ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK
REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH
JEFRIALDI
072401034
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UN IVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK
REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya
JEFRIALDI
072401034
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UN IVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR
DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : JEFRIALDI
Nomor Induk Mahasiswa : 072401034
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juni 2010
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Ketua ,
Dr. Rumondang Bulan, MS Drs. Usman Rasyid
PERNYATAAN
ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan. Beberapa kutipan dan ringkasan tersebut masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan baik.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil pelaksanaan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PPKS Medan dan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang diambil penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
“ANALISA FOSFOR TANAH DAN FOSFOR DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFAT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: Ayah dan ibu tercinta yang telah bersusah payah dan tanpa pamrih berbuat yang terbaik, mendukung dan memberi dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan semua masalah yang penulis hadapi. Bapak Drs. Usman Rasyid, selaku pembimbing dalam hal penulisan Karya Ilmiah, Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia, Ibu Dr. Marpongahtun, M. Sc selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis, Bapak Drs. Eka Nuryanto, M. Si selaku pembimbing lapangan, Bapak Baharuddin AR, B. Sc selaku penanggung jawab laboratorium tanah dan daun PPKS, serta karyawan/i laboratorium tanah dan daun yang telah memberikan banyak pengarahan serta bimbingan pada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna untuk menyempurnakan pembuatan laporan ini.
Medan, Juni 2010
ABSTRAK
PHOSPHORIC ANALYSIS OF SOIL AND LEAVES FOR PHOSPHORIC PHOSPHATE FERTILIZATION RECOMMENDATIONS IN OIL PALM
PLANTATION
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 16
3.1. Analisa Kandungan P dalam Tanah 16
3.2. Analisa Kandungan P dalam Daun 18
BAB 4 HASIL DAN REKOMENDASI 22
4.1. Data Hasil Analisa P dalam Tanah 22
4.2. Data Hasil Analisa P dalam Daun 24
4.3. Rekomendasi Jumlah Penggunaan Pupuk 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 31
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P dalam Tanah 22
Tabel II Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Tanah 23
Tabel III Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P dalam Daun 24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ABSTRAK
PHOSPHORIC ANALYSIS OF SOIL AND LEAVES FOR PHOSPHORIC PHOSPHATE FERTILIZATION RECOMMENDATIONS IN OIL PALM
PLANTATION
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Adlin (2008), Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia
dalam kurun waktu 35 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor
maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani
perkebunan serta transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sejak
tahun 1986 Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa
sawit harus dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi. Komoditi
ini bukan lagi monopoli Perkebunan Besar Negara atau Perkebunan Besar Swasta.
Jika dilihat dari sumbangan devisa yang dihasilkan terhadap devisa non migas,
memang masih kecil, misalnya pada tahun 1988 hanya 1,99% saja dari nilai ekspor
non migas. Komoditi ini telah berhasil mengatasi kekurangan minyak goreng yang
berasal dari minyak kelapa yang terjadi sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar
dari produksi dipakai untuk ekspor maka sejak tahun 1972 keperluan dalam negeri
menjadi berbanding sama atau kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi ini ternyata
berhasil menembus daerah yang selama ini belum memiliki seperti Kalimantan,
Sulawesi, Irian Jaya dan provinsi lainnya di luar Aceh, Sumut dan Lampung.
Komoditi ini ternyata cocok dikembangkan baik berbentuk pola usaha Perkebunan
Besar maupun skala kecil untuk petani. Pertumbuhannya kelihatan cukup bersahabat
ketimbang tanaman lain dan lebih ampuh menghadapi berbagai kendala dan masalah.
Menurut Hadi (2004), dengan semakin pentingnya peranan kelapa sawit dalam
negara, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan
pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain
adalah pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak tahun 1978, pola kemitraan,
pemberian kredit investasi oleh Bank Indonesia, dan pembatasan ekspor melalui
penerapan pajak ekspor CPO untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam
negeri, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan lahan untuk pemuliaan tanaman
kelapa sawit.
Menurut Novizan (2005) tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur
hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman
semestinya dapat diperbaharui sehingga kandungan unsur hara didalam tanah tetap
dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Pengambilan unsur hara oleh tumbuhan
diimbangi dengan pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah yang
menyebabkan tanah menjadi subur. Varietas unggul yang digunakan banyak petani
pada umumnya memiliki sifat yang rakus terhadap unsur hara. Jika varietas unggul ini
digunakan secara terus-menerus, tanah akan semakin miskin akan unsur hara. Kondisi
ini dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara secara tepat, yakni lewat
pemupukan.
1.2 Permasalahan
Apakah kandungan P dalam tanah suatu areal perkebunan kelapa sawit masih
berada dalam jumlah yang cukup untuk mendukung produktifitas optimal tanaman.
1.3Tujuan
- Dengan mengetahui kadar Fosfor yang terdapat dalam tanah dan daun, dapat
dibuat rekomendasi banyaknya pupuk Fosfat yang harus ditambahkan untuk
memenuhi kebutuhan tanaman.
1.4 Manfaat
- Sebagai bahan informasi untuk memperoleh dosis anjuran yang tepat bagi
pihak perkebunan kelapa sawit
- Dapat menggunakan pupuk dengan efisien untuk memperoleh produksi yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara
taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoidae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis
Tanaman kelapa sawit dapat juga digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung
atau cangkang dan warna buah.
Berdasarkan ketebalan cangkang, tebal tipisnya cangkang tanaman kelapa sawit
dapat dibagai menjadi tiga jenis atau varietas, yaitu sebagai berikut:
- Dura
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut
pada bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar
dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina
- Pisifera
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada),
daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji
sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat
digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan
sebagai induk jantan.
- Tenera
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut
disekeliling tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih
banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura
dengan Pisifera. Jenis ini merupakan yang paling banyak ditanam dalam
perkebunan dengan skala besar. Umumnya menghasilkan lebih banyak
tandan buah.
Berdasarkan warna buah, warna buah kelapa sawit dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu sebagai berikut:
- Nigrescens
Ciri-cirinya: buah muda berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan buah
yang masak berwarna jingga kehitam-hitaman
- Virescens
Ciri-cirinya: buah muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak
- Albescens
Ciri-cirinya: buah muda berwarna keputih-putihan, sedangkan buah yang
masak berwarna kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman.
( Tim Bina Karya Tani, 2009 )
2.2 Daun (Folium)
Daun (folium) pertama yang keluar pada bibit adalah berbentuk lanceolate,
kemudian muncul bifurcate, dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit yang berumur 5
bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada 12 bulan
akan ada 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun atau petiole
adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun dan terdiri
atas rachis (basisfolii), tangkai daun atau petiole (petiolus) dan duri (spine), helaian
anak daun (lamina), ujung daun (apexfolii) dan daging daun (tervenium).
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakkan putar kanan. Pengenalan ini penting
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang
dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun
dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun tergatung pada umur tanaman.
Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 kemudian
akan berkurang sesuai umur, menjadi 18-25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur
dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedangkan pada tanaman
muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah ini dapat bevariasi tergantung pada
tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Untuk tercapainya produksi yang
2.3 Pengertian Tanah
Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat diserap dari kuatnya
keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pendauran bahan yang berlangsung di
permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau
sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang
berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.
Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang
berlangsung di daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja
dalam waktu yang sangat panjang, dan berwujud sebagai suatu tubuh dengan kesatuan
organisasi dan morfologi yang membentuknya (disadur dari Schroeder,1984). Pada
dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang
memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. (Notohadiprawiro, 1998)
Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat
digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini
dapat diselidiki dari penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).
Tubuh tanah merupakan medium tempat bertumpunya perakaran tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai wadah dan sumber dari
hara dan air, dan sebagai pengendali keadaan-keadaan lain yang diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan tanaman.
Kemampuan tanah sebagai medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman
digunakan dalam berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu
adalah produktivitas tanah dan kesuburan tanah. Produktivitas tanah diberi batasan
sebagai kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen
merupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang
mempengaruhi hasil tanaman. (Mas'ud,1992)
Tanah yang dikehendaki tanaman adalah yang berstruktur gembur, di dalamnya
terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara. Air tanah dan udara
sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang kita
kehendaki ialah struktur tanah yang gembur. Keuntungan struktur tanah demikian
ialah udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut
sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting
dalam proses pelapukan bahan organik didalam tanah. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki struktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk
kandang, kompos, atau pupuk hijau). (Lingga P. dan Marsono, 2005)
Tanah-tanah di kawasan basah telah berkembang dalam kondisi curah hujan
melebihi evapotranspirasi hampir sepanjang tahun. Dalam kondisi ini telah terjadi
pengurasan secara bertahap basa-basa tanah dan pengembangan keasaman tanah.
Lempung tanah sering mengandung selaput Fe dan Al hidroksi. Bahan-bahan tersebut
secara nyata mempengaruhi retensi dan ketersediaan kation dan anion pupuk pada
tanah-tanah masam. (Goenadi D.H, 1997)
Guna tekstur tanah secara fisik berperan pada struktur, aerasi dan suhu tanah,
dan secara kimia berperan dalam pertukaran ion-ion, sifat penyangga kejenuhan basa
dan sebagainya. Fraksi liat tergolong pada bagian tanah yang aktif, sedangkan fraksi
pasir dan debu non aktif. Penetapan di lapangan dengan cara perasa. Ambil contoh
tanah dan basahi dengan air sedikit demi sedikit sambil dirasakan. (Kuswandi, 1993)
Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang
diperbaharui sehingga kandungan unsur hara didalam tanah tetap seimbang.
Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan
bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah.
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan.
Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia
dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan
lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam
mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat
gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia
tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke
tanah.
a. Unsur Hara Esensial
Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh unsur Karbon (C) dan Oksigen (O2) dari
udara melalui stomata yang terdapat di permukaan daun. Kedua unsur tersebut
selanjutnya diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur Hidrogen (H) didapatkan
dalam bentuk Air (H2O). Unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah,
yakni Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalsium
(Ca), Besi (Fe), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum
(Mo), dan Klor (Cl).
b. Larutan Tanah
Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah. Larutan ini
mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Diantaranya
alumunium. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah
konsentrasi (kepekatan) dan susunan kimianya.
Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah
basah. Sering kali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman.
Kadar garam sebesar 0,5% saja sudah berbahaya bagi tanaman.
c. pH Tanah
Keasaman atau pH (- log H+) adalah nilai (pada skala 0-14) yang menyatakan
jumlah ion H+. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran
0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH
-,sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil daripada ion OH-,
larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah
ion H+ di dalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH-, larutan tanah disebut
bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam larutan
tanah, reaksi tanah tersebut akan semakin asam.
d. Kapasitas Tukar Kation
Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan
unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan
memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+, H+, Mg2+, K+, Na+, Al3+,
dan NH4+. Daya tarik-menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet
menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Kation yang telah melekat
pada koloid tanah tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion
2.4 Unsur Hara Dalam Tanah
Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibedakan menjadi
unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak, apabila kurang, pertumbuhan tanaman dan
produksi akan berkurang. Mineral yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K,
Ca, dan Mg. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit, apabila kurang sedikit saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, dan
apabila kelebihan sedikit saja tanaman akan beracun. Unsur hara mikro antara lain
adalah B, Cu, dan Zn.(Pahan. I, 2008)
Unsur hara didalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro.
Adapun kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman, adalah sebagai berikut:
a. Nitrogen
Peranan utama Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, Nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
b. Fosfor
Unsur fosfor (P) bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai
bahan mentah untuk pembentukkan sejumlah protein tertentu, membantu proses
asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembuangan, pemasakan biji, dan
c. Kalium
Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukkan protein dan karbohidrat.
Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah gugur. Yang tidak biasa dilupakan ialah Kalium pun merupakan
sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.
d. Magnesium
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan
minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang
peranan penting dalam transportasi Fosfat dalam tanaman. Dengan demikian,
kandungan Fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah unsur
Magnesium.
e. Kalsium
Bagi tanaman, Kalsium (Ca) bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu
akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukkan biji. Kalsium
yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk menetralisasikan senyawa
atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.
f. Belerang
Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Unsur ini merupakan
unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur ini
pun membantu pertumbuhan anak tanaman. Selain itu, sulfur merupakan bagian
penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan
g. Klor
Memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas,
kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari Klor (Cl). Unsur ini
pun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman. (Hanafiah,K.A, 2005)
2.5 Pemupukan
Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang diberikan dapat menambah atau
melengkapi unsur hara yang telah tersedia dalam tanah. Karena hanya bersifat
menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan harus diketahui
gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu, khususnya kemampuan awal
untuk mendukung kehidupan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah
memiliki empat fungsi utama :
- Memberi unsur hara dan sebagai media panakaran
- Menyediakan air dan sebagai tempat penampungan (reservoir) air
- Menyediakan udara untuk respirasi (pernafasan) akar
- Sebagai tempat bertumpunya tanaman
Tanah tersusun dari empat komponen dasar, yakni bahan mineral yang berasal dari
pelapukan batu-batuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk
hidup, air dan udara. Berdasarkan unsur peyusunnya, tanah dibedakan menjadi dua
golongan , yakni tanah mineral dan tanah organik.
Tanah mineral terbentuk dari pelapukan dan hancuran batu-batuan. Kandungan
bahan organiknya sangat kecil (1-6 %). Tanah organik terbentuk dari pembusukan
tanah organic sangat terbatas, misalnya tanah gambut di daerah rawa. Tanah yang
biasa digunakan untuk kegiatan pertanian termasuk jenis tanah mineral.
Sifat kimia tanah berhubungan erat degan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang
dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan
gambaran reaksi pupuk setelah disebarkan ke tanah.
Pemupukan Fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor
merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat
pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan Fosfor sangat
diperlukan oleh tanaman yang tumbuh didareh dingin, tanaman dengan perkembangan
akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen.
Misalnya : kacang-kacangan.( Novizan, 2005)
Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan hal terpenting ditinjau
dari kegunaan atau biaya yang dipakai. Dosis, jenis pupuk dan lain-lain tergantung
dari beberapa hal sebagai berikut:
- Umur tanaman
- Tingkat produksi yang dicapai
- Realisasi pemupukan sebelumnya
- Jenis pupuk yang dipakai
- Analisa kadar hara pada daun
- Dll
Tanaman yang mengalami kekurangan hara biasanya memperlihatkan gejalanya.
melakukan analisa tanah dan daun. Analisa tanah dipakai untuk mengetahui
ketersediaan hara didalam tanah sedangkan analisa daun dipakai untuk melihat status
terakhir yang ada pada tanaman.
Ketersediaan Fosfor yang diambil tanaman dipengaruhi oleh pH yang dominan,
mikroorganisme dan bahan organik. Pada tanah alkalis (pH tinggi) Fosfor akan lebih
kuat terikat oleh Ca sehingga efisiensi dari pupuk akan berkurang. Sebaliknya pada
pH yang lebih rendah daya larutnya lebih besar sehingga untuk tanaman kelapa sawit
yang dibudidayakan dilahan gambut yang umumnya memiliki pH < 4 (asam), maka
pupuk P yang lebih cocok digunakan adalah RP (Rock Phosphate). Fosfor merupakan
hara yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Biasanya untuk
pemupukan P ini dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan pupuk yang dipakai
adalah RP(Rock Phosphate) ataupun TSP(Triple Super Phosphate).
TSP(Triple Super Phosphate) adalah pupuk P yang :
- Mudah larut
- Berwarna abu-abu berbentuk butiran(prill)
- Tidak higroskopis
- Mengandung P yang tinggi yaitu 45 %
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Analisa Kandungan P Dalam Tanah
Prinsip
Ion-ion ortofosfat dengan molibdat dalam lingkungan asam akan membentuk
fosfomolibdat berwarna kuning. Reduksi dengan asam askorbat menghasilkan
senyawa berwarna biru yang disebut molibdenum biru.
Bahan-bahan
- HCl 5 N, dipipet 415 mL HCl p.a. (37 %), dimasukkan kedalam labu ukur 1 L
yang telah berisi air destilasi setengahnya, kocok dan dibiarkan sampai dingin,
ditambahkan lagi air destilasi sampai volumenya 1 L, lalu homogenkan.
- Larutan NH4F 2 N, ditimbang 37 g NH4F, dilarutkan dalam labu ukur 500 mL
dengan air destilasi sampai volumenya 500 mL, lalu dihomogenkan.
- Larutan Bray II, dipipet 17 mL HCl p.a. (37 %) dan 30 mL NH4F 2 N,
kedalam labu ukur 2 L, lalu diencerkan dengan air destilasi menjadi 2 L, lalu
dihomogenkan.
- Pereaksi P- pekat, 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dan 0,277 g K(SbO)C4H4O6. 0,5
kedalam labu ukur 1 L, ditambahkan 140 mL H2SO4 p.a. (98 %) secara
perlahan, encerkan dengan air destilasi sampai 1 L dan dihomogenkan.
- Larutan Asam Askorbat (C6H8O6) 0,1 N , ditimbang 0,889 g (C6H8O6),
dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan air destilasi
sampai 100 mL dan dihomogenkan.
- Pereaksi Pewarna Fosfor (P), dicampurkan 100 mL larutan pereaksi P-pekat
dengan 60 mL larutan Asam askorbat 0,1 N , encerkan dengan air destilasi
sampai 1 L lalu dihomogenkan. Larutan pewarna ini harus selalu dibuat baru.
- Larutan standar induk P, 1.000 ppm, 2,195 g KH2PO4 (yang telah
dikeringkan selama 2 jam dalam oven 105oC) dilarutkan sampai 500 mL
dalam labu takar dengan larutan P-Bray II dan dihomogenkan.
- Larutan standar P, 100 ppm, dipipet 10 mL larutan standar induk 1.000 ppm P
kedalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan sampai 100 mL dengan
larutan P-Bray II dan dihomogenkan.
- Seri larutan standar P, dipipet berturut-turut 0,25; 0,5; 0,75; dan 1,0 mL
larutan standar 100 ppm P kedalam masing-masing labu ukur 100 mL,
diencerkan dengan larutan P-Bray II sampai 100 mL dan dihomogenkan.
Alat-alat
- Pengocok Elektrik
- Spektrofotometer (Perkin Elmer λ 3B dan λ25)
- Botol plastik 30 mL
- Botol kaca 30 mL
Cara Kerja
Ditimbang 2,00 g contoh tanah kasar kering udara, dipindahkan kedalam botol
plastik 30 mL. Kedalamnya ditambahkan 20 mL larutan P-Bray II. Setelah dikocok
5 menit disaring dengan kertas saring whatman no. 2. Dipipet 2 mL ekstrak kedalam
botol kaca 30 mL, ditambahkan 10 mL larutan pewarna, diaduk dan dibiarkan 30
menit, akhirnya diukur absorbansinya pada λ 660 nm dengan spektrofotometer.
3.2. Analisa Kandungan P Dalam Daun
Prinsip
Bahan organik didestruksi dengan H2SO4 p.a (98 %) sampai suhu 280 oC,
dengan H2O2 30 % sebagai katalisator.
Bahan-bahan
- H2SO4 p.a
- H2O2 30 %
- Larutan H2S04 5 N, dipipet 70 mL asam sulfat pekat, kemudian dimasukkan
perlahan – lahan melalui dinding kedalam labu ukur 500 mL yang telah berisi
air destilasi setengahnya , kemudian dipenuhkan sampai 500 mL dengan air
destilasi dan dihomogenkan.
- Larutan (NH4)6Mo7024 4 %, ditimbang 40 gram ammonium molibdat
dilarutkan kedalam labu ukur 1 L dengan air destilasi dan dipenuhkan sampai
- Larutan Asam Askorbat (C6H8O6 ) 0,1 N, ditimbang 0,889 gram C6H806
dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan air destilasi sampai
100 mL dan dihomogenkan.
- Larutan Kalium Antimonil Tatrat (KSbOC4H4O6), ditimbang 0,247 gram
KSbOC4H4O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi sampai 100 mL
didalam labu ukur dan dihomogenkan.
- Larutan campuran, dicampurkan 50 mL H2SO4 5 N, 15 mL (NH4)6Mo7O24
4 %, 30 mL C6H8O6 0,1 N, dan 5 mL KSbOC4H4O6 lalu diaduk sampai semua
larutan tercampur semua ( Larutan yang dibuat untuk 100 botol contoh ).
- Larutan standar induk P, 100 ppm, ditimbang 0,2195 gram KH2PO4 yang telah
dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 2 jam, kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan larutan H2SO4
0,36 N sampai 500 mL dan dihomogenkan.
- Seri larutan standar P, dipipet berturut-turut 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mL larutan
standar induk P 100 ppm kedalam masing-masing labu ukur 100 mL,
diencerkan dengan larutan H2SO4 0,36 N sampai 100 mL dan dihomogenkan.
- Larutan H2SO4 0,36 N, dipipet 10 mL H2SO4 p.a. (98 %) dimasukkan
kedalam labu ukur 1 L, diencerkan dengan air destilasi sampai 1 L dan
Alat-alat
- Tabung reaksi 20 mL
- Timbangan analitik
- Penangas listrik khusus untuk tabung reaksi ukuran 20 mL
- Kertas saring whatman No. 40
- Botol kaca 30 mL
- Spektrofotometer ( Perkin Elmer λ 3 B dan λ 25 )
Cara kerja
Sampel dikeringkan dalam oven pengering pada temperatur 105 oC selama 2
jam. Lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi 20 mL, ditambahkam 1 mL H2SO4 pekat
dan 0,5 mL H2O2 30 %, setelah dingin digoyang perlahan-lahan, dipanaskan diatas
penangas listrik dalam block aluminium. Temperatur dinaikkan perlahan-lahan sampai
mencapai ± 160 oC. Contoh akan menjadi agak lebih hitam dan agak berbuih, bila
larutan contoh sudah tidak berbuih lagi, tabung diangkat dan didinginkan. Setelah
dingin ditambahkan 0,5 mL H2O2 30 % dan destruksi dilanjutkan kembali.
Penambahan H2O2 30 % diulangi sampai larutan contoh menjadi bening dan destruksi
disempurnakan pada suhu 280 oC selama ± 15 menit, kemudian tabung reaksi
diangkat dari pemanas dan didinginkan. Larutan disaring kedalam labu ukur 100 mL
menggunakan kertas saring whatman No. 40, kertas saring dibilas dengan air destilasi,
air bilasan dicampurkan kedalam labu ukur, tambahkan air destilasi kedalam labu ukur
sampai 100 mL. Larutan ini dipakai untuk analisa P. Dilakukan juga cara destruksi
Dipipet 1 mL filtrat hasil destruksi contoh daun, disertai blanko dimasukkan
kedalam botol kaca 30 mL , setelah ditambahkan 5 mL air destilasi dan 1 mL larutan
campuran, dikocok agar homogen dan diamkan selama 15 menit. Diukur
BAB 4
HASIL DAN REKOMENDASI
4.1. Data Hasil Analisa P Dalam Tanah
Tabel I : Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P
Konsentrasi
(ppm) Absorbansi
0.250 0.015
0.500 0.035
0.750 0.055
1.000 0.074
Tabel II : Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Tanah
Absorbansi blanko = 0.0006
No.
Lab As As - Ab
Berat
Contoh (gr) Intersep Slope
Konsentrasi
As : Absorbansi sampel
Ab : Absorbansi blanko
Perhitungan konsentrasi larutan:
Perhitungan konsentrasi Fosfor tanah dalam contoh:
4.2. Data hasil Analisa P Dalam Daun
Tabel III : Data Hasil Kalibrasi Dengan Larutan Standar P
Konsentrasi
(ppm) Absorbansi
0.500 0.038
1.000 0.074
1.500 0.112
2.000 0.148
Tabel IV : Data Hasil Percobaan Konsentrasi Fosfor Dalam Sampel Daun
Absorbansi Blanko = 0.0004
No
As : Absorbansi sampel
Ab : Absorbansi blanko
Perhitungan Konsentrasi larutan :
1. Konsentrasi (%) =
Perhitungan Konsetrasi Fosfor daun dalam contoh :
4.3. Rekomendasi Jumlah Penggunaan Pupuk
Adapun Rumus perhitungan untuk pemupukan Fosfat yang akan dilakukan dari data
diatas adalah sebagai berikut :
Untuk Jumlah pupuk pada tanah
Untuk jumlah pupuk pada daun
Pk = Kn/K x Ps
Jumlah pupuk yang diberikan dari hasil analisis tanah dan daun adalah selisih dari
jumlah pupuk tanah dengan jumlah pupuk daun
Keterangan :
P: Jumlah pupuk yang diberikan ke dalam tanah (kg)
S: Kadar unsur hara tanah standar yang akan dicapai (%)
T: Kadar unsur hara tanah aktual (%)
L: Luas daerah perakaran atau luas piringan perakaran (m2)
D: Kedalaman daerah perakaran tanaman (m)
BV: Berat volume tanah (ton/m3)
Hp: Kadar unsur hara di dalam pupuk (%)
Kn: Kadar unsur hara standar yang akan dicapai (%)
K: Kadar unsur hara daun aktual (%)
Ps: Jumlah pupuk pada tahun sebelumnya
Perhitungan pemberian pupuk (Fosfat, TSP 45 % P2O5) pada tanaman kelapa sawit :
Konversi untuk pemberian pupuk TSP ( P2O5 x 0,44 = P ) → Ulysses S. Jones (1982)
Jadi untuk nilai Hp diperoleh : Hp = (45 % x 0,44 = 19,8 % )
Diketahui : lebar kanopi piringan = 20 cm ( karena berbentuk lingkaran)
maka Luas daerah penakaran tanaman adalah = luas dari kanopi piringan
tersebut.
L = πr2
= 3,14 x (20)2 = 1256 cm2 = 0,1256 m2
D = kedalaman daerah penakaran tanaman yang dianjurkan menurut
Riwandi (2002) adalah 10 cm = 0,1 m
BV = dalam ton/m3 dikonversikan menjadi g/cm3 untuk menyatakan
1 ton/m3 = 1 g/cm3
1 ton = 1.000.000 g
1 m= 100 cm
1m2= 10.000 cm2
Jadi untuk 1 ton/m3 = 1.000.000g/1.000.000 cm3 = 1 g/cm3
Berdasarkan hasil analisis tanah, tanah yang dianalisis adalah jenis tanah lempung dan
mempunyai BV tanah 1,3 g/cm3(diambil nilai tengah dari 1,1 – 1,4 g/cm3)
Untuk sampel diperoleh perhitungan sebagai berikut :
- Sampel 1
Jumlah TSP dalam tanah
P
=
= 0,00576 ton = 5,76 kg
Jumlah TSP dalam daun
Pk= (Kn/K) x P
= (0,165/0,1318) x P ( Kadar pupuk Fosfat pada tahun sebelumnya yang
ditanya pada analis PPKS Medan adalah 1,20 kg/pokok/tahun)
= 1,2518 x 1,20
= 1,5022 kg
Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP
yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :
Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun
= 5,76 – 1,5022
- Sampel 2
Jumlah TSP dalam tanah
P
=
= 0,00575 ton = 5,75 kg
Jumlah TSP dalam daun
Pk= (Kn/K) x P
= (0,165/0,1291) x P
= 1,2780 x 1,20
= 1,5336 kg
Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP
yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :
Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun
= 5,74 – 1,5336
= 4,2064 kg
- Sampel 3
Jumlah TSP dalam tanah
P
=
Jumlah TSP dalam daun
Pk= (Kn/K) x P
= (0,165/0,1264) x 1,20
= 1,5665 kg.
Jadi dari hasil analisis tanah dan daun dapat diperoleh berat pupuk TSP
yang akan diberikan pada tanaman kelapa sawit yaitu :
Berat TSP yang diberikan = jumlah TSP tanah – Jumlah TSP daun
= 5,76 – 1,5665
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil Analisa Kandungan P dalam Tanah dan Daun serta Rekomendasi Penggunaan
TSP.
Sampel
Konsentrasi P Rekomendasi
kg/pohon Daun ( % ) Tanah ( ppm )
1 0,1318 1,4860 4,2578
2 0,1291 2,3376 4,2064
3 0,1264 1,4895 4,1935
5.2 Saran
- Sebaiknya dilakukan pengamatan areal untuk tindakan teknik budidaya yang
akan diterapkan guna penyempurnaan rekomendasi
- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan jumlah pupuk
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, U; 2008. Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia. Edisi 2. PPKS: Medan
Goenadi, D.H; 1997. Teknologi Dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ketiga. UGM-Press:
Yogyakarta
Hadi. M; 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa : Yogyakarta
Hanafiah, K.A; 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Kuswandi; 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius : Yogyakarta
Lingga, P.M; 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya :
Yogyakarta
Mas,ud, P; 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa : Bandung
Mukhlis.; 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press : Medan
Notohadiprawiro, T; 1998. Tanah Dan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Jakarta
Novizan; 2001. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta
Pahan. I; 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. PT. Indopalma Wahana
Hutama : Jakarta
Lampiran 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah
Sifat Tanah Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Karbon (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00
Lampiran 2 Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Yang Menunjukkan Defisiensi, Optimum dan Tinggi
Tanaman Sawit Muda ( < 6 Tahun ) Daun ke 17
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 >3,1
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 >3,0
Sumber : Von Uexkull,H.R amd Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm,