• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara ( Tahun 1993-2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanian Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara ( Tahun 1993-2003)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONDISI PERTANIAN MASYARAKAT DESA PARLOMBUAN KECAMATAN PANGARIBUAN SEBELUM TAHUN 1993

2.1 Letak Geografis

Desa Parlombuan merupakan desa yang pertama sekali didirikan setelah

terbentuknya Kecamatan Pangaribuan, Desa Parlombuan merupakan desa yang tertua

di Kecamatan Pangaribuan dan memiliki luas 23,25 km2. Desa ini terletak di Lintang Utara : 01058’29,42” dan Bujur Timur : 990

Desa Parlombuan berbatasan dengan:

07’29,82”

Sebelah Utara : Desa Sibingke

Sebelah Selatan : Desa Hutaraja

Sebelah Barat : Desa Parsorminan I

Sebelah Timur : Desa Pakpahan

Ketinggian Desa Parlombuan berkisar 1236 m di atas permukaan air laut. Rata-rata

hari hujan sebanyak 139 hari per tahun serta curah hujan rata-rata 16 mm.

(Sumber: BPS Pangaribuan dalam angka tahun 1992).

Desa Parlombuan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. Jarak antara Desa Parlombuan dengan

Kecamatan Pangaribuan sekitar 10 km, sedangkan ke pusat Kabupaten Tapanuli

Utara sekitar 48 km.

Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, memiliki nama yang unik berasal

(2)

menyebutnya “Parlobuan” yang memiliki makna dalam bahasa Batak Toba ialah

kandang ternak. Karena wilayah Desa Parlombuan pada mulanya adalah tempat

penggembalaan ternak oleh rakyat dari kampung lain pun datang ke desa ini. Oleh

karena itulah masyarakat menyebutnya Parlobuan dan kemudian mengalami

perubahan nama menjadi Parlombuan.

Desa Parlombuan didiami oleh mayoritas Suku Batak Toba yang bermarga

Gultom. Sejarah desa ini dimulai dengan kedatangan Marga Gultom untuk membuka

perkampungan, sehingga mayoritas masyarakat bermarga Gultom. Adapun marga

yang lain merupakan marga karena adanya perkawinan anak atau boru dengan marga

yang lain, dan masyarakat pendatang yang bukan penduduk asli.

2.2 Keadaan Masyarakat

a. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Parlombuan sebanyak 860 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak

407 jiwa dan perempuan 453. Kepadatan penduduk adalah sebanyak 36,99 jiwa per

km2 dengan penyebaran yang tidak merata.Jumlah rumah tangga di Desa Parlombuan sebanyak 205 rumah tangga dengan rata-rata jiwa per rumah tangga adalah sebanyak

4 jiwa.

b. Mata Pencaharian

Masyarakat Desa Parlombuan 80% memiliki mata pencaharian sebagai petani

sedangkan lainnya adalah sebagai pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, buruh.

(3)

paling banyak ditanam adalah haminjon (kemenyan). Hasil pertanian digunakan

untuk keperluan sehari-hari dan tidak dapat di eksport ke luar daerah.

Adapun penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki mata pencaharian

sebagai petani, Penduduk asli memiliki lahan pertanian dari warisan keluarga.

Sedangkan penduduk pendatang merupakan boru mendapat bagian tanah dari

keluarga dengan sistem meminjan. Sistem ini diberlakukan karena penduduk

pendatang memiliki hubungan keluarga dengan masyarakat.

c. Agama

Penduduk Desa Parlombuan mayoritas beragama Kristen Protestan, yaitu 338

jiwa, Islam 9 jiwa, Kristen Katolik 13 jiwa, sedangkan agama Hindu dan Budha tidak

ada. Sejak dahulu agama Kristen merupakan agama yang dianut oleh nenek moyang

masyarakat Desa Parlombuan. Sedangkan agama Islam dibawa oleh masyarakat

pendatang.

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat erat hubungannya

dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan jaman. Pendidikan adalah

kesempatan untuk mengubah anak-anak mereka untuk mengalami kehidupan yang

lebih baik. Pendidikan biasanya bisa didapatkan dimana saja. Baik itu pendidikan non

(4)

Desa Parlombuan memiliki jumlah murid 57 jiwa dan tenaga pengajar

sebayak 11 jiwa, sedangkan murid SMP sebanyak 35 jiwa dan SMA 7 jiwa.Sekolah

SMP dan SMA terletak di Kecamatan yang ditempuh dengan jarak 10 kilometer dari

desa. Tingkat pendidikan di Desa Parlombuan tergolong masih rendah, hal ini

dikarenakan oleh fasilitas sekolah yang masih terbatas serta rendahnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat.

Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak. Pendidikan

merupakan salah satu faktor untuk mencapai tingkat kemajuan serta faktor untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Pendidikan bagi seluruh lapisan

masyarakat merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan.

Bagi petani desa, motivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka mulai

dari SD sampai SMA bahkan ke perguruan tinggi merupakan kewajiban setia

keluarga. Kesadaran akan pendidikan dalam diri masyarakat Desa Parlombuan sudah

ada sejak dahulu.

Akan tetapi akibat oleh pendapatan yang minim sehingga masyarakat tidak

mampu membiayai sekolah anak mereka sehingga sebagian besar anak-anak mereka

hanya mengecap pendidikan sampai tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama), bahkan masih ada yang sekolah sampai tingkat SD (Sekolah Dasar). Masih

minim masyarakat yang mampu menyekolahkan anaknya hingga menamatkan SMA

(Sekolah Menengah Atas).

Pada tahun 1990 anak menempuh pendidikan SLTP dan SMA di Ibukota

yang berjarak 10 kilometer dari Desa Parlombuan. Jarak tersebut ditempuh dengan

(5)

motor. Berbeda dengan SD yang sudah ada di desa tanpa harus menempuh jarak yang

jauh. Meskipun demikian mereka tetap bersemangat bersekolah, karena bagi

anak-anak tersebut, bisa bersekolah adalah hal yang patut disyukuri,

Keadaan pendidikan yang tidak memadai ini dilatarbelakangi oleh jumlah

anak yang banyak karena prinsip yang dipegang oleh masyarakat pada umunya yang

mengatakan “anakkon hi do hamoraon di au” yang artinya anak adalah pembawa

rejeki, banyak anak akan memberikan banyak rejeki. Padahal prinsip ini tidak

selamanya tepat, karena harus dilihat dari kesanggupan ekonomi untuk

menafkahinya, apabila keadaan ekonomi memadai maka anak-anak bisa bersekolah

tinggi dan akan menaikkan derajat keluarga. Namun yang terjadi bagi masyarakat di

Desa Parlombuan, jumlah anak dengan taraf ekonomi yang rendah membuat kesulitan

dalam menafkahi kebutuhan anak.

Sebagian besar masyarakat mempercayakan anak-anak mereka untuk

mengadu nasibnya di perantauan. Anak-anak yang sudah menamatkan pendidikan

SLTP dan SMA atau bahkan yang putus sekolah memilih untuk marjalang.8 Setiap anak yang sudah diberangkatkan oleh orangtuanya dianggap mampu bertangggung

jawab bagi hidupnya sendiri, bahkan diharapkan oleh orangtuanya bisa membantu

meringankan beban orangtuanya.

8

(6)

Fasilitas Umum

a. Kesehatan

Di Desa Parlombuan terdapat fasilitas kesehatan seperti 1 unit Poskesdes, 1

unit Posyandu. Fasilitas kesehatan lainnya yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit berada

di Ibukota Kecamatan yang berjarak 10 km dari desa. Tenaga kesehatan berjumlah 3

orang yakni 1 orang bidan desa dan 2 orang dukun bayi. Secara umum fasilitas

kesehatan ini berfungsi untuk pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam

pengobatan yang bersifat pertolongan pertama.

b. Tempat Ibadah

Fasilitas tempat ibadah sebelum tahun 1993 adalah gereja yang berjumlah 2

unit yakni Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dan GKPI (Gereja Kristen

Protestan Indonesia).

c. Rumah

Mayoritas masyarakat menggantungkan kehidupan perekonomian pada hasil

pertanian. Kehidupan ekonomi masyarakat dari hasil pertanian selalu mengalami

perubahan, sehingga kehidupan ekonomi masyarakat petani tidak menentu setiap

waktu. Perekonomian masyarakat masih tergolong rendah. Pendapatan yang minim

mempengaruhi bentuk rumah masyarakat. Pada tahun 1990-an sebagian besar rumah

(7)

rumah masyarakat terdiri semi beton, biasanya rumah semi beton dan beton adalah

milik masyarakat yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).9

d. Transportasi

Pertanian bagi masyarakat sangat penting, masyarakat yang sudah bekerja di

instansi pemerintahan sebagai PNS juga melakukan pertanian. Pertanian sebagai

komponen penting bagi masyarakat membuat pertanian mendarah daging dalam

kehidupan masyarakat.

Transportasi merupakan sarana yang pendukung pertanian. Transportasi

memiliki peran penting dalam pemasaran dan pengangkutan hasil pertanian.

Masyarakat menyadari pentingnya fasilitas transportasi dalam kelancaran pertanian,.

Akan tetapi karena faktor ekonomi yang tidak mendukung mengakibatkan sebagian

besar masyarakat petani di Desa Parlombuan mengurungkan niat untuk memiliki

transportasi. Adapun masyarakat yang memiliki sepeda motor adalah masyarakat

yang tergolong kaya di desa itu.

Pada tahun 1990 fasilitas jalan sebagai sarana penghubung desa dengan

ibukota dalam kondisi yang memprihatinkan. Jalan yang rusak dan berlubang

membuat masyarakat kesulitan unuk mengangkut hasil pertanian menggunakan alat

transportasi ke ibukota untuk dijual. Untuk mengangkut hasil pertanian ke ibukota,

masyarakat menggunakan tenaga manusia dengan berjalan kaki sepanjang 10 km.

9

(8)

Angkutan umum beroperasi sekali seminggu yakni pada hari pecan yang memiliki

jarak 10 km dari desa ke Ibukota.

e. Fasilitas Lainnya

Fasilitas yang mendukung kegiatan sosial masyarakat sehari-hari seperti

warung dan toko masih sangat terbatas. Misalnya toko yang menjual kebutuhan

pertanian dan kebutuhan sehari-hari masih sulit dijangkau, sehingga masyarakat

petani harus pergi ke desa lain atau ke ibukota untuk mendapatkannya. Padahal

mayoritas masyarakat adalah petani, namun fasilitas untuk mendukung keperluan

pertanian masih sangat minim di Desa Parlombuan. Sebagian besar fasilitas umum

yang dibutuhkan oleh masyarakat masih sulit dijangkau oleh masyarakat Desa

Parlombuan.

2.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Sejak dahulu masyarakat Desa Parlombuan sudah mengenal hidup bertani

karena kehidupan bertani sudah mendarah daging bagi masyarakat. Dengan bertani

masyarakat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kehidupan masyarakat selain bertani,

masyarakat Desa Parlombuan juga memelihara ternak lembu. Akan tetapi terjadi

penyakit ternak yang menimpa sebagian besar ternak masyarakat mati karena fasilitas

untuk pengobatan ternak tidak ada.

Sistem pertanian awalnya tidak mempunyai konsep bersama. Tiap individu

dari anggota kelompok dapat mengerjakan satu bagian tanah dan mengambil hasil

(9)

bawah kekuasaannya. Apabila tanah tersebut berhenti dikerjakan, tanah kembali di

bawah kekuasaan kelompok.10

Sebelum tahun 1993 masyarakat Desa Parlombuan tidak terlalu

mempersoalkan kepemilikan tanah, karena tanah merupakan milik bersama yang

diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur, pemberian hak milik kepada

pomparannya.11Tanah adalah warisan yang diusahakan bersama tanpa adanya konsep

dan pembagian yang sudah ditetapkan, karena masyarakat tidak mengenal sistem jual

beli tanah, sehingga hak milik tanah masih dianggap tidak terlalu penting.12

Masyarakat Desa Parlombuan mengusahakan tanah yang mereka kerjakan

agar dapat memberikan hasil yang baik untuk memenuhi kebutuhannya, karena tanah

merupakan andalan masyarakat, maka masyarakat mampu bertahan hidup dengan

bertani. Mereka menemukan berbagai jenis tanaman pangan sebatas untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari. Mereka menanam berbagai jenis biji-bijian antara

lain: padi, jagung serta tanaman sayur-sayuran. Bentuk pertanian ini sangat individual

yang masih sempit cakupannya yakni hanya dalam keluarga.13

Untuk menjamin bagi diri mereka suatu subsistensi pokok, satu orientasi yang

harus memusatkan segenap perhatian pada kebutuhan hari ini saja tanpa memikirkan

hari esok, maka petani kadang-kadang terpaksa harus menggadaikan masa depannya

10

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1967, hlm. 156.

11

Pomparan dalam Bahasa Batak Toba merupakan keturunan secara turun temurun.

12

Wawancara, dengan Jaspar Gultom, pada tanggal 24 april 2016, Desa Parlombuan Kecamatan Pangaribuan.

13

(10)

sendiri. Satu panen yang gagal dapat memaksa mereka untuk menjual harta yang

mereka miliki.14

Kehidupan masyarakat desa tidak terlepas dari rasa kekeluargaan. Seorang

petani mengandalkan sanak saudaranya atau patronnya. Secara timbal balik ia akan

memberikan kepada mereka hak atas tenaga kerja dan sumberdayanya sendiri.

Kerabat dan kawan yang telah menolong pada masa kesulitan akan mengharapkan

pertolongan yang sama. Bantuan yang mereka berikan dapat disamakan dengan uang

mereka yang mereka simpan di bank untuk digunakan nanti apabila mereka sendiri

membutuhkan

Pertanian kemenyan merupakan komoditas utama di Desa Parlombuan,

Penghasilan dari tanaman kemenyan digunakan untuk biaya sekolah anak-anak,

sisanya dipakai untuk membeli kebutuhan pokok di rumah.

Bagi keluarga petani yang sedang membutuhkan bantuan dana karena gagal

panen dapat meminta bantuan kepada tetangga atau kerabatnya tanpa adanya jaminan

apapun. Mereka saling menolong untuk membayar hutang tersebut. Masyarakat

biasanya membuat kesepakatan bersama, apabila tidak dapat dibayar dengan uang

maka peminjam uang akan menggantikannya dengan jasa.

15

Sikap tolong menolong masih kuat bagi masyarakat Desa Parlombuan. Dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan mereka tidak enggan untuk memberikan partisipasi

berupa jasa dan tidak menerima upah berupa uang. Hal ini karena adanya ikatan

kekeluargaan melalui ikatan marga. Apabila suatu saat orang yang menolong .

14

James. C. Scott, Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES, 1976, hlm. 43.

15

(11)

membutuhkan bantuan untuk mengerjakan sawah dan ladangnya, maka pihak yang

pernah ditolong harus bersedia juga memberikan pertolongan. Hal ini berlaku bagi

masyarakat petani dengan meminta bantuan kepada tetangga atau dongan

saparadatan.16 Untuk ikut berpartisipasi .maka pekerjaan yang berat akan menjadi

ringan karena dikerjakan bersama.17

Apabila dilihat dari segi ekonomi masyarakat yang memiliki pendapatan yang

masih minimum, hal ini tidak wajar karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari

saja sangat bergantung pada hasil pertanian yang tidak menentu. Masyarakat

menganggap bahwa hidup dengan mampu mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari,

merupakan hal yang patut disyukuri. Terkadang kebutuhan itu pun tidak mampu

dipenuhi. Banyak dari masyarakat yang merupakan seorang petani dan menanam padi

namun tidak bisa mencukupi kebutuhan pokoknya dengan nasi karena hasil panen

dijual untuk membayar hutang dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Jadi

mereka mengganti nasi sebagai makanan pokok menjadi ubi.

18

Apabila dilihat dari bangunan rumah masyarakat masih sangat sederhana

yakni rumah papan dan sebagian masyarakat tidak memiliki kamar mandi, maka

untuk keperluan air bersih mereka masih mengandalkan air sungai dan air gunung.

Sedangkan kepemilikan barang-barang elektronik seperti televisi, telepon, masih

sangat jarang maka untuk dapat berkomunikasi dengan kerabat yang jauh masyarakat

16

Dongan saparadatan dimaksudkan kepada kerabat terdekat yang memiliki hubungan dalam kegiatan adat istiadat.

17

Kegiatan ini disebut dengan istilah marsiruppa.

18

(12)

harus pergi ke ibukota dengan berjalan kaki yang berjarak sekitar 10 km dari Desa

Parlombuan.

Dalam kegiatan menjual hasil pertanian diangkut dengan tenaga manusia.

Hal ini membuat penjualan hasil pertanian kurang maksimal dan terbatas, dengan

mengandalkan tenaga manusia.

2.2.2 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat Desa Parlombuan adalah masyarakat yang memegang teguh adat

istiadat yang diturunkan oleh nenek moyang mereka dengan sangat baik. Acara pesta

adat merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,

Tertanam kuat dalam masyarakat bahwa adat istiadat harus dijunjung tinggi untuk

menghargai para leluhur mereka.

Karakteristik sosial adat istiadat di Desa Parlombuan dipengaruhi oleh

penduduk yang ada. Penduduk asli yang merupakan Suku Batak Toba . Pesta adat

Batak Toba membutuhkan biaya yang cukup besar, untuk memenuhi kepentingan

pesta adat, masyarakat mengeluarkan banyak dana. Karena itulah pesta adat biasanya

dilaksanakan setelah tanaman pertanian dipanen (pascapanen). Hasil penjualan panen

dapat dipergunakan untuk membiayai pesta adat. Maka pelaksanaan pesta adat selalu

dipertimbangkan.

Dalam pelaksanaan adat di Desa Parlombuan memegang sistem gotong

royong antar dongan saparadatan. Masyarakat mengerjakan bagian mereka

masing-masing sesuai dengan perannya dalam pesta adat. Sehingga pesta adat berlangsung

(13)

Adat istiadat yang berlaku di Desa Parlombuan mengikuti pola adat istiadat

Batak Toba yang berazaskan Dalihan Natolu dilambangkan dalam struktur sosial adat

Batak Toba adalah sebagai berikut :

1. Hula-hula disebut sebagai silean pasu-pasu (pemberi berkat)

2. Hahanggi disebut juga Panuturi (penunjuk jalan)

3. Boru sebagai Panolopi (menyetujui)

Dalam budaya Batak Toba manusia semenjak lahir sampai mati diwajibkan

untuk menaati adat istiadat yang berlaku, untuk memenuhi kebutuhan adat ini

masyarakat menghabiskan dana yang cukup besar, namun karena adat istiadat

merupakan suatu kewajiban maka harus dilaksanakan.

Adapun adat istiadat yang dirayakan dalam adat Batak Toba antara lain:

• Kelahiran

1. Haroan : Anak baru lahir

2. Manopot : Penyampaian berkat dari tulang kepada bere,

melalui penyerahan parompa .19

• Pernikahan

3. Martumpol : Membicarakan hubungan kedua belah pihak

oleh calon pengantin sebelum melaksanakan pernikahan.

4. Marhata : Membicarakan sinamot (tuhor ni boru)20

5. Pamasu- masuon : Pesta adat/ manjalo adat nagok (adat penuh)

19

Parompaadalah gendongan untuk anak baru lahir.

20

(14)

• Kematian

6. Mangido tangiang :Pesta adat untuk orang meninggal yang

meninggalkan anak yang belum sohot (belum menikah)

7. Partangiangan : Pesta adat untuk orang yang meninggal yang

meninggalkan sebagian anak sudah menikah

8. Pasidung ari-ari :Pesta adat untuk orang tua yang sudah lanjut

umur yang meninggalkan anak dan cucu.

Dalam kehidupan budaya masyarakat Desa Parlombuan, hubungan keluarga

yang terjalin karena adanya adat. Dalam adat Suku Batak Toba menganut sistem

patrilinear (garis keturunan ayah) . Sistem ini menjadikan laki-laki (anak) adalah

pemegang warisan sedangkan perempuan (boru) menjadi pengikut suami dan

mengikuti garis keturunan dari suami. Akan tetapi jika boru memilih tinggal di

kampung halaman orangtuanya maka ia dapat memperoleh tanah sebagai lahan

pertanian tetapi dengan sistem meminjam. Istilah ini dalam Batak Toba disebut

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah terwujudnya perangkat lunak server pengisian ulang pulsa otomatis berbasiskan web yang dapat diaplikasikan sebagai server yang melayani pembelian

Pertama, bagi Kepala Sekolah SMA N 1 Imogiri sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam memprogramkan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan tentang penyakit

Annual Working Plan and Company's Budgeting is a management contract between directors and the commissioners as the supervisory body, in order to protect interests

Berdasarkan latar belakang diatas, karena Pantai yang tidak memiliki nilai pasar, maka dapat dilakukan penilaian ekonomi dan metode yang dipilih adalah menggunakan Travel Cost

Keamanan pangan merupakan kondisi yang sangat kompleks, dinamis, tidak dapat berdiri sendiri, dan merupakan tanggung jawab bersama baik dari pihak pemerintah, produsen,

PELANGGARAN TERHADAP KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM YANG DILAKUKAN OLEH ANAK PUNK DI KOTA PAYAKUMBUH..

Kartun Benny dan Mice hadir sebagai media hiburan sekaligus media kritik sosial terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perkotaan..

Keadaan ini tentu perlu untuk dikaji lebih jauh, agar ke depan pada masing-masing pesantren dapat mengelola kurikulum dengan selalu menjaga sinergitas antara