• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN Aspek Teknis

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 55-73)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO2, dan air. Bagian yang perlu diperhatikan dalam pengendalian gulma adalah piringan. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) piringan sengaja dibersihkan dari semua jenis gulma yang berguna untuk mencegah persaingan gulma dengan tanaman kelapa sawit, pembersihan piringan memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah segar, pemangkasan pelepah daun, dan pemupukan. Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi.

a. Pengendalian Gulma Secara Manual

Pengendalian yang dilakukan di PT SAL I sudah tepat waktu, karena pengendalian dilakukan dengan melakukan pengamatan tingkat kerapatan gulma sebelum dilakukan pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual sangat efektif untuk pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit muda, dimana gulma tidak dapat dikendalikan dengan menggunakan aplikasi herbisida.

PT SAL I menerapkan kalibrasi untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan waktu yang dibutuhkan menyelesaikan pekerjaan oleh tenaga kerja dalam blok tertentu. Dari hasil pengamatan, pengendalian gulma secara manual sudah efisien dalam tenaga kerja karena tenaga kerja dekat dengan kebun, mudah didapatkan, dan hasil kerja yang memuaskan.

b. Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT SAL I menggunakan herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak digunakan untuk gulma yang masih muda dan kerjanya hanya mematikan jaringan gulma yang terkena semprotan sehingga kurang efektif dalam pengendalian gulma dalam skala luas. Herbisida sistemik digunakan untuk mengendalikan gulma dalam jangka

44

waktu panjang karena proses pertumbuhan gulma setelah aplikasi menjadi lambat. Penggunaan herbisida di PT SAL I menggunakan bahan aktif paraquat untuk gulma berdaun lebar dan menggunakan bahan aktif glifosat untuk gulma berdaun sempit. Pengaplikasian herbisida di PT SAL I dilakukan pada hari yang cerah dengan perkiraan hujan tidak akan turun setelah 4-6 jam setelah aplikasi herbisida dan gulma yang disemprot belum memasuki fase generatif. Dari hasil pengamatan, penggunaan herbisida sudah tepat jenis dan waktu.

Penggunaan material herbisida kontak dan sistemik didasarkan pada luas penyebaran gulma dalam blok tertentu. Untuk menentukan sebaran gulma, maka dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap sampel di lapangan. Nilai sebaran gulma dinyatakan dalam persen (%) atau luas areal (ha). Semakin besar nilai sebaran gulma maka kebutuhan material herbisida (sistemik dan kontak) yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma di lapangan. Dosis herbisida yang digunakan di PT SAL I sesuai dengan ketentuan perusahaan. Untuk aplikasi CPT dengan bahan aktif paraquat menggunakan dosis 0.65-0.7 liter/ha dan bahan aktif

glisofat menggunakan dosis 0.7-0.9 liter/ha Dari hasil pengamatan, penggunaan

herbisida sudah tepat dosis dan pengendalian gulma secara kimia efektif untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di lapangan.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah hara yang dibutuhkan dan diserap oleh tanaman pada proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pemupukan pada periode TM bertujuan untuk mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal. (Astra Agro Niaga, 1995).

Perencanaan Pemupukan

Menurut Astra Agro Niaga (1996) perencanaan pemupukan perlu dilakukan sebaik mungkin. hal ini disebabkan karena berkaitan dengan biaya, material, dan tenaga yang jumlahnya relatif besar. Perencanaan digunakan untuk menentukan biaya (budget) operasional (tahunan), menentukan waktu pengadaan material pupuk (semester), pengaturan di gudang dan penyediaan tenaga kerja (bulanan/mingguan). Perencanaan pemupukan mencakup jenis pupuk yang akan

45

digunakan, dosis pupuk yang akan diaplikasikan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, waktu pelaksanaan pemupukan, dan blok yang akan dipupuk.

Jenis Pupuk. Jenis pupuk yang akan digunakan di PT SAL I ditetapkan

oleh kantor pusat. Jenis pupuk yang digunakan adalah N, P, K, Mg, dan B.

Dosis Pupuk. Dosis pupuk yang akan diaplikasikan di PT SAL I untuk

TM dan TBM ditetapkan oleh bagian R&D kantor pusat. Dosis untuk TBM ditetapkan atas dasar referensi yang sudah ada (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), sedangkan dosis untuk TM ditetapkan berdasarkan hasil analisis daun dan tanah bagian R&D kantor pusat.dosis pupuk yang diberikan pada TM mungkin berbeda tiap tahunnya. hasil analisis daun dan dosis tanaman pada afdeling OD disajikan pada Lampiran 14.

Tenaga Kerja. Tenaga kerja pelaksanaan pemupukan diperoleh dari SKU

maupun PHL. Kebutuhan tenaga kerja dihitung atas dasar prestasi rata–rata tiap orang (Kg/HK). Prestasi tiap orang tergantung pada dosis pupuk, dan areal yang akan diaplikasikan pupuk. Apabila dosis pupuk yang diberikan makin tinggi (Kg/pohon), maka semakin tinggi prestasi kerjanya (Kg/HK).

Waktu Pelaksanaan Pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dijadwalkan

pada musim hujan kecil dimana curah hujan (CH) berkisar diantara 75–200 mm.

Blok yang akan Dipupuk. Blok yang akan dipupuk harus diperhatikan

sebelumnya. Sebelum pengaplikasian pupuk, piringan harus dilakukan penyiangan sedangkan tapak kuda, teras kontur sudah harus dibenahi. Berdasarkan hasil pengamatan, pemupukan di PT SAL I menggunakan peta seksi pemupukan untuk menentukan blok yang akan dipupuk sesuai dengan jenis dan dosis yang akan diaplikasikan.

Pelaksanaan pemupukan

Pelaksanaan pemupukan di kebun Inti PT. SAL I terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung untilan.

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang

pupuk berdasarkan rekomendasi pupuk (dosis/pohon) yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Berdasarkan ketentuan, tiap satu untilan pupuk digunakan untuk enam pohon kelapa sawit. Penguntilan bertujuan untuk:

46

(1). Mempermudah dan mempercepat pengeceran pupuk di lapangan. (2). Tanaman kelapa sawit mendapatkan pupuk sesuai dengan dosisnya. (3). Mencegah terjadinya penggumpalan pupuk, karena bongkahan pupuk harus dipecah pada saat melakukan penguntilan.

Alat–alat yang digunakan dalam penguntilan adalah: (1). Takaran penguntilan yang sudah dikalibrasi untuk masing–masing jenis pupuk dan dosis enam pohon tanaman. (2) karung bekas pupuk sebagai wadah untilan. (3). Alas tempat penguntilan berupa terpal dengan ukuran minimal 5 × 5 m. (4). Pemecah bongkahan pupuk yang dibuat dari kayu balok. Untilan harus selesai dikerjakan H-1 aplikasi pempukan dengan menyusun untilan dengan rapi sesuai urutan blok yang akan dipupuk pada hari–H dan diberikan label agar memudahkan identifikasi untilan sebelum diangkut ke lahan untuk diaplikasikan. Berikut hasil pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk RP pada bulan Mei 2009 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP pada Mei 2009

Tgl Grup Σ TK Bobot/ Ulangan Σ

untilan Total Prestasi Tepat Dosis Until 1 2 3 4 (HK/ Org) (Org) ...(kg)... (Until) (Kg) (%) 19 A 7 7.5 7.5 7.4 7.6 7.5 1 444 10 830 1.24 100 B 7 7.5 7.5 7.6 7.5 7.5 1 444 10 830 1.24 99.67 C 7 7.5 7.5 7.6 7.4 7.6 1 445 10 837.5 1.24 99.67 20 A 6 7.5 7.6 7.5 7.5 7.5 1 133 8 497.5 1.13 99.67 B 6 7.5 7.4 7.5 7.5 7.6 1 133 8 497.5 1.13 100 C 6 7.5 7.5 7.4 7.6 7.5 1 134 8 505 1.13 100 22 A 6 7.5 7.6 7.6 7.5 7.5 1 055 7 912.5 1.06 99.34 B 6 7.5 7.6 7.5 7.6 7.6 1 056 7 920 1.06 99.01 C 6 7.5 7.4 7.6 7.5 7.5 1 055 7 912.5 1.06 100 Rataan 1.14 99.71

Sumber: pengamatan lapang

Dari Tabel 10, prestasi kerja penguntil sebesar 1.14 HK/orang. hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja rata-rata penguntilan pada pupuk RP yang dilakukan pada bulan Mei 2009 diatas norma yang ditetapkan perusahaan sebesar 1 250 kg/orang/hari. Terjadi kelebihan 0.14 HK/orang atau 177.78 kg/orang/hari. Dari Tabel 10, ketepatan dosis penguntilan pupuk sudah tepat, mencapai 99.71 %. hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam mengemas ulang (menguntil) pupuk sesuai dosis dan jenis pupuk yang diuntil.

47

Pengeceran Pupuk. Pada hari-H pengeceran pupuk, pengeceran

dilakukan sebelum tenaga kerja tabur melakukan pemupukan. Pengeceran dilakukan pada sisi timur dan barat blok dengan jumlah untilan yang diberikan sebanyak empat untilan tiap dua baris tanaman (satu jalan pikul). Mandor bertanggungjawab dalam pengeceran dan ikut dalam angkutan pengeceran untuk mengatur peletakan untilan di lahan. Dalam kasus tertentu, misalnya: blok yang dibelah oleh sungai (parit besar) atau blok tersebut hanya dapat diecer di satu sisi blok maka perlu koordinasi antara mandor ecer dan mandor pupuk/rawat yang bertanggungjawab dalam penaburan pupuk.

Pelangsiran dan Penaburan Pupuk. Kegiatan pelangsiran dan penaburan

pupuk dilakukan oleh tenaga kerja penabur. Tenaga penabur yang diperoleh sebagian besar berasal dari luar kebun yang datang pada hari-H pemupukan. Berikut disajikan prestasi tenaga kerja penabur pada Tabel 11.

Tabel 11. Prestasi Tenaga Kerja Penabur

Tgl Blok Jenis Pupuk Luas

(ha) Jml Ppk (Kg) TK (Org) Prestasi Kerja (ha/ HK) (Kg/ HK) 27/ 04 OB (8, 11, 12), OD (6, 11, 14) MOP dan RP 142.84 25 600 90 1.59 284.44 28/ 04 OB 10, OC (18, 23), OD (2, 7, 10, 19) MOP dan RP 171.45 15 750 112 1.53 140.63 29/ 04 OC (2, 7), OD (10, 11, 14, 19) MOP dan Dolomit 147.48 14 100 94 1.57 150.00 05/ 05 OD (2, 7, 10, 11, 14, 15, 18) Dolomit dan Kiesrite 159.79 39 550 102 1.57 387.75 06/ 05 OC (13, 15, 18, 19, 20, 22, 23) Dolomit, Kiesrite, dan RP 174.05 28 150 112 1.55 251.34 Rataan 102 1.56 242.83

Sumber: pengamatan lapang

Berdasarkan Tabel 11, rata–rata prestasi tenaga kerja penabur berdasarkan luas areal yaitu 1.56 ha/HK dan berdasarkan bobot yaitu 242.83 kg/HK. hal ini menunjukkan bahwa rata–rata prestasi penabur masih dibawah standar perusahaan, yaitu 2 ha/HK berdasarkan luas areal dan 300 kg/HK berdasarkan bobot yang diaplikasikan di lapangan. Rata-rata prestasi penabur masih dibawah standar karena tenaga kerja yang sebagian besar didapatkan dari luar kebun masih belum terampil dan tenaga kerja penabur merangkap sebagai pelangsir untilan

48

pupuk sehingga perlu ditentukan standar prestasi tenaga kerja penabur pupuk. Untuk mengatasi tenaga kerja yang kurang terampil dilakukan pengarahan pada apel pagi sebelum pemupukan dan pengawasan yang lebih intensif oleh mandor.

Sistem penaburan pupuk menggunakan sistem gang (baca: geng), yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Berdasarkan pengamatan di lapang, sistem ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: (1). Pengawasan menjadi lebih efektif karena semua mandor dan asisten dari semua afdeling ikut mengawasi aplikasi pemupukan. (2). Menggunakan alat takar yang seragam dan spesifik sehingga lebih tepat dosis untuk tiap tanaman. (3). Melakukan penaburan dari jalan kontrol menuju pinggir blok sehingga mengurangi kasus kekurangan dosis pupuk pada tanaman di dekat jalan kontrol (tengah blok) akibat kecurangan penabur apabila penaburan dilakukan dimulai dari pinggir blok. (4) memudahkan kegiatan pengeceran dan pelangsiran karena bobot untilan hanya seberat kebutuhan pupuk enam tanaman. (5) Dosis tiap tanaman lebih terjaga dan kesalahan dosis berpengaruh hanya pada enam tanaman pada satu untilan pupuk.

Walaupun demikian, sistem pemupukan gang mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: (1). Tenaga kerja dibutuhkan lebih banyak sehingga perlu perencanaan jumlah tenaga kerja yang sebelum pemupukan. (2). Waktu yang digunakan dalam aplikasi pupuk lebih lama karena harus melakukan pelangsiran untilan pupuk terlebih dahulu dan penabur yang lebih lambat mempengaruhi penabur lain dalam penaburan pupuk. (3). Biaya yang besar dalam pelaksanaan pemupukan mulai dari penguntilan, pengeceran, pelangsiran dan penaburan, dan pengumpulan karung untilan. (4) Membutuhkan pengawas (supervisi) yang lebih banyak, agar pengawasan lebih intensif.

Perlu diperhatikan kondisi blok yang akan diaplikasikan pupuk sebelum pelaksanaan pemupukan, seperti infrastruktur (jalan dan jembatan), topografi areal (mempunyai bagian rawa, bergelombang, dikelilingi air atau berupa pulau), dan kondisi lain seperti blok yang banjir atau dibelah oleh sungai (parit besar). Beberapa kasus yang terlihat di lapangan, seperti blok yang dikelilingi rawa, maka beberapa penabur dipilih untuk membawa untilan ke dalam pulau lalu mengaplikasikan pupuk tersebut. Blok atau bagian blok yang tidak dapat

49

diaplikasikan pupuk pada hari itu akibat kasus tertentu, maka harus diaplikasikan pupuk secara khusus oleh afdeling tersebut pada lain hari.

Pengumpulan Karung Untilan. Pengumpulan karung untilan dilakukan

setelah pemupukan selesai dilakukan. Karung untilan harus dihitung dan jumlahnya harus sama dengan jumlah untilan yang diecer pada hari tersebut. hal ini berguna sebagai kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan untuk pengamatan terhadap kekurangan karung untilan saat kegiatan penguntilan berkutnya. Karung untilan yang sudah kosong sesegera mungkin dikembalikan ke gudang until agar dapat digunakan kembali dan mencegah kekurangan karung untilan yang jumlahnya terbatas.

Biaya Pemupukan

Menurut Mangoensoekarjo (2007), biaya pemupukan cukup tinggi, yakni antara 30–65 % dari biaya pemeliharaan, adalah biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan pupuk, transportasi, ongkos memupuk dengan menabur atau membenamkan pupuk, administrasi dan pengawasan, atau sebesar 30% dari biaya investasi tanaman. Biaya yang dikeluarkan PT. SAL I dalam kegiatan pemupukan tahun 2008 disajikan dalam Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12. Biaya Material Pupuk Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008

Pupuk harga (Rp/Kg) Realisasi (kg) Biaya (Rp)

Urea 1 500 759 450 1 139 175 000 NPK 15.9.21 9 750 743 490 7 249 027 500 NPK 41.4.1 5 500 468 178 2 574 979 000 RP 2 000 508 425 1 016 850 000 MOP 5 778 1 058 850 6 118 035 300 Kies 300 1 700 510 000 Borat 10 000 30 944 309 440 000 Dolomit 697 527 255 367 496 735 Zn-EDTA 3 000 974 2 922 000 Cu-EDTA 6 500 2 986 19 409 000 Total 18 797 844 535

50

Tabel 13. Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008

Kegiatan Biaya (Rp)

Tenaga Kerja Tabur 3 070 505 276

Transport Pupuk 923 827 214

Until Pupuk 37 951 280

Total Biaya TK Pemupukan 4 032 283 770

Total Biaya TK Rawat 36 272 550 512

Sumber: Bagian Tata Usaha PT. SAL I

Tabel 14. Anggaran Pemupukan Kebun Inti PT. SAL I

Jenis Biaya Biaya (Rp)

Total Biaya TK Pemupukan 4 032 283 770

Total Biaya Material Pupuk 18 797 844 535 Total Biaya TK Pemupukan 22 830 128 305

Total Biaya TK Rawat 36 272 550 512

Total Biaya Material Pupuk 18 797 844 535

Total Biaya Rawat 55 070 395 047

% Biaya Pemupukan 41.46

Sumber: Bagian Tata Usaha PT. SAL I

Berdasarkan Tabel 14, biaya material pupuk kebun inti tahun 2008 sebesar Rp 18 797 844 535. Biaya total tenaga kerja pemupukan pada tahun 2008 sebesar Rp 4 032 283 770 yang terdiri atas tenaga kerja tabur pupuk (Rp 3 070 505 276), biaya transpor pupuk (Rp 923 827 214), dan tenaga kerja penguntilan pupuk sebesar Rp 37 951 280. Total biaya untuk kegiatan aplikasi pemupukan sebesar Rp 22 830 128 305 atau sekitar 41,46 % dari total biaya rawat kebun inti murni pada tahun 2008 sebesar Rp 55 070 395 047. Data diatas menunjukkan biaya pemupukan yang cukup tinggi sehingga perlu pengaplikasian pupuk secara tepat dengan harapan produktivitas yang sebanding dengan biaya pemupukan.

Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Lima Tepat

Pupuk merupakan sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dan merupakan material yang mahal. Oleh sebab itu, agar efisien dan efektif diperlukan prinsip lima tepat, yaitu: tepat waktu, jenis, dosis, cara dan tepat tempat.

1. Tepat Waktu

Pemupukan yang dilakukan di PT. SAL I dilakukan mulai di pagi hari, pada kondisi hari yang cerah yang dilakukan dalam dua periode tiap tahunnya

51

yaitu pada semester I pada bulan Januari-Juni dan semester II pada bulan Juli-Desember.

Gambar 10. Curah Hujan Rataan Bulanan (Tahun 1999-2008) di Kebun PT. SAL I

Tahun 1999–2008 CH rata–rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juli dengan nilai 145.3 mm sedangkan nilai tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 317.4 mm. Nilai rata–rata curah hujan bulanan sebesar 223.3 mm, sedangkan rata-rata hari hujan bulanan sejumlah 10.1 hari hujan. Menurut Lubis (1992), pemupukan maksimal didapat pada bulan–bulan dengan curah hujan berkisar 150–200 mm yaitu pada curah hujan sedang.

Aplikasi pemupukan di PT. SAL I belum tepat waktu apabila pemupukan dilaksanakan saat curah hujan diatas 200 mm/bulan yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April (semester I) dan bulan Oktober, November, dan Desember. Jika pemupukan dilaksanakan saat curah hujan sedang yaitu pada bulan Mei dan Juni (semester I) dan bulan Juli, Agustus, dan September (semester II) maka tenaga kerja sulit untuk didapatkan dan pengawasan tidak mungkin dilakukan dalam aplikasi pemupukan.

2. Tepat Jenis

Jenis pupuk yang digunakan sesuai rekomendasi dari kantor pusat. Pemilihan jenis dan distributor pupuk merupakan pertimbangan dari pihak manajemen kantor pusat (PT Astra Agro Lestari Tbk). Rekomendasi dibuat berdasarkan analisis sampel daun (LSU, Leaf Sampling Unit) oleh bagian R&D.

52

Analisis sampel daun dilakukan sekali dalam satu tahun. Pupuk yang diaplikasikan sesuai rekomendasi pemupukan PT. SAL I pada tahun 2009 menggunakan pupuk Urea, NPK (41-4-1) sebagai pengganti urea, NPK 15-9-21 sebagai pupuk ekstra pada tanaman kerdil, Rock Phosphate, MOP (Muriate of

Potash), Dolomit, Borat, Kiesrite, Cu-EDTA, dan Zn-EDTA.

Berdasarkan hasil pengamatan, aplikasi pemupukan di PT SAL I sudah tepat jenis. Jenis pupuk dan kandungan unsur hara yang digunakan di PT. SAL I disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Jenis Pupuk yang Digunakan di PT. SAL I

Jenis pupuk Unsur hara Kandungan hara

Unsur/Oksida %

Urea Nitrogen N 45

NPK 41-4-1 Nitrogen, Fosfat, Kalium N-P2O5-K2O 41-4-1 NPK 15-9-21 Nitrogen, Fosfor, Kalium N-P2O5-K2O 15-9-21

Rock Phosphate Fosfor (P) P2O5-CaO 28-35

Muriate of Potash (MOP)

Kalium (K) K2O 48-62

Klor (Cl) Cl 50

Dolomit Magnesium (Mg) MgO 18-21

Kalsium (Ca) CaO 50

Borat Boron (B) B 11-22

Kiesrite Magnesium (Mg) MgO 25

Sumber: Kemasan pupuk

3. Tepat Dosis

Penentuan dosis pada tahun 2009 dilakukan di PT. SAL I dengan melakukan analisis daun dan tanah. Dua hal yang menentukan ketepatan dosis di PT. SAL I adalah: untilan dan takaran penaburan pupuk. Untilan mempunyai dosis yang sama dengan dosis enam tanaman yang akan dipupuk. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan dosis untilan sudah tepat (diatas 95 %, Tabel 10) karena takaran untilan yang dibuat sesuai dosis tanaman dan jenis pupuk yang digunakan.

4. Tepat Cara

Cara pemupukan anorganik yang dilakukan di PT. SAL I menggunakan sistem tebar (broadcast system). Sistem tebar merupakan cara memberikan pupuk dengan menabur pupuk langsung ke tanah disekeliling tanaman. Syarat yang harus dipenuhi dalam ketepatan cara adalah: tidak boleh menumpuk, tidak boleh

53

menggumpal, piringan harus bersih, dan pemupukan yang dilakukan adalah pemupukan tunggal. hasil pengamatan ketepatan cara pada aplikasi pemupukan Kaptan dosis 2 kg/tanaman pada blok D-17 (luas blok 28.15 ha) dan pada aplikasi pemupukan Rock Phospate (RP) dosis 1.5 kg/tanaman pada blok F-2 (luas blok 24,97ha) disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Pengamatan dilakukan pada satu hanca penabur dengan 12 tanaman pada setiap ulangan.

Tabel 16. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan Kaptan (2 kg/tanaman)

No penabur Ulangan Rataan Persentase

1 2 3 4 ...(Jumlah tepat)... 1 11 12 11 11 11.3 94 2 11 12 11 11 11.3 94 3 11 12 12 11 11.5 96 4 12 12 12 11 11.8 98 5 12 12 12 11 11.8 98 6 12 12 12 11 11.8 98 7 12 12 11 11 11.5 96 8 12 12 11 11 11.5 96 9 12 12 11 11 11.5 96 Rataan 11.7 12.0 11.4 11.0 11.5 Persentase 97 100 95 92 96

Sumber: Pengamatan lapang

Tabel 17. Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan RP (1.5 kg/tanaman)

No penabur Ulangan Rataan Persentase

1 2 3 4 ...(Jumlah tepat)... 1 12 11 12 12 11.8 98 2 12 11 11 11 11.3 94 3 11 11 12 12 11.5 96 4 12 11 11 11 11.3 94 5 11 11 12 11 11.3 94 6 11 12 11 11 11.3 94 7 11 11 11 11 11.0 92 8 12 12 12 11 11.8 98 9 12 11 12 11 11.5 96 Rataan 11.6 11.2 11.6 11.2 11.4 Persentase 96 94 96 94 95

Sumber: Pengamatan lapang

Berdasarkan data diatas, pemupukan yang dilakukan di PT. SAL I sudah tepat cara karena berdasar hasil pengamatan, ketepatan cara kerja penabur diatas 95 %.

54

5. Tepat Tempat

Pemupukan yang dilakukan di PT. SAL I menggunakan sistem tebar. Pemupukan yang dilakukan sudah tepat tempat karena diaplikasikan merata pada piringan tanaman, dilakukan pemupukan pada blok yang piringannya bersih, pupuk diaplikasikan pada daerah piringan dengan diameter 1.5 meter dari tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan, aplikasi pemupukan di PT SAL I sudah tepat tempat.

Realisasi Pemupukan dan Produktivitas

Realisasi pemupukan di PT. SAL I pada kebun inti murni dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pupuk yang diberikan (kg) terhadap jumlah pupuk pada rekomendasi (kg) yang telah ditetapkan yang dinyatakan dalam persen (%) tertera pada Tabel 18.

Tabel 18. Realisasi Pemupukan Kebun Inti Murni PT. SAL I Jenis Pupuk Persentase Realisasi Pemupukan Inti Murni

2004 2005 2006 2007 2008 2009d ...(%)... UREA 93 106 99 90 60 35 RP 123 101 129 96 61 76 SP 36 88 -a 35 -a 0 0 MOP 99 113 103 92 61 18 KIES 114 109 118 92 0 0 BOR 0 24 0 155 121 0 Zn EDTA -b -b -a 138 11 0 DOLOMIT -b -b -a -a 120 65 Cu EDTA -b -b -b -b 61 0 NPK 41.4.1 -b -b -b -b -c 0 NPK 15.9.21 -b -b -b -b -b 45

Sumber: Bagian Tanaman PT. SAL I

Ket: a diaplikasikan, namun tidak ada dalam rencana pemupukan

b

tidak diaplikasikan dan tidak ada dalam rencana pemupukan

c

diaplikasikan untuk menggantikan jenis pupuk yang lain

d

realisasi pemupukan sampai dengan bulan Mei 2009

Berdasarkan Tabel 18, terlihat bahwa realisasi pemupukan mempunyai nilai kurang ataupun lebih dari rekomendasi yang telah ditetapkan. Untuk jenis pupuk yang nilainya di bawah rekomendasi, kekurangan pupuk tersebut disubstitusi dengan menggunakan jenis pupuk lain yang mengandung unsur hara yang sama. Untuk jenis pupuk yang nilainya di atas rekomendasi, ada pengaplikasian pupuk di luar dosis rekomendasi pada blok tertentu yang

55

mengalami kekurangan hara, sehingga total kilogram pupuk yang diaplikasikan lebih tinggi dari rekomendasi pupuk yang telah ditetapkan.

Tabel 19. Produktivitas Kebun Inti Murni PT SAL I

Uraian Umur Tanaman

Tahun Panen Produktivitas

2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata Realisasi Potensi* ...(ton/ha/tahun)... TM 11 13 - - - - 19.486 19.486 29.5 TM 10 12 - - 16.776 28.357 27.394 24.176 30 TM 9 11 - 15.868 20.839 23.806 25.904 21.604 30 TM 8 10 21.343 19.493 25.206 25.554 24.674 23.254 30 TM 7 9 17.515 18.409 25.809 23.544 24.288 21.913 30 TM 6 8 16.878 18.872 24.547 21.925 23.515 21.147 28 TM 5 7 16.600 16.134 21.578 18.324 19.812 18.490 27 TM 4 6 9.664 13.394 23.682 16.212 15.908 15.772 24.5 TM 3 5 - 9.835 17.019 15.030 12.948 13.708 21 TM 2 4 - 10.985 - 11.517 14.978 12.493 16 TM 1 3 - - - 8.647 - 8.647 8

Sumber: Bagian Tanaman PT. SAL I

Ket: * Potensi produktivitas pada tiap umur TM pada kesesuaian lahan kelas II (Lubis, 1992)

Dari Tabel 19 diketahui bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit di kebun inti PT SAL I pada tahun 2008 masih dibawah nilai potensi produktivitas pada kesesuaian lahan kelas II. Produktivitas kebun inti PT SAL I tahun 2008 yang nilainya lebih rendah dari nilai potensinya terjadi akibat dosis pupuk yang direalisasikan terutama N, P, dan K yang yang lebih rendah daripada rekomendasi yang telah ditetapkan pada tahun 2007 dan 2008 (Tabel 18). Selain itu, pupuk yang diberikan sebagian hilang karena pencucian ketika pemupukan dilakukan pada curah hujan yang tinggi dan pupuk tidak ditutup tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan belum optimum dalam meningkatkan produktivitas kebun sesuai dengan potensi produktivitas yang telah dimiliki.

Sensus Produksi

Sensus produksi digunakan sebagai pendugaan produksi tandan buah segar (TBS) yang akan dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. Sensus produksi, memerlukan data jumlah bunga, buah hitam (buah mentah), dan buah matang (merah) dalam blok tertentu. Buah merah menunjukkan potensial TBS dalam satu

56

minggu ke depan, buah hitam menunjukkan potensial TBS dalam tiga bulan kedepan, sedangkan jumlah bunga menunjukkan potensial TBS dalam enam bulan ke depan. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) jumlah tandan bunga menunjukkan potensial TBS dalam enam bulan ke depan. Pengamatan dalam sensus produksi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dua orang dimana satu orang mencatat dan yang lainnya mengamati dan menghitung jumlah tandan bunga, bunga hitam dan buah merah.

Pemanenan

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kondisi buah matang bersifat kritis karena setelah buah melewati titik tepat matang kualitas minyak kelapa sawit mulai menurun dalam waktu singkat disebabkan oleh meningkatnya kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam TBS sehingga perlu ditangani dengan cepat. Kriteria panen yang ditetapkan oleh PT. SAL I adalah dua berondolan yang jatuh di piringan untuk tiap satu TBS yang dapat dipanen. hal ini bertujuan untuk memudahkan penentuan kriteria matang panen sehingga tandan buah dapat sesegera mungkin dipanen tanpa harus memanen buah yang mentah maupun buah yang lewat matang.

Sistem panen yang diterapkan di kebun inti PT. SAL I adalah sistem hanca tetap dimana setiap pemanen diberikan hanca (luasan tertentu) yang tetap dalam tiap pekerjaan pemanenan tandah buah.

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 55-73)

Dokumen terkait