• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa globalisasi ini, perkembangan pembangunan konstruksi semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Di masa globalisasi ini, perkembangan pembangunan konstruksi semakin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

iv BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa globalisasi ini, perkembangan pembangunan konstruksi semakin meningkat karena banyak bangunan yang ada di sekitar. Suatu bangunan berfungsi untuk mendukung kegiatan atau sebagai prasarana bagi pemilik bangunan atau pengguna bangunan dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari secara optimal. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atu tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan yang dibangun tentunya juga harus mendapatkan pemeliharaan yang baik.

Menurut The Committee on Building Maintenance, pemeliharaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga, memperbaharui dan juga memperbaiki semua fasilitas yang ada sebagai bagian dari suatu bangunan, baik fasilitas layanan maupun lingkungan sekitar bangunan agar tetap berada pada kondisi sesuai standar yang berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan bangunan beserta elemen didalamnya sangat penting dan perlu dilakukan setelah

(2)

v bangunan tersebut dibangun dan dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sehingga bangunan dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi penggunanya.

Pemeliharaan gedung bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan gedung mencapai performa fungsionalnya sesuai persyaratan dan keinginan pengguna. Gedung-gedung universitas seharusnya mampu memberi ruang-ruang yang dapat mendukung dan memfasilitasi kegiatan bekerja (Lateef, 2009 dalam Pringgodani, 2013). Oleh karena itu, pemeliharaan gedung sangat diperlukan agar fasilitas dan peralatan pada gedung tersebut dapat digunakan untuk mendukung seluruh aktivitas yang ada di dalamnya, termasuk salah satunya yaitu gedung universitas guna menunjang kelancaran dan kenyamanan proses pembelajaran. Kurangnya perhatian atau tidak sesuainya kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negatif, yaitu menurunnya tingkat produktifitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemilik atau pengguna bangunan sebagai akibat dari kurang terpeliharanya kondisi bangunan.

Aset daerah merupakan salah satu sumber potensial penerimaan daerah. Oleh karena itu, daerah dituntut untuk membenahi sistem pengelolaan aset daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem pengelolaan aset daerah harus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pedoman Penilaian Barang Daerah, dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

(3)

vi Daerah. Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan aset yang baik dapat memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus menunjang peran dan fungsi pemerintah daearah itu sendiri sebagai alat pelayanan publik.

Sebagai objek penelitian Pemerintah Kota Palembang yang merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan batas-batas sebelah utara, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Muara Enim. Dengan posisi geografis terletakpada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Kota Palembang dibagi ke dalam 16 Kecamatandan 107 Kelurahan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 (pasal 3 ayat (1) dan penjelasannya), pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut :

1. Asas fungsional yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan barang milik negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

2. Asas kepastian hukum yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.

(4)

vii 3. Asas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.

4. Asas efisiensi yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintah secara optimal.

5. Asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

6. Asas kepastian nilai yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah.

Menurut Mardiasmo (2004:24) kebijakan pengelolaan aset daerah memiliki sasaran strategi yang harus dicapai, antara lain sebagai berikut.

1. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah, menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan kegiatan tukar menukar, hibah dan ruislag.

2. Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah. 3. Pengamanan aset daerah.

(5)

viii Pelimpahan kewenangan pengelolaan aset daerah bukan hanya pemanfaatan/penggunaan dan pengoptimalannya saja, tetapi juga disertai dengan adanya tanggung jawab dalam pemeliharaan aset tersebut, sehingga keberadaan aset daerah mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 pasal 35 ayat (1), pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada dibawah penguasaannya. Peranan pemeliharaan dalam pengelolaan aset daerah sangat penting, selain menjaga kondisi secara fisik maupun fungsi, juga dapat meningkatkan nlai dari aset itu sendiri.

Pemeliharaan tentunya memerlukan anggaran yang setiap tahun selalu dibahas dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran masing masing SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Di Tahun anggaran 2016, dalam RKAP SKPD Dinas Kehutanan, program pemeliharaan rutin gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan menghabiskan biaya sebesar Rp.150.000.000,-. Biaya ini seharusnya cukup digunakan untuk memelihara dan merawat 1 unit gedung seluas 2275 m2 milik Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak terlihat perawatan yang semestinya dilakukan, misalnya plafon plafon yang rusak, lantai yang pecah pada beberapa bagian gedung, serta dinding yang usang. Ini berarti pengelolaan Gedung milik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tidak sesuai dengan asas-asas pengelolaan BMD dalam pasal 3

(6)

ix ayat 1 PP No 6. Tahun 2006 serta dalam Permendagri No 17 tahun 2007 Pasal 4 ayat 1 dan 2 yang diperbarui dalam Permendagri No 19 tahun 2016.

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian terkait analisis pemeliharaan gedung kantor telah banyak dilakukan dengan berbagai macam alat analisis yang digunakan. Penelitian yang berjudul “Analisis Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan” sepengetahuan peneliti, terkait objek yang diteliti belum pernah dilakukan dan baru pertama kali dilakukan oleh peneliti.

Batara (2005) menganalisis sistem pengelolaan aset real property Pemerintah Daerah dengan cara mengukur seberapa penting faktor-faktor kunci pada manajemen aset real property bagi para pengelola aset, serta mengukur kualitas performance pengelolaan aset real property yang telah dilakukan. Alat yang digunakan untuk menganalisis data adalah importance performance analysis. Hasilnya, variabel dari faktor kunci keberhasilan manajemen aset real property, yaitu “sikap positif dan komitmen dari top manajemen dari masing-masing unit satuan kerja terhadap pengelolaan aset bangunan” memiliki tingkat arti penting tertinggi menurut penilaian responden.

Taufiq (2007) menganalisis sistem pemeliharaan aset daerah berupa bangunan gedung kantor pemerintah dengan cara mengukur arti penting dan kualitas pelaksanaan faktor-faktor kunci pada pemeliharaan bangunan gedung kantor di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon, dengan menggunakan importance-performance analysis, serta menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian

(7)

x dengan importance-performance analysis menunjukkan bahwa faktor kunci pada pemeliharaan bangunan gedung kantor sudah memiliki arti penting yang tinggi dalam pandangan responden, tetapi dalam pelaksanaannya masih ada yang harus ditingkatkan. Analytical Hierarcy Process (AHP) menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan rutin bangunan gedung kantor. Hasil AHP menunjukkan bahwa pelaksana pemeliharaan harus memenuhi setiap kriteria yang telah ditentukan agar mampu melaksanakan pemeliharaan secara berhasilguna dan berdayaguna.

Ainin dan Hisham (2008) melakukan survei kepuasan terhadap penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan di Malaysia. Alat analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja adalah analisis importance – performance. Hasilnya ditemukan bahwa pengguna akhir cukup puas dengan kinerja sistem informasi perusahaan, keamanan data dianggap yang paling penting dalam sistem informasi, untuk mencapai hasil yang lebih baik departemen harus mengatasi kesenjangan antara kepentingan dan kinerja yang terjadi dalam memahami atribut sistem, dokumenter dan kesediaan sistem.

Huzaifah (2010) meneliti tentang pemeliharaan Candi Borobudur. Dengan tujuan penelitian yaitu selain mengestimasi biaya pemeliharaan tahunan selama umur bangunan danjuga mengidentifikasi tingkat arti penting dan kinerja faktor-faktor keberhasilan pemeliharaan bangunan Candi Borobudur.

Martha (2014) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pemeliharaan bangunan Kampus II Gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan

(8)

xi Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Data penelitian didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada Bagian Pemeliharaan dengan jumlah responden sebanyak 22 orang, sedangkan untuk pengguna gedung dibagi menjadi pengguna langsung sebanyak 50 orang dan pengguna tidak langsung sebanyak 50 orang. Analisis data dilakukan dengan metode mean, standar deviasi, korelasi Spearman Rank dan uji “t” untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kegiatan pelaksanaan pemeliharaan dengan penilaian pengguna gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, juga untuk membandingkan pelaksanaan pemeliharaan dan penilaian pengguna antara gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan Apartement Cosmopolis Resort Surabaya.

Penelitian ini berbeda dengan Batara (2005) yang melakukan penelitian tentang pengelolaan aset real property. Berbeda dengan Ainin dan Hisham (2008) melakukan survei kepuasan terhadap penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan di Malaysia. Berbeda dengan Huzaifah (2010) yang meneliti tentang pemeliharaan Candi Borobudur. Berbeda dengan Triayu (2014), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pemeliharaan bangunan Kampus II Gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Ainin dan Hisham (2008) adalah alat analisis yang digunakan yaitu Importance Performance Analysis (IPA). Penelitian yang membahas tentang pemeliharaan gedung Kantor Dinas Kehutanan objek penelitian Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan belum pernah

(9)

xii dilakukan, sehingga untuk mendapatkan kejelasan atas kondisi dan permasalahan bangunan gedung kantor diperlukan penelitian sendiri.

Berbeda dengan Taufiq (2007) penelitian ini tidak menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan gedung melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP tidak digunakan karena analisis tersebut harus melibatkan para ahli atau pakar dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pemeliharaan gedung. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian pada karyawan yang bekerja dan yang mengelola gedung tempat mereka bekerja. Sehingga analisis IPA lebih cocok digunakan dibandingkan dengan AHP.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam hal ini menunjukkan banyak kendala dalam pemeliharaan aset daerah khususnya di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang pelaksanaannya belum maksimal, yang disebabkan belum teridentifikasinya pendekatan sistem yang tepat dalam pelaksanaan pemeliharaan gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini mengacu pada fenomena-fenomena dalam mengidentifikasi pendekatan sistem yang tepat untuk pelaksanaan pemeliharaan aset daerah yang berupa bangunan gedung kantor yang dipergunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam pengambilan langkah-langkah yang strategis untuk dapat dituangkan ke dalam kebijakan pemerintah daerah.

(10)

xiii 1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disusun pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Sejauh mana tingkat arti penting pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan?

2. Sejauh mana kinerja pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi tingkat arti penting pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan; 2. mengidentifikasi kinerja pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset

kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam menentukan

konsep strategis peningkatan kinerja pemeliharaan aset daerah khususnya yang berupa bangunan gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

(11)

xiv 2. Menjadi referensi atau bahan perbandingan dan menambah pemahaman dalam

bidang ilmu manajemen khususnya manajemen aset pemerintah daerah, serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulis tesis ini disajikan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan maanfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori dan Kajian Pustaka menguraikan tentang landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian yang memaparkan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penyampelan, variabel yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab IV Analisis yang memuat tentang deskripi data, uji akurasi instrumen, hasil analisis data dan pembahasan.Bab V Simpulan dan Saranyang memuat secara singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang direkomendasikan sebagai masukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati pajak terhadap penghasilan dalam hal ini penghasilan berupa dividen yang diterima langsung dari luar negeri dan pajak terhadap laba, dimana laba tidak langsung diterima

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shirly Kumala, dkk yang menunjukkan Klebsiella pneumoniae memiliki sensitivitas yang baik terhadap Amikacin

Stress Test, dalam kaitannya dengan dunia Teknologi Informasi, ialah salah satu jenis test yang dilakukan pada suatu aplikasi / software, biasanya dilakukan pada

Salah satu bentuk pengembangan sistem informasi dibidang kesehatan adalah menampilkan hasil pembangunan dibidang kesehatan, yang diwujudkan dalam

tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. 

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan di hutan hujan tropis Ranu Pani dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perhitungan

Untuk pembatalan saat proses pengerjaan website selesai dikerjakan, konsumen akan mendapat 25% dari total harga keseluruhan sebagai konsekuensi dari biaya yang

Motivasi adalah dorongan anak atau seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Pada dasarnya