kemudian dicampur dengan herbisida. Pada beberapa kasus dimana air sulit didapatkan, maka air ditransportasikan di dalam galon 20 liter menggunakan motor atau mobil

pick-up.

Setelah dilakukan penyemprotan di piringan, diharapkan gulma yang di sekitar piringan menjadi mati dan bersih sehingga mempermudah pengumpulan berondolan pada waktu panen dan mempermudah aplikasi pupuk pada saat pemupukan. Standar pengendalian gulma di piringan adalah: tidak ada anak kayu maupun anak sawit di piringan, tidak ada gulma yang merambat pada keliling dua meter dari tanaman sawit, pakis dan alang–alang tidak tumbuh pada piringan. Penyemprotan dilakukan pada keliling dua meter searah jarum jam. Pada aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di path atau jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 meter dengan hasil yang diharapkan dalam keadaan bersih, dan tidak ada anak kayu yang melintang karena path atau jalan kontrol/pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan dan pemupukan. TPH

(37)

25

merupakan tempat tandan buah segar dan berondolan yang sudah dipanen dikumpulkan sebelum diangkut ke pabrik. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 × 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, brondolan tinggal dan tidak ada kotoran di TPH.

Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist)

Dalam pengendalian gulma di CPT menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida yang bersifat kontak yang digunakan yaitu

Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis

yang digunakan 0.65-0.7 liter/ha (80 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.5%. Herbisida kontak cara kerjanya langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwama hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran yang tidak meluas.

Herbisida sistemik menggunakan Round-up 486 AS dengan bahan aktif

Isopropilamina glifosat 486 gram/liter dan Pilar-up 480 AS dengan bahan aktif

Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan 0.7-0.9

liter/ha (100 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67%. Bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknva. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan tersebut. Efek

(38)

26

kematian yang ditimbulkan hampir merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama. Penggunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya aplikasi.

Bahan pembasah dan perata yang digunakan adalah Agral dengan bahan aktif nonifenol etilen oksida 250 gram/liter dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah dan rotasi yang digunakan 3 kali setahun untuk aplikasi CPT chemist. Norma yang digunakan untuk CPT chemist

adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

Wiping Lalang. Kegiatan wiping lalang merupakan kegiatan khusus „memburu‟ lalang yang tumbuh di areal (Gambar 3). Alat yang digunakan antara lain: ember, lap, sarung tangan. Wiping lalang menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat 480 gram/liter dengan merek dagang Supremo.

Gambar 3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan

Herbisida tersebut dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan dosis 1 liter/ha dan konsentrasi 1 %. Lalang diburu didalam blok, diaplikasikan dengan menggosokkan kain yang telah direndam campuran herbisida hingga seluruh bagian lalang dibasahi, kemudian ujung lalang dilipat untuk menandakan bahwa lalang sudah diaplikasikan herbisida. Norma yang digunakan untuk CPT chemist

adalah 2 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 2 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

(39)

27

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan dan produktivitas tanaman. Sasaran dari kegiatan pemupukan adalah memberikan tanaman kelapa sawit unsur hara yang memadai agar pertumbuhannya sehat pada saat proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif, untuk memperoleh hasil maksimum dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Biaya kegiatan rawat sekitar 40 sampai dengan 60 % digunakan untuk kegiatan pemupukan, oleh karena itu perlu perhatian dan tindakan khusus untuk mempersiapkan program kegiatan pemupukan dari sejak penetapan rekomendasi pemupukan hingga aplikasi di lapangan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemupukan melibatkan aspek manajemen, aspek teknis, dan administrasi pemupukan.

Aspek Manajemen Pemupukan

Dalam pelaksanaan program pemupukan di PT. SAL I melibatkan banyak pihak yang berperan, mulai dari bawah hingga manajemen atas. Secara umum siklus manajemen pemupukan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus Manajemen Pupuk 1. Pengambilan Sampel Daun

Leaf sampling unit (LSU) atau kesatuan contoh daun (KCD) adalah unit

suatu sampel daun yang diambil dari kelompok lahan dengan tanaman yang diamati mewakili dan homogen dimana satu sampel mewakili luasan 20–30 ha, bahkan dapat mencapai 50 ha. Manfaat dari KCD adalah sebagai indikator status

(40)

28

hara tanaman yang mencerminkan kecukupan hara dan indikasi kekurangan atau kelebihan hara yang menjadi pertimbangan dalam pemberian dosis pupuk.

Pengambilan KCD hanya boleh dilakukan pada pagi hari pada pukul 06.30–12.00 sehingga tidak dibenarkan melakukan pengambilan sampel daun pada sore hari. Pengambilan sampel daun dapat ditunda apabila (1) malam sebelum pengambilan sampel daun terjadi hujan dengan CH > 20 mm maka pengambilan KCD dilakukan keesokan harinya, dan (2) saat pengambilan sampel daun terjadi hujan maka ditunda sampai berhenti dan bintik hujan tidak ada lagi.

Pengambilan pohon sampel berjumlah 33–36 pohon tiap blok KCD, dimana penetapan pohon sampel tergantung sistem misalnya: 12 × 13, yang artinya pemilihan pohon sampel setiap 12 pohon dalam barisan, dan setiap 13 baris dalam blok. Pemilihan pohon sampel dimulai dari pohon ketiga setiap masuk barisan KCD. Pemilihan pohon sampel harus mewakili blok tersebut, yang berarti kondisi pohon sampel relatif sama dengan kondisi tanaman di blok tersebut. Pada pengambilan sampel daun, pohon yang tidak boleh dijadikan sampel adalah: pohon sakit (abnormal), tumbuh miring; tumbuh di pinggir jalan ataupun pinggir parit/sungai; merupakan pohon hasil penyisipan; dan disekelilingnya ada tanaman kosong/tidak ditanam.

Pada pohon sampel yang telah ditentukan, contoh daun yang diambil adalah daun ke-17. Kemudian dari daun yang sudah dipotong dicari titik bagian tengah. Titik bagian tengah adalah bagian dari tulang daun (rachis) yang berbentuk seperti jarum. Anak daun (leaflets) yang ada tepat di sebelah titik bagian tengah dipotong pada bagian tengahnya sama rata. Anak daun dipotong pada bagian tengahnya kira-kira sepanjang 15-20 cm, tulang anak daun (midrib) dibuang, helaian (lamina) yang tertinggal dipotong kecil dengan panjang kira–kira satu cm. hasil sampel daun harus disimpan dalam kantong plastik atau amplop yang bersih dan diberi label; tidak boleh terkena tanah, kotoran/debu, pupuk, keringat, dan asap rokok; juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

2. Analisis hara

Sampel daun yang sudah diambil, disarankan untuk dikeringkan didalam amplop berlubang pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur akibat kondisi hasil

(41)

29

sampel daun yang lembab. hasil KCD kemudian dikirim ke bagian Research and

Development (R&D) untuk kemudian dianalisis kandungan hara pada tiap sampel

daun yang ada.

3. Rekomendasi Pemupukan Final

Bagian R&D mengirim hasil sampel ke laboratorium untuk diuji apakah terjadi kondisi kekurangan hara, hara tersebut cukup atau terjadi kelebihan hara bagi tanaman dengan cara analisis daun. Dari hasil uji laboratorium, R&D membuat rekomendasi pemupukan dengan mengobservasi mengenai unsur hara tanaman yang dibandingkan dengan standar yang ada. Rekomendasi kebutuhan dan dosis rata–rata pemupukan pada kebun inti I pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Selanjutnya, rekomendasi kemudian dikirim ke bagian operasional kebun.

4. Lembar Pemesanan

Pengadaan pupuk dimulai dengan menyusun purchasing requition (PR) tentang jumlah kebutuhan pupuk dan jenis pupuk yang berasal dari rekomendasi pemupukan final, yang kemudian selanjutnya menyusun lembar pemesanan atau

purchasing order (PO). PO dibuat oleh bagian operasional kebun. PO yang sudah

dibuat, kemudian dikirim ke kantor pusat (HO, Head Office).

5. Pengadaan pupuk dan Pembelian

Dalam pengadaan pupuk, pihak Procurement dan Finance harus melakukan beberapa tahapan mulai dari menyusun daftar pembelian sampai dengan pengikatan kontrak/perjanjian. Kegiatan tender dan proses pembelian harus dilakukan segera dengan harapan mendapatkan kebutuhan pupuk dan harga yang bersaing. Pemilihan supplier melibatkan pihak manajemen tingkat atas (kantor pusat) sebagai pemegang keputusan. Barang yang dikirim oleh pihak

supplier diserahkan ke bagian gudang dengan memberikan surat tanda terima

barang. Dalam hal ini pembayaran akan diserahkan ke bagian keuangan kantor pusat.

6. Pengiriman

Pupuk yang telah dikirim oleh supplier kemudian disimpan dalam gudang khusus untuk pupuk. Manajemen gudang bertanggung jawab atas penyaluran

Gambar

Tabel 1. Jarak Tanam, Jarak Antar Baris dan Kerapatan Tanaman per  Hektar
Tabel 2. Jenis Pupuk/Limbah Organik di Perkebunan Kelapa Sawit  No  Sumber
Tabel 4. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun)
Tabel 6.  Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Inti PT. SAL I Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian paket pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata secara linier meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit melalui peubah tinggi tanaman, jumlah pelepah daun,

Berdasarkan pengamatan secara visual (Tabel 20) mengenai gejala defisiensi hara tanaman kelapa sawit pada 4 blok dengan jumlah tanaman sebanyak 1267 tanaman didapatkan hasil

Dengan melakukan analisis tanah dan daun, akan dapat memperoleh takaran berapa dosis pupuk yang akan digunakan untuk tanaman kelapa sawit tersebut tanpa harus memboroskan

Untuk usaha budidaya tanaman kelapa sawit di Desa Tolole Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong, agar hasil produksi lahan tanaman kelapa sawit dapat maksimal

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

 Tata air yang efektif merupakan kunci memperoleh produktivitas kelapa sawit tinggi pada lahan gambut..  Pada kondisi alami, rawa gambut umumnya memiliki muka air

Kegiatan penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian cendawan endofit asal tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit pada tanah terinfeksi