• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinetika Adsorpsi Isotermal Β-Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinetika Adsorpsi Isotermal Β-Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL

β

-KAROTEN OLEIN

SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

Oleh

KRISTIN EVA ELISABETH SIRAIT F34102119

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesusku dan terimakasih untuk :

Mama, Bapak, de Bertua, de Leo.. atas doa, dukungan, materi, kasih sayang abadi dan

mengingatkan untuk terus bertumbuh dalam iman.

Nantulang Nurhayati Gurning dan Keluarga, untuk motivasi, dukungan dan kasih sayang.

Heru, atas kasih sayang, bantuan, kesabaran dan mengajarkan kedewasaan dan komitmen

dalam hidup.

Paulina dan Ria, atas kebersamaan, motivasi dan kasih seorang sahabat.

Teman satu penelitian ”Vitamin’s Team” Oki, Indri dan Vina, akhirnya kita wisuda.

KPSer.. KPD (Maria, Cipta, Ronald dan Marta), Kornita Team dan Pezek, buat doa dan

dukungannya. God bless u all.

Teman-teman TIN 39 (khususnya Hani dan Annisa R), Eva TPG 39 untuk bantuan

seminarnya, dan Cici Ita.

Mbak Yeni, Mbak Oryza dan Mbak Ritna.

(3)

Kristin Eva E. S. F34102119. Kinetika Adsorpsi Isotermal -Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit. Di bawah bimbingan Sapta Raharja dan Prayoga Suryadarma. 2006.

RINGKASAN

-karoten merupakan senyawa non polar, sumber utama provitamin A dan berwarna kuning kemerahan. Β karoten termasuk kedalam golongan karotenoid.

-karoten banyak digunakan terutama dalam industri pangan dan obat-obatan. -karoten banyak terdapat dalam olein sawit kasar yaitu berkisar 680-760 ppm. Warna merah yang merupakan pigmen karotenoid dalam minyak sawit dihilangkan untuk memperoleh minyak goreng sawit yang jernih. Adanya pertimbangan nilai nutrisi komponen-komponen aktif yang potensial di dalam minyak sawit maka diperlukan adanya proses pemisahan dan pemurnian -karoten di industri pemurnian minyak goreng sawit dari minyak sawit kasar. Penggunaan adsorben bertujuan untuk penjerapan komponen-komponen yang terdapat di dalam olein. Atapulgit sangat berpotensi digunakan sebagai adsorben -karoten dari olein sawit kasar. Model kinetika adsorpsi isotermal penting diketahui untuk keperluan rekayasa proses. Arang aktif digunakan sebagai adsorben pembanding pada penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi kesetimbangan proses adsorpsi -karoten dari olein sawit kasar menggunakan atapulgit. Kondisi kesetimbangan diperoleh berdasarkan hubungan antara penurunan konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml) dengan lama adsorpsi (menit). Kondisi kesetimbangan dicapai apabila dalam lama adsorpsi tertentu konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml) tidak lagi mengalami penurunan. Pemilihan model isoterm adsorpsi dilakukan dengan regresi linear antara konsentrasi -karoten dalam adsorben (μg/g) dengan konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml). Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan parameter kinetika adsorpsi -karoten, yaitu konstanta laju adsorpsi (k) dan energi aktivasi (Ea). Koefisien determinasi (r2) terbesar dipilih untuk menentukan model yang sesuai dengan data percobaan dengan menggunakan persamaan isoterm Freundlich dan Langmuir. Dari hasil regresi tersebut dapat diketahui konstanta laju adsorpsi (k). Penentuan energi aktivasi (Ea) dihasilkan dari regresi linear antara konstanta laju adsorpsi (k) dan suhu (T) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

Kondisi kesetimbangan yang diperoleh untuk nilai konsentrasi -karoten dalam olein menggunakan atapulgit untuk masing-masing suhu reaksi 40 ºC, 50 ºC dan 60 ºC adalah 249 ppm, 264 ppm dan 210 ppm. Untuk arang aktif 45 ppm, 60 ppm dan 85 ppm. Lama (menit) dicapainya kondisi kesetimbangan tersebut adalah 33, 31 dan 25 pada atapulgit; 22, 22 dan 19 pada arang aktif.

(4)
(5)

Kristin Eva E. S. F34102119. Kinetics Of Isothermal Adsorption of -Carotene Crude Palm Olein Using Attapulgite. Supervised by Sapta Raharja and Prayoga Suryadarma. 2006.

SUMMARY

-carotene is a non polar molecule, main source of provitamin A and coloured of turning yellow squeezing. -carotene is including into faction of carotenoid. -carotene used in many especially in food industries and medical.

Crude palm olein has many -carotene in that is varying 680-760 ppm. Red pigment of karotenoid in palm oil eliminated to obtain; get cooking oil clearness. Existence of consideration of value of active potential nutrition components in palm oil hence needed the existence of dissociation process and purification in industry purification of cooking oil from crude palm oil. Usage of adsorben aim is to adsorp the components in olein. Attapulgite is potential to used as adsorben of -carotene from crude palm olein. Kinetics model of isothermal adsorption is important to accurate for engineering process. Active charcoal is using as comparator adsorben in this research.

Focus of this research is to determine steady state condition of adsorption process of -carotene crude palm olein using attapulgite. Steady state condition is obtained from relation between the decrease of -carotene concentration in olein (μg/ml) and adsorption time (minute). Steady state condition is achieved when the adsorption time no longer improve the decrease of -carotene concentration in olein (μg/ml). The adsorption isotherm model is determine by the linear regression between the concentration of -carotene in adsorbent (μg/g) and concentration of -carotene in olein (μg/ml). This research also aim to determine kinetics parameter of -carotene adsorption, that is adsorption rate constanta (k) and activation energy ( Ea). The selection of the highest value of the determination coefficient (r2) is done to choose the fit model with the experimental data by using isotherm equation of Freundlich and Langmuir. Based on the result of the regression, the adsorption rate constanta (k) can be obtained. The activation energy is determine by using the linear regression between adsorption rate constanta (k) and the temperature (T) with the Arrhenius equation.

Steady state condition which obtained for the value of -carotene concentration using attapulgite to the each adsorption temperature at 40 ºC, 50 ºC, and 60 ºC are 249 ppm, 264 ppm, and 210 ppm. For activated carbon are 45 ppm, 60 ppm, and 85 ppm. The duration (minute) of adsorption to reach the steady state condition are 33, 31, and 25 for attapulgite; 22, 22, and 19 for activated carbon.

(6)

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL β-KAROTEN OLEIN SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KRISTIN EVA ELISABETH SIRAIT F34102119

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL β-KAROTEN OLEIN SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Kristin Eva E. Sirait

F34102119

Dilahirkan pada tanggal 19 Desember 1984

di Bogor

Tanggal lulus : Januari 2007

Menyetujui

Bogor, 26 Januari 2007

Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA Prayoga Suryadarma, S.TP, MT

(8)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

“Kinetika Adsorpsi Isotermal β-Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Januari 2007

Yang membuat pertanyaan

Kristin Eva E. Sirait

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Desember 1984. Penulis adalah anak kedua dari empat

bersaudara, putri dari pasangan Bachtiar Sirait dan

Rosdiana Manurung. Pada tahun 1996, penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN

Singajaya I. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah

menengah di SLTPN 1 Jonggol pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMUN I Jonggol dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur SPMB. Pada saat menjalani kegiatan akademis, penulis

pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Teknologi Emulsi (2005) dan

mata kuliah Analisis Bahan dan Produk Agroindustri (2006).

Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi

kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) dan

Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB (KPS). Penulis juga aktif dalam

beberapa kepanitiaan seperti Lepas Landas Sarjana Fateta (2004), Pelatihan

Pembuatan Sabun Transparan (2004), Pelatihan PKM (2004), Sportin (2004),

Seminar ISO 14001 (2004), Up Grading HIMALOGIN (2005), Hari Warga

Industri (HAGATRI) (2004) dan Pengajar Agama Kristen SMU KORNITA

Yayasan Dharma Wanita IPB (2004-2006).

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik

“Mempelajari Aspek Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan Mutu Susu

Kental Manis di PT. Australian Indonesian Milk Industries (INDOMILK),

Jakarta”. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang

dituangkan dalam skripsi berjudul ”Kinetika Adsorpsi Isotermal -Karoten Olein

(10)

KATA PENGANTAR

Syalom..

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, hikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kinetika Adsorpsi Isotermal β-karoten dari Olein Sawit Kasar dengan Menggunakan Atapulgit”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suatu kehormatan tersendiri bagi penulis, selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini banyak mendapat arahan dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA dan Prayoga Suryadarma, S.TP, MT selaku

Dosen Pembimbing Akademik.

2. Drs. Purwoko, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Edi Lukas, PhD selaku pimpinan dari PT. Asian Agro Agung Jaya.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional melalui

Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID).

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan selanjutnya.

Alaihim Syalom

Bogor, Januari 2007

(11)

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL

β

-KAROTEN OLEIN

SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

Oleh

KRISTIN EVA ELISABETH SIRAIT F34102119

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesusku dan terimakasih untuk :

Mama, Bapak, de Bertua, de Leo.. atas doa, dukungan, materi, kasih sayang abadi dan

mengingatkan untuk terus bertumbuh dalam iman.

Nantulang Nurhayati Gurning dan Keluarga, untuk motivasi, dukungan dan kasih sayang.

Heru, atas kasih sayang, bantuan, kesabaran dan mengajarkan kedewasaan dan komitmen

dalam hidup.

Paulina dan Ria, atas kebersamaan, motivasi dan kasih seorang sahabat.

Teman satu penelitian ”Vitamin’s Team” Oki, Indri dan Vina, akhirnya kita wisuda.

KPSer.. KPD (Maria, Cipta, Ronald dan Marta), Kornita Team dan Pezek, buat doa dan

dukungannya. God bless u all.

Teman-teman TIN 39 (khususnya Hani dan Annisa R), Eva TPG 39 untuk bantuan

seminarnya, dan Cici Ita.

Mbak Yeni, Mbak Oryza dan Mbak Ritna.

(13)

Kristin Eva E. S. F34102119. Kinetika Adsorpsi Isotermal -Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit. Di bawah bimbingan Sapta Raharja dan Prayoga Suryadarma. 2006.

RINGKASAN

-karoten merupakan senyawa non polar, sumber utama provitamin A dan berwarna kuning kemerahan. Β karoten termasuk kedalam golongan karotenoid.

-karoten banyak digunakan terutama dalam industri pangan dan obat-obatan. -karoten banyak terdapat dalam olein sawit kasar yaitu berkisar 680-760 ppm. Warna merah yang merupakan pigmen karotenoid dalam minyak sawit dihilangkan untuk memperoleh minyak goreng sawit yang jernih. Adanya pertimbangan nilai nutrisi komponen-komponen aktif yang potensial di dalam minyak sawit maka diperlukan adanya proses pemisahan dan pemurnian -karoten di industri pemurnian minyak goreng sawit dari minyak sawit kasar. Penggunaan adsorben bertujuan untuk penjerapan komponen-komponen yang terdapat di dalam olein. Atapulgit sangat berpotensi digunakan sebagai adsorben -karoten dari olein sawit kasar. Model kinetika adsorpsi isotermal penting diketahui untuk keperluan rekayasa proses. Arang aktif digunakan sebagai adsorben pembanding pada penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi kesetimbangan proses adsorpsi -karoten dari olein sawit kasar menggunakan atapulgit. Kondisi kesetimbangan diperoleh berdasarkan hubungan antara penurunan konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml) dengan lama adsorpsi (menit). Kondisi kesetimbangan dicapai apabila dalam lama adsorpsi tertentu konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml) tidak lagi mengalami penurunan. Pemilihan model isoterm adsorpsi dilakukan dengan regresi linear antara konsentrasi -karoten dalam adsorben (μg/g) dengan konsentrasi -karoten dalam olein (μg/ml). Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan parameter kinetika adsorpsi -karoten, yaitu konstanta laju adsorpsi (k) dan energi aktivasi (Ea). Koefisien determinasi (r2) terbesar dipilih untuk menentukan model yang sesuai dengan data percobaan dengan menggunakan persamaan isoterm Freundlich dan Langmuir. Dari hasil regresi tersebut dapat diketahui konstanta laju adsorpsi (k). Penentuan energi aktivasi (Ea) dihasilkan dari regresi linear antara konstanta laju adsorpsi (k) dan suhu (T) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

Kondisi kesetimbangan yang diperoleh untuk nilai konsentrasi -karoten dalam olein menggunakan atapulgit untuk masing-masing suhu reaksi 40 ºC, 50 ºC dan 60 ºC adalah 249 ppm, 264 ppm dan 210 ppm. Untuk arang aktif 45 ppm, 60 ppm dan 85 ppm. Lama (menit) dicapainya kondisi kesetimbangan tersebut adalah 33, 31 dan 25 pada atapulgit; 22, 22 dan 19 pada arang aktif.

(14)
(15)

Kristin Eva E. S. F34102119. Kinetics Of Isothermal Adsorption of -Carotene Crude Palm Olein Using Attapulgite. Supervised by Sapta Raharja and Prayoga Suryadarma. 2006.

SUMMARY

-carotene is a non polar molecule, main source of provitamin A and coloured of turning yellow squeezing. -carotene is including into faction of carotenoid. -carotene used in many especially in food industries and medical.

Crude palm olein has many -carotene in that is varying 680-760 ppm. Red pigment of karotenoid in palm oil eliminated to obtain; get cooking oil clearness. Existence of consideration of value of active potential nutrition components in palm oil hence needed the existence of dissociation process and purification in industry purification of cooking oil from crude palm oil. Usage of adsorben aim is to adsorp the components in olein. Attapulgite is potential to used as adsorben of -carotene from crude palm olein. Kinetics model of isothermal adsorption is important to accurate for engineering process. Active charcoal is using as comparator adsorben in this research.

Focus of this research is to determine steady state condition of adsorption process of -carotene crude palm olein using attapulgite. Steady state condition is obtained from relation between the decrease of -carotene concentration in olein (μg/ml) and adsorption time (minute). Steady state condition is achieved when the adsorption time no longer improve the decrease of -carotene concentration in olein (μg/ml). The adsorption isotherm model is determine by the linear regression between the concentration of -carotene in adsorbent (μg/g) and concentration of -carotene in olein (μg/ml). This research also aim to determine kinetics parameter of -carotene adsorption, that is adsorption rate constanta (k) and activation energy ( Ea). The selection of the highest value of the determination coefficient (r2) is done to choose the fit model with the experimental data by using isotherm equation of Freundlich and Langmuir. Based on the result of the regression, the adsorption rate constanta (k) can be obtained. The activation energy is determine by using the linear regression between adsorption rate constanta (k) and the temperature (T) with the Arrhenius equation.

Steady state condition which obtained for the value of -carotene concentration using attapulgite to the each adsorption temperature at 40 ºC, 50 ºC, and 60 ºC are 249 ppm, 264 ppm, and 210 ppm. For activated carbon are 45 ppm, 60 ppm, and 85 ppm. The duration (minute) of adsorption to reach the steady state condition are 33, 31, and 25 for attapulgite; 22, 22, and 19 for activated carbon.

(16)

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL β-KAROTEN OLEIN SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KRISTIN EVA ELISABETH SIRAIT F34102119

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KINETIKA ADSORPSI ISOTERMAL β-KAROTEN OLEIN SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN ATAPULGIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Kristin Eva E. Sirait

F34102119

Dilahirkan pada tanggal 19 Desember 1984

di Bogor

Tanggal lulus : Januari 2007

Menyetujui

Bogor, 26 Januari 2007

Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA Prayoga Suryadarma, S.TP, MT

(18)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

“Kinetika Adsorpsi Isotermal β-Karoten Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Atapulgit” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Januari 2007

Yang membuat pertanyaan

Kristin Eva E. Sirait

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Desember 1984. Penulis adalah anak kedua dari empat

bersaudara, putri dari pasangan Bachtiar Sirait dan

Rosdiana Manurung. Pada tahun 1996, penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN

Singajaya I. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah

menengah di SLTPN 1 Jonggol pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMUN I Jonggol dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur SPMB. Pada saat menjalani kegiatan akademis, penulis

pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Teknologi Emulsi (2005) dan

mata kuliah Analisis Bahan dan Produk Agroindustri (2006).

Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi

kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) dan

Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB (KPS). Penulis juga aktif dalam

beberapa kepanitiaan seperti Lepas Landas Sarjana Fateta (2004), Pelatihan

Pembuatan Sabun Transparan (2004), Pelatihan PKM (2004), Sportin (2004),

Seminar ISO 14001 (2004), Up Grading HIMALOGIN (2005), Hari Warga

Industri (HAGATRI) (2004) dan Pengajar Agama Kristen SMU KORNITA

Yayasan Dharma Wanita IPB (2004-2006).

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik

“Mempelajari Aspek Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan Mutu Susu

Kental Manis di PT. Australian Indonesian Milk Industries (INDOMILK),

Jakarta”. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang

dituangkan dalam skripsi berjudul ”Kinetika Adsorpsi Isotermal -Karoten Olein

(20)

KATA PENGANTAR

Syalom..

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, hikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kinetika Adsorpsi Isotermal β-karoten dari Olein Sawit Kasar dengan Menggunakan Atapulgit”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suatu kehormatan tersendiri bagi penulis, selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini banyak mendapat arahan dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA dan Prayoga Suryadarma, S.TP, MT selaku

Dosen Pembimbing Akademik.

2. Drs. Purwoko, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Edi Lukas, PhD selaku pimpinan dari PT. Asian Agro Agung Jaya.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional melalui

Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID).

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan selanjutnya.

Alaihim Syalom

Bogor, Januari 2007

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. MINYAK SAWIT KASAR ... 3

B. KAROTENOID... 5

C. ADSORPSI... 7

D. ATAPULGIT ... 8

E. KINETIKA ADSORPSI... 9

III. METODOLOGI ... 11

A. BAHAN DAN ALAT ... 11

B. METODOLOGI PENELITIAN ... 11

1. Tahapan Penelitian ... 12

2. Rancangan Percobaan ... 12

(a) Karakterisasi Olein Sawit Kasar... 12

(b) Penentuan Kondisi Kesetimbangan Adsorpsi ... 13

(22)

(d) Penentuan Energi Aktivasi ... 14

(e) Penentuan Kualitas Adsorpsi... 15

3. Prosedur Pengujian ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. KARAKTERISTIK OLEIN SAWIT KASAR... 18

B. KARAKTERISTIK ATAPULGIT... 19

C. KONDISI KESETIMBANGAN ADSORPSI... 19

D. KINETIKA ADSORPSI Β-KAROTEN ... 26

1. Konstanta Laju Adsorpsi (k) ... 26

2. Energi Aktivasi (Ea)... 30

E. SELEKTIVITAS ADSORPSI ... 32

F. KEMAMPUAN DESORPSI Β-KAROTEN DARI ADSORBEN ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai sifat fisiko-kimia Minyak sawit Kasar (CPO)... 3

Tabel 2. Komponen minor yang merupakan fraksi tidak tersabunkan pada minyak sawit ... 4

Tabel 3. Nilai sifat fisikokimia olein sawit kasar... 5

Tabel 4. Komposisi komponen penyusun atapulgit ... 10

Tabel 5. Penentuan parameter kinetika adsorpsi dari regresi linear hubungan antara q dan c pada model isoterm adsorpsi

Langmuir dan Freundlich... 14

Tabel 6. Penentuan nilai energi aktivasi pada bentonit dan arang

aktif ... 15

Tabel 7. Hasil karakterisasi sifat fisikokimia olein sawit kasar ... 18

Tabel 8. Karakterisasi atapulgit dan arang aktif... 19

Tabel 9. Nilai konsentrasi -karoten masing-masing suhu pada

kondisi kesetimbangan reaksi adsorpsi minyak sawit... 21

Tabel 10. Parameter adsorpsi isotermal menggunakan model Langmuir dan Freundlich adsorpsi -karoten olein

sawit kasar dengan atapulgit dan arang aktif ... 27

Tabel 11. Nilai konstanta laju adsorpsi -karoten... 29

Tabel 12. Energi aktivasi reaksi adsorpsi -karoten dengan adsorben

atapulgit dan arang aktif... 32

Tabel 13. Nilai parameter kualitas ... 32

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi pembentukan trigliserida ... 3

Gambar 2. Struktur kimia -karoten ... 6

Gambar 3. Beberapa jenis isoterm adsorpsi... 8

Gambar 4. Struktur atapulgit... 11

Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian ... 12

Gambar 6. Diagram alir proses adsorpsi -karoten olein sawit kasar... 17

Gambar 7. Hubungan antara penurunan nilai konsentrasi -karoten dengan lama adsorpsi... 20

Gambar 8. Ikatan van der walls antara -karoten dan atapulgit... 23

Gambar 9. Hubungan antara nilai konsentrasi -karoten dalam olein dengan konsentrasi -karoten dalam adsorben ... 24

Gambar 10. Permukaan isoterm Freundlich... 28

Gambar 11. Laju reaksi adsorpsi fraksi olein sawit kasar untuk atapulgit.... 28

Gambar 12. Laju reaksi adsorpsi fraksi olein sawit kasar untuk arang aktif 28

Gambar 13. Regresi linier Hubungan antara 1/T dengan ln k pada adsorpsi menggunakan atapulgit ... 31

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur karakterisasi olein sawit kasar... 40

Lampiran 2. Skema reaktor berpengaduk ... 43

Lampiran 3. Foto Reaktor Adsorpsi -karoten dari Olein Sawit Kasar Tipe Tangki Berpengaduk ... 44

Lampiran 4. Kurva standar ß-karoten ... 45

Lampiran 5. Perubahan warna olein dan adsorben ... 46

Lampiran 6. Perhitungan energi aktivasi (Ea)... 47

Lampiran 7. Data hasil penelitian ... 48

Lampiran 8. Model kinetika adsorpsi -karoten olein sawit kasar ... 50

(26)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Minyak sawit kasar atau CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu komoditas andalan penyumbang devisa negara. Saat ini luas areal perkebunan

kelapa sawit di Indonesia lebih dari tiga juta hektar dengan jumlah produksi

minyak sawit Indonesia tahun 2006 diperkirakan mencapai lebih dari 14,2 juta

ton per tahun (www.kompas.co.id.2006). Selain itu, konsumsi CPO untuk

industri turunan 500.000-600.000 ton. Berubahnya pola konsumsi masyarakat

dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng sawit memberikan

perkembangan yang baik bagi industri minyak goreng sawit. Jurnal minyak

nabati dunia (Oil World) meramalkan pada tahun 2015 konsumsi minyak kelapa sawit dunia akan mencapai 23 persen. Harga CPO di pasar

internasional (Rotterdam) akhir Mei 2004 mencapai US$ 460 per ton.

Industri pengolahan minyak sawit menggunakan teknologi proses kimia

dan fisika untuk mendapatkan produk-produk akhir minyak, antara lain

proses-proses fraksinasi, rafinasi, hidrogenasi, interesterifikasi, dan

sebagainya, yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan kerusakan

terhadap komponen-komponen aktif yang terkandung di dalam minyak, atau

bahkan hilang sama sekali. Selain itu, proses pengolahan CPO di industri

pemurnian minyak goreng sawit memerlukan proses bleaching untuk menghilangkan warna merah yang merupakan pigmen karotenoid dalam olein

sawit kasar untuk memperoleh minyak goreng sawit yang jernih sesuai

keinginan konsumen. Kandungan karoten dalam olein berkisar 680-760 ppm.

Adanya pertimbangan nilai nutrisi komponen-komponen aktif yang potensial

di dalam olein sawit kasar serta sensitifitas komponen-komponen tersebut

terhadap suhu tinggi atau terjadinya oksidasi, maka diperlukan adanya proses

pemisahan dan pemurnian -karoten di industri pemurnian minyak goreng

sawit dari CPO.

Penggunaan adsorben secara umum bertujuan untuk penjerapan

komponen-komponen yang terdapat di dalam olein. Atapulgit (aluminium

(27)

digunakan sebagai adsorben -karoten olein sawit kasar dan baik untuk

didesorpsi kembali. Selama ini, atapulgit hanya digunakan sebagai bahan aktif

dalam industri farmasi atau obat-obatan. Adsorben non polar baik digunakan

untuk proses pemisahan karoten (Baharin et al. 1998). Atapulgit merupakan adsorben yang tidak mudah jenuh, tahan sampai suhu 500ºC, memiliki

kemampuan memilih komponen yang diinginkan dalam proses adsorpsi dan

mudah didesorpsi (Lansbarkis, 2000). Jenis adsorben, kombinasi adsorben dan

perbandingan adsorben dengan minyak sawit kasar mempengaruhi hasil

adsorpsi. Proses adsorpsi -karoten dapat dilakukan pada suhu 50-55ºC (Latip

et al. 2001). Proses adsorpsi tokoferol dapat dilakukan sampai suhu 80ºC (Sanagi et al, 2005). Kinetika diperlukan dalam suatu proses adsorpsi untuk menunjukkan parameter hubungan antara kecepatan adsorpsi dengan diameter

pori adsorben (Kadirvelu et al. 2000). Isoterm Langmuir dan Freundlich digunakan untuk menunjukkan model kinetika yang cocok untuk suatu proses

adsorpsi (Ribeiro et al. 2001).

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh -karoten yang terdapat

dalam olein sawit kasar dengan menggunakan atapulgit. Selain itu,

menghasilkan profil aktivitas adsorpsi atapulgit dalam mengadsorpsi

-karoten serta diperoleh model kinetika adsorpsi yang penting untuk keperluan

rekayasa proses.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini antara lain memperoleh kondisi

kesetimbangan proses adsorpsi -karoten dari olein sawit kasar menggunakan

atapulgit dan memperoleh nilai parameter kinetika adsorpsi -karoten, yaitu

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MINYAK SAWIT KASAR

Minyak sawit kasar atau CPO (Crude Palm Oil) dihasilkan dari kulit buah (mesocarp) tanaman kelapa sawit (Elaeis guanensis JACQ) yang termasuk dalam famili Palmae. Minyak sawit mengandung komponen

monodigliserida, digliserida dan trigliserida.

CH2

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

Gambar 1. Reaksi pembentukan trigliserida (Ketaren, 1986)

Minyak sawit diperoleh dengan cara melakukan ekstraksi buah kelapa

sawit. Setelah diekstraksi CPO biasanya mengalami proses lanjutan menjadi

RBD (Refined, Bleached, and Deodorized) stearin dan RBD olein. CPO mempunyai ciri berwarna kuning kemerahan, mengandung asam lemak bebas

± 5%, mengandung provitamin A dan vitamin E ± 800-900 ppm dan titik

leburnya sekitar 33-40ºC. Beberapa sifat fisiko-kimia dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Nilai sifat fisiko-kimia minyak sawit kasar (CPO)

Sifat Nilai

Titik cair : awal

akhir

21-24ºC

26-39ºC

Bobot Jenis 15ºC 0.859-0.870 g ml-1

Indeks Bias D 40ºC 1.4565 – 1.4585

Bilangan Penyabunan 196 – 205

Bilangan Iod 48 – 56

(29)

Minyak sawit, selain mengandung komponen utama trigliserida (94%),

juga terdapat pula komponen asam lemak bebas dan komponen minor bukan

minyak yang merupakan bahan tidak tersabunkan. Kandungan bahan tidak

tersabunkan pada minyak sawit kasar sebesar 0.5 persen.

Komponen minor dapat dibagi menjadi dua golongan. Golongan

pertama terdiri dari turunan asam lemak, seperti mono dan digliserida,

pospatida, ester dan sterol. Golongan kedua terdiri dari hidrokarbon, alkohol

alifatik, sterol bebas, tokoferol, pigmen dan trace metals.

Tabel 2. Komponen minor yang merupakan fraksi tidak tersabunkan pada minyak sawit

Komponen % mg/kg

(dalam minyak sawit) Karotenoida

Pospatida 500-1000

Total alkohol

Sumber : Loncin, Jacobsberg dan Evrard (1970) dalam Naibaho (1983)

Minyak sawit berwujud setengah padat pada suhu kamar. Sebaliknya,

minyak inti sawit bersifat cair pada suhu kamar. Perbedaan sifat ini

disebabkan oleh perbedaan jenis dan jumlah rantai asam lemak yang

membentuk trigliserida dalam kedua minyak tersebut (Muchtadi 1992).

(30)

kegunaannya sebagai bahan pangan, minyak sawit beperan dalam berbagai

aplikasi industri oleokimia seperti tekstil, plastik, kosmetik, farmasi, cat dan

deterjen.

Proses fraksinasi pada minyak sawit kasar biasanya bertujuan untuk

memisahkan fraksi stearin dan fraksi olein berdasarkan perbedaan titik beku

kedua fraksi tersebut. Menurut SNI (1998), definisi crude palm olein adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara

fraksinasi minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan belum mengalami proses pemurnian. Beberapa sifat fisiko-kimia olein sawit kasar dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Nilai sifat fisiko-kimia olein sawit kasar

Sifat Nilai

Asam lemak bebas (%) Maks 5a

Bilangan Iod Min 56 a

Titik leleh (ºC) Maks 24 a

Bilangan Penyabunan (mgKOH/gminyak) 198b

Indeks Bias D 50ºC 1.459 b

Sumber : a SNI (1998), b PORIM (1989)

B. KAROTENOID

Karotenoid adalah suatu pigmen alami yang dapat ditemui pada

tanaman, ganggang, hewan vertebrata dan mikroorganisme. Karotenoid

merupakan suatu zat warna kuning sampai merah yang mempunyai struktur

alifatik atau alisiklik yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprena

dan kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C-1

dan C-5, serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi (Muchtadi et al., 1995).

Ikatan ganda pada strukturnya menyebabkan mudah terjadi oksidasi

pada karotenoid. Oksidasi karotenoid akan lebih cepat dengan adanya sinar

dan katalis logam, khususnya tembaga, besi dan mangan. Oksidasi terjadi

secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan ganda (Raw 1980).

Kepekaannya terhadap oksidasi membuat karotenoid digunakan sebagai

(31)

ikatan ganda yang terkonjugasi di dalam molekul karotenoid menandakan

adanya gugus kromofor, yaitu lokasi di dalam sel tempat terdapatnya

karotenoid. Makin banyak ikatan ganda terkonjugasi akan makin pekat warna

karotenoid tersebut, artinya semakin mengarah ke warna merah

(Wirahadikusumah, 1985). Karotenoid lebih tahan tersimpan dalam

lingkungan asam lemak tidak jenuh dibandingkan penyimpanan dalam asam

lemak jenuh. Hal ini disebabkan asam lemak tidak jenuh lebih mudah

menerima radikal bebas apabila dibandingkan dengan karotenoid, sehingga

oksidasi yang pertama kali akan terjadi pada asam lemak tidak jenuh dan

akibatnya karotenoid terlindung dari oksidasi (Choo et al., 1992).

Kandungan karoten minyak sawit dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,

tetapi dari minyak jenis tenera sekitar 500-700 ppm. Crude palm olein

mempunyai jumlah karotenoid yang lebih banyak, yaitu berkisar 680-760

ppm; dibandingkan dengan crude palm oil (630-700 ppm)maupun crude palm stearin (380-540 ppm) (Ong dan Tee, 1992 dalam Zeb dan Mehmood, 2004). Karotenoid dibagi menjadi 4 golongan, yaitu karoten dan xantofil, yang

merupakan golongan hidroksi derivatif, ester xantofil dengan asam lemak dan

asam-asam karotenoid.

Karotenoid umum yang dikenal sebagai sumber vitamin A adalah

-karoten (100%), α-karoten (53%) dan -karoten (3,3%). -karoten adalah bentuk provitamin A paling aktif, yang terdiri atas dua molekul retinol yang

saling berkaitan (Almatsier, 2002). -karoten yang merupakan sumber utama

vitamin A mempunyai struktur kimia seperti Gambar 2.

(32)

-karoten merupakan senyawa non polar, pada bagian tengah struktur

kimianya berupa rantai alifatik simetris yang terdiri dari 18 atom karbon dan

memiliki ikatan rangkap secara kontinu. -karoten mempunyai dua struktur

cincin yang sama pada kedua sisi rantai karbon alifatik, yaitu berupa cincin

-ionon (Andarwulan, 1992).

C. ADSORPSI

Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau

cair, yaitu bahan yang dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan

diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Kecepatan

adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas

permukaaan adsorben, melainkan tergantung juga pada suhu, tekanan (untuk

gas), ukuran partikel, porositas adsorben, ukuran molekul bahan yang akan

disorpsi dan viskositas campuran yang akan dipisahkan (cairan/gas)

(Bernasconi et al. 1995).

Proses adsorpsi terdiri dari dua tipe adsorpsi, yaitu dapat terjadi secara

kimia dan dapat juga terjadi secara fisika. Adsorpsi kimia adalah tipe adsorpsi

dengan cara suatu molekul menempel ke permukaan melalui pembentukkan

ikatan kimia. Ciri-ciri dari adsorpsi kimia adalah terjadi pada temperatur yang

tinggi, jenis interaksinya kuat, berikatan kovalen antara permukaan adsorben

dengan adsorbet, entalpinya tinggi (∆H 400 KJ/mol). Adsorpsi terjadi hanya pada suatu lapisan atas (monolayer) dan energi aktivasinya tinggi (www.wikipedia.org/wiki/adsorption).

Adsorpsi fisika adalah tipe adsorpsi dengan cara adsorbat menempel

pada permukaan melalui interaksi intermolekuler yang lemah. Ciri-ciri dari

adsorpsi fisika adalah terjadi pada temperatur yang rendah, selalu di bawah

temperatur kritis dari adsorbat, jenis interaksi adalah interaksi molekuler (gaya

van der Waals), entalpinya rendah (∆H < 20 KJ/mol), adsorpsi dapat terjadi dalam banyak lapisan (multilayers) dan energi aktivasinya rendah (www.wikipedia.org/wiki/adsorption).

Isoterm adsorpsi ialah hubungan kesetimbangan antara konsentrasi

(33)

tertentu (McCabe et al., 1999). Isoterm adsorpsi sendiri mempunyai beberapa bentuk antara lain: Isoterm linear mengikuti garis lurus melalui sumbu

koordinat dan kuantitas yang diadsorpsi dalam hal ini sebanding dengan

konsentrasi di dalam fluida. Isoterm yang cembung ke atas dikatakan

cenderung (favorable) karena pemuatan zat padat yang relatif tinggi dengan konsentrasi fluida yang rendah. Isoterm tak mampu balik (irreversible) mempunyai koefisien perpindahan massa yang konstan karena laju

perpindahan massa dalam hal ini sebanding dengan konsentrasi fluida.

Adsorpsi yang sangat-cenderung memberikan hasil yang hampir sama dengan

adsorpsi tak mampu balik, karena konsentrasi keseimbangan di dalam fluida

praktis bernilai nol, sampai konsentrasi zat padat sudah melewati separuh nilai

jenuhnya. Isoterm yang cekung ke atas dikatakan tak-cenderung karena

pemuatan zat padatnya relatif rendah dan karena hal itu mengakibatkan zona

perpindahan massa di dalam hamparan itu menjadi cukup panjang (McCabe et al., 1999). Beberapa contoh bentuk isoterm ditampilkan dalam Gambar 3.

c, ppm

Tak mampu balik

W

Gambar 3. Beberapa jenis isoterm adsorpsi

D. ATAPULGIT

Atapulgit mempunyai rumus molekul Mg5Si8O20(OH)2(OH2)4.4H2O

(34)

melepas gugus hidroksil dan atom hidrogen yang menyebabkan terjadi ikatan

rangkap baru. Silika yang mengandung gugus air dalam strukturnya berfungsi

sebagai adsorben dan agen peningkat viskositas. Aluminium pada atapulgit

berfungsi untuk mencegah polimerisasi, sedangkan komponen magnesium

berfungsi menjaga kestabilan warna minyak (Kirk dan Othmer, 1964).

Atapulgit terlihat seperti tanah dan berwarna putih. Pemanasan atapulgit

sebelum digunakan merupakan reaktifasi yang diperlukan untuk

mengembangkan struktur pori (Roy, 1995). Struktur atapulgit dapat dilihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur atapulgit (Grim, 1989)

Atapulgit memiliki beberapa kelebihan, yaitu kekhasan pada saat

terdispersi, tahan terhadap suhu tinggi, memiliki ketahanan terhadap garam

dan alkali, memiliki kemampuan adsorpsi yang tinggi, baik untuk proses

desorpsi dan memiliki kemampuan mempertahankan warna juga kemampuan

(35)

Tabel 4. Komposisi komponen penyusun atapulgit

Oksida Persentase (%)

SiO2 55.6-60.5

Bahan lain 10.53-11.8

Sumber: www. Chymc.com (2003)

E. KINETIKA ADSORPSI

Gejala adsorpsi seringkali dicapai dengan cara kinetik, tergantung pada

penyamaan laju kondensasi dan penguapan bagi molekul teradsorpsi pada

permukaan.

Isoterm langmuir didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat adsorpsi

adalah ekuivalen dan kemampuan partikel untuk terikat di tempat itu tidak

bergantung pada ditempati atau tidak ditempatinya tempat yang berdekatan

dan menggambarkan permukaan adsorpsi yang homogen. Koefisien kinetik

adsorpsi diberikan pada persamaan 1 (Ribeiro et al. 2001).

q = ⎟

dimana: qmaks merupakan kapasitas maksimum adsorben, C merupakan

konsentrasi setimbang, k merupakan faktor yang berpengaruh pada proses

adsorpsi.

Isoterm Freundlich digunakan bersamaan dengan penggunaan isoterm

Langmuir untuk mengetahui sistem adsorpsi yang tepat. Isoterm Freundlich

dapat menggambarkan permukaan adsorpsi yang heterogen.

q = kfC^n

dimana: qmaks merupakan kapasitas maksimum adsorben, C merupakan

konsentrasi setimbang, k dan n merupakan faktor yang berpengaruh pada

(36)

III. METODOLOGI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bahan dan alat yang digunakan dan

metode penelitian. Metode penelitian terdiri dari tiga tahap yang meliputi tahapan

penelitian, rancangan percobaan dan prosedur percobaan.

A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan

Bahan baku yang digunakan adalah olein sawit kasar hasil fraksinasi

minyak sawit kasar (CPO). Minyak sawit kasar tersebut diperoleh dari PT

AsianAgro AgungJaya, Jakarta Utara. Atapulgit (150 mesh) yang

diperoleh dari Engelhard Corporation USA, arang aktif (150 mesh),

standar -karoten (Sigma-Aldrich), standar α-tokoferol (Sigma-Aldrich), heksana, fenolftalein, kalium hidroksida beralkohol (KOH), aquades,

alkohol 95%, KOH 0.1 N dan phenolpthalein.

2.Alat

Reaktor tangki berpengaduk untuk adsorpsi dan desorpsi yang

dilengkapi dengan pemanas, sistem pengadukan, thermometer, sistem

pengendalian suhu dan saluran pengambilan contoh (sampling). Skema

dan foto reaktor tangki berpengaduk dapat dilihat Lampiran 2 dan 3.

Spektrofotometer, refraktometer, High Performance Liquid Chromatrography (HPLC), erlenmeyer, gelas piala, pengaduk kaca, sudip, timbangan kasar, timbangan analitik, pipet volumetrik, pipet mohr, buret,

labu takar, tabung ulir, wadah, penangas air dan pompa vakum

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dibagi menjadi tahapan penelitian, rancangan

percobaan dan prosedur percobaan. Tahapan penelitian menjelaskan tentang

langkah-langkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan penelitian.

Rancangan percobaan menggambarkan percobaan yang akan dikerjakan

dalam setiap tahapan penelitian, sedangkan prosedur percobaan merupakan

(37)

1. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu karakterisasi olein sawit

kasar dan adsorben, penentuan kondisi kesetimbangan proses adsorpsi,

penentuan laju adsorpsi (k), penentuan energi aktivasi (Ea), dan penentuan

kualitas adsorpsi.

Selesai

Penentuan konstanta laju adsorpsi (k) Karakterisasi

Penentuan kondisi kesetimbangan adsorpsi

Penentuan energi aktivasi (Ea) Mulai

Penentuan kualitas adsorpsi

Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian

2. Rancangan Percobaan

a. Karakterisasi Olein Sawit Kasar

Karakterisasi olein sawit kasar terdiri dari penentuan kadar asam

lemak bebas (%) dan bilangan asam (AOAC, 1999) serta indeks bias

(Apriyantono, et al. 1989). Prosedur karakterisasi olein sawit kasar dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, dilakukan karakteriksasi

terhadap adsorben yang digunakan meliputi warna visual adsorben,

(38)

b. Penentuan Kondisi Kesetimbangan Adsorpsi

Kondisi kesetimbangan diperoleh dari hubungan antara lamanya

adsorpsi dengan konsentrasi -karoten dalam olein sawit kasar, yaitu

ketika peningkatan lamanya adsorpsi tidak lagi menyebabkan

penurunan kandungan -karoten dalam olein sawit kasar. Kondisi

kesetimbangan ditentukan untuk masing-masing perlakuan jenis

adsorben yang digunakan (atapulgit dan arang aktif) dan suhu (40, 50,

dan 60ºC). Parameter kondisi kesetimbangan yang akan ditentukan

diantaranya adalah lama dan nilai (konsentrasi -karoten dalam olein

sawit kasar) tercapainya kondisi kesetimbangan.

Selanjutnya dapat diketahui hubungan antara konsentrasi

penjerapan dalam adsorben (q) dengan konsentrasi pada larutan (C)

dengan menggunakan model isoterm adsorpsi yang sesuai pada data

percobaan. Perhitungan nilai q = (C0-Ct)V/m, dimana C0 adalah

konsentrasi olein sawit kasar, Ct adalah konsentrasi olein pada waktu t,

V adalah volume olein sawit kasar yang digunakan (900 ml) dan m

adalah massa adsorben yang digunakan (300 gram). Nilai C

merupakan konsentrasi pada saat t tertentu. Kurva hubungan antara q

dan C tersebut dapat menunjukkan jenis dari isoterm yang terbentuk

pada atapulgit dan arang aktif. Diagram alir adsorpsi -karoten olein

sawit kasar dapat dilihat pada Gambar 5.

c. Penentuan Konstanta Laju Adsorpsi (k)

Nilai konstanta laju adsorpsi (k) dapat ditentukan dengan cara

memplotkan nilai konsentrasi -karoten dalam adsorben (q) dengan

nilai konsentrasi -karoten dalam olein (c) pada persamaan Langmuir

dan Freundlich.

Plot dari 1/q dan 1/C menghasilkan bentuk linear dari model

Langmuir. Persamaan linear tersebut dapat dilihat pada persamaan 1 :

(39)

Kemiringan atau slope dari hasil regresi linear persamaan 1 menghasilkan nilai k/qmaks dimana k merupakan konstanta laju adsorpsi

dan intersepnya menunjukkan nilai 1/qmaks. Sedangkan plot dari log q

dan log C menghasilkan bentuk linear dari model Freundlich dapat

dilihat pada persamaan 2 :

C n Kf

q log log

log = + ...(2)

Kemiringan atau slope dari hasil regresi linear persamaan 2

merupakan nilai n dan intersepnya menunjukkan nilai konstanta laju

adsorpsi (kf). Parameter kinetika adsorpsi yang dihasilkan dari

persamaan Langmuir dan Freundlich dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penentuan parameter kinetika adsorpsi dari regresi linear hubungan antara q dan c pada model isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich

Model Isoterm Adsorpsi Perlakuan

d. Penentuan Energi Aktivasi (Ea)

Nilai energi aktivasi (Ea) ditentukan berdasarkan hasil regresi

linear dari konstanta laju adsorpsi (k) dan suhu (T). Penentuan energi

aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius dapat dilihat pada

(40)

Kondisi percobaan untuk kinetika reaksi adsorpsi -karoten olein sawit

kasar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penentuan nilai energi aktivasi pada atapulgit dan arang aktif

Jenis Adsorben

Suhu Adsorpsi [ºC]

Konstanta Laju Adsorpsi [(b%)-1(menit)-1]

e. Penentuan Kualitas Adsorpsi

Kualitas adsorpsi dapat diketahui berdasarkan selektivitas

adsorben di dalam menyerap komponen -karoten, α-tokoferol dibandingkan dengan komponen pengotor lain yang terdapat dalam

olein selama proses adsorpsi berlangsung. Parameter kualitas adsorpsi

lain yang digunakan adalah kadar asam lemak bebas dan indeks bias.

Selain itu, dilakukan analisis terhadap kualitas desorpsi dari

masing-masing adsorben untuk mengetahui kemampuan adsorben untuk

melepaskan -karoten. Penentuan nilai absorbansi -karoten

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dan penentuan

(41)

3. Prosedur Pengujian

Diagram alir adsorpsi -karoten olein sawit kasar ditampilkan pada

Gambar 6. Perbandingan antara adsorben dengan olein sawit kasar yang

digunakan adalah 1:3. Campuran adsorben dengan olein tersebut disiapkan

di dalam reaktor berpengaduk berkapasitas 2 liter. Proses adsorpsi

dilakukan pada tiga kondisi suhu, yaitu 40°C, 50°C dan 60°C. Kecepatan

pengadukan yang digunakan adalah 120 rpm. Contoh diambil melalui

saluran pengambilan contoh pada lama adsorpsi tertentu secara kontinyu

selama 171 menit. Selanjutnya contoh disaring dengan kertas saring dan

menggunakan pompa vakum. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan

adsorben yang telah mengandung -karoten dengan olein. Pengukuran

aktivitas ß-karoten dalam olein menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 446 nm untuk menentukan nilai absorbansi. Nilai

absorbansi kemudian dikonversi menjadi konsentrasi dengan

menggunakan kurva standard -karoten. Kurva standar ß-karoten dapat

dilihat pada Lampiran 4. Konsentrasi -karoten dinyatakan dalam ppm (μg -karoten/ml olein sawit kasar) atau dalam International Unit (IU) sebagai suatu takaran vitamin A adalah 1 IU = 0,6 µg -karoten.

Analisis selektivitas adsorben dilakukan dengan pengukuran α -tokoferol pada olein sawit kasar sesudah proses adsorpsi dengan High Performance Liquid Chromatrography (HPLC) kolom Zorbax Sil (0,46 x 25 cm) dengan fase bergerak hexane:isopropanol (99.5:0.5 v/v); laju alir 1 ml/menit dan nilai absorbansi tokoferol adalah 292 nm (AOCS, 1997),

(42)

Pemisahan adsorben dengan olein sawit kasar Pencampuran adsorben (300 gram) dengan olein (900 ml) dalam reaktor berpengaduk

(kecepatan pengadukan =120 rpm; suhu = 40, 50, 60°C; lama adsorpsi = 171 menit)

Mulai

Pengambilan contoh campuran adsorben dan olein pada lama adsorpsi tertentu

Selesai Analisis olein

(konsentrasi -karoten, konsentrasi α-tokoferol, kadar asam lemak bebas, indeks bias

dan kemampuan desorpsi)

(43)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK OLEIN SAWIT KASAR

Karakterisasi terhadap fraksi olein dari minyak sawit kasar ini dilakukan

untuk mengetahui sifat fisikokimianya.

Tabel 7. Hasil karakterisasi sifat fisikokimia olein sawit kasar

Karakteristik Nilai SNI Olein

Tahun 1998

Kadar Asam Lemak Bebas (%) 5.06 Maks 5

Bilangan Asam, mg KOH/gr 11.09 -

Indeks Bias 26.9ºC 1.46 -

Kadar asam lemak bebas atau % FFA menunjukkan banyaknya asam

lemak bebas yang terkandung di dalam 1 mg olein. Tinggi rendahnya

kandungan asam lemak bebas dalam suatu minyak atau lemak dapat

dipengaruhi oleh adanya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan

terbentuknya asam lemak bebas. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa olein

yang digunakan memiliki nilai kadar asam lemak bebas sebesar 5.06%. Nilai

ini lebih besar dibandingkan standar, yaitu sebesar 5%. Hal ini disebabkan

reaksi hidrolisis yang mungkin terjadi di dalam olein. Bilangan asam

menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam olein. Hasil

karakterisasi menunjukkan nilai bilangan asam olein yang digunakan dalam

penelitian ini sebesar 11.09. Indeks bias digunakan untuk mengetahui

kemurnian dari minyak dan derajat ketidakjenuhan dari minyak tersebut.

Indeks bias dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar asam lemak bebas,

proses oksidasi dan suhu. Semakin besar nilai indeks bias menunjukkan

semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap di dalam

minyak. Dari hasil karakterisasi juga diketahui bahwa nilai indeks bias dari

(44)

B. KARAKTERISTIK ATAPULGIT

Karakteristik atapulgit dan arang aktif dilakukan untuk mengetahui

kemampuan penjerapannya. Untuk melihat sifat-sifat adsorben maka

dilakukan karakterisasi terhadap adsorben yang meliputi warna visual, bentuk

visual bahan dan ukuran partikel. Hasil karakterisasi ini disajikan pada Tabel

8.

Tabel 8. Karakterisasi atapulgit dan arang aktif

Karakteristik Jenis Adsorben

Warna Bentuk Ukuran

Partikel

Atapulgit Putih keabu-abuan Serbuk 150 mesh

Arang aktif Hitam Serbuk 150 mesh

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa atapulgit dan arang aktif

yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ukuran partikel 150 mesh

dan berbentuk butiran serbuk. Karakteristik ini memudahkan proses adsorpsi

untuk pemisahan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang

mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi (Bernasconi et al, 1995). Bentuk adsorben yang berupa butiran serbuk sangat baik digunakan untuk

proses adsorpsi campuran cair, selain itu adanya pori dan luas permukaan

yang besar pada atapulgit membuat proses penjerapan menjadi lebih cepat.

Menurut Ketaren (1986), daya penjerapan terhadap warna akan lebih efektif

jika adsorben tersebut mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi,

ukuran partikel halus dan pH adsorben mendekati netral.

C. KONDISI KESETIMBANGAN ADSORPSI

Kondisi keseimbangan merupakan kondisi saat proses pemisahan

komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan adsorben

yang mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat lagi

berlangsung. Sesuai dengan hukum laju reaksi yang menyatakan bahwa laju

(45)

adsorpsi minyak sawit kasar ditentukan berdasarkan penurunan nilai

konsentrasi -karoten selama berlangsungnya reaksi adsorpsi. Penurunan nilai

-karoten dalam olein menyatakan peningkatan konsentrasi -karoten dalam

adsorben. Pada penelitian ini digunakan arang aktif sebagai adsorben

pembanding. Kondisi kesetimbangan didapat dari hubungan antara konsentrasi

-karoten dalam olein dengan lama adsorpsi berlangsung. Hubungan antara

penurunan nilai konsentrasi -karoten dengan waktu adsorpsi dapat dilihat

pada Gambar 7.

Lama Adsorpsi (me nit)

Ko

Gambar 7. Hubungan antara penurunan nilai konsentrasi -karoten dalam olein dengan lama adsorpsi (○, atapulgit 40 ºC; □, atapulgit 50 ºC;

∆, atapulgit 60 ºC; ●, arang aktif 40 ºC; ■, arang aktif 50 ºC; ▲, arang aktif 60 ºC)

Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu

reaksi maka terjadi penurunan nilai konsentrasi -karoten dalam olein sampai

kondisi setimbang terpenuhi dan tidak terjadi penurunan nilai konsentrasi

-karoten. Penurunan nilai konsentrasi -karoten ini disebabkan adanya

penjerapan -karoten oleh adsorben. Konsentrasi -karoten dalam olein yang

menurun seiring dengan lamanya waktu menyebabkan konsentrasi -karoten

yang dijerap dalam adsorben meningkat sehingga adsorben mengalami kondisi

yang tidak mampu menjerap lagi. Kondisi tersebut merupakan kondisi

(46)

proses ini semakin tinggi suhu, maka warna olein akan semakin pucat dan

warna pada adsorben akan semakin pekat akibat ion Al3+ pada permukaan

partikel adsorben yang dapat mengadsorpsi partikel zat warna. Perubahan

warna olein dan adsorben dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kondisi kesetimbangan yang diperoleh berbeda pada masing-masing

suhu reaksi. Pada adsorpsi -karoten menggunakan atapulgit semakin tinggi

suhu reaksi, maka konsentrasi -karoten dalam olein semakin menurun dan

waktu yang dicapai untuk memberikan pengaruh yang sama terhadap

penurunan konsentrasi -karoten pada suhu reaksi yang tinggi lebih cepat

dibandingkan pada suhu reaksi yang rendah. Kondisi kesetimbangan pada

arang aktif lebih baik dibandingkan atapulgit. Hal ini dapat dilihat dari nilai

konsentrasi -karoten dalam olein yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi

-karoten dalam olein dengan menggunakan atapulgit dan waktu yang dicapai

semakin cepat. Nilai konsentrasi -karoten dalam olein pada kondisi

kesetimbangan untuk masing-masing suhu adsorben dan jenis adsorben

ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai konsentrasi -karoten dalam olein pada kondisi kesetimbangan untuk masing-masing suhu adsorpsi dan jenis adsorben

Jenis Adsorben Suhu Reaksi (0C)

Waktu Reaksi (menit)

Konsentrasi β-karoten dalam olein (μg/ml)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui kondisi keseimbangan pada

masing-masing suhu berdasarkan jenis adsorben. Pada adsorpsi -karoten

menggunakan atapulgit, kondisi kesetimbangan semakin meningkat seiring

peningkatan suhu. Hal ini membuktikan bahwa suhu mempengaruhi laju

adsorpsi dan kondisi kesetimbangan proses adsorpsi tersebut.

Peningkatan laju tersebut disebabkan adanya penjerapan -karoten

(47)

pemucatan secara adsorpsi bahwa proses adsorpsi pada suhu yang rendah,

seperti pemucatan (bleaching), lebih disebabkan oleh ikatan intermolekular daripada pembentukan dari ikatan kimia baru. Molekul yang terfisisorpsi tetap

mempertahankan identitasnya dan tidak menghasilkan pemutusan ikatan.

Proses adsorpsi paling mudah terjadi apabila energi bebas Gibbs paling

rendah, dimana adsorben dan adsorbat memiliki kepolaran yang sama

sehingga adsorbat cenderung teradsorpsi karena energi bebas Gibbsnya

rendah. Selain itu, -karoten terjerap oleh adsorben akibat interaksi hidrofobik

antara adsorben dan -karoten (Baharin et al., 1998). Keadaan demikian memungkinkan terjadinya ikatan van der walls. Ikatan van der walls

merupakan antaraksi berbagai dipol secara kolektif. Antaraksi

dipol-dipol ini menimbulkan tarik menarik antara muatan yang berlainan tanda dan

tolak menolak antara muatan yang sama. Molekul non polar saling ditarik oleh

antaraksi dipol-dipol yang lemah yang disebut gaya London (Fessenden dan

Fessenden, 1994).

Struktur atapulgit terdiri dari rantai silika ganda yang berikatan dengan

okigen membentuk tetrahedral, yang merupakan gugus non polar, aluminium

dan magnesium berikatan dengan oksigen, gugus hidroksil dan gugus OH

membentuk oktahedral yang merupakan gugus polar (Grim, 1989). Adanya

gugus polar dan non polar pada atapulgit menyebabkan adsorben ini tergolong

ke dalam adsorben semi polar.

Menurut Chu et. al. (2004) ikatan yang kurang polar merupakan ikatan antara silika dengan oksigen (Si-O-Si) yang disebut siloksan. -karoten yang

merupakan molekul non polar akan dijerap oleh gugus siloksan. Gugus

siloksan inilah yang berinteraksi dengan awan elektron yang banyak terdapat

pada ikatan ganda terkonjugasi dari molekul -karoten melalui ikatan

dipol-dipol. Kemungkinan ikatan van der walls antara -karoten dan atapulgit

(48)

Si O Si δ+

Gambar 8. Ikatan van der walls antara -karoten dan atapulgit

Pada adsorpsi -karoten menggunakan atapulgit, konsentrasi beta

karoten di dalam olein pada kondisi kesetimbangan mencapai nilai yang

meningkat pada kenaikan suhu adsorpsi dari 40 – 50 °C dan menurun pada

kenaikan suhu adsorpsi dari 50 – 60 °C. Hal ini disebabkan adanya adsorpsi

komponen dalam olein seperti α-tokoferol yang mempunyai berat molekul lebih rendah dibandingkan -karoten, tetapi laju penjerapan pada proses ini

tetap meningkat. Pada suhu 60 ºC terlihat kondisi keseimbangan dan laju yang

semakin meningkat. Hal ini diakibatkan adanya oksidasi pada asam lemak tak

jenuh dari olein dan menghasilkan ikatan rangkap.

Pada arang aktif proses adsorpsi secara fisik terjadi karena daya tarik

atau perbedaan polaritas dari permukaan arang aktif lebih besar dibandingkan

daya tarik yang menahan -karoten dalam olein. Perbedaan polaritas ini

menyebabkan adsorbat melekat sedemikian kuat pada arang aktif. Pori dan

luas permukaan adsorben mempengaruhi kecepatan adsorpsi, semakin besar

pori dan luas permukaan maka reaksi adsorpsi terjadi semakin cepat. Keadaan

inilah yang menyebabkan daya jerap dari arang aktif lebih besar dibandingkan

daya jerap atapulgit.

Konsentrasi -karoten di dalam olein menggunakan arang aktif semakin

menurun seiring peningkatan suhu. Hal ini disebabkan arang aktif cenderung

mengadsorpsi molekul yang berantai lurus, selain itu arang aktif dapat

menyerap zat warna sebanyak 95-97 persen dari total zat warna yang terdapat

dalam minyak dan dapat digunakan dalam jumlah yang sangat kecil (Ketaren,

1986). Adanya perbedaan kondisi kesetimbangan tersebut membuktikan

bahwa suhu dan jenis bahan adsorben mempengaruhi laju adsorpsi dan kondisi

(49)

Penggunaan arang aktif pada proses adsorpsi -karoten olein sawit kasar

lebih baik dibandingkan penggunaan atapulgit. Pada atapulgit, semakin tinggi

suhu maka maka konsentrasi -karoten dalam fase padat atau atapulgit

meningkat sedangkan konsentrasi -karoten dalam arang aktif menurun.

Walaupun peningkatan suhu dapat meningkatkan jumlah pori-pori mikro pada

arang aktif, tetapi laju penjerapan -karoten pada arang aktif semakin rendah.

Hal ini diakibatkan aktivitas penjerapan yang terjadi tidak hanya menjerap

-karoten saja, tetapi juga zat-zat warna yang dihasilkan akibat oksidasi yang

terdapat dalam olein sehingga arang aktif cepat jenuh dan kurang menjerap

-karoten, selain itu arang aktif lebih cepat menjerap molekul yang berantai

lebih lurus. Bila struktur molekul dari dua macam zat sama, maka yang berat

molekulnya lebih besar akan lebih banyak diserap oleh arang aktif. Tetapi,

apabila struktur molekulnya tidak sama maka adsorpsinya lebih dipengaruhi

oleh susunan molekul (Djatmiko et al., 1985). Adanya penjerapan zat warna lain oleh arang aktif maka arang aktif tidak tergolong ke dalam adsorben

selektif untuk -karoten. Besarnya kapasitas adsorpsi dari atapulgit dan arang

aktif ini ditampilkan pada Gambar 9.

0

(50)

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa konsentrasi -karoten dalam olein

yang menurun seiring dengan lamanya waktu menyebabkan konsentrasi

-karoten yang dijerap dalam adsorben meningkat sehingga adsorben

mengalami kondisi yang tidak mampu menjerap lagi. Kondisi tersebut

merupakan kondisi setimbang dimana adsorben mengalami kapasitas jenuh

penjerapan.

Perpindahan adsorbat ke permukaan adsorben dipengaruhi langsung

oleh viskositas dan laju alir, secara tidak langsung oleh ukuran partikel

adsorbat. Mekanisme penyebaran ini terdiri dari tahap difusi ke permukaan

adsorben dan difusi ke dalam pori adsorben.

Pada Gambar 9 menunjukkan gambaran bentuk permukaan molekul

teradsorpsi dan banyaknya kuantitas yang diadsorpsi pada suhu yang lebih

tinggi.. Kurva tersebut mempunyai nilai n ≥ 1, yang menggambarkan proses adsorpsi yang tidak mempunyai kecenderungan atau berbentuk cekung ke

atas, sehingga zona perpindahan massa di dalam proses tersebut lebih panjang

dan desorpsinya akan memerlukan suhu yang lebih rendah. Zona perpindahan

massa dapat diartikan sebagai daerah dimana sebagian besar perubahan

konsentrasi berlangsung. Lebar zona perpindahan massa bergantung pada laju

perpindahan massa, laju aliran dan bentuk kurva kesetimbangan. Jika zona

perpindahan massa pada hamparan cukup panjang dapat mengakibatkan

penggunaan adsorben yang tidak efisien dan dapat menambah biaya energi

untuk melakukan regenerasi adsorben (McCabe et al., 1989). Pada proses industri bentuk kurva yang paling dikehendaki berbentuk tak mampu balik

dibandingkan bentuk kurva sangat cenderung, tak cenderung, dan linear. Hal

ini dikarenakan kuantitas yang diadsorpsi tidak bergantung pada konsentrasi

adsorbat dan mengurangi biaya energi untuk regenerasi (McCabe et al., 1999). Indeks efisiensi adsorpsi (n) mempengaruhi proses adsorpsi yang

terjadi. Bentuk isoterm berhubungan dengan nilai efisiensi dari adsorpsi.

Semakin tinggi nilai n maka proses penjerapan yang terjadi akan semakin

lambat. Pada atapulgit dan arang aktif, peningkatan suhu meningkatkan

efisiensi proses adsorpsi yang terjadi. Nilai n akan dibahas lebih lanjut pada

(51)

D. KINETIKA ADSORPSI Β-KAROTEN

Kinetika kimia dapat membantu unuk mengambil kesimpulan mengenai

mekanisme suatu reaksi (Petrucci, 1985). Hasil kinetika adsorpsi selanjutnya

berguna untuk menetapkan kondisi operasi, metoda pengendalian, kebutuhan

peralatan dan teknologi suatu proses sehingga dapat dimanfaatkan untuk

merancang proses yang sesuai. Pada subbab ini akan dibahas mengenai

konstanta laju adsorpsi (k) dan energi aktivasi (Ea). Kedua parameter ini

menunjukkan performa dari kedua jenis adsorben dalam mengadsorpsi

-karoten.

1. Konstanta Laju Adsorpsi (k)

Kurva hubungan nilai konsentrasi -karoten dengan kapasitas

adsorpsi merupakan data percobaan yang digunakan untuk penentuan laju

laju reaksi adsorpsi -karoten olein sawit kasar. Kemungkinan orde reaksi

dari reaksi adsorpsi olein sawit kasar adalah orde reaksi semi pertama,

karena reaksi adsorpsi -karoten olein sawit kasar hanya melibatkan satu

pereaksi tunggal yaitu olein sawit kasar. Bentuk persamaan laju reaksi

dapat ditransformasi menjadi bentuk persamaan garis lurus (linier).

Regresi merupakan persamaan matematik yang menduga hubungan bentuk

persamaan laju reaksi adsorpsi fraksi olein dari data percobaan yang

menunjukkan hubungan antara satu peubah bebas yaitu nilai konsentrasi

karoten (dalam hal ini disebut C) dan penurunan nilai konsentrasi

-karoten dalam adsorben (dalam hal ini disebut q) dengan digunakan

metode kesesuaian dengan regresi. Regresi hubungan antara q dengan C

ditransformasikan mengikuti bentuk persamaan garis lurus (linear). Untuk

laju adsorpsi digunakan 2 persamaan adsorpsi yaitu isoterm Freundlich

dan isoterm Langmuir. Ukuran untuk melihat tingkat kesesuaian dengan

data percobaan ditentukan berdasarkan koefisien determinasi (r2) terbesar.

Dari perhitungan didapat bahwa laju adsorpsi fisik dari atapulgit dan arang

aktif lebih cocok menggunakan isoterm Freundlich. Untuk perhitungan

isoterm Langmuir dapat dilihat pada lampiran 8. Nilai parameter adsorpsi

(52)

-karoten olein sawit kasar dengan atapulgit dan arang aktif disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10. Parameter adsorpsi isotermal menggunakan model Langmuir dan Freundlich adsorpsi -karoten olein sawit kasar dengan atapulgit dan arang aktif

Model Isoterm

Langmuir Freundlich

Jenis Adsorben Suhu

[ºC]

Pada Tabel 10 diketahui bahwa persamaan laju reaksi adsorpsi fraksi

olein sawit kasar yang memiliki tingkat kesesuaian terbaik dengan data

percobaan untuk ketiga suhu reaksi adalah isoterm Freundlich. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasinya, nilai koefisien

determinasi untuk isoterm Freundlich lebih besar dibandingkan dengan

nilai koefisien determinasi untuk isoterm Langmuir pada ketiga suhu

reaksi.. Nilai koefisien determinasi yang lebih besar menunjukkan bahwa

keragaman nilai konsentrasi -karoten lebih mampu diterangkan oleh

persamaan isoterm Freundlich. Pada arang aktif suhu 50ºC koefisien

determinasi langmuir lebih besar dibandingkan Freundlich tetapi nilai

konstanta laju (k) dan kapasitas adsorpsi maksimum (qm) bernilai negatif,

sehingga isoterm terpilih adalah Freundlich yang bernilai positif. Hal ini

menunjukkan bahwa proses adsorpsi non linear dan lapisan sorben yang

terbentuk heterogen akibat tidak semua permukaan adsorben mempunyai

daya adsorpsi dan berbentuk multilayer. Bentuk permukaan isoterm

(53)

Gambar 10. Permukaan isoterm Freundlich

Kurva regresi antara konsentrasi -karoten dalam adsorben (log q)

dengan konsentrasi -karoten dalam olein (log C) untuk persamaan

isoterm Freundlich dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.

0

Gambar 11. Laju reaksi adsorpsi fraksi olein sawit kasar untuk atapulgit (○, atapulgit 40 ºC, r2 = 0.8573; □, atapulgit 50 ºC, r2 = 0.9872; ∆,

Gambar

Tabel 3. Nilai sifat fisiko-kimia olein sawit kasar
Gambar 2. Struktur kimia �-karoten
Gambar 3. Beberapa jenis isoterm adsorpsi
Gambar 4. Struktur atapulgit (Grim, 1989)
+7

Referensi

Dokumen terkait

kelompok dalam suatu sekolah, maka dibentuk sekurang-kurangnya seorang ketua, sekretaris, dan bendahara dari suatu kelompok. Ketua kelompok bertanggung jawab atas

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi untuk tumbuh kembang bayi

Arsitek yang mengemukakan konsep simbiosis adalah Kisho Kurokawa. Ada dua pendekatan konsep simbiosis yang digunakan, yaitu Symbiosis of History and Present dan Symbiosis

Sedangkan tujuan dilaksanakannya Kunjungan Kerja ini adalah dalam rangka melaksanakan Fungsi dan Tugas Dewan sesuai dengan Pasal 58, ayat (3), Peraturan Dewan Perwakilan

Apabila telah memungkinkan secara tatap muka, maka perkuliahan dilakukan dikampus.3. PALU -

Dalam setiap perusahaan, sistem pemberian kompensasi khususnya gaji biasanya tidak menggunakan satu struktur gaji yang sama, karena terdapat pekerjaan-pekerjaan yang

Dari analisis data yang dilakukan pada bab IV ditemukan bahwa kebijakan program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di MA An-Najah Iterjadi peningkatan partisipasi pendidikan

8angkah#langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan suatu evaluasi, yaitu () menentukan tujuan evaluasi, merumuskan masalah, () menentukan jenis data,