• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab "هو هو" ديوان الحلاّج Huwa-Huwa DῙwān Al-Ḥallāj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab "هو هو" ديوان الحلاّج Huwa-Huwa DῙwān Al-Ḥallāj"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Karya sastra yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat sangat beragam bentuknya, dapat berupa puisi, prosa, syair, novel, juga drama.Semua karya sastra tersebut memerlukan kajian khusus ─ sebagaimana pendapat Hill yang disebutkan dalam Pradopo (2005:120) bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk memahami sebuah karya sastra (sajak), haruslah sajak itu dianalisis. Sajak dikenal juga dengan sebutan puisi, tepatnya sajak adalah sebutan pada sastra lama, berkembang dan lebih terkenal dengan sebutan puisi di zaman modern.

Puisi (syair) adalah karya sastra yang bersifat imajinatif. Bahasa sastra bermakna konotatif karena di dalamnya banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majaz). Puisi lebih bermakna konotatif (tersirat) karena bahasanya banyak memiliki kemungkinan makna yang disebabkan karena pemadatan kekuatan bahasa dalam puisi (syair) tersebut, baik pada struktur fisik maupun struktur batinnya. Ada juga puisi yang menggunakan kata-kata yang jelas tidak menggunakan makna kiasan atau puisi bermakna denotatif (tersurat). (Waluyo dalam Muzakki, 2011:50)

Istilah puisi (syair) dalam bahasa Arab disebut dengan ﺮﻌﺸﻟﺍ/asy-syi’ru/ 'syair, pantun, pengetahuan'. Adapun penyair, orang yang ahli syair/pantun disebut

ﺮﻋﺎَﺸﻟﺍ/asy-syā’iru/. (Yunus, 2009:199); Selanjutnya dikemukakan beberapa pendapat ilmuan dan sastrawan Arab tentang syair.

Ma’ruf, dkk (2001:13) dalam bukunya Ilmu ’Aru menerangkan bahwa pengertian syair yaitu:

ﺮﻌﺸﻟا

.

ﺔﻴﻓﺎﻘﻟاو نزﻮﻟا ﰐﺪﺣو ﻰﻠﻋ مﻮﻘﻳ مﻮﻈﻨﻣ مﻼﻛ ﻮﻫ

(2)

Syair menurut Husein dalam Muzakki (2011:46) adalah: waznifayata`allafu min ajzā`i yusyabbihu ba’ḍahā ba’ḍān fī at-ṭawili wa al-qaṣri wa al-ḥarakati/ 'syair adalah kata-kata yang bersandar kepada lafaz dan wazan, maka syair tersusun dari bagian-bagian yang serupa satu sama lainnya mengenai panjang, pendek, dan harakatnya'.

Syi’ir dalam kesusasteraan Arab terbagi menjadi tiga, yaitu al-syi’r al-malḥami, al-syi’r al-tamṡili dan al-syi’r al-ginâi.

Al-syi’r al-malami, adalah qashîdah yang berukuran sangat panjang, yang menceritakan tentang para pahlawan yang berkecimpung dalam persoalan-persoalan yang maha dahsyat serta memikul pekerjaan di luar kebiasaan manusia namun selalu bertanggung jawab. Pada dasarnya malhamah adalah kisah panjang yang menggabungkan khayalan - khayalan dengan kenyataan.

Al-syi’r al-tamili, adalah qashidah yang ukurannya sangat terbatas dan biasanya dibacakan oleh seseorang di atas panggung. Bangsa Arab baru mengenal bentuk syair ini ketika Ahmad Syauqi memperkenalkannya di atas panggung lewat karyanya berjudul Laila Majnun. Al-syi’r al-ginâi, adalah bentuk puisi yang tidak terlalu panjang dan pendek atau potongan-potongan. Biasanya dipakai untuk nyanyian dan berlaku di semua negara. (Sofyan, 2004:25-26)

Berdasarkan uraian di atas ini pula dapat dipahami bahwa syair adalah karya sastra yang bersifat imajinatif berdasarkan pengalaman, pikiran dan perasaan penyair yang dituangkan melalui sebuah tulisan dengan kata-kata yang indah, memiliki irama dan wazan. Penelitian ini menganalisis makna syair dari salah seorang tokoh sufi yaitu Al-Hallaj, dalam salah satu karyanya berupa diwan (antologi) syair yang dikumpulkan dalam kitab ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/. Kajian ini dibatasi hanya pada Qasida pertama dari kumpulan syair Al-Hallaj.

Objek pembahasan pada penelitian ini adalah Diwan Al Hallaj. Baalbaki

(1990:558) dalam Al-Maurid menyebutkan bahwa ﺔﱢﻳﺮﻌﺷ ﺔﻋﻮﻤﺠﻣ : ﻥﺍﻮﻳﺩ/dīwān :

(3)

kumpulan syair atau karya penyair. Adapun pengertian tentang diwan dapat dicermati sebagaimana berikut ini:

Diwan atau kumpulan puisi disusun sejak abad ke IX oleh para kritikus sastra Arab. Diwan seringkali disusun berdasarkan urutan rima/sajak, kemudian digubah sesuai tradisi kesusatraan yang dikumpulkan menjadi puisi-puisi lengkap dari penyair-penyair dan dari suku-suku Arab. Diwan dari mistikus Ibnu Mansur Al Hallaj (wafat 309/922) secara efektif sebenarnya mulai dikompilasi sejak abad XI, pada saat itu Qushayri dan Hujwiri telah melakukannya yaitu dengan upaya mempresentasikan dalam sebuah bentuk yang tidak lazim yaitu dengan menonjolkan kekuatan bentuk sastra dari “maqamat” atau “waktu” yang lahir kemudian. Massignon di dalam bukunya menjelaskan diwan adalah kumpulan ucapan Al-Hallaj yang terlahir dalam keadaan penuh cahaya, mengungkapkan pengalaman ekstase (keadaan diluar kesadaran diri), yang berasal dari keadaan kebersatuan (hulul), disebabkan oleh pengaruh keIlahian yang begitu kuat hingga akhirnya menghasilkan kefanaan. (Massignon, 2001:25)

Nasution (1983:88) dalam bukunya Falsafat dan Mistisisme dalam Islam menjelaskan bahwa hulul menurut keterangan Abu Nasr al-Tusi dalam al-Luma’ ialah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Hulul merupakan salah satu ajaran tasawuf yang dikembangkan oleh al-Hallaj.

Setelah membaca dan mencermati Kitab ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ yang menjadi objek penelitian, begitu banyak syair yang diungkapkan di sana, baik syair yang panjang (syi’r al-malḥami) maupun pendek (syi’r al-ginâi), sebagian syair dinamakan qasidah. Kitab tersebut berjumlah 45 halaman, berisi syair-syair Al Hallaj yang dikumpulkan oleh seorang orientalis Perancis bernama Louis Massignon. Jumlah syair keseluruhan dalam kitab yaitu 126 syair. Syair tersebut terbagi dalam 2 bagian, yakni:

a. Bagian pertama (ﻝﻭﻷﺍ ﻢﺴﻘﻟﺍ) memuat sajak–sajak autentik, terdiri atas

(4)

b. Bagian kedua (ﻲﻧﺎﺜﻟﺍ ﻢﺴﻘﻟﺍ) memuat sajak-sajak yang dikutip dari penyair lain, yaitu terdiri atas: ﻦﻴﻘﺑﺎﺳ ءﺍﺮﻌﺷ ﻦﻣ ﺓﺭﺎﻌﺘﺴﻣ ﺪﺋﺎﺼﻗ /qaṣā`idu musta’āratu min syu’arā`i sābiqīn/'sajak-sajak yang dikutip dari penyair-penyair sebelumnya' (8), ﻦﻴﻘﺣﻻ ءﺍﺮﻌﺷ ﻦﻣ ﺓﺭﺎﻌﺘﺴﻣ ﺪﺋﺎﺼﻗ /qaṣā`idu musta’āratu min syu’arā`i lāḥiqīn/'sajak-sajak yang diambil dari penyair-penyair sesudahnya dan sebagian bertemu dengannya/menemukan karya al-Hallaj' (5), ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻝﺎﺣ ﻥﺎﺴﻟ ﻲﻓ/fī lisāni ḥāli al-ḥallaj/'nukilan puisi lama yang menggambarkan keadaan pribadi dan jiwa Al-Hallaj' (21), dan ﺔﺳّﺮﻜﻣ ﺪﺋﺎﺼﻗ

ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﺕﻮﻤﻟ/qaṣā`idu mukarrisatu limauti al-ḥallaj/'puisi-puisi dari penyair-penyair baru (yang mengabadikan kematian Hallaj)' (5).

Begitu banyaknya syair yang akan diteliti dari diwan Al-Hallaj ini, untuk itu peneliti membuat batasan masalah dengan menganalisis satu judul saja dari kumpulan syair Al-Hallaj dari bukunya ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-huwa dīwān al -ḥallāj/, yakni syair pada bagian pertama (ﻝﻭﻷﺍ ﻢﺴﻘﻟﺍ) yaitu ﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al-`ūla/'qasida pertama'yang terdiri dari 19 baris. Peneliti memilih syair dalam qasida pertama karena merupakan pembuka dari kitab tersebut kemudian menerangkan keseluruhan isi buku dan menggambarkan ciri-ciri syair Al-Hallaj sebagai ahli tasawuf yang mengungkapkan kecintaan dan kerinduannya kepada Tuhan melalui syairnya, maka dapat dikatakan juga syair ini sebagai sebuah prolog dari Diwan al-Hallaj.

(5)

Arab khusunya syair-syair Arab. Adapun terjemahan syair peneliti ambil dari buku “Diwan Al-Hallaj” karya Louis Massignon dan merujuk juga pada kamus-kamus Arab-Indonesia.

ﺎﻘﻳﺮﻃ ﻪﻨﻋ ﲑﺒﻌﺘﻟا وﺪﻌﻳ ﻻ ﺎﻬﻨﻣ ﲎﻌﻣ ﻚﻟﺎﺒﺑ ﺮﻄﳜو ،ﱐﺎﻌﳌا ﻦﻣ رﺪﺼﻟا ﰲ لﻮﳚ ﺎﻣ ﻞﻛ

:

ثﻼﺜﻗﺮﻃ ﻦﻣ

-

ﲎﻌﳌا ﻚﻟذ ﻞﺻﻷ ﺎﻳوﺎﺴﻣ ﻆﻔﻠﻟا نﻮﻜﻳ ﺚﻴﲝ ،ﲎﻌﳌا رﺪﻗ ﻰﻠﻋ ﲑﺒﻌﺘﻟا ءﺎﺟ اذإ

-

ﻻوأ

؛

"

ةاوﺎﺴﳌا

"

ﻮﻫاﺬﻬﻓ

؛

"

بﺎﻨﻃﻹا

"

ﻮﻫ كاﺬﻓ ،ةﺪﺋﺎﻔﻟ ﲎﻌﳌا رﺪﻗ ﻰﻠﻋ ﲑﺒﻌﺘﻟا داز اذإ

-

ﺎﻴﻧﺎﺛ

."

زﺎﳚﻹا

"

ﻮﻫ ﻚﻟﺬﻓ ،ﲑﺜﻜﻟا ﲎﻌﳌا رﺪﻗ ﻰﻠﻋ ﲑﺒﻌﺘﻟا ﺺﻘﻧ اذإ

-

ﺎﺜﻟﺎﺛ

،ﻲﴰﺎﳍا

)

١٩٦٠:٢٢١

(

/kullu mā yajūlū fī aṣ-ṣadri min al-ma’ānī, wa yakhṭaru bibālika ma’nā minhā lā ya’udū at-ta’bīru ’anhu ṭarīqan min ṭaraqi ṡalaṡin: awwalan- iżā jā`a at-ta’bīra ’alā qadri al-ma’na, biḥaiṡu yakūnu al-lafẓi musāwiyan li`aṣali żalika al-ma’nā -fahażā huwa “al-musāwātu”; ṡāniyan- iżā zāda at-ta’bīra ’alā qadri al-ma’na lifā`idati, fażāka huwa “al-iṭnābu”; ṡāliṡan- iżā naqaṣa at-ta’bīra ’alā qadri al-ma’na al-kaṡīri, fażālika huwa “al-ījāzu”/'Segala makna yang berputar dalam dada, dan terlintas satu makna daripadanya, maka menyatakan satu makna itu tidak akan lepas dari salah satu dari tiga macam cara, yaitu:

1. Apabila pernyataan sesuai dengan kadar makna, yaitu sekiranya lafaz yang diucapkan menyamai pokok makna, maka yang demikian itu dinamakan “Musawah”;

2. Apabila pernyataan melebihi kadar makna, maka disebut “Iṭnab”;

3. Apabila pernyataan dikurangi dari kadar makna, maka yang demikian disebut “Ijaz”'. (Al-Hasyimi, 1994:289)

Interpretasi atau penafsiran karya sastra merupakan penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi juga menerangkan apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri. (Sigalingging, 2013:84)

(6)

isi atau tema dan amanatnya, maupun struktur yang membentuknya. Interpretasi di sini ditujukan untuk menganalisis makna syair.

Hal di atas berkaitan erat dengan apa yang dikemukakan oleh Muzakki berikut ini:

Menurut Muzakki (2011:51) struktur syair/puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur, yaitu: surface structure (struktur luar/fisik) dan deep structure (struktur dalam/batin). Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk, yang terdiri dari pilihan kata (diksi), struktur bunyi, penempatan kata dalam kalimat, penyusunan kalimat, penyusunan bait dan tipografi (irama). Sedangkan unsur dalam berkaitan dengan isi, tema, pesan atau makna yang tersirat dibalik struktur luar.

Jika ditinjau dari pembahasan secara umum, tidak terdapat struktur syair secara khusus dalam menjelaskan syair Arab, berbeda dengan struktur puisi dalam bahasa Indonesia. Jadi dalam hal ini peneliti memusatkan penelitian kepada penyusunan kalimat yang termasuk dalam struktur luar sesuai dengan penjelasan di atas, berpadanan dengan pembahasan sastra Arab yang merujuk kepada bentuk ijaz, itnab dan musawah dalam teori Balaghah.

Peneliti memilih judu l “Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab

ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/” dikarenakan ketertarikan peneliti dengan karya syair Al-Hallaj yang mengungkapkan kekhasan spiritual, yang begitu kental dengan unsur ketuhanan, spontan, tajam dan sekaligus teramat pelik (menyangkut pengalaman mistik atau ekstase), sehingga peneliti tertarik kembali untuk meneliti makna syair tersebut dengan menganalisis struktur syair dan interpretasi maknanya.

(7)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur syair Al-Hallaj dalam kitab ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"

ﺝّﻼﺤﻟﺍ/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada ﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al -`ūla/ 'qasida pertama'?

2. Bagaimana interpretasi makna dari syair Al-Hallaj dalam kitab "ﻮﻫ ﻮﻫ"

ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ padaﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al -`ūla/'qasida pertama'?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengungkap struktur syair Al-Hallaj dalam kitab ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"

ﺝّﻼﺤﻟﺍ/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada ﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al -`ūla/ 'qasida pertama'.

2. Mengungkap interpretasi makna dari syair Al-Hallaj dalam kitab ﻮﻫ"

ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ pada ﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al-`ūla/'qasida pertama'.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang juga ingin membahas syair Al-Hallaj, serta menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai syair-syair Al-Hallaj.

2. Untuk menambah referensi khazanah keilmuan jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk interpretasi makna syair dari karya sastra sufi.

(8)

1.5.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah buku-buku rujukan di perpustakaan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif.

Sumber data yang diambil dalam penelitian ini berupa syair-syair

berbahasa Arab dalam sebuah kitab berjudul ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-huwa dīwān al-ḥallāj/ karya seorang tokoh sufi fenomenal bernama Al-Hallaj, syair-syair tersebut dikumpulkan oleh seorang orientalis asing bernama Louis Massignon dengan judul ‘Le Diwan D’ Al Hallaj’ yang berbahasa Perancis, kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa Indonesia dengan judul ‘Diwan Al-Hallaj’. Setelah diteliti ada beberapa bagian terjemahan ini yang harus dicermati lebih dalam.

Penelitian ini menggunakan teori Balaghah dari Ali Jarim dan Mustafa Amin dalam menganalisis makna syair Al-Hallaj, karena peneliti melihat bahwa ilmu Balaghah merupakan teori yang tepat dalam membedah syair Arab (khususnya syair al-Hallaj) sehingga didapatkan pemaknaan syair secara menyeluruh.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti adalah:

1. Mencari syair-syair Al- Hallaj, kemudian membaca berulang-ulang syair tersebut, lalu menterjemahkannya untuk memahaminya secara keseluruhan. 2. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan syair tersebut berdasarkan butir

masalah.

3. Menganalisis makna syair sehingga terjalin kesatuan antar struktur yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan penelitian yang bersifat deskriptif.

4. Menganalisis syair dilakukan dengan teknik catat. Syair – syair dikaji berdasar-kan teori Balaghah kemudian mencatatnya sehingga dapat diketahui hasil analisis syair tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Janganlah kita menjadi orang yg egois hanya maudimengerti, tapi tidak mau mengerti.Janganlah memintasegala sesuatu yang sempurna jika diri kita belum pernahmenjadi sempurna untuk

Dari analisa uji coba penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Aplikasi dapat melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak dari usia nol

Pembelajaran melalui media maya atau lebih dikenal sebagai e-learning, sekarang bukan menjadi barang yang mewah lagi, karena sekarang kita pengguna internet sudah

"Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Rasio Pasar, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Subsektor Perkebunan Yang Terdaftar Di

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Pembelajaran Koperatif Tipe Numbered Heads Together di Kelas IV SDN 2 Inpres

Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan di- terima. Dimana semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh

Dengan demikian model regresi ini sudah layak dan benar serta dapat disimpulkan bahwa variabel pengaruh Disiplin, Profesionalisme, Karakteristik secara simultan

anggota dan bukan anggota h1mpunan. Anggota himpunan adalah anggota dan sebuah himpunan J..lasJJ.. yang terdapat pada semesta pembicaraan, sedangkan buJ..an anggota