• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECEMASAN GURU DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DI SMA N 1 VII KOTO SUNGAI SARIK KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KECEMASAN GURU DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DI SMA N 1 VII KOTO SUNGAI SARIK KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KECEMASAN GURU DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DI SMA N 1 VII KOTO SUNGAI SARIK

KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Wahyu Jamalis1,Helma2, Hafiz Hidayat2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Wahyujamalis94@gmail.com

ABSTRACT

This research was motivated by the teacher’s anxiety in facing the retirement at SMAN 1 VII Koto Sungai Sarik Regency in Pariaman such as decreasng income, having no activity and feelig unimportant. The purposed of this study were to reveal: 1) the teacher’s anxiety in the face of retirements from the realistic aspects 2) the teacher’s anxiety in the face of retirements from the moral aspect 3) the teacher’s anxiety in the face of retirement from the neurotic aspects. This sudy was descriptive quantitative. The population in this study were teachers over the age of 40 years were 37 teachers. The technique sampling by used was total sampling. Date ware collected by. The instrument that used was a questionnaire and analized by used percentage technique. Research finding were 1) teacher’s anxiety in fece of retirement from sub variable realistic was in quite anxious category with (43,24%) of the respondenrs, 2) teacher’s anxiety in fece of retirement from sub variable moral was in quite anxious category with (54,05%) of the respondenrs, 3) teacher’s anxiety in fece of retirement from sub variable neurotic anxiety was in quite anxious category with (54, 05%) of them Based on research finding recommended to conselor to provide guidance and counseling services according to the needs of teachers who face retiremenst.

Keywords: Teachers, Anxiety, Retirements.

PENDAHULUAN

Bekerja merupakan aktivitas fisik maupun aktivitas mental yang menjadi kegiatan utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manusia yang melakukan aktivitas kerja sering disebut dengan istilah homo labor

yang berarti manusia yang bekerja. Kartono (2003:139) menjelaskan kerja dan pekerjaan itu merupakan aktivitas dasar, dan dijadikan bagian esensial kehidupan manusia serta bekerja menjadi aktivitas sosial yang memberikan individu penghargaan dan aspek, status sosial, dan prestise sosial. 1

(2)

Manusia tidak terlepas dari aktivitas bekerja, ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada pula yang bekerja untuk mencari identitas Atkinson (1991:54) menjelaskan kebutuhan manusia secara garis besar dapat dibagi atas, kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Alasan seseorang bekerja bisa memenuhi salah satu kebutuhan. Bila ditelusuri lebih jauh, suatu pekerjaan lebih berkaitan dengan kebutuhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi semata. Secara materi, orang bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan melalui bekerja.

Disimpulkan bahwa bekerja merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan baik fisik maupun psikologis dan aktivitas ini juga melibatkan fungsi fisik dan mental aktivitas kerja tersebut mempunyai batasan waktu dimana seseorang akan mencapai batasan maksimal usia seseorang untuk

dapat bekerja. Masa berakhirnya aktivitas kerja tersebut dapat disebut sebagai masa pensiun.

Sutarto (2000:5) masa pensiun adalah masa bebas, menjadi tua atas diri sendiri, dan mengisi hidup yang selama ini terlewatkan. Masa pensiun biasanya jatuh bertepatan dengan usia pertengahan (40-60 tahun) yang dinyatakan oleh para ahli sebagai masa krisis Helmi, 2000 (Dharmawan, 2011:2).

Seorang pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi akan selalu memberikan sikap yang positif kepada pekerjaan dan juga lingkungan kerjanya. Seorang pegawai yang memiliki semangat kerja sedang terkadang melakukan tugas-tugasnya dengan perasaan biasa-biasa saja, melakukan tugasnya dengan santai hingga terkadang tidak tepat waktu dalam penyelesaiannya, dan juga terkadang juga merasa malas dan bosan dengan pekerjaannya. Pegawai yang mempunyai semangat kerja rendah biasanya dalam bekerja dia tidak tenang, sering menunda pekerjaannya, serta ingin

(3)

menyelesaikan pekerjaan sendiri tanpa mau bekerja sama dengan teman yang lain.

Individu yang menghadapi masa pensiun akan mengalami kecemasan dan goncangan perasaan yang begitu berat. Reaksi individu tehadap ancaman dan rasa sakit yang datang dari luar yang tidak dipersiapkan sebelumnya menimbulkan rasa takut. Orang terancam biasanya punya perasaan takut karena tidak terkontrolnya ego yang disebabkan oleh rangsangan yang berbahaya. Hal inilah yang sering dialami oleh seseorang ketika ia memasuki masa pensiun (Dahlan 2000:31).

Memasuki masa pensiun, seseorang akan mengalami kecemasan, sehingga kehilangan peran sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena kehilangan peran. Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiunan adalah bisa mengakibatkan depresi dan bunuh diri. Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis bisa menyebabkan masalah penyakit

terutama gastrointestinal, gangguan saraf, berkurangnya kepekaan.

Masa pensiun dapat menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun akan menimbulkan gocangan mental yang tidak dapat diledakan. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan tidak rela untuk melepaskan jabatan yang selama ini telah dimiliki dan dinikmati, jadi pasti ada perasaan cemas dan khawatir, apabila berlebihan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikologisnya (Alfaroak, 2013:7).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan, bahwa dengan memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena kehilangan peran.

(4)

Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiunan adalah bisa mengakibatkan depresi dan bunuh diri. Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis bisa menyebabkan masalah penyakit terutama gastrointestinal, gangguan saraf, berkurangnya kepekaan.

Kecemasan menghadapi pensiun biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan, ekonomi, status sosial dan aktivitas yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Pegawai yang mengalami kecemasan dalam menghadapi pensiun biasanya menjadi malas-malasan saat melakukan suatu pekerjaan. Reaksi cemas seseorang sering merubah sikap pegawai dari yang tadinya rajin bekerja menjadi malas dalam melakukan pekerjaannya, bersikap santai dan cenderung tidak peduli dengan pekerjaannya, serta sering membolos kerja dengan berbagai alasan.

Kehidupan sekarang ini sering dikatakan “age of anxiety” atau abad kecemasan. Tetapi sepanjang sejarah kehidupan manusia, terjadi kecemasan, ketakutan adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan

dijelaskan oleh Abe Arkoff (Sundari, 2005:50) sebagai, “anxiety as’a state

of arousal caused by theat to well-being”. Jadi kecemasan adalah suatu

keadaan yang menggoncang karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolang normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengidap penyakit mental yang parah.

Kartono (2003:129) menyatakan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan serta kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Clerg (1994:48) menjelakan dalam arti tradisional, istilah kecemasan (anxiety) menunjukan kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi dan “arousal” atau rangsangan fisiologis.

Akibat dari kecemasan yang dialami oleh seseorang salah satunya adalah rasa takut akan sesuatu yang akan ditinggalkan dan hal tersebut

(5)

sangat berharga bagi dirinya. Willis (2010:60) menjelaskan terdapat tiga macam kecemasan yaitu: 1) kecemasan realistis, yaitu takut akan bahaya yang datang dari luar seperti cemas dan takut yang bersumber dari

ego, 2) kecemasan neorotis, yaitu

kecemasan yang bersumber dari id, kalau-kalau insting tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum, 3) kecemasan moral yang bersumber pada ego.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan, kecemasan menghadapi pensiun adalah perasaan yang muncul karena rasa khawatir akan kondisi yang tidak menentu, tidak pasti, tidak bisa diprediksi, dan gangguan-gangguan yang berpotensi sebagai akibat karena akan memasuki masa pensiun. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya kecemasan dalam menghadapi pensiun, diantaranya masih mempunyai tanggungan keluarga, datangnya masa tua, hilangnya status pekerjaan, status sosial, dan fasilitas-fasilitas yang

didapatkan selama masih bekerja, dan juga tidak mempunyai pekerjaan sampingan.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

dilakukan yaitu untuk

melihat:Bagaimana Kecemasan Guru dalam Menghadapi Masa Pensiun.

Berdasarkan hasil wawancara pada hari rabu tanggal 21 September 2016 di ruangan guru dengan 1 orang guru sejarah, bapak AK (54 tahun) penulis melakukan wawancara di SMAN 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan itu guru tersebut mengeluh mengenai kecemasannya dalam menghadapi masa pensiun yang mengatakan bahwa mereka merasa malu kerena sebagai kepala rumah tangga yang seharusnya menghasilkan uang untuk keluarga digantikan oleh istri yang seharusnya mengurus rumah tangga, salah satunya faktor kehilangan pekerjaan sehingga membuat individu tersebut bingung, khawatir merasa cemas dikarenakan penghasilan bulanannya yang didapatkan akan berkurang karena

(6)

hanya mendapatkan tunjangan dari dana pensiun dan jikalau tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti pada saat masih aktif bekerja.

Memasuki masa pensiun

penghasilannya akan berkurang, sedangkan individu tersebut masih harus membiayai kuliah anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin berat individu tersebut juga marasa gelisah karena belum mempunyai rencana tentang kegiatan apa yang bisa dilakukan setelah memasuki masa pensiun nanti

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal 6 September 2016, pada saat peneliti melakukan PLBK sekolah di SMAN 1 VII Koto Sungai Sarik, peneliti melihat banyak guru yang sudah berusia 40 keatas disitu peneliti memperhatikan guru tersebut. Pada saat itu ditemukan bahwa ada beberapa guru yang hanya beberapa bulan lagi menghadapi pensiunnya, terlihat bahwa ada kecemasan pada guru tersebut, seperti mudah tersinggung ketika rekan kerja menanyakan kapan pensiun.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dimana mendiskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi apa adanya (Yusuf, 2005:83).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang akan menghasilkan data mengenai gejala, fenomena, atau fakta yang diteliti dengan menggunakan data deskriptif dengan kata-kata dan tindakan dari perilaku yang telah diamati. Penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang saat ini berlaku. Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendekripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti. Penelitian ini akan mengungkapkan gambaran mengenai kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 28 s/d 29 Juli 2017. Adapun tempat atau lokasi untuk

(7)

melaksanakan penelitian adalah di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman.

Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat ini karena berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan beberapa guru merasakan kecemasan ketika mendekati masa pensiun tiba.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu guru yang berusia 40-60 tahundi SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. Populasi penelitian ini sebanyak 37 orang dan sampel penelitian yaitu sebanyak 37 orang dengan semua populasi dijadikan sampel. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling.

Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Menurut Bungin (Suryabrata, 2014:55), data interval merupakan data yang memiliki ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan yang sama.Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “guru yang mengalami kecemasan dalam masa pensiun

melalui penelitian”.Sumber data yang dalam penelitian ini Sumber data merupakan informasi yang menjadi bahan baku penelitian, yang berwujud dalam bentuk data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya, dan data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2014:39).

Dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari guru yang berada di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman dan dari tata usaha SMAN 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman.

Guru yang berumur 40 ke atas yang menjadi sampel dan kaitannya dengan kecemasan guru dalam meghadapi masa pensiun.Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(8)

1. Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari responden.

2. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan angket penelitian yang telah di jawab responden.

3. Menskor dan menghitung jumlah jawaban dan memasukkannya dalam tabel pengolahan.

4. Menghitung presentase masing-masing frekuensi. Data tersebut diolah dengan menggunakan rumus persentase Sudjana, 2001 (Gunawan, 2016:47) sebagai berikut: P = × 100 Keterangan : P :Persentase f :Frekuensi N :Jumlah sampel 100 :Bilangan tetap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwakecemasan guru

dalam menghadapi masa pensiun di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik

Kabupaten Padang

Pariamandiungkapkan sebagai berikut:

1. Kecemasan Guru dalam Menghadapai Masa Pensiun dilihat dari Variabel Kecemasan Realistik.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten PadangPariaman dapat diketahui bahwa kecemasan guru menghadapi masa pensin dilihat dari kecemasan realistik diSMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman tergolong ke dalam kategori cukup cemas sebanyak (43,24%).

Kecemasan Realistik adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan ancaman yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan jenis ini kita sebut sebagai rasa takut yang menyebabkan guru mengalami kecemasan. Persoalan ekonomi yang mendasari kecemasan

(9)

realistik kepada guru dalam menghadapi masa pensiunnya dan hal merupakan faktor eksternal.

2. Kecemasan Guru dalam Menghadapai Masa Pensiun dilihat dari Variabel Kecemasan Moral.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman dapat diketahui bahwa kecemasan guru menghadapi masa pensin dilihat dari kecemasan moral di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman tergolong ke dalam kategori cukup cemas sebanyak (54,05%).

Menurut(Semiun, 2006:88-89) kecemasan moral kecemasan ini akan kita rasakan ketika ancaman datang bukan dari dunia luar atau dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri kita. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi.

Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri hal ini terlihat dari 6 indikator yang di atas bahwasanya kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun dari kecemasa moral seperti, takut, khwatir, gelisah, perubahan emosi, gangguan kesehatan. Akibat dari kecemasan yang dialami oleh seseorang salah satunya adalah rasa takut akan sesuatu yang akan ditinggalkan dan hal tersebut sangat berharga bagi dirinya.

3. Kecemasan Guru dalam Menghadapai Masa Pensiun dilihat dari Variabel Kecemasan Neurotik.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman dapat diketahui bahwa kecemasan guru menghadapi masa pensin dilihat dari kecemasan neurotik di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman tergolong ke dalam kategori cukup cemas sebanyak(54,05%).

(10)

Menurut (Semiun, 2006:88-89) kecemasan neurotik perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id, kalau anda pernah merasakan kehilangan ide, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran anda, maka anda saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Neurotik adalah kata lain dari perasaan gugup. Kecemasan jenis terakhir inilah yang paling menarik perhatian freud, dan biasanya kita hanya menyebutnya dengan kecemasan saja ini telihat pada adanya rasa cemas pada susah tidur, nafsu makan hilang, jantung sering berdebar-debar, terjadi gangguan kesehatan dan ketika mendengan kata pensiun perasaan gemeteran dengan sendirinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun di SMAN 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan 37 responden berada pada kategori cukup

cemas sebanyak 21 (56,76%). Sehingga dapat diambil kesimpulan dari batasan masalah dan rincinya sesuai dengan sub variabel sebagai berikut:

1. Kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun dilihat dari realistik hal ini tergambar pada kategori cukup cemas

2. Kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun dilihat dari moral hal berada pada kategori cukup cemas.

3. Kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun dilihat dari variable kecemasan neurotik berada pada kategori cukup cemas. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pembaca, yaitu sebagai berikut:

1. Guru yang mendekati masa pensiunan

Kepada semua guru-guru yang mendekati masa pensiun, supaya tidak mengalami kecemasan karena masa pensiun bukan akhir segalanya.

(11)

Pimpinan Program Studi BK, sebagai bahan masukan dalam upaya mengembangkan calon guru BK yang professional.

3. Guru BK

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan untuk guru BK agar bisa membuat program untuk guru yang akan menghadapi masa pensiun.

4. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebagai bahan dan referensi untuk penelitian berikutnya seperti: Pemahaman tentang karir apa yang dilakukan setelah pensiun.

DAFTAR PUSTAKA

Alfaroak, Hamdan Rozak. 2013. Post

Pawer Syndrom Pada Pensiunan

Pegawai Negri Sipil.Skripsi

Fakultas Dakwah Yogyakarta. Atkinson, R. C, & Hilgard. ER. 1991.

Pengantar Psikologis Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Clerg, Linda, De. 1994. Tingkah Laku

Abnormal. Jakarta: PT Grasindo.

Dahlan. M. D. 2000. Beberapa

Pendekatan dalam Penyuluhan

Konseling. Bandung: Cv

Diponegoro.

Dharmawan, Budhi. 2011. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Para Pegawai Kementrian Agama yang Istrinya Bekerja dan tidak Bekerja. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Negri Semarang. Gunawan, Hardi Putra. (2016).

Pengaruh Kekerasan terhadap Kepribadian (Skripsi). Padang:

Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat.

Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Semiun, Yustinus. 2006. Teori

Kepribadian & Terapi

Psikoanalitik. Yogyakarta:

(12)

Suryabrata, Sumadi. (2014).

Metodologi Penelitian. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental

dalam Kehidupan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sutarto, Tito. 2000. Pensiun Bukan

Akhir Segalanya. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, A. Muri. (2005). Metodologi

Penelitian. Padang: UNP Press.

Willis S, Sofyan. 2010. Konseling

Individu Teori dan Praktek.

Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

UOBM mempunyai hak untuk menambah, memadam, menggantung atau mengubah terma dan syarat Kempen, dari semasa ke semasa, secara keseluruhan atau sebahagiannya, mengikut

Untuk itu digunakan kombinasi 7 vektor momen agar setiap kelas memiliki nilai ciri yang berbeda dengan kelas lain, sehingga memungkinkan pengenalan bahasa isyarat menjadi

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala keterangan mengenai keadaan keuangan dari langganan atau nasabah

Bahan-bahan yang digunakan antara lain contoh tanah utuh untuk analisis sifat fisik tanah, contoh tanah komposit untuk analisis sifat kimia dan biologi tanah, dan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa karakteristik BO unggul di PT Batik Danar Hadi Surakarta, sebagai berikut: (1) adanya sifat kreatif (creativity)

matematika; (2) Penilaian kepraktisan buku ajar oleh mahasiswa menunjukkan bahwa buku ajar termasuk dalam kategori “sangat praktis” sehingga buku ajar layak digunakan.; (3)

Berdasarkan istilah-istilah tersebut di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan upaya guru pendidikan agama Islam (PAI) merupakan suatu usaha atau langkah

Kedua item pernyataan dari indikator memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar berada pada persentase yang menunjukkan kategori “Baik”.Hal ini sesuai dengan