• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. jurnal maupun tesis yang dijadikan referensi dalam penelitian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. jurnal maupun tesis yang dijadikan referensi dalam penelitian ini."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya baik berupa skripsi, jurnal maupun tesis yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian yang dijadikan kajian pustaka dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian sebelumnya mengenai setsuzokushi telah dilakukan oleh Anggraini (2014) yang melakukan penelitian tentang setsuzokushi, dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aidani, dan Kagiri Yang Berfungsi Sebagai Setsuzokushi dalam novel Ryoma ga Yuku karya Routarou Shiba”. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini membahas mengenai bentuk serta makna yang terkandung dalam uchi ni, aida ni dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Routarou Shiba dengan menggunakan teori makna dari Pateda. Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menunjukkan bahwa uchi ni, aida ni dan kagiri yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam bahasa Jepang yaitu, verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna yang berbeda. Setsuzokushi uchi ni dan aida ni mengandung makna adanya dua buah peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu

(2)

situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menggunakan metode dan teknik yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan dengan teknik lanjutan berupa teknik catat, sehingga melalui penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dapat dipahami bagaimana metode dan teknik tersebut diterapkan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian kali ini.

Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa Karya Akutagawa Ryuunosuke “. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai fungsi dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa dan perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa. Metode yang digunakan dalam penelitian Dwita yaitu metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dalam pengumpulan datanya, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah, dalam penyajian analisis penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Dalam penelitian ini, Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori setsuzokushi ga oleh Takayuki, teori setsuzokushi keredomo oleh Takayuki, dan teori gramatikal oleh Abdul Chaer. Hasil dari penelitian ini yaitu setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki satu fungsi yang tidak dimiliki oleh ga yaitu

(3)

menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo. Selain itu ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dwita dengan penelitian kali ini adalah sama-sama membahas mengenai setsuzokushi. Melalui penelitian Dwita, dapat diketahui bagaimana membandingkan dua buah setsuzokushi yang memiliki makna hampir sama sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian kali ini.

Purnamasari (2011) melakukan penelitian mengenai fukujoshi bakari dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan Fukujoshi Bakari dalam Novel 1 Rittoru no Namida Karya Aya Kito”. Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari membahas mengenai variasi bentuk dan makna fukujoshi bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida Karya Aya Kito dengan menggunakan teori bakari yang dikemukakan oleh Naoko Chino dan teori makna kontekstual. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari adalah bakari memilki beberapa makna yaitu menunjukkan suatu perkiraan jumlah terendah, menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang mendahuluinya, menekankan alasan atau sebab dalam frase bakari ni , dan juga memiliki arti “tidak hanya...tapi juga…” . Bakari dapat digunakan setelah verba bentuk ~ta (bentuk lampau), setelah bentuk ~te iru, dan juga dapat digunakan setelah verba bentuk kamus. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh

(4)

Purnamasari dengan penelitian kali ini adalah menggunakan metode dan teknik yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan dengan teknik lanjutan berupa teknik catat, sehingga melalui penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dapat dipahami bagaimana metode dan teknik tersebut diterapkan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam proses analisis.

2.2 Konsep

Ada beberapa konsep yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep tersebut adalah setsuzokushi, jenis-jenis setsuzokushi, dan tenka no setsuzokushi sebagai berikut.

2.2.1 Setsuzokushi

Dalam bahasa Jepang, setsuzokushi merupakan salah satu jenis kelas kata. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pengertian setsuzokushi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai berikut.

接続詞は品詞の一つ。単独で文節「または句」を構成し、二つ以上の語、 文節「または句」、文、文章をつなぐ職能をもつ。先行の表現内容をうけ て、語族の表現に対する関係を示し、表現を展開させる役目を果たす。 (Setsuzokushi wa hinshi no hitotsu. Tandoku de bunsetsu (matawa ku) o kou sei shi, futatsu ijou no go, bunsetsu (mata wa ku), bun, bunshou o tsunagu shokunou o motsu. Senkou no hyou gennaiyou o ukete, gozoku no hyougen ni taisuru kankei o shimeshi, hyougen o tenkai saseru yakumoku o hatasu).

Setsuzokushi merupakan salah satu jenis kata. Bila berdiri sendiri ia membentuk klausa (frase) dan memiliki fungsi menghubungkan klausa (frase) dengan khusus, dua buah kata atau lebih, kalimat dengan kalimat, makna yang terkandung dalam

(5)

kalimat sebelumnya menunjukkan hubungan dengan kalimat berikutnya yang berfungsi memperluas kalimat.

(Nihon Bunpo Daijiten; 1997:383) Sedangkan menurut Sudjianto setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat, ataupun merangkaikan bagian-bagian kalimat (Sudjianto,1996:100). Dalam bahasa Indonesia setsuzokushi disebut konjungsi atau kata sambung. Setsuzokushi tidak dapat menjadi subjek, predikat, objek maupun adverbial.

Menurut Sudjianto (1996:100) fungsi setsuzokushi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Setsuzokushi digunakan untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Dalam hal ini setsuzokushi dipakai di antara kata-kata tersebut .

2. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua klausa atau lebih di dalam suatu kalimat dan menggabungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Dalam hal ini setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan tersebut.

3. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua kalimat dan menyatakan bahwa kalimat sebelumnya berhubungan dengan kalimat berikutnya.

Dari definisi tersebut dapat disarikan bahwa setsuzokushi adalah salah satu jenis kelas kata yang tidak dapat berdiri sendiri yang digunakan untuk

(6)

menghubungkan kalimat dengan kalimat yang berfungsi untuk memperluas kalimat.

2.2.2 Jenis-Jenis Setsuzokushi

Masao dalam Sudjianto, (1996:101) membagi setsuzokushi ke dalam tujuh jenis, yaitu :

1. Heiritsu no Setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang setara).

Contoh:

字を書き、また本を読む。 Ji o kaki, mata hon o yomu.

Menulis huruf dan juga membaca buku.

2. Sentaku no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan pilihan). Contoh :

フランス語あるいはドイツ語を勉 強したいと思っている。 Furansugo aruiwa doitsugo o benkyou sitai to omotte iru.

Saya bermaksud ingin belajar bahasa Jerman atau bahasa Perancis

3.Tenka no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan tambahan). Contoh :

彼は英語ができて、しかも日本語 もできる。 kare wa eigo ga dekite, shikamo nihongo mo dekiru. Dia bisa bahasa Inggris, dan juga bisa bahasa Jepang.

4. Gyakusetsu no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang berlawanan).

(7)

春が来ただがまだ風はつめたい。 haru ga kita. Daga mada kaze wa tsumetai.

Musim semi telah tiba. Tetapi angin masih terasa dingin.

5. Joken no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab akibat atau hubungan persyaratan).

Contoh :

彼は体が弱い。それでよく欠席を する。

kare wa karada ga yowai. Sorede yoku kesseki o suru. Dia fisiknya lemah. Oleh karena itu sering bolos sekolah.

6. Tenkan no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan suatu perubahan atau peralihan).

Contoh :

ときに、あの問題はどうなりますか。 Tokini, ano mondai wa dou narimasuka.

Ngomong-ngomong masalah itu bagaiamana jadinya?

7. Setsumei no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan).

Contoh :

日本は四季、すなわち春、夏、 秋、冬のへんかがある。 nihon wa shiki, sunawachi haru, natsu, aki, fuyu no henka ga aru.

Di Jepang ada perubahan empat musim, yakni musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin.

2.2.2.1 Tenka no Setsuzokushi

Tenka no setsuzokushi adalah konjungsi yang berfungsi untuk menyatakan bahwa tindakan atau keadaan yang dinyatakan sebelum setsuzokushi tersebut dilanjutkan dengan tindakan atau keadaan yang dinyatakan dalam kalimat

(8)

berikutnya, dan penjelasan yang terdapat dalam kalimat setelah setsuzokushi tersebut memperkuat pernyataan yang telah disebutkan sebelum setsuzokushi tersebut. (Nagayama dan Murakami dalam Sudjianto, 1996: 101-105). Tenka no setsuzokushi ada 8 yaitu :

1. Omakeni

形式ばった言葉で、強調や重要なことの追加に用いる。

Keishiki batta kotoba de, kyouchou ya juuyouna koto no tsuika ni mochiiru. ‘Konjungsi yang digunakan untuk menekankan hal penting dan penegasan’.

(EJD, 1998:259) Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. ~omakeni Contoh :

洋子はかわいいし、明るいし、おまけにやさしいから、だれに でも好かれる。

Youko wa kawaiishi, akaruishi, omakeni yasashiikara, dareni demo sukareru.

Yoko orang yang lucu, pintar dan juga baik, dari kebaikannya itu dia disukai oleh semua orang.

(NBJ, 1994:57).

2. Shikamo

A conjunction which is used to provide additional important information. ‘Konjungsi yang digunakan untuk memberikan informasi penting tambahan’. (ADIJG, 1994:390)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut. a. (V/ adj/ N+cop. ) te shikamo

Contoh :

結婚していて、しかも子供までいる。 Kekkonshiteite, shikamo kodomo made iru.

(9)

‘Dia sudah menikah, bahkan memiliki anak’.

(ADIJG, 1994:391)

b. Vmasu + shikamo Contoh :

よく働き、しかも不平を言わない。 Yoku hataraki, shikamo fuhei o iwanai. ‘Dia bekerja keras, bahkan tidak mengeluh’.

(ADIJG, 1994:392)

c. Adj ( i ) ku shikamo Contoh :

値段がやすく、しかも丈夫だ。 Nedan ga yasuku, shikamo jyoubuda. ‘ Harganya murah, bahkan tahan lama’.

(ADIJG, 1994:392)

d. S1 shikamo S2 Contoh :

この仕事は面白い。しかも給料がいい。

Kono shigoto wa omoshiroi. Shikamo kyuuryou ga ii.

‘ Pekerjaan ini menyenangkan. Selain itu gajinya juga bagus’. (ADIJG, 1994:392)

3. Soshite

時間的前後関係を示して。

Jikan teki zengo kankei o shimeshite.

‘Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkkan kalimat di depan dan dibelakangnya’.

(EJD, 1998:100) Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. ~soshite Contoh :

(10)

次の私がその同じ曲をいろんなやり方で弾いてみせるの。 そして二人でどの弾き方が良いだとか好きだとか討論する の。

Tsugi ni watashi ga sono onaji kyoku o ironna yari kata de hiitemiseruno. Soshite futari de dono hikikata ga yoidatoka sukidatoka touronsuruno.

‘Selanjutnya saya memainkan lagu yang sama dalam banyak hal. Kemudian memperdebatkan bagaimana caranya memainkan lagu itu dengan baik’.

(ノルウェイの森(下) , 2004; 12)

4. Sonoue

A conjunction which introduces an additional, emphatic statement.

‘Konjungsi yang digunakan untuk memperkenalkan tambahan, pernyataan tegas terhadap isi kalimat di depannya. Biasanya sonoue digunakan dalam bahasa tulisan atau dalam percakapan yang sopan. (ADIJG, 1994;413) Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. (V/ Adj/ N + Cop) te sonoue Contoh :

いつでも使えて、その上無料だ。 Itsudemo tsukaete, sonoue muryouda. ‘Kapanpun bisa digunakan, selain itu gartis’.

(ADIJG, 1994:414)

b. Vmasu +sonoue Contoh :

ほめられ、その上ほうびまでもらった。 Homerare, sonoue houbi made moratta.

‘ Ini sebuah pujian, selain itu ini saya diberi penghargaan’.

(11)

c. Adj ( i) ku sonoue Contoh :

話が面白く、その上読みやすい。 Hanashi ga omoshiroku, sonoue yomiyasui. ‘ Ceritanya menarik, selain itu mudah dibaca’.

(ADIJG, 1994:414)

d. S し, sonoue Contoh :

その仕事はつまらないし、その上給料が悪い。

Sono shigoto wa tsumaranaishi, sonoue kyuuryou ga warui. ‘Pekerjaan ini membosankan, selain itu gajinya juga tidak bagus’.

(ADIJG, 1994:414) e. S + sonoue

Contoh :

その老人は体が不自由だ。その上耳が遠い。

Sono roujin wa karada ga fujiyuu da. Sonoue mimi ga tooi. ‘ Orang tua itu sudah tidak sehat. Selain itu dia juga tuna rungu’.

(ADIJG, 1994:414) 5. Sorekara

時間的に連続して起こる二つの出来事を全件、全件としてつなぐの に用いられ.

Jikan teki ni renzoku shite okoru futatsu no dekigoto o zenken, zenken toshite tsunagu noni mochii rare

‘Dua peristiwa yang terjadi terus menerus, digunakan untuk menghubungkan semua peristiwa’.

(NBHB, 2000:208)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut. a. ~sorekara~

(12)

きのうは夕方一度家に帰って、それから家族で食事に出かけ ました。

Kinou wa yuugata ichido ie ni kaette, sorekara kazoku de shokuji ni dekakemashita.

‘Kemarin malam pulang satu kali, setelah itu pergi makan bersama keluarga.’ (NBJ, 1994 :173) b. N sorekara N Contoh : 初級のクラスは月曜日と水曜日、それから土曜日にやってい ます。

Shokyuu no kurasu wa getsuyoubi to suiyoubi, sorekara doyoubi ni yateimasu.

‘Kelas shokyu dilakukan pada hari senin dan rabu, setelah itu hari sabtu libur.’

(NBJ, 1994 :173)

6. Soreni

A conjunction which introduces an additional item or statement.

‘Konjungsi yang memperkenalkan item atau pernyataan tambahan’. (ADIJG,1994 :427).

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut. a. N1 { と / に} N2 {と / に} + soreni N3

Contoh :

ここのモーニングセットはコーヒーにトースト、それに茹 でたまごが付いている。

(13)

Koko no moningu setto wa koohii ni toosuto, soreni yudeta mago g tsuiteiru.

‘Menu pagi ini adalah kopi dan roti, selain itu ada telur rebus’. (ADIJG, 1994:429)

b. S1 し、soreni S2 Contoh :

車を買っても置くところがないし、それにあまり乗る機会 もない。

Kuruma o kattemo oku tokoro ga naishi, soreni amari noru kikai mo nai.

‘Jika membeli mobil tidak akan ada tempat parkir, selain itu tidak ada kesempatan untuk mengendarainya’.

(ADIJG, 1994:429) c. S1 soreni, S2 Contoh : 私は家では仕事の話はしないことにしているんです。それ に、今晩はとても疲れているので、その話すは明日にして もらいませんか。

Watashi wa ie de wa shigoto no hanashi wa shinai kotonishite irundesu. Soreni, konban wa totemo tsukareteirunode, sono hanasu wa asu ni shite moraimasenka.

‘Saya tidak akan membicarakan tentang pekerjaan di rumah. Lagi pula karena malam ini sangat lelah, jadi bisakah kita bahas besok?’.

(ADIJG, 1994:429)

7. Nao

A conjuctiaon indicating that an additional comment follows what has just been said in the preceding sentence.

‘Konjungsi yang menunjukkan bahwa komentar tambahan mengikuti kalimat sebelumnya’. (ADAJG, 1994:344).

(14)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut. a. なお Vte いる

Contoh :

噴火はなお続いている。 Funka wa nao otsuzuiteiru. ‘ Letusan masih terjadi’.

(ADAJG, 1994:345) b. なお Adj (i/na)

Contoh :

この小説はパリを知っている人が読めばなお面白いだろう。 Kono shousetsu wa pari o shitte iru hito ga yomeba nao omoshiroi darou.

‘ Mungkin novel ini akan lebih menarik dibaca apabila kamu tahu Paris’.

(ADAJG, 1994:344)

c. なお{Adj (i) stem く/ Adj (na) stem}(なる) Contoh :

日本へ行く前から日本が好きだったが、日本へ行ったらな お好きになった。

Nihon e iku mae kara nihon ga suki dattaga, nihon e ittara nao suki ni natta.

‘Saya suka Jepang sebelum pergi kesana, tetapi setelah pergi kesana saya menjadi lebih menyukai itu’.

(ADAJG, 1994:345)

d. なお Number +Counter Contoh :

宮崎駿のアニメは、20年、なお古典アニメとして残って いるだろう。

Miyasaki Hayao no anime wa, 290 nen, nao koten anime toshite nokotteiru darou.

(15)

‘ Selama 20 tahun anime Miyasaki Hayao masih tetap menjadi anime klasik’. (ADAJG, 1994:344) e. S1 なお S2 Contoh : 来週の金曜日午後6時から拙宅で夕食会をしますので、お 知らせいたします。なお、ご都合のつかない方はお電話く ださい。

Raishuu no kinyoubi gogo 6 ji kara settaku de yuushoku o shimasu node, oshiraseitashimasu. Nao, tsugou no tsukanai kata wa odenwa kudasai.

‘Ijinkan saya memberitahu anda karena pada hari jumat pukul 06.00 di kediaman saya akan diadakan makan malam. Lalu hubungi kami jika anda tidak bisa hadir’.

(ADAJG, 1994:345) 8. Mata

An adverb/ conjuction that indicates repetition or addition

‘Kata keterangan atau konjungsi yang digunakan untuk menunjukkan pengulangan atau penambahan terhadap isi kalimat di depannya’. (ADAJG, 1994 : 248).

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut. a. また V

Contoh :

来年の春、またお会いします。 Rainen no haru, mata oaishimasu.

‘Saya akan bertemu kamu lagi pada saat musim semi tahun depan’. (ADAJG, 1994:249)

b. N もまた Contoh :

(16)

山田も東京出身だが、林もまた東京出身だ。

Yamada mo Tokyoshusshin da ga, Hayashi mo mata Tokyoshusshin da.

‘Tuan Yamada berasal dari Tokyo, dan Tuan Hayashi juga berasal dari Tokyo’. (ADAJG, 1994:249) c. Nom. もまた Contoh : 机に座ってものを考えるのもいいが、歩きながら考えるの もまたいい。

Tsukue ni suwatte mono o oshieru no mo ii ga, arukinagara kangaeru no mo mata ii.

‘Berpikir sambil duduk di meja baik-baik saja, tetapi berfikir sambil berjalan juga baik’.

(ADAJG, 1994:249)

d. ~{Vmasu / Adj (i) stem く}、また、S。 Contoh :

この日本語の教科書は面白く、また文法の記述が正確だ。 Kono nihongo no kyoukasho wa omoshiroku, mata bunpou no kijyutsu ga seikaku da.

‘Buku bahasa Jepang ini menarik, dan penjelasan tata bahasanya juga akurat’.

(ADAJG, 1994:249)

e. ~{Adj (na) stem / N }で(あり)、また、S。 Contoh :

彼女は聡明で(あり)、また性格もよい。 Kanojyo wa soumei de (ari), mata seikaku mo yoi. ‘Dia cerdas, dan karakternya juga baik’.

(ADAJG, 1994:250)

f. S1。また、S2 。 Contoh :

(17)

発表は英語でしてもよい。また、日本語でしてもよい。 Hapyou wa eigo de shitemo yoi. Mata, nihongo de shitemo yoi. ‘Anda dapat mempresentasikan dengan bahasa Inggris atau dengan bahasa Jepang’. (ADAJG, 1994:249) g. S1 し、また、S2 。 Contoh : 登録は学会の1か月前から受け付けますし、また、当日も 受け付けいたします。

Touroku wa gakkai no 1 ka getsu mae kara uketsukemasushi, mata, toujitsu mo uketsukeitashimasu.

‘Pendaftaran akan dimulai satu bulan sebelum konferensi, tetapi dapat juga mendaftar pada hari konferensi tersebut’.

(ADAJG, 1994:249)

2.3 Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian tentu harus dilandasi oleh suatu teori. Teori yang digunakan dalam menganalisis struktur kalimat tenka no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat dari Seichii Makino dan Michio Tsutsui (1994). Sedangkan untuk menganalisis mengenai makna dari tenka no setsuzokushi mengacu pada teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001).

2.3.1 Sintaksis

Sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron, yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencangkup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya. Dengan demikian garapan

(18)

sintaksis mencakup struktur frase, struktur klausa, dan struktur kalimat, ditambah dengan berbagai unsur lainnya (Nitta, 1997:14).

Dalam penelitian ini karena membahas mengenai struktur kalimat dari tenka no setsuzokushi dalam novel Norwei No Mori karya haruki Murakami, jadi teori sintaksis sangat cocok digunakan sebagai landasan yang paling utama.

2.3.2 Semantik

Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron, yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika dan semantik (Chaer,1994:2). Semantik memegang peranan yang sangat penting karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Penelitian yang berhubungan dengan bahasa, baik itu struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi).

Dalam penelitian ini peranan teori semantik adalah sebagai landasan teori utama, karena objek kajian semantik menyangkut makna kata, relasi makna antar satu kata, makna frase serta makna dalam kalimat. Dalam penelitian ini karena membahas mengenai makna dari tenka no setsuzokushi dalam novel Norwei No Mori karya Haruki Murakami, jadi teori semantik ini sebagai satu satunya teori yang digunakan.

(19)

Pada penelitian ini, untuk lebih jelasnya menganalisis mengenai makna yang terkandung dalam tenka no setsuzokushi mengacu pada teori dari Pateda (2001). Jika pengguna bahasa mendengar kata tertentu, akan dapat dibayangkan benda atau sesuatu yang diacu, dan apabila pengguna bahasa membayangkan sesuatu, maka akan dapat dikatakan pengertian dari bayangan yang dimaksud. Hubungan antara pengertian dan bayangan itulah kemudian oleh Pateda (2001:82) disebut dengan makna. Pateda (2001:97-149) membagi makna menjadi beberapa jenis, yaitu makna afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, gramatikal, ideasional, intense, khusus, kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual, konstruksi, kontekstual, leksikal, lokusi, luas, piktorial, proporsional, pusat/ inti, referensial, sempit, stilistika, tekstual, tematis, dan makna umum.

Dari jenis-jenis makna yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya menggunakan makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 2001:97-149). Dalam hal ini penggunaan tenka no setsuzokushi disesuaikan dengan gramatika yang ada sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menghasilkan prototipe alat pengatur temperatur dan kelembaban dengan menggunakan mikrokontroler ATmega16, yang mampu meningkatkan kecepatan respon sistem

Partnership, berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen sebelumnya, data data yang dihasilkan akan menuntun kita masuk ke dalam kegiatan dalam pekerjaan tersebut

Guru meminta siswa menjelaskan alasan alat tubuh yang tersisa dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya evolusi.. Kegiatan Akhir (waktu:

Untuk membuat objek pada WebGL, yang pertama kali dilakukan adalah dengan menentukan vertex dari objek dan disimpan pada sebuah array. Lalu dengan menggunakan

Sebagaimana dalam pendahuluan sebagai pengganti tubuh manusia yang digunakan pada pengujian dilakukan adalah tahanan dengan nilai yang diambil dari pengukuran tahanan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap ruang kuliah (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

Pada masa usia TK anak berada dalam fase berfikir konkrit. Anak akan berbicara sesuai dengan yang dilihatnya. Itulah sebabnya dalam proses belajar mengajar di TK banyak digunakan