• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 34-55)

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan.

Pelaksanaan kerja di perkebunan PT. SAL 1 secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00–12.00 WIB, istirahat selama dua jam (12.00–14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 14.00 sd. 16.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti antrian pagi yang dimulai pukul 06.00 WIB bersama asisten, mandor dan SKU (Standar Karyawan Umum). Selama kegiatan magang, penulis diikutsertakan dalam pengontrolan kebun secara langsung di lapangan bersama staf perkebunan PT. SAL 1. Kegiatan ini di sebut gemba yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu, setiap hari sabtu mengikuti kegiatan olahraga bersama staf dan administratur.

Aspek Teknis

Aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai karyawan harian lepas selama 2 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan apel pagi jam 06 00-07 00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi.

a. Pengendalian Gulma Secara Manual

Pengendalian gulma secara manual yang diikuti adalah circle weeding

23

kelapa sawit secara manual (Gambar 1). Rotasi CWM untuk tanaman belum menghasilkan (TBM1-2) dilakukan 2 bulan sekali, tanaman menghasilkan (TM1) dilakukan 4 kali dalam setahun, untuk TM2 dan selanjutnya dilakukan 3 kali dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara manual adalah parang, cangkul, dan arit. Pelaksanaan babat gawangan dengan menggunakan parang dengan hasil babatan dengan ketinggian gulma 20–30 cm dari permukaan tanah atau babat pandas, membersihkan gulma yang tumbuh di pohon kelapa sawit serta gulma yang merambat naik ke tanaman yang disebut

rayutan.

Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual

Menurut Lubis (1992), gawangan mati adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman yang harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman utama agar tercipta kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di gawangan dan di piringan membutuhkan tenaga kerja yang besar karena luasan yang besar dan kerapatan gulma pada gawangan mati tinggi serta alat yang digunakan masih sederhana.

Jenis gulma-gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatrichum,

Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Mikania micrantha, Asystasia coromandeliana, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Cyperus rotundus, Neprolepis biserrata, Stenochlaena palustris, Ottocloa arnotiana, Clidemia hirta, dan Borreria alata. Dalam pelaksanaan rawat gawangan jika

24

tersebut dikerjakan secara khusus. Rotasi yang digunakan dalam rawat gawangan adalah tiga kali setahun. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem harian dengan upah Rp 15 000,-/hari dengan lama kerja 5 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata– rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

CPT Chemist. CPT (Circle, Path, TPH) Chemist merupakan pengendalian

gulma yang dilakukan pada circle (piringan), path (jalan kontrol/pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan bahan kimiawi sistemik dan kontak (Gambar 2). CPT Chemist dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml, knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam tipe polijet (kipas), ember kecil sebagai wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya diatur oleh mandor rawat chemist.

Saat di lapang, dilakukan briefing terlebih dahulu untuk menentukan area yang akan disemprot. Air diambil dari sumber mata air atau parit, kemudian dicampur dengan herbisida. Pada beberapa kasus dimana air sulit didapatkan, maka air ditransportasikan di dalam galon 20 liter menggunakan motor atau mobil

pick-up.

Setelah dilakukan penyemprotan di piringan, diharapkan gulma yang di sekitar piringan menjadi mati dan bersih sehingga mempermudah pengumpulan berondolan pada waktu panen dan mempermudah aplikasi pupuk pada saat pemupukan. Standar pengendalian gulma di piringan adalah: tidak ada anak kayu maupun anak sawit di piringan, tidak ada gulma yang merambat pada keliling dua meter dari tanaman sawit, pakis dan alang–alang tidak tumbuh pada piringan. Penyemprotan dilakukan pada keliling dua meter searah jarum jam. Pada aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di path atau jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 meter dengan hasil yang diharapkan dalam keadaan bersih, dan tidak ada anak kayu yang melintang karena path atau jalan kontrol/pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan dan pemupukan. TPH

25

merupakan tempat tandan buah segar dan berondolan yang sudah dipanen dikumpulkan sebelum diangkut ke pabrik. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 × 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, brondolan tinggal dan tidak ada kotoran di TPH.

Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist) Dalam pengendalian gulma di CPT menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida yang bersifat kontak yang digunakan yaitu

Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis

yang digunakan 0.65-0.7 liter/ha (80 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.5%. Herbisida kontak cara kerjanya langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwama hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran yang tidak meluas.

Herbisida sistemik menggunakan Round-up 486 AS dengan bahan aktif

Isopropilamina glifosat 486 gram/liter dan Pilar-up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan 0.7-0.9

liter/ha (100 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67%. Bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknva. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan tersebut. Efek

26

kematian yang ditimbulkan hampir merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama. Penggunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya aplikasi.

Bahan pembasah dan perata yang digunakan adalah Agral dengan bahan aktif nonifenol etilen oksida 250 gram/liter dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah dan rotasi yang digunakan 3 kali setahun untuk aplikasi CPT chemist. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

Wiping Lalang. Kegiatan wiping lalang merupakan kegiatan khusus

„memburu‟ lalang yang tumbuh di areal (Gambar 3). Alat yang digunakan antara lain: ember, lap, sarung tangan. Wiping lalang menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat 480 gram/liter dengan merek dagang Supremo.

Gambar 3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan

Herbisida tersebut dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan dosis 1 liter/ha dan konsentrasi 1 %. Lalang diburu didalam blok, diaplikasikan dengan menggosokkan kain yang telah direndam campuran herbisida hingga seluruh bagian lalang dibasahi, kemudian ujung lalang dilipat untuk menandakan bahwa lalang sudah diaplikasikan herbisida. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 2 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 2 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

27

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan dan produktivitas tanaman. Sasaran dari kegiatan pemupukan adalah memberikan tanaman kelapa sawit unsur hara yang memadai agar pertumbuhannya sehat pada saat proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif, untuk memperoleh hasil maksimum dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Biaya kegiatan rawat sekitar 40 sampai dengan 60 % digunakan untuk kegiatan pemupukan, oleh karena itu perlu perhatian dan tindakan khusus untuk mempersiapkan program kegiatan pemupukan dari sejak penetapan rekomendasi pemupukan hingga aplikasi di lapangan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemupukan melibatkan aspek manajemen, aspek teknis, dan administrasi pemupukan.

Aspek Manajemen Pemupukan

Dalam pelaksanaan program pemupukan di PT. SAL I melibatkan banyak pihak yang berperan, mulai dari bawah hingga manajemen atas. Secara umum siklus manajemen pemupukan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus Manajemen Pupuk 1. Pengambilan Sampel Daun

Leaf sampling unit (LSU) atau kesatuan contoh daun (KCD) adalah unit

suatu sampel daun yang diambil dari kelompok lahan dengan tanaman yang diamati mewakili dan homogen dimana satu sampel mewakili luasan 20–30 ha, bahkan dapat mencapai 50 ha. Manfaat dari KCD adalah sebagai indikator status

28

hara tanaman yang mencerminkan kecukupan hara dan indikasi kekurangan atau kelebihan hara yang menjadi pertimbangan dalam pemberian dosis pupuk.

Pengambilan KCD hanya boleh dilakukan pada pagi hari pada pukul 06.30–12.00 sehingga tidak dibenarkan melakukan pengambilan sampel daun pada sore hari. Pengambilan sampel daun dapat ditunda apabila (1) malam sebelum pengambilan sampel daun terjadi hujan dengan CH > 20 mm maka pengambilan KCD dilakukan keesokan harinya, dan (2) saat pengambilan sampel daun terjadi hujan maka ditunda sampai berhenti dan bintik hujan tidak ada lagi.

Pengambilan pohon sampel berjumlah 33–36 pohon tiap blok KCD, dimana penetapan pohon sampel tergantung sistem misalnya: 12 × 13, yang artinya pemilihan pohon sampel setiap 12 pohon dalam barisan, dan setiap 13 baris dalam blok. Pemilihan pohon sampel dimulai dari pohon ketiga setiap masuk barisan KCD. Pemilihan pohon sampel harus mewakili blok tersebut, yang berarti kondisi pohon sampel relatif sama dengan kondisi tanaman di blok tersebut. Pada pengambilan sampel daun, pohon yang tidak boleh dijadikan sampel adalah: pohon sakit (abnormal), tumbuh miring; tumbuh di pinggir jalan ataupun pinggir parit/sungai; merupakan pohon hasil penyisipan; dan disekelilingnya ada tanaman kosong/tidak ditanam.

Pada pohon sampel yang telah ditentukan, contoh daun yang diambil adalah daun ke-17. Kemudian dari daun yang sudah dipotong dicari titik bagian tengah. Titik bagian tengah adalah bagian dari tulang daun (rachis) yang berbentuk seperti jarum. Anak daun (leaflets) yang ada tepat di sebelah titik bagian tengah dipotong pada bagian tengahnya sama rata. Anak daun dipotong pada bagian tengahnya kira-kira sepanjang 15-20 cm, tulang anak daun (midrib) dibuang, helaian (lamina) yang tertinggal dipotong kecil dengan panjang kira–kira satu cm. hasil sampel daun harus disimpan dalam kantong plastik atau amplop yang bersih dan diberi label; tidak boleh terkena tanah, kotoran/debu, pupuk, keringat, dan asap rokok; juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

2. Analisis hara

Sampel daun yang sudah diambil, disarankan untuk dikeringkan didalam amplop berlubang pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur akibat kondisi hasil

29

sampel daun yang lembab. hasil KCD kemudian dikirim ke bagian Research and

Development (R&D) untuk kemudian dianalisis kandungan hara pada tiap sampel

daun yang ada.

3. Rekomendasi Pemupukan Final

Bagian R&D mengirim hasil sampel ke laboratorium untuk diuji apakah terjadi kondisi kekurangan hara, hara tersebut cukup atau terjadi kelebihan hara bagi tanaman dengan cara analisis daun. Dari hasil uji laboratorium, R&D membuat rekomendasi pemupukan dengan mengobservasi mengenai unsur hara tanaman yang dibandingkan dengan standar yang ada. Rekomendasi kebutuhan dan dosis rata–rata pemupukan pada kebun inti I pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Selanjutnya, rekomendasi kemudian dikirim ke bagian operasional kebun.

4. Lembar Pemesanan

Pengadaan pupuk dimulai dengan menyusun purchasing requition (PR) tentang jumlah kebutuhan pupuk dan jenis pupuk yang berasal dari rekomendasi pemupukan final, yang kemudian selanjutnya menyusun lembar pemesanan atau

purchasing order (PO). PO dibuat oleh bagian operasional kebun. PO yang sudah

dibuat, kemudian dikirim ke kantor pusat (HO, Head Office). 5. Pengadaan pupuk dan Pembelian

Dalam pengadaan pupuk, pihak Procurement dan Finance harus melakukan beberapa tahapan mulai dari menyusun daftar pembelian sampai dengan pengikatan kontrak/perjanjian. Kegiatan tender dan proses pembelian harus dilakukan segera dengan harapan mendapatkan kebutuhan pupuk dan harga yang bersaing. Pemilihan supplier melibatkan pihak manajemen tingkat atas (kantor pusat) sebagai pemegang keputusan. Barang yang dikirim oleh pihak

supplier diserahkan ke bagian gudang dengan memberikan surat tanda terima

barang. Dalam hal ini pembayaran akan diserahkan ke bagian keuangan kantor pusat.

6. Pengiriman

Pupuk yang telah dikirim oleh supplier kemudian disimpan dalam gudang khusus untuk pupuk. Manajemen gudang bertanggung jawab atas penyaluran

30

pupuk ke masing–masing kebun. Administrasi pengambilan pupuk menggunakan SPM (Surat Pengambilan Material) yang berisi keterangan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk, bobot pupuk. Surat pengambilan material ditandatangani oleh pemohon (Asisten afdeling), kepala gudang, kepala tata usaha, dan administratur (Lampiran 9).

7. Aplikasi pupuk

Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan bila didukung oleh faktor-faktor pemeliharaan lainnya. hal lain yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, dan jembatan panen, alat transportasi, dan alat– alat yang lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda. Interval pemupukan antar jenis aplikasi pemupukan rata–rata adalah dua bulan. Aplikasi pemupukan dijelaskan lebih lanjut dalam aspek teknis pemupukan.

Aspek Teknis Pemupukan

Waktu pelaksanaan pemupukan dilakukan pada musim hujan kecil, dimana curah hujan rata–rata bulan tersebut diantara 75–200 mm. Pemupukan TM dilakukan dalam dua semester yaitu pada semester satu, Januari sampai Juni dan semester dua, pada Juli sampai Desember. Kegiatan pemupukan pada semester satu yang belum tuntas harus segera diselesaikan pada semester dua. Kegiatan penaburan pemupukan dilakukan dengan sistem gang (baca: geng), yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Pemupukan tidak dilakukan sendiri oleh masing-masing afdeling melainkan secara global dalam satu kebun inti I. Aplikasi pemupukan dilakukan mulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, penaburan pupuk, pengumpulan karung untilan, dan aplikasi tandan kosong.

Penguntilan Pupuk. Pupuk yang terdapat di gudang ditransportasikan ke

31

diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis enam pohon tanaman kelapa sawit. Sebagai contoh: Rekomendasi dosis pupuk dolomit untuk semester satu pada blok OC-5 sebesar satu kilogram per tanaman, maka satu untilan untuk pupuk dolomit pada blok OC-5 sebesar enam kilogram per untilan. Takaran besar untuk penguntilan mengikuti dosis untilan, dimana takaran tersebut dibuat dari wadah bekas herbisida yang dipotong dan dikalibrasi. Perlu dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat. Basis kerja penguntilan adalah 1 250 kg/orang. Untilan kemudian disusun rapi sesuai blok per blok yang akan dipupuk dan diberi label (Gambar 5).

Gambar 5. Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label

Pengeceran Pupuk. Untilan kemudian ditransportasikan atau diecer ke

blok pada hari-H pemupukan dengan menggunakan truk bak terbuka. Untuk tiap dua baris (satu jalur) tanaman kelapa sawit dari pinggir hingga ke jalan kontrol (path control) dengan jumlah tanaman sekitar 24 tanaman, dapat diberikan masing–masing empat buah untilan pada tiap sisi dalam satu jalur. Untilan dialokasikan di jalan koleksi (collection road) pada kedua sisi blok yang akan ditabur. Upah kerja pengecer / pelangsir Rp 15,-/kg.

Pelangsiran dan Penaburan Pupuk. Tenaga pelaksana pada kegiatan

pemupukan adalah PHL (pekerja harian lepas). Tenaga kerja pemupukan diperoleh dari tenaga kerja yang datang pada hari pemupukan yang sebagian besar didatangkan dari luar kebun.

Penabur diberi takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Takaran pupuk dibuat dari pipa PVC berdiameter empat

32

inchi yang mempunyai alas (tutup bawah) berupa papan bulat setebal satu cm (Gambar 6).

Gambar 6. Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP

Penabur dibagi dalam dua grup, disisi timur dan barat blok. Dalam tiap grup, penabur harus genap sehingga dapat berpasangan dalam menabur pupuk. Setiap pasang penabur mendapat satu jalur sesuai nomor penabur. Jalur tersebut diberi pancang bernomor, kemudian penabur tersebut mengangkut untilan kedalam blok, untuk diletakkan pada tanaman keenam dari pinggir blok dan pada tanaman batas jalan kontrol, kemudian keluar blok untuk melangsir untilan berikutnya. Demikian pupuk dilangsir kedalam blok hingga blok tersebut selesai oleh penabur, dimana nomor pasangan penabur harus sesuai dengan nomor pancang (Gambar 7a).

Untuk melakukan penaburan pupuk, penabur kembali masuk kedalam blok sampai ke batas jalan kontrol, sehingga pasangan penabur yang berasal dari masing–masing sisi blok bertemu. Penabur masuk ke dalam jalur berdasarkan nomor pancang sesuai dengan nomor penabur. Penabur tidak diperkenankan menabur sebelum seluruh penabur dalam dua grup tersebut masuk kedalam blok dan ada aba-aba peluit dari mandor. Peluit dibunyikan kemudian penabur mengaplikasikan pupuk tersebut menggunakan takaran pupuk. Setelah satu jalur pada pasangan penabur selesai, penabur masuk kembali ke dalam jalur berikutnya sesuai nomor pancang, menunggu aba-aba dari mandor kemudian menabur pupuk hingga blok tersebut selesai (Gambar 7b). Basis kerja penabur adalah 300 kg/HK atau tujuh jam kerja, selebihnya dihitung lembur. Prestasi kerja penulis rata–rata 350 kg/HK.

33

Gambar 7. Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk

Pengumpulan Karung Untilan. Karung untilan yang sudah kosong

kemudian dikumpulkan dan diangkut ke gudang untuk dipergunakan lagi untuk penguntilan berikutnya (Gambar 8). Pekerjaan pemupukan kemudian dilanjutkan ke blok berikutnya, hingga blok yang direncanakan selesai dikerjakan pada hari itu juga.

Gambar 8. Pengumpulan Karung Untilan

Aplikasi Tandan Kosong. Kebun PT. SAL I juga mengaplikasikan tandan

kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai sumber pupuk organik. TKKS adalah sisa dari pengolahan kelapa sawit berbentuk padat (janjangan) yang berasal dari TBS yang telah diolah. hasil analisis menunjukkan bahwa TKKS memiliki kandungan hara dengan nilai 42.8% C, 0.80% N, 2.90 % K2O, 0.22% P2O5, 0.30% MgO, dan unsur mikro, antara lain 10 ppm B, dan 23 ppm Cu (Winarna et al., 2003). Rasio C/N yang tinggi menyebabkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme dan mineralisasi di lapangan relatif lambat (Pahan, 2008). Kendala lainnya adalah biaya pengangkutan yang tinggi karena sifatnya yang meruah (bulky).

TKKS yang berasal dari pabrik dikumpulkan terlebih dahulu di terminal limbah, yang selanjutnya diangkut menggunakan truk berkapasitas 4–5 ton.

34

TKKS kemudian dibawa ke kebun, diecer di jalan koleksi pada blok yang akan diaplikasikan, dan diecer oleh pekerja secara merata di luar piringan tanaman. Pengaplikasian dilakukan dengan ketebalan satu lapis untuk mencegah perkembangbiakan hama kumbang (Oryctes sp.) dan mempercepat penguraian. Kegiatan pemberian TKKS dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun.

Administrasi Pemupukan

Administrasi pemupukan digunakan sebagai pelaporan jumlah tenaga kerja dan pembiayaan hari kerja (HK) yang harus dibayar pada kegiatan pemupukan, selain itu administrasi dibuat sebagai tanda bukti pertanggunggjawaban secara tertulis. Bagian yang terkait dengan administrasi pemupukan adalah jurnal harian dan buku absensi yang keduanya diisi oleh mandor, data dan informasi yang terdapat pada jurnal harian dan buku absensi mandor lalu dibuat dalam bentuk laporan harian oleh kerani afdeling. Kumpulan data laporan harian dibuat dalam laporan bulanan dan laporan tahunan.

Jurnal harian adalah buku pelaporan oleh semua mandor dan juga termasuk kerani untuk setiap kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Khusus untuk kegiatan pemupukan, pelaporan pada jurnal harian meliputi nama mandor, jenis kegiatan, jumlah tenaga kerja (dalam HK), jumlah pupuk, jenis pupuk, dosis pupuk, blok dan afdeling yang diaplikasikan, jumlah tenaga kerja penabur, jumlah tenaga kerja pengecer, tenaga kerja penguntil, dan premi total tenaga kerja.

Buku absensi mandor berisi pelaporan yang sama dengan jurnal harian dengan tambahan data nama dari tenaga kerja, jumlah HK dan premi yang secara rinci untuk masing–masing tenaga kerja. hal ini berguna untuk memberikan upah sesuai dengan catatan buku absensi mandor. Mandor juga melakukan tugas asisten dengan mengisi berita acara pemupukan blok tuntas (Lampiran 10).

Sensus Produksi

Sensus produksi adalah kegiatan mendata jumlah bunga, buah hitam (buah mentah), dan buah matang (merah) dalam blok tertentu. Sensus dilakukan untuk

Dalam dokumen MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Halaman 34-55)

Dokumen terkait