• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN

KEBIJAKAN MONETER

(2)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Divisi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Telp : +62 21 2981 6836/5726

Fax : +62 21 345 2489

Email : gkm_komunikasi@bi.go.id Website : http://www.bi.go.id

(3)

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Tinjauan Kebijakan Moneter

Juli 2017

Dewan Gubernur

AGus D.W. MArToWArDoJo Gubernur

MirzA ADiTyAsWArA Deputi Gubernur Senior Perry WArJiyo Deputi Gubernur erWiN riJANTo Deputi Gubernur suGeNG Deputi Gubernur rosMAyA HADi Deputi Gubernur

(4)

Daftar isi

1. Statement Kebijakan Moneter

2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pertumbuhan Ekonomi

Neraca Pembayaran Indonesia Nilai Tukar Rupiah

Inflasi

Perkembangan Moneter

Perkembangan Sektor Keuangan Perbankan Pasar Saham Pasar SBN Pembiayaan Nonbank 06 09 13 15 16 19 22 22 23 25 25

03

06

(5)

1

statement

Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juli 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 21 Juli 2017. Keputusan

tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik. Proses pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut namun tidak sekuat perkiraan semula terutama akibat perlambatan konsumsi meski di sisi lain terdapat peningkatan investasi. Tekanan inflasi diperkirakan sedikit berkurang di bawah perkiraan semula akibat permintaan yang masih lemah dan terkendalinya harga pangan. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global terutama normalisasi neraca bank sentral AS, maupun domestik terutama konsolidasi korporasi dan perbankan yang masih berlanjut. Untuk itu, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta tetap memberi dukungan bagi pemulihan ekonomi lebih lanjut. Bank Indonesia juga terus mempererat koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Pertumbuhan ekonomi dunia terus membaik sesuai perkiraan dengan beberapa risiko yang tetap perlu dicermati. Di satu sisi, perekonomian AS diperkirakan tumbuh

lebih rendah akibat dari investasi yang tertahan oleh terbatasnya dampak kebijakan fiskal dan menurunnya prospek harga minyak. Di sisi lain, perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi dan ekspor yang meningkat. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan lebih baik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi, kinerja ekspor yang membaik dan meningkatnya optimisme perekonomian. Perbaikan ekonomi global tersebut mendorong meningkatnya volume perdagangan dunia dan diharapkan dapat berdampak positif terhadap ekspor Indonesia. Demikian pula, harga komoditas global diperkirakan tetap tinggi, meskipun harga minyak berpotensi bias ke bawah karena pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang terbatas. Ke depan, sejumlah risiko pada perekonomian global tetap perlu diwaspadai, khususnya yang berasal dari AS antara lain rencana kenaikan FFR, pengurangan besaran neraca bank sentral, dan ketidakpastian kebijakan fiskal.

Proses pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut pada triwulan II 2017 meskipun tidak sekuat perkiraan semula. Pertumbuhan konsumsi berpotensi lebih

rendah sebagaimana tercermin pada perlambatan pertumbuhan penjualan ritel. Kinerja ekspor tetap tumbuh meskipun lebih rendah dari perkiraan semula, terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan volume ekspor produk primer dan manufaktur. Sebaliknya, investasi tumbuh lebih baik terutama nonbangunan ditopang

(6)

investasi terkait sumber daya alam, di tengah investasi bangunan yang masih cukup baik terkait dengan proyek infrastruktur Pemerintah dan sektor konstruksi swasta. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor dan investasi. Dengan perbaikan pada paruh kedua 2017, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 masih dalam kisaran 5,0-5,4%. Sejumlah risiko yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi perlu tetap diwaspadai, terutama terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan.

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada triwulan II 2017. Surplus

tercatat sebesar 3,5 miliar dolar AS, terutama disumbang oleh besarnya surplus pada neraca perdagangan nonmigas. Ekspor nonmigas tumbuh 6,8% (yoy) khususnya karena peningkatan harga komoditas primer, sementara impor non migas tumbuh 4,9% (yoy) khususnya impor barang konsumsi. Didukung oleh masih kuatnya kepercayaan investor, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia pada triwulan II 2017 tercatat 4,3 miliar dolar AS sehingga akumulasi sampai dengan Juni 2017 mencapai 9,6 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa pada akhir triwulan II 2017 tercatat 123,1 miliar dolar AS, meningkat dari posisi akhir triwulan I 2017 sebesar 121,8 miliar dolar AS. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Pergerakan nilai tukar rupiah cukup stabil dan cenderung menguat. Nilai tukar

rupiah, secara rata-rata bulanan, tercatat menguat sebesar 0,17% ke level Rp13.298 per dolar AS. Penguatan tersebut ditopang oleh berlanjutnya penjualan valas oleh korporasi dan aliran masuk modal asing yang cukup besar ke pasar keuangan domestik, serta sejalan dengan penguatan mata uang regional. Volatilitas nilai tukar terjaga rendah disertai dengan meningkatnya efisiensi di pasar valas. Hal ini sejalan dengan berbagai langkah pendalaman pasar valas sebagaimana tercermin dari semakin besarnya volume transaksi valas harian, termasuk transaksi derivatif. Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.

Inflasi IHK pada Juni 2017 tercatat rendah dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2017 tercatat

0,69% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode lebaran dalam tiga tahun terakhir sebesar 0,85% (mtm). Berdasarkan komponen, inflasi yang terkendali terutama dipengaruhi inflasi volatile food dan inflasi inti yang lebih rendah dari pola historisnya. Komponen volatile food mengalami inflasi sebesar 0,65% (mtm), lebih rendah dari rata-rata historis periode lebaran dalam tiga tahun terakhir sebesar 1,78% (mtm). Perkembangan ini tidak terlepas dari kebijakan stabilisasi pangan Pemerintah serta koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia. Inflasi inti Juni 2017 tercatat 0,26% (mtm), lebih rendah dari pola historis inflasi inti periode lebaran tiga tahun terakhir sebesar 0,40% (mtm). Rendahnya inflasi inti dipengaruhi oleh permintaan domestik yang masih lemah, nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terkendali. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices tercatat cukup tinggi yaitu 2,10% (mtm) dipengaruhi

(7)

penyesuaian tarif listrik tahap ketiga. Ke depan, koordinasi kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah di pusat dan daerah terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi agar tetap berada pada sasarannya.

Stabilitas sistem keuangan tetap kuat didukung oleh ketahanan industri perbankan dan pasar keuangan yang terjaga. Pada Mei 2017, rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat 22,7%, dan rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 22,3%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) tercatat 3,1% (gross) atau 1,4% (net). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Mei 2017 tercatat 11,2% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya 9,9% (yoy). Pertumbuhan kredit Mei 2017 tercatat 8,7% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 9,5% (yoy). Ke depan, pertumbuhan DPK dan kredit pada tahun 2017 diperkirakan akan membaik dan masing-masing berada dalam kisaran 9-11% dan 10-12%. Proyeksi pertumbuhan kredit tersebut dibayangi oleh sejumlah risiko terutama prospek pemulihan permintaan domestik dan kemajuan konsolidasi perbankan.

(8)

Perkembangan ekonomi

dan Kebijakan Moneter

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan ekonomi dunia terus membaik sesuai perkiraan, namun beberapa risiko tetap perlu dicermati. Prospek ekonomi dunia

ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di AS, Tiongkok, dan Eropa. Perekonomian AS tetap tumbuh meskipun berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan investasi yang tertahan oleh menurunnya prospek harga minyak dan terbatasnya dampak kebijakan fiskal. Di Tiongkok, perekonomian diperkirakan tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi dan ekspor yang meningkat. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan lebih baik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi, kinerja ekspor yang membaik dan meningkatnya optimisme perekonomian. Perbaikan ekonomi global tersebut telah mendorong meningkatnya volume perdagangan dunia. Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan tetap tinggi, meskipun harga minyak berpotensi bias ke bawah terkait pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang terbatas. Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain rencana kenaikan FFR yang diperkirakan pada akhir tahun dan penurunan besaran neraca bank sentral AS.

Perekonomian AS tetap tumbuh meskipun berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan investasi yang tertahan oleh menurunnya prospek harga minyak dan terbatasnya dampak kebijakan fiskal. Pertumbuhan ekonomi AS pada tahun

2017-2018 diperkirakan dapat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya (Tabel 2.1). Hal itu sejalan dengan investasi yang tertahan, terutama investasi nonresidensial yang diperkirakan

2

Investasi Nonresidensial AS dan Harga WTI Grafik 2.1

Perkiraan Pertumbuhan AS Tahun 2017-2018 Tabel 2.1

Komponen 2015

Q1 Q2

2016 2017

Q3 Q4 Q1(1st) (2nd)Q1 (3rd)Q1 (Proyeksi)2017(Proyeksi)2018

Sumber: Summary of Economic Projections, The Fed

2,6 2,6 3,2 4,0 2,8 5,0 4,0 0,1 4,6 1,8 0,8 1,6 2,4 2,9 2,1 -0,7 2,2 -0,9 1,0 1,9 1,4 1,3 2,7 3,6 2,3 -2,9 0,8 -1,1 0,3 0,7 3,5 1,7 2,8 3,4 2,5 -2,7 -0,5 2,0 0,6 0,4 2,1 2,0 3,1 3,6 2,3 -1,6 0,7 0,4 1,2 0,8 0,7 1,9 2,7 3,6 2,3 -1,6 0,7 0,4 1,2 -0,6 1,2 2,0 2,8 4,2 2,2 2,1 3,3 3,1 3,7 -0,5 1,4 2,1 3,0 4,2 2,4 1,9 3,1 3,4 3,8 -0,4 2,2 2,2 2,1 2,1 PDB (%SAAR) PDB (%YoY) PCE Barang Jasa Investasi Tetap Perubahan Inventori Net Ekspor Ekspor Impor Belanja Pemerintah Pertumbuhan (% YoY)

Sumber: Bloomberg, BEA, diolah

Pertumbuhan % YoY -70 -50 -30 -10 10 30 50 70 90 110 130 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Investasi Nonresiden Sektor Pertambangan (%YoY) Harga WTI (%YoY)

(9)

tumbuh lebih rendah seiring pelemahan harga minyak dan terbatasnya dampak reformasi pajak AS (Grafik 2.1).

Di Tiongkok, perekonomian diperkirakan tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi dan ekspor yang meningkat. Pertumbuhan

ekonomi Tiongkok pada tahun 2017 diperkirakan dapat lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Kondisi tersebut ditopang oleh konsumsi yang tetap solid, tercermin dari penjualan eceran yang tumbuh stabil (Grafik 2.2). Tetap solidnya konsumsi juga sejalan dengan membaiknya sektor tenaga kerja dan tingkat keyakinan konsumen (Grafik 2.3). Selain itu, ekspor yang meningkat juga turut menopang perekonomian Tiongkok. Ekspor tumbuh sebesar 11,03% (yoy) pada Mei 2017, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (yoy) (Grafik 2.4). Meningkatnya ekspor Tiongkok seiring dengan masih kuatnya permintaan global, terutama dari Advanced

Economies. Sementara itu, impor Tiongkok

pada Mei 2017 tumbuh sebesar 14,8%, naik dibandingkan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,9%. Dengan perkembangan tersebut, surplus neraca perdagangan Mei 2017 naik dibandingkan bulan sebelumnya.

Di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga lebih baik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi, kinerja ekspor yang membaik, dan meningkatnya optimisme perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Eropa

pada 2017 dan 2018 diperkirakan lebih baik dari prakiraan sebelumnya. Hal ini seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi yang tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit rumah tangga pada April 2017 (Grafik 2.5). Sementara itu, kinerja ekspor membaik dengan mencatat pertumbuhan sebesar 10,7% (yoy) pada Triwulan I-2017 seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global (Grafik 2.6). Di sisi impor, pertumbuhan naik sebesar 13,3% (yoy) pada Triwulan-I 2017 seiring dengan kenaikan permintaan domestik terutama didorong oleh perbaikan gradual konsumsi.

Penjualan Eceran Tiongkok Grafik 2.2

PMI Employment dan Tingkat Keyakinan Konsumen Grafik 2.3

Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Tiongkok Grafik 2.4

Pinjaman ke Sektor Rumah Tangga dan Perusahaan Nonkeuangan

Grafik 2.5 Sumber: Bloomberg, diolah

-10 0 10 20 30 40 50 60 % % -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 2014 2015 2016 2017

Jun Ags Okt DesFebAprJunAgs Okt DesFebAprJunAgs Okt DesFebAprJun

Mobil (YoY) Furnitur (YoY)

Minyak Bumi dan Produk Terkait (YoY)

Kosmetik (YoY) Emas, Perak dan Perhiasan (YoY) Konstruksi & Bahan Deco (YoY) Penjualan Ritel (YoY)

10,7

Sumber: Bloomberg, diolah

47 50 53

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 FebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJun

Employment PMI SA Keyakinan Konsumen Indeks

Sumber: Bloomberg

Miliar USD %, yoy

40,8 -40 -20 0 20 40 60 80 100 -40 -60 -20 0 20 40 60 80 100

Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb MeiAgs Nov Feb Mei

2013 2014 2015 2016 2017

Neraca Perdagangan

Impor YoY (skala kanan) Ekspor YoY (skala kanan)Ekspor YoY (%3mma) (skala kanan) Impor YoY (%3mma) (skala kanan)

Sumber: Bloomberg, diolah %

6,2

1,6

Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit ke Sektor Konsumsi Rumah Tangga (SWDA, YoY)

-6 -4 -2 0 2 4 6 8

Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit

(10)

Meski impor tumbuh lebih tinggi dari ekspor, neraca perdagangan masih mencatat surplus. Perkiraan perekonomian Eropa yang lebih baik juga didukung oleh meningkatnya optimisme perekonomian. Hal ini terindikasi dari tren kenaikan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) (Grafik 2.7). Selama Triwulan II-2017, IKE secara rata-rata mencapai indeks 110, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (dimana rata-rata indeks tercatat 108) dan periode yang sama tahun lalu (rata-rata indeks 103,9). Selain itu, indeks keyakinan pelaku pasar juga meningkat seiring dengan menurunnya risiko geopolitik di Eropa (Grafik 2.8).

Perbaikan ekonomi global tersebut telah mendorong meningkatnya volume perdagangan dunia. Asumsi volume

perdagangan dunia mengalami revisi ke atas (Grafik 2.9). Kondisi ini didukung oleh peningkatan aktivitas ekonomi dunia, terutama perbaikan perdagangan Tiongkok. Realisasi sementara volume perdagangan dunia pada Triwulan I-2017 tercatat sebesar 4,1%, di atas perkiraan (1,8%) dan realisasi sebelumnya (3,9%).

Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan tetap tinggi, meskipun harga minyak berpotensi bias ke bawah terkait pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang terbatas. Harga komoditas

global didukung oleh harga batubara yang tetap tinggi akibat gangguan pasokan di Australia dan kenaikan permintaan Tiongkok untuk menggantikan sumber energi listrik tenaga air (Grafik 2.10). Selain itu, peningkatan harga logam diperkirakan berlanjut, didukung peningkatan aktivitas proyek infrastruktur di Tiongkok dan ekspektasi peningkatan aktivitas infrastruktur di AS (Grafik 2.11). Peningkatan harga terutama terjadi pada komoditas tembaga, timah, dan aluminium. Sementara perkiraan harga nikel ke depan relatif datar karena besarnya ketidakpastian sisi pasokan. Di sisi lain, harga minyak Juni mencapai level terendah pada tahun 2017, seiring adanya

Perkembangan Ekspor dan Impor Triwulanan Kawasan Euro

Grafik 2.6

Tingkat Keyakinan Konsumen, Industri, dan Jasa Grafik 2.7

Sentix Investor Confidence dan Zew Survey Expectation Grafik 2.8

Sumber: Bloomberg, diolah Neraca Perdagangan Nilai Impor 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 Miliar Euro % -100 200 300 400 500 600 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 2015 2016 2017

Impor (YoY) (Skala Kanan) Nilai Ekspor Ekspor (YoY) (Skala Kanan)

Sumber: Bloomberg, diolah

111,10 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 95 97 99 101 103 105 107 109 111 113

Feb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr Jun

2014 2015 2016 2017

Keyakinan Ekonomi Keyakinan Konsumen (skala kanan) Keyakinan Industri (skala kanan) Keyakinan Jasa (skala kanan)

13,4 4,5 1,3

Indeks Indeks

Sumber: Bloomberg, diolah

Sentix Investor Confidence

28,4 37,7 -20 0 20 40 60 80 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 2014 2015 2016 2017

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar MeiJul Sep NovJan Mar Mei

Sentix Investor Confidence (skala kanan)

(11)

tekanan peningkatan produksi minyak AS, Libya. dan Nigeria. Di sisi lain, production cut yang dilakukan oleh negara-negara OPEC melebihi target, di tengah produksi negara-negara non-OPEC yang hampir mencapai target. Dalam jangka menengah, produksi AS terus meningkat seiring breakeven cost AS yg cenderung turun (Grafik 2.12).

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2017 diperkirakan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun berpotensi di bawah perkiraan semula. Pertumbuhan konsumsi berpotensi

lebih rendah sebagaimana tercermin pada perlambatan pertumbuhan penjualan ritel. Kinerja ekspor tetap tumbuh meskipun lebih rendah dari perkiraan semula, terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan volume ekspor produk primer dan manufaktur. Sebaliknya, investasi tumbuh lebih baik terutama nonbangunan ditopang investasi terkait sumber daya alam, di tengah investasi bangunan yang masih cukup baik terkait dengan proyek infrastruktur Pemerintah dan sektor konstruksi swasta.

Konsumsi rumah tangga berpotensi tumbuh lebih rendah dari proyeksi. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga tersebut terindikasi dari penjualan eceran dan penjualan kendaraan bermotor yang belum solid. Penjualan eceran pada triwulan II 2017 tumbuh terbatas, yaitu sebesar 5,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,8% yoy), meskipun tidak setinggi periode yang sama pada tahun sebelumnya (Grafik 2.13). Lebih terbatasnya pertumbuhan triwulan ini dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya ditengarai dipengaruhi oleh daya beli yang terbatas seiring dampak kenaikan tarif listrik secara bertahap pada awal tahun 2017 serta tertundanya penyaluran gaji ke-13 PNS aktif. Penurunan konsumsi disinyalir terjadi pada

Perbandingan Asumsi Volume Perdagangan Dunia IMF dan WTO

Grafik 2.9

Perkembangan Harga Batubara Internasional Grafik 2.10

Perkembangan Harga Logam Grafik 2.11

Produksi Minyak AS dan Jumlah Rig AS Grafik 2.12

Sumber: IMF dan WTO, diolah % yoy 3,7 2,7 2,2 3,8 3,9 3,1 2,4 1,3 2,6 2,7 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 2014 2015 2016 2017f 2018f

IMF (WEO Apr-17) WTO (Outlook Apr-17)

Sumber: Bloomberg, diolah USD/MT

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep NovJan Mar Data terakhir: 6 April 2017

2014 2015 2016 2017 40 50 60 70 80 90 100 77 Sumber: Bloomberg Nikel 500 1.500 2.500 3.500 4.500 5.500 6.500 7.500 USD/MT USD/MT 7.000 9.000 11.000 13.000 15.000 17.000 19.000 21.000 23.000 25.000

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Data terakhir: 13 Maret 2017

2014 2015 2016 2017

Timah Tambang (skala kanan)

Sumber: Bloomberg Data terakhir: 30 Juni 2017

350 550 750 950 1.150 1.350 1.550 1.750 1.950 mbpd Unit 7,5 8 8,5 9 9,5 2015 2016 2017

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar MeiJul Sep NovJan Mar Mei Produksi Minyak AS Jumlah Rig AS (skala kanan)

(12)

kelompok barang tahan lama yang merupakan kebutuhan tersier. Sejalan dengan penjualan ritel, indikator penjualan kendaraan bermotor juga masih belum menunjukkan perbaikan yang solid. Penjualan motor terkontraksi tajam pada Juni 2017 sebesar -26,9% (yoy). Sementara itu, penjualan mobil pada Mei 2017 tumbuh sebesar 5,8% (yoy) sedikit membaik dibandingkan bulan sebelumnya

Di sisi lain, tingkat keyakinan konsumen tetap pada level optimis sepanjang triwulan II 2017, meskipun sedikit melemah pada Juni 2017. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank

Indonesia pada Juni 2017 tercatat sebesar 122,4, sedikit melemah 3,5 poin dari Mei 2017 sebesar 125,9 (Grafik 2.14). Optimisme konsumen yang sedikit melemah tersebut terutama disebabkan persepsi konsumen terhadap terbatasnya ketersediaan lapangan kerja, baik pada saat ini maupun dalam 6 bulan mendatang. Sejalan dengan IKK Bank Indonesia, IKK Danareksa Danareksa mencatatkan koreksi ke level 98,2 pada Juni 2017. Penurunan IKK pada bulan Juni ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya sentimen konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini khususnya ketersediaan pekerjaan yang turun.

Ekspor pada triwulan II 2017 diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun lebih rendah dari perkiraan semula dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan volume ekspor produk primer dan manufaktur. Data realisasi

hingga Juni 2017 menunjukkan pertumbuhan ekspor nonmigas yang melemah, terutama disebabkan oleh koreksi pada data realisasi ekspor bulan Juni 2017. Menurut kelompok komoditi, ekspor produk pertanian selama triwulan II 2017 masih tumbuh tinggi sebesar 17,3% (yoy) didukung oleh positifnya kinerja ekspor CPO (Grafik 2.15). Sementara ekspor pertambangan masih tercatat baik sepanjang triwulan II 2017 sejalan dengan harga komoditas pertambangan dan permintaan yang tetap tinggi. Namun pertumbuhan ekspor pertambangan mengalami koreksi di bulan

Penjualan Eceran Grafik 2.13

Sumber: Bank Indonesia

%, yoy I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 -20 -10 0 10 20 30 40 2015 2016 2017 2017 Total

Peralatan Informasi dan Komunikasi Sandang

Suku Cadang dan Aksesoris Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya Makanan, Minuman & Tembakau

Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia Grafik 2.14

I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6

2015 2016 2017 2017

Sumber: Bank Indonesia

Indeks 80 90 100 110 120 130 140

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Saat Ini

Perkembangan Ekspor Riil Grafik 2.15

I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 I II III IV

2015

2014 2016 2017 2017

Sumber: Bank Indonesia

% yoy -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

(13)

Juni 2017, terkait hari kerja yang lebih pendek sehubungan dengan libur hari raya keagamaan. Di sisi lain, ekspor manufaktur tercatat turun sepanjang triwulan II 2017.

Harga komoditas ekspor tercatat tetap tumbuh tinggi. Untuk keseluruhan triwulan II 2017, harga komoditas pertambangan tercatat tetap tumbuh tinggi yaitu 44,5% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 38,3% (yoy) (Grafik 2.16). Perbaikan

tersebut terutama pada komoditas batubara. Sementara harga ekspor produk manufaktur tercatat tumbuh relatif stabil pada triwulan II 2017. Namun, harga komoditas pertanian tumbuh lebih rendah disebabkan oleh koreksi harga CPO, terkait melimpahnya pasokan CPO sebagai dampak panen raya kelapa sawit di Malaysia.

Investasi diperkirakan tumbuh membaik pada triwulan II 2017 ditopang oleh kinerja investasi bangunan. Kinerja investasi

bangunan terus menguat sejalan dengan aktifitas konstruksi oleh swasta dan pemerintah. Investasi bangunan oleh sektor swasta terus menunjukkan perbaikan, terutama dalam bentuk proyek pertokoan dan perumahan. Sementara itu, investasi pemerintah untuk infrastruktur tetap kuat. Hingga Juni 2017, belanja modal pemerintah telah mencapai Rp47,5 triliun (ytd), lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp44,4 triliun (ytd). Indikasi investasi bangunan yang menguat ditunjukkan oleh penjualan semen yang tumbuh positif 0,5% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 2.17).

Kinerja investasi juga didukung oleh menguatnya investasi nonbangunan terkait sumber daya alam. Investasi nonbangunan

yang menguat terindikasi dari perbaikan impor suku cadang dan perlengkapan baik barang modal maupun alat angkutan. Impor barang modal, kecuali alat angkutan, juga tumbuh tinggi setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi. Di sisi alat angkutan, impor suku cadang dan perlengkapan alat

Indeks Harga Ekspor Grafik 2.16

Sumber: Bank Indonesia

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60

Total Manufaktur Pertambangan Pertanian

% yoy

I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6

2015 2016 2017 2017

Penjualan Semen Grafik 2.17

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Penjualan Semen

(14)

angkutan tumbuh meningkat (Grafik 2.18). Penjualan alat berat juga terus meningkat pada Mei 2017 terutama pada sektor terkait sumber daya alam, antara lain kelompok pertanian dan pertambangan sejalan dengan perbaikan harga komoditas (Grafik 2.19). Selain itu, kegiatan usaha menurut Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II 2017 terindikasi tumbuh lebih tinggi terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan tersebut sejalan dengan nilai PMI-SKDU triwulan II 2017 yang berada pada level ekspansi.

Konsumsi Pemerintah pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Prakiraan tersebut

sejalan dengan melambatnya realisasi belanja pemerintah. Hingga Juni 2017, belanja negara hanya tumbuh 3,2% (yoy) dari tahun lalu sebesar 11,1% (yoy). Realisasi belanja pemerintah pusat terutama dalam bentuk belanja barang tercatat masih terbatas sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong penyerapan belanja yang lebih tepat sasaran (efektif). Selain itu, peningkatan belanja pegawai yang semakin terbatas sampai dengan Juni 2017 juga terkait dengan belum disalurkannya tunjangan pegawai PNS aktif tahun 2017.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor dan investasi.

Dengan perbaikan pada paruh kedua 2017, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 masih dalam kisaran 5,0-5,4%. Sejumlah risiko yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi perlu tetap diwaspadai, terutama terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan.

Indikator Investasi Nonbangunan (Alat Angkut) Grafik 2.18

Sumber: BPS, CEIC, Data CMA3

-100 -50 0 50 100 150 200 -50 -25 0 25 50 I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 2015 2016 2017 2017

Investasi Nonbangunan (alat angkut) Impor Mobil penumpang Penjualan Mobil Niaga

Impor Suku cadang dan Peralatan untuk Alat Angkut (skala kanan)

% yoy % yoy

Penjualan Alat Berat United Tractors Grafik 2.19 0 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2015 2016 2017

Pertambangan Pertanian Konstruksi Kehutanan Unit

(15)

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada Juni 2017 dan untuk keseluruhan triwulan II 2017 (Grafik 2.20).

Surplus neraca perdagangan Juni 2017 tercatat sebesar 1,63 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus Mei 2017 sebesar 0,58 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan tersebut didukung oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan migas. Secara kumulatif, pada triwulan II 2017 surplus neraca perdagangan tercatat 3,5 miliar dolar AS, terutama disumbang oleh besarnya surplus pada neraca perdagangan nonmigas. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sepanjang periode Januari-Juni 2017 tercatat 7,63 miliar dolar AS dengan didukung ekspor yang mencapai 79,96 miliar dolar AS, sementara impor tercatat 72,33 miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat meningkat pada Juni 2017 dan secara kumulatif triwulan II 2017. Surplus

neraca perdagangan nonmigas pada Juni 2017 tercatat sebesar 1,96 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 1,07 miliar dolar AS. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas sebesar 3,58 miliar dolar AS (mtm) yang melebihi penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,70 miliar dolar AS (mtm). Penurunan impor nonmigas terutama disebabkan oleh menurunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta bahan kimia organik. Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh penurunan ekspor lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, karet dan barang dari karet, kendaraan dan bagiannya, serta mesin-mesin/pesawat mekanik. Dengan perkembangan tersebut, surplus neraca perdagangan nonmigas pada triwulan II 2017 tercatat 4,98 miliar dolar AS

didukung ekspor nonmigas yang meningkat Grafik 2.20Neraca Perdagangan

Sumber: BPS, diolah

Nonmigas Migas

2014 2015 2016 2017

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr Jun

Miliar dolar AS -3 -2 -1 0 1 2 3 Total

(16)

6,8% (yoy), sedangkan impor nonmigas tumbuh 4,9% (yoy) khususnya impor barang konsumsi. Secara kumulatif Januari-Juni 2017, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat mencapai 11,66 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding surplus pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 6,33 miliar dolar AS.

Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas mengalami penurunan. Pada Juni 2017

defisit neraca perdagangan migas tercatat turun dari 0,50 miliar dolar AS pada Mei 2017 menjadi 0,33 miliar dolar AS pada Juni 2017. Penurunan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor migas sebesar 0,18 miliar dolar AS (mtm), sementara ekspor migas pada bulan Juni 2017 masih relatif stabil dibanding bulan sebelumnya yakni sebesar 1,29 miliar dolar AS. Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan migas pada periode triwulan II 2017 tercatat 1,43 miliar dolar AS dan untuk keseluruhan periode Januari-Juni 2017 sebesar 4,03 miliar dolar AS.

Sementara itu, aliran dana masuk nonresiden masih terus berlanjut (Grafik 2.21). Jumlah

aliran dana masuk nonresiden pada Juni 2017 tercatat 644 juta dolar AS. Investor nonresiden meningkatkan kepemilikan aset domestik pada instrumen SUN dan SBSN masing-masing menjadi sebesar 1,1 miliar dolar AS dan 24,4 juta dolar AS. Secara kumulatif Januari-Juni 2017, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai 9,6 miliar dolar AS.

Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada Juni 2017 tetap berada dalam posisi yang kuat meski tercatat lebih rendah dibanding periode bulan sebelumnya. Posisi

cadangan devisa pada akhir Juni 2017 yang sebesar 123,09 miliar dolar AS masih kuat untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Posisi cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi

Aliran Dana Nonresiden Pada Aset Rupiah Grafik 2.21

Sumber: Bank Indonesia, IDX, Bloomberg, diolah

2015 2016 2017

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun SBSN Saham SUN SBI

Data s.d. 30 Juni 2017 Juta Dolar AS -4.000 -3.000 -2.000 -1.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000

(17)

Indonesia ke depan. Lebih rendahnya posisi cadangan devisa dibanding bulan Mei 2017 yang sebesar 124,95 miliar dolar AS cenderung bersifat temporer terkait antisipasi perbankan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas valas perbankan dalam menghadapi libur panjang lebaran (Grafik 2.22). Selain itu, prospek ekspor yang baik, optimisme terhadap perekonomian domestik yang tetap positif pasca pencapaian investment grade, dan kondisi pasar keuangan global yang kondusif akan semakin mendukung penguatan cadangan devisa untuk menjaga ketahanan sektor eksternal.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dan cenderung menguat. Secara rata-rata bulanan,

rupiah pada Juni 2017 tercatat menguat sebesar 0,17% ke level Rp13.298 per dolar AS (Grafik 2.23). Secara point-to-point tahunan, Rupiah juga tercatat menguat sebesar 1,08% (ptp) dari Rp13.473 menjadi Rp13.328 (Grafik 2.24). Penguatan rupiah ditopang oleh berlanjutnya penjualan valas oleh korporasi dan aliran masuk modal asing yang cukup besar ke pasar keuangan domestik, serta sejalan dengan membaiknya efisiensi di pasar regional.

Penguatan rupiah ditopang perkembangan makroekonomi domestik yang cukup positif dan menurunnya risiko eksternal. Sentimen

positif di sisi domestik, antara lain terkait dengan inflasi pada bulan Juni 2017 yang relatif terjaga di dalam target Bank Indonesia. Kenaikan rating Indonesia menjadi investment

grade turut berpengaruh terhadap aliran modal

masuk maupun penguatan rupiah sepanjang Juni 2017.

Dari sisi eksternal, risiko terhadap nilai tukar rupiah cenderung menurun. Kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps pada Juni 2017 telah sepenuhnya diantisipasi pasar. Selain itu, data makroekonomi AS

yang belum sepenuhnya tumbuh positif, menciptakan keraguan sebagian investor

Cadangan Devisa Grafik 2.22

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.23

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa2014 Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala kanan)2015 2016 2017 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr Jun4

5 6 7 8 9

Miliar Dolar AS Bulan

123 0 20 40 60 80 100 120 Sumber: Reuters Data s.d 30 Juni 2017

Rupiah per dolar AS

13.200 13.250 13.300 13.350 13.400 13.450 13.500 3-Jan 8-Jan 13-Jan 18-Jan 23-Jan 28-Jan 2-Feb 7-F eb 12-F eb 17-F eb 22-F eb 2-Jun 7-Jun 12-Jun 17-Jun 22-Jun 27-F eb

4-Mar 9-Mar 14-Mar 19-Mar 24-Mar 29-Mar 3-Apr 8-Apr 13-Apr 18-Apr 23-Apr 28-Apr 3-Mei 8-Mei 13-Mei 18-Mei 23-Mei 28-Mei

IDR/USD Rata-rata Bulanan Rata-rata Triwulanan 13.361 13.338 13.345 13.304 13.321 13.298 13.328 13.309 13.309 13.348

(18)

terhadap kemungkinan Bank Sentral AS akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada beberapa bulan mendatang.

Volatilitas nilai tukar rupiah terjaga rendah pada Juni 2017, disertai membaiknya efisiensi di pasar valas. Volatilitas rupiah

sempat mengalami peningkatan jelang FOMC, namun pada akhir bulan kembali mengalami penurunan. Terjaganya volatilitas rupiah pada level yang rendah disertai dengan membaiknya efisiensi di pasar valas, sejalan dengan berbagai langkah pendalaman valas sebagaimana tercermin dari semakin besarnya volume transaksi valas harian, termasuk transaksi derivatif. Volatilitas rupiah hingga akhir Juni 2017 tercatat paling rendah dibandingkan rata-rata negara peers, seperti Lira (Turki), Rand (Afrika Selatan), Real (Brazil), Won (Korea Selatan), Bath (Thailand), Rupee (India), Dolar Singapura (Singapura), Ringgit (Malaysia), dan Peso (Filipina) (Grafik 2.25).

INFLASI

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2017 tercatat rendah dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)

Juni 2017 tercatat 0,69% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode lebaran dalam tiga tahun terakhir sebesar 0,85% (mtm). Perkembangan ini tidak terlepas dari kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah terutama dalam hal kebijakan stabilisasi pangan serta koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia. Berdasarkan komponen, terkendalinya inflasi IHK terutama dipengaruhi inflasi volatile foods dan inflasi inti yang lebih rendah dari pola historisnya. Sementara itu, inflasi kelompok administered

prices masih tercatat cukup tinggi. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi IHK hingga Juni 2017 secara kumulatif tercatat 2,38% (ytd) atau secara tahunan mencapai 4,37% (yoy). (Grafik 2.26).

Nilai Tukar Kawasan Grafik 2.24 YTD 2017 vs 2016 Sumber: Bloomberg point-to-point Rata-rata % -17,41 -6,04 -4,89 -3,02 -0,23 -1,60 -1,72 0,08 4,51 7,96 1,08 5,39 5,61 5,18 5,09 1,18 1,40 1,74 10,40 10,65 data s.d 30 Juni 17 ZAR BRL INR THB KRW IDR EUR PHP MYR TRY -20 -15 -10 -5 0 5 10 15

Volatilitas Nilai Tukar – Peers Group Grafik 2.25 Sumber: Bloomberg Data s.d 30 Juni 2017 % 0 5 10 15 20 25 30

TRY ZAR BRL KRW THB INR SGD MYR PHP IDR

YTD 2017 2016 Rata-rata YTD-17 Perkembangan Inflasi Grafik 2.26 Sumber: BPS, diolah %, yoy -4 0 4 8 12 16 20 2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 6 IHK Inti Volatile Food Administered Prices

10,64 4,37 3,13 2,17

(19)

Inflasi inti pada bulan Juni 2017 masih tercatat cukup rendah meskipun mengalami sedikit kenaikan dibanding periode bulan sebelumnya. Inflasi inti pada bulan Juni

2017 tercatat sebesar 0,26% (mtm) sedikit meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,16% (mtm), namun lebih rendah dari historis inflasi inti periode lebaran tiga tahun terakhir yang sebesar 0,40% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi inti tercatat sebesar 3,13% (yoy). Realisasi inflasi inti Juni 2017 yang mengalami peningkatan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan terkait pola musiman Ramadhan sebagaimana tercermin dari komponen inti

traded yang meningkat (Grafik 2.27). Demikian

halnya dengan komponen inti nontraded yang juga mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya terutama pada beberapa komoditas seperti makanan seperti nasi dengan lauk, mie, dan kopi manis. Sementara itu, ekspektasi inflasi pedagang eceran dan konsumen berada dalam tren meningkat seiring dengan faktor musiman seperti libur akhir tahun dan natal. (Grafik 2.28 dan Grafik 2.29). Meski demikian, secara keseluruhan realisasi inflasi inti masih berada dalam level yang cukup rendah karena pengaruh dari permintaan domestik yang masih lemah, nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terkendali.

Inflasi kelompok volatile food (VF) pada bulan Juni 2017 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Inflasi kelompok VF pada

Juni 2017 tercatat sebesar 0,65% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,91% (mtm) dan lebih rendah dari data historis periode lebaran dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 1,78%, (mtm) (Grafik 2.30). Dengan demikian, secara tahunan inflasi VF pada Juni 2017 tercatat 2,17% (yoy). Relatif rendahnya inflasi VF Juni 2017 ditopang oleh kebijakan pengendalian inflasi komoditas VF selama bulan puasa yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan bagi antara lain melalui operasi pasar, pasar murah, serta kebijakan pemenuhan pasokan pangan

Inflasi Inti Grafik 2.27

Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 2.28

Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.29 2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 6 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Sumber: BPS, diolah %, mtm

Inti Core Traded Core Nontraded

2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 67 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 120 140 160 180 200

Sumber: Bank Indonesia

Indeks %, yoy 0 5 10 15 20

Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad

Sumber: Bank Indonesia

2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 67 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indeks %, yoy 120 130 140 150 170 190 160 180 200 0 5 10 15 20

Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad

(20)

Inflasi Administered Prices Grafik 2.31

dari berbagai sumber. Beberapa komoditas pangan bahkan tercatat mengalami penurunan harga pada Juni 2017 seperti cabai merah, bawang putih, dan cabai rawit (Tabel 2.2).

Sementara itu, inflasi administered prices (AP) pada Juni 2017 tercatat masih berada pada level yang cukup tinggi (Grafik 2.31).

Inflasi kelompok AP pada Juni 2017 tercatat sebesar 2,10% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 0,69% (mtm). Dengan demikian, secara tahunan inflasi AP masih tetap berada pada level yang cukup tinggi yakni mencapai 10,64% (yoy). Inflasi AP pada bulan Juni 2017 terutama disebabkan adanya penyesuaian tarif listrik tahap ketiga untuk pelanggan pasca bayar daya 900 VA nonsubsidi. Beberapa kenaikan tarif angkutan sepanjang periode Ramadhan seperti tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, dan tarif kereta api juga turut mendorong kenaikan inflasi AP (Tabel 2.3).

Secara spasial, seluruh wilayah tercatat mengalami inflasi pada bulan Juni 2017 (Gambar 2.1). Kenaikan inflasi inflasi tertinggi

terjadi di KTI (1,01%, mtm), Jawa (0,63%, mtm), dan Sumatera (0,57%, mtm). Inflasi di KTI terutama dipengaruhi tingginya inflasi di Sulawesi Tenggara dan Maluku. Sementara, inflasi di Jawa dan Sumatera masih mencatat inflasi yang moderat terutama karena masih banyak daerah yang mencatat inflasi rendah diantaranya Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Jakarta, dan Jawa Timur. Secara tahunan (yoy), sebagian besar daerah masih mencatatkan inflasi di dalam rentang sasaran inflasi 2017 yaitu 4±1%.

Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food Tabel 2.2

Penyumbang Inflasi Administered Prices Tabel 2.3

Inflasi Volatile Food Grafik 2.30 Sumber: BPS, diolah Inflasi VF 2017 Rata-rata 2010-2012 Inflasi VF 2016 Inflasi VF 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

4

2

0

-2 %, mtm

No. Komoditas Inflasi/Deflasi(% mtm) Sumbangan(%)

Sumber: BPS, diolah 1 2 3 4 5 1 2 3 Bawang merah Daging ayam ras Pepaya Kentang Kacang panjang Cabai merah Bawang putih Cabai rawit 5,49 2,19 8,80 6,01 10,60 -12,12 -8,97 -15,02 0,03 0,03 0,02 0,01 0,01 -0,06 -0,04 -0,03 INFLASI DEFLASI Sumber: BPS, diolah 2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 67 8 9 1011121 2 3 4 5 6 15 10 5 0 -5 -10 % % -4 -2 0 2 4 6 8 10 Administered prices (%, mtm) Administered prices (%, yoy) - skala kanan

No. Komoditas Inflasi/Deflasi(% mtm) Sumbangan(%)

Sumber: BPS, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 Tarif Listrik Angkutan udara Angkutan antar kota Rokok kretek filter Tarif air minum PAM Tarif kereta api Rokok kretek Angkutan dalam kota

0,17 0,12 0,09 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 INFLASI 4,25 11,99 12,78 0,59 1,53 3,44 0,62 0,21

(21)

PERKEMBANGAN MONETER

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter kembali berlanjut, khususnya pada jalur suku bunga. Hal ini tercermin dari berlanjutnya

penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada Mei 2017. Di sisi lain, transmisi melalui jalur kredit tertahan ditandai dengan melambatnya pertumbuhan kredit. Di pasar uang, suku bunga meningkat seiring tingginya kebutuhan transaksi menjelang Lebaran dan libur panjang. Meski demikian, likuiditas di pasar uang tetap terjaga. Sementara itu, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh meningkat dipengaruhi oleh kenaikan Aktiva Luar Negeri Bersih dan ekspansi operasi keuangan Pemerintah. Di pasar keuangan, pasar saham dan pasar obligasi negara menguat didorong oleh sentimen domestik. Pembiayaan nonbank juga terus dalam tren meningkat.

Suku bunga PUAB O/N meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan Lebaran dan libur panjang. Pada Juni 2017, rata-rata

harian suku bunga PUAB O/N tercatat 4,39%, naik 4 bps dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,35%. Kenaikan suku bunga PUAB O/N terutama terjadi pada pekan ke-3 Juni, setelah pada pekan

Peta Inflasi Daerah Juni 2017 (%, mtm) Gambar 2.1

BI 7DRR, DF Rate dan Suku Bunga PUAB O/N Grafik 2.32

Sumber: Bank Indonesia

% 3,75 4,00 4,25 4,50 4,75 5,00 5,25 5,50 5,75 6,00 6,25 6,50 6,75 7,00 7,25 7,50 7,75 8,00 8,25 27-Jan-16 10-F eb -16 24-F eb -16

9-Mar-16 23-Mar-16 6-Apr-16 20-Apr-16 4-Mei-16 18-Mei-16 1-Jun-16 15-Jun-16 Jun-1629- 13-Jul-16 27-Jul-16 10-Ags-16 24-Ags-16 7-S

ep -16 21-S ep -16 5-Okt-16 19-Okt-16 2-Nov-16 16-N ov -16 30-N ov -16 14-D es-16 28-D es-16 11-Jan-17 25-Jan-17 8-F eb -17 22-F eb -17

8-Mar-17 22-Mar-17 5-Apr-17 19-Apr-17 3-Mei-17 17-Mei-17 31-Mei-17 14-Jun-17 28-Jun-17

rPUAB O/N 7 Days RR (Stlh 19/08/16) DF Rate LF Rate BB Koridor Skb Ops BA Koridor Skb Ops BI Rate Sumber: BPS, diolah

0,5% < Inf < 1,0% 0% < Inf < 0,5% Inf < 0% 1,0% < Inf < 2,0% 2,0% < Inf < 3,0% Inf > 3,0% ACEH 0,79 SUMUT 0,26 SUMBAR 0,32 RIAU 0,27 JAMBI 0,5 SUMSEL 0,88 BENGKULU 0,58 LAMPUNG 0,53 KEP. RIAU 1,04 KEP. BABEL 1,4 BANTEN 0,72 DKI JAKARTA 0,46 JABAR 0,89 JATENG 0,61 DIY 0,61 JATIM0,49 BALI -0,12 KALBAR 1,2 KALTENG 0,94 KALSEL0,96 KALTIM 0,99 NTB 0,58 NTT 0,51 SULUT 1,1 GORONTALO -1,8 SULTENG 0,76 SULSEL 0,97 SULBAR 0,99 SULTRA 3,2 MALUT 1,6 MALUKU 3,1 PAPBAR 1,2 PAPUA 0,77 Inflasi Nasional: 0,69%, mtm KALTARA 1,89

(22)

ke-1 dan ke-2 Juni bergerak relatif stabil. Puncak kenaikan suku bunga PUAB terjadi pada akhir hari kerja sebelum hari libur panjang (22 Juni 2017) seiring maraknya penarikan uang kartal, pembayaran pajak, dan penyelesaian transaksi pembelian (settlement) SBN sejak seminggu sebelumnya (Grafik 2.32).

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas, volume PUAB mengalami peningkatan. Kenaikan volume PUAB terutama

terjadi pada minggu ke-3 Juni 2017 yang tercatat secara rata-rata harian mencapai Rp17,45 triliun (Grafik 2.33). Sementara untuk keseluruhan Juni 2017, rata-rata harian volume PUAB tercatat Rp13,75 triliun, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp13,22 triliun. Meski demikian, spread min-max PUAB O/N pada Juni 2017 hanya melebar 3 bps menjadi 20 bps dibanding bulan sebelumnya. Hal ini mencerminkan terjaganya likuiditas PUAB ditengah meningkatnya kebutuhan likuiditas menjelang hari raya Lebaran. Selain itu, terjaganya likuiditas PUAB juga terindikasi dari intensitas tekanan likuiditas pada sore hari yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan sesi pagi.

Sementara itu, penurunan suku bunga deposito masih berlanjut meski cenderung terbatas. Pada Mei 2017, rata-rata tertimbang

(RRT) suku bunga deposito turun 1 bps menjadi 6,55%. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif sejak penurunan suku bunga kebijakan pada Januari 2016 sampai dengan Oktober 2016 (akumulasi sebesar 150 bps), penurunan suku bunga deposito sudah mencapai 139 bps. Meski demikian, penurunan suku bunga deposito lebih didominasi oleh tenor jangka panjang dan utamanya terjadi pada kelompok bank BUKU 1 dan BUKU 2.

Suku bunga kredit kembali melanjutkan tren penurunan setelah pada bulan sebelumnya sempat naik. Pada Mei 2017, suku bunga

kredit tercatat 11,83% atau turun 9 bps dari suku bunga kredit pada April 2017 (Grafik

Suku Bunga PUAB O/N & Volume DF O/N Grafik 2.33

Sumber: Bank Indonesia

Vol DF (Skala kanan) Vol PUAB ON (Skala kanan) rPUAB ON

rDF BI Rate 7 Days RR % Rp Triliun -20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2013 2014 2015 2016 2017

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov JanMar Mei Jul Sep NovJanMar Mei

Juni 2017: Rata-rata PUAB O/N: 4,30% Rata-rata Posisi DF: 65,49T Rata-rata Posisi PUAB: 13,75T

Suku Bunga KMK, KI dan KK Grafik 2.34 Sumber: LBU 11,0 10,5 11,5 12,0 12,5 13,0 13,5 14,0 14,5 % rKMK rKI rKK RRT Sb Kredit 13,37 11,83 11,15 10,96

Mar Mei Jul Sep Nov MarJan Mei Jul Sep Nov MarJan Mei Jul Sep Nov MarJan MeiJul Sep NovJan MeiMar

(23)

2.34). Penurunan suku bunga terjadi merata pada semua kelompok BUKU dan semua jenis penggunaan kredit. Kredit Investasi turun 14 bps, Kredit Konsumsi turun 11 bps, sedangkan Kredit Modal Kerja turun 5 bps. Sejak awal penurunan suku bunga kebijakan pada Januari 2016 (akumulasi sebesar 150 bps), suku bunga kredit secara agregat telah turun sebanyak 100 bps. Kendati penurunan suku bunga kredit tidak secepat suku bunga deposito, level suku bunga kredit saat ini merupakan level terendah dalam 10 tahun terakhir. Dengan demikian, selisih suku bunga deposito-kredit pada Mei 2017 menjadi 528 bps atau menyempit 8 bps dari bulan sebelumnya (Grafik 2.35).

Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) meningkat.

Pada Mei 2017, uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 11,1% (yoy), lebih tinggi dari 10,2% (yoy) pada bulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan M2 terutama bersumber dari komponen Uang Kuasi yang tumbuh 10,0% (yoy), lebih tinggi dari 8,7% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.36). Di sisi lain, komponen M1 tumbuh 14,0% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 14,5% (yoy). Perlambatan M1 bersumber dari melambatnya pertumbuhan uang kartal dan giro Rupiah.

Meningkatnya pertumbuhan M2 terutama didorong oleh peningkatan Aktiva Luar Negeri Bersih dan ekspansi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus). Pada Mei 2017,

Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets/NFA) mencapai posisi Rp1.447,0 triliun atau tumbuh 24,4% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan April 2017 yang sebesar 20,5% (yoy). Ekspansi operasi keuangan Pempus juga ikut mendorong peningkatan pertumbuhan uang beredar. Hal ini tercermin dari kewajiban kepada Pempus (simpanan Pempus di Bank Indonesia dan perbankan) yang tumbuh melambat dari 52,4% (yoy) pada April 2017 menjadi 35,3% (yoy) pada Mei 2017 (Grafik 2.37).

Selisih Suku Bunga Perbankan Grafik 2.35

Pertumbuhan Komponen M2 Grafik 2.36

Pertumbuhan Faktor yang Memengaruhi M2 Grafik 2.37

Sumber: LBU

BI Rate RRT Sb Depo

Spread Kredit - Depo (Skala kanan)

LF Rate

7 Days RR

RRT Sb Kredit

11,83

6,55 Selisih rKredit - rDepo: 528 bps

% % 0 1 2 3 4 5 6 7 2013 2014 2015 2016 2017

JanMarMei Jul SepNovJanMarMei Jul SepNovJanMarMei Jul SepNovJanMarMeiJul SepNovJanMarMei

4,5 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5 25 20 15 10 5 0 14,0 11,1 10,0 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ags NovFeb MeiAgs NovFeb MeiAgs NovFeb MeiAgs NovFeb MeiAgs NovFeb Mei Kuasi M1 M2

%

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 24,4 11,1 8,3 -18,3

NFA NDA - NCG NDA - Kredit M2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei

(24)

PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN Perbankan

Ketahanan industri perbankan tetap kuat didukung oleh memadainya rasio kecukupan modal dan terkendalinya risiko kredit. Pada

Mei 2017, rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 22,3% dan rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 22,7%,

jauh di atas ketentuan minimum 8%. Kondisi ini mencerminkan tetap tingginya resiliensi perbankan terhadap tekanan dan gejolak di perekonomian. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,1% (gross) atau 1,4% (net).

Pertumbuhan kredit melambat. Pada Mei

2017, kredit tumbuh sebesar 8,7% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 9,5% (yoy). Perlambatan tersebut khususnya terjadi pada Kredit Modal Kerja sementara Kredit Konsumsi dan Kredit Investasi relatif stabil (Grafik 2.38). Berdasarkan jenis mata uang, perlambatan kredit terutama terjadi pada kredit valas. Meski demikian, secara kumulatif pertumbuhan kredit pada Mei 2017 tercatat 1,1% (ytd) atau masih lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (0,3% ytd pada Mei 2016).

Melambatnya pertumbuhan kredit Mei 2017 terjadi pada sektor-sektor ekonomi utama.

Kredit Sektor Perdagangan mencatat tumbuh melambat dari 7,9% (yoy) di bulan sebelumnya menjadi 5,3% (yoy). Demikian halnya dengan kredit Sektor Pertambangan juga tumbuh 4,6% (yoy) atau melambat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Kredit Sektor Konstruksi juga sedikit melambat dari 25,6% (yoy) di bulan sebelumnya menjadi 24,8% (yoy) pada Mei 2017. Di sisi lain, kredit Sektor Industri yang memiliki porsi kredit yang cukup dominan tumbuh meningkat menjadi 4,6% (yoy) dari bulan sebelumnya 4,0% (yoy) (Grafik 2.39).

Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 2.38

Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Grafik 2.39

Sumber: Bank Indonesia

0 5 10 15 20 25 30 35 40 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Total KMK KI KK

(%, YoY)

Sumber: Bank Indonesia

5,27 8,56 4,56 0,48 24,79 10,87 14,03 14,87 4,63 31,05 7,91 8,72 4,00 -2,84 25,66 10,85 16,95 15,16 6,13 33,98 -10 0 10 20 30 40 Perdagangan Lain-lain Industri Pengangkutan Konstruksi Pertanian Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Pertambangan Listrik Apr-17 Mei-17 (%, YoY)

(25)

Berbeda dengan kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan. DPK tumbuh 11,2% (yoy) pada

Mei 2017, meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,9% (yoy). Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh pertumbuhan dana milik Pemerintah. Meningkatnya pertumbuhan DPK terjadi pada seluruh jenis simpanan (giro, tabungan, deposito) (Grafik 2.40). Pada Mei 2017, pertumbuhan deposito rupiah milik Pemda meningkat seiring dengan pengucuran dana otonomi khusus. Selain itu, pertumbuhan giro rupiah milik Pemerintah Pusat juga mengalami peningkatan yang terindikasi bersumber dari pembayaran PPh Badan. Hingga Mei 2017, tren perbaikan pertumbuhan deposito masih berlanjut dengan disertai dengan tren perlambatan pertumbuhan tabungan. Meski demikian, secara keseluruhan DPK perbankan masih didominasi oleh dana jangka pendek. Pasar Saham

Pasar saham domestik pada Juni 2017 menguat dibanding bulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh sentimen domestik. IHSG tumbuh positif dengan ditutup

di level 5.829,71 (22 Juni 2017) atau naik 92 poin (1,60%, mtm). IHSG bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi baru (all time high) di level 5.829,71 (22 Jun 2017). Perkembangan kinerja IHSG yang positif terjadi ditengah perkembangan global yang masih diwarnai sentimen negatif akibat kembali melemahnya harga minyak dunia yang dipicu oleh kekhawatiran supply glut dan data stockpile AS yang meningkat. Sentimen negatif juga muncul terkait isu geopolitik di Timur Tengah dan aksi

wait and see investor menjelang FOMC Juni

2017. Namun, pelemahan lebih lanjut tertahan oleh sentimen positif yang berasal dari hasil pemilu legislatif Perancis serta rilis beberapa indikator ekonomi Tiongkok yang sesuai

Pertumbuhan DPK Grafik 2.40

Sumber: Bank Indonesia

-5 0 5 10 15 20 25 30 35

Giro Tab Dep

(%, YoY)

2013

2012 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr2014 2015 2016 2017

(26)

dengan ekspektasi pasar. Dari sisi domestik, pasar didominasi oleh sejumlah sentimen positif menyusul realisasi inflasi Mei 2017 yang terjaga, data pertumbuhan ekspor impor Indonesia periode Mei 2017 yang meningkat, rilis laporan keuangan perbankan yang positif, dan pengumuman Fitch tentang potensi kenaikan rating Indonesia. Kinerja positif pasar saham domestik juga tercermin dari maraknya IPO pada Juni 2017.

Bursa saham global bergerak positif meski sedikit lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Bursa global pada Juni 2017

tumbuh 0,8% (mtm) atau sedikit lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% (mtm). Sebagian besar bursa global mencatatkan kinerja yang positif, termasuk IHSG. Kinerja IHSG ini lebih baik dibandingkan kinerja bursa kawasan dan hanya lebih rendah dari bursa Vietnam yang tumbuh paling tinggi sebesar 3,9% (Grafik 2.41).

Kinerja positif IHSG tercermin pada menguatnya sebagian besar indeks sektoral. Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor

Infrastruktur (3,4%) dan sektor Keuangan (3,3%). Kinerja positif indeks sektor Infrastruktur dipengaruhi oleh menguatnya saham berbasis properti dan konstruksi menyusul pernyataan Pemerintah tentang adanya penambahan belanja infrastruktur dalam APBN 2018. Sementara itu, kinerja positif sektor Keuangan didorong oleh rilis laporan keuangan bulan April 2017, optimisme terhadap kinerja bulan Juni 2017, dan kenaikan saham BRI pasca pengumuman rencana IPO anak perusahaan (BRI Syariah) yang akan dilakukan pada tahun 2018 (Grafik 2.42).

Investor nonresiden tercatat membukukan net jual. Pada Juni 2017, investor non

residen tercatat melakukan net jual sebesar Rp4,32 triliun, lebih tinggi dari net jual bulan sebelumnya yang sebesar Rp0,62 triliun. Namun, secara kumulatif Januari-Juni 2017, dana asing asing yang masuk ke pasar saham

IHSG dan Indeks Bursa Global Juni 2017 Grafik 2.41

Indeks Sektoral Juni 2017 Grafik 2.42

Sumber: Bloomberg

Indonesia (IHSG)Vietnam Thailand (SET)Philippine Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI) Shanghai (SHCOMP) Hong Kong (Hang Seng)India (SENSEX) England (FTSE)Japan (Nikkei) US (Dow Jones)EM ASIA World -2 -1 0 1 2 3 4 5 0,8 2,2 -1,1 1,8 2,3 1,0 0,5 0,1 0,1 0,7 0,3 1,2 3,9 1,60 % Sumber: Bloomberg IHSG Infrastruktur Pertambangan Keuangan Industri Dasar Aneka Industri Konsumsi Perdagangan Pertanian Properti 1,6 3,4 0,5 3,3 -0,9 1,4 1,5 -0,6 0,4 -2,1 -5 0 5 %

(27)

domestik tercatat masih positif sebesar Rp17,40 triliun. Dengan perkembangan tersebut, porsi investor nonresiden di pasar saham pada Juni 2017 turun menjadi 37,91% (mtm) (Grafik 2.43). Pasar SBN

Sejalan dengan kinerja pasar saham, kinerja pasar SBN juga menguat. Pada Juni 2017, yield

SBN masih melanjutkan tren penurunan. Secara keseluruhan, yield tercatat turun sebesar 8 bps dari 6,99% menjadi 6,91% (mtm). Yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 8 bps, 11 bps dan 3 bps menjadi 6,48%, 6,85% dan 7,60%. Sementara itu, yield benchmark 10 tahun turun 12 bps dari 6,95% menjadi 6,83%.

Investor nonresiden tercatat melakukan net beli SBN. Pada Juni 2017, investor

nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar sebesar Rp15,91 triliun di pasar SBN atau naik dibandingkan net beli bulan sebelumnya yang sebesar Rp10,34 triliun. Dengan perkembangan tersebut, kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada Juni 2017 tercatat naik menjadi 38,62% dari sebelumnya 38,29% (Grafik 2.44). Pembiayaan Nonbank

Pembiayaan ekonomi nonbank terus meningkat dan secara kumulatif jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Hingga Juni 2017

(ytd), total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana (IPO), rights issue, obligasi korporasi, medium term notes (MTN), Negotiable

Certificate Of Deposit (NCD) dan instrumen

keuangan lainnya mencapai Rp149,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp109,9 triliun atau tumbuh sebesar 36,0% (yoy) (Tabel 2.4). Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi yang terus membaik. Pelaku pasar tengah optimis seiring dengan fundamental ekonomi domestik yang dinilai cukup baik sehingga mendorong korporasi,

Porsi Kepemilikan Saham Asing Grafik 2.43

Perubahan Kepemilikan SBN Asing Grafik 2.44 Sumber: Bloomberg 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr Jun

2013 2014 2015 2016 2017

37,91

Residen Nonresiden

Total Asing Total SBN Pangsa Asing - Skala kanan

Sumber: Bloomberg, BI

2013 2014 2015 2016 2017

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr JunAgs Okt DesFeb Apr Jun

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Rp T 38,62 %

(28)

khususnya emiten BUMN, untuk melakukan ekspansi. Seluruh instrumen pembiayaan nonbank mengalami peningkatan. Kenaikan pembiayaan nonbank juga diikuti oleh meningkatnya porsi pembiayaan oleh emiten non sektor keuangan, yakni dari sebelumnya sebesar 33% (Mei 2017) menjadi 48%.

Obligasi korporasi masih mendominasi pembiayaan melalui pasar keuangan. Hingga Juni

2017, total dana yang dihimpun melalui penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp82,7 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 56,3% (yoy). Dengan demikian, porsi instrumen obligasi korporasi terhadap total pembiayaan nonbank mencapai 55,3%. Kondisi perekonomian domestik yang dinilai positif mendorong korporasi untuk melakukan penerbitan obligasi sebagai sumber dana alternatif. Di samping itu, kebutuhan refinancing yang cukup besar juga berkontribusi pada kenaikan penerbitan obligasi oleh korporasi. Namun, penerbitan obligasi korporasi hingga Juni 2017 masih jauh melebihi kebutuhan refinancing sehingga tercatat net kebutuhan sebesar Rp49,0 triliun.

Faktor suku bunga memengaruhi minat penerbitan obligasi korporasi. Selain untuk refinancing,

maraknya penerbitan obligasi korporasi sepanjang semester I 2017 didorong oleh faktor suku bunga yang masih kompetitif. Rata-rata tertimbang suku bunga obligasi korporasi yang diterbitkan oleh issuer sektor keuangan, bank dan nonsektor keuangan pada Juni 2017 berturut-turut sebesar 7,87%, 8,33% dan 8,70%. Suku bunga tersebut lebih kecil dibandingkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit Juni 2017 yang sebesar 11,77%. Dari sisi investor, suku bunga obligasi korporasi juga lebih menarik dibandingkan suku bunga deposito Juni 2017 yang sebesar 6,51%. Sebagian besar korporasi memilih untuk menerbitkan obligasi pada semester I 2017 mengingat terdapat potensi kenaikan tingkat suku bunga pada akhir 2017.

Pembiayaan melalui pasar saham juga terus meningkat. Pembiayaan melalui IPO dan rights issue hingga Juni 2017 (ytd) tercatat Rp49,1 triliun atau tumbuh sebesar 16,1% (yoy). Jumlah

perusahaan yang melakukan IPO hingga akhir semester I 2017 tercatat sebanyak 20 emiten atau telah melampaui jumlah emiten sepanjang tahun 2016 yang sebanyak 16 perusahaan. Kondisi pasar yang tengah bullish dinilai oleh korporasi memberi momentum yang tepat untuk melakukan aksi korporasi agar dana yang digalang lebih optimal.

Pembiayaan Nonbank Tabel 2.4

Total Pembayaran Non Bank

Total o/w Emiten Sektor Keuangan

Saham

o/w Emiten Sektor Keuangan

Obligasi

o/w Emiten Sektor Keuangan

MTN dan Promissory Notes + NCD

o/w Emiten Sektor Keuangan

Sumber: OJK, diolah

Rp Triliun

2016 2017

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Jan Feb Mar Apr Mei Jun Total

6,0 12,3 5,9 3,5 36,3 45,9 3,6 14,9 31,9 11,9 44,2 11,7 228,1 4,3 14,9 24,1 6,3 25,4 71,1 149,4 5,7 11,9 5,0 2,4 22,3 20,0 3,1 9,5 11,8 9,5 14,7 5,6 121,6 3,6 11,9 15,9 4,1 15,0 24,6 77,2 0,3 0,1 0,4 0,5 19,4 21,6 0,6 0,4 13,1 2,1 18,9 2,8 80,3 0,0 1,5 8,6 0,3 3,7 35,0 49,1 0,3 0,0 0,0 0,4 6,2 3,5 0,6 0,0 1,7 0,0 2,1 0,0 14,9 0,0 0,7 1,6 0,0 3,1 4,4 9,9 5,4 8,1 4,4 0,7 16,1 18,4 2,1 10,5 13,4 7,4 19,0 3,5 108,8 3,2 10,1 12,1 4,5 16,9 32,5 82,7 5,4 8,1 4,4 0,2 16,1 10,8 2,0 7,3 10,1 7,2 9,2 0,8 81,4 3,2 8,4 11,2 3,8 7,9 18,0 54,4 0,3 4,1 1,2 2,4 0,9 5,9 0,8 4,0 5,5 2,4 6,4 5,4 39,0 1,1 3,3 3,4 1,5 4,8 3,6 17,6 0,0 3,9 0,7 1,9 0,0 5,7 0,5 2,2 0,0 2,4 3,3 4,8 25,3 0,4 2,8 3,1 0,3 4,1 2,2 12,9

Referensi

Dokumen terkait

Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya

Kesimpulanya, masing – masing sel atau kelompok (M1, M2, M3, M4) akan mendapat perlakuan pengujian yang berbeda untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu membandingkan dari kedua

Babad Buleleng mengandung pola struktur sastra yang meramu tema, alur, latar dan tokoh-tokoh dalam satu-kesatuan yang berupa mitologi dalam jalinan genealogi

Yang dimaksud dengan asas “ efektivitas” adalah pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.

Dari hasil penelitian di RS.Telogorejo Semarang, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara ultrasound dengan LLLT terhadap penurunan nyeri

Hal tersebut semakin memaksa Shin Miwoo agar meminta Kim Jongwoon kembali menyelidiki kasus pembunuhan orang tuanya. Beruntung Kim Jongwoon mau

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diperoleh dari guru adalah hasil belajar kognitif yang diambil dari penilaian terhadap kemampuan siswa menjawab dengan benar soal

Dari table chi-squaere didapatkan nilai chi-square sebesar 42,879 dan df 6 dengan p 0.000 (p &lt; 0.05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara