• Tidak ada hasil yang ditemukan

Comparative Advantage Indonesia Dalam Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Comparative Advantage Indonesia Dalam Pe"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

“Comparative Advantage Indonesia Dalam Pemberian Subsidi Mengenai Ekspor Udang Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 2012-2013”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Bisnis Internasional

Disusun Oleh:

FATHURRAHMAN NIM.1402045164

GESNA AMARILA NIM.1402045155

JESSICA S. DEBORA NIM.1302045236

LILI CERMITA NIM.1202045136

MUHAMMAD IMANSYAH NIM.1302045202

NUR MAYDA RUSMIANTI NIM.1402045126 RICARDO CORNELIO T NIM.1302045206 RIDEKA NUSWANTARI NIM.1402045166 RIZKY RACHAMDIANI NIM.1402045141 ROBBYANSYAH NIM.1402045137 SUSI IRMAYANTI NIM.1402045073

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

(2)

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar 2/3 wilayah negara ini berupa lautan. Dengan cakupan wilayah laut yang begitu luas, maka Indonesia pun diakui secara internasional sebagai Negara Maritim. Hal itu ditetapkan dalam UNCLOS (United Convention on the Law of the Sea) 1982 yang memberikan kewenangan dan memperluas wilayah laut Indonesia dengan segala ketetapan yang mengikutinya.

Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization) di tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-tiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Hasil produksi perikanan tersebut telah menembus pasar internasional ke berbagai Negara tujuan, salah satunya Amerika Serikat. Amerika Serikat (AS) merupakan negara konsumen terbesar di dunia dengan nilai sebesar US $11,2 triliun pada tahun 2012.

Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu mitra dagang strategis, dimana Indonesia mengekspor dengan nilai US $901 juta. Salah satu hasil laut yang berhasil diekspor ke AS adalah udang. Produksi udang adalah salah satu hasil laut Indonesia yang diunggulkan. Jenis-jenis udang yang dihasilkan oleh Indonesia diantaranya udang putih (Banana Prawn, Penaeus merguiensis, penaeus indicus), udang dodol (Metapenaeus Shrimps, Metapeneus spp), dan udang windu (Giant tiger prawn, Penaeus monodon, penaeus semisulcatus). Jenis udang yang dieskpor ke AS adalah jenis udang vanamme dan dipasarkan dalam bentuk udang beku (frozen shrimp).

Dengan berbagai potensi yang dimiliki Indonesia dari sumber daya alamya, dalam hal ini adalah udang, maka Indonesia lebih menekankan ekspor udang ke AS dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat AS dimana dalam sektor non-migas AS merupakan negara dengan jumlah konsumen udang terbesar. Namun, upaya Indonesia untuk melakukan ekspor tidaklah mudah karena Indonesia menghadapi berbagai kendala yang mengakibatkan Indonesia terlibat sengketa dagang dengan AS tahun 2012. Sengketa perdagangan udang Indonesia ke AS, berupa tudingan dari pihak AS bahwa Indonesia telah memberikan subsidi terhadap udang beku yang diekspor ke AS sehingga membuat produk udang Indonesia jauh lebih murah dibandingkan udang domestik AS. Pihak AS merasa tidak mendapatkan keadilan dalam perdagangan udang tersebut karena bisa mengancam industri udang domestiknya. Pihak yang melakukan protes tersebut ialah para produsen udang domestik AS yang tergabung dalam Coalition of Gulf Shrimp Industries (COGSI) dan menuding Indonesia dalam hal ini para eksportir udang diantaranya adalah PT. Central Pertiwi Bahari dan PT. First Marine Seafoods.

(3)

disebabkan pemerintah AS telah memutuskan untuk memberi batasan serta larangan menangkap ikan di beberapa lokasi penangkapan komersil karena telah melewati batasan overfishing. Akhirnya, pihak AS perlu mendapatkan bantuan untuk memasok komoditas laut dengan cara alternatif salah satunya melalui kebijakan impor.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, bahwa menjadi sangat penting kami mengangkat permasalahan sengketa dagang antara Indonesia dengan AS ini, sehingga kami mencoba menguraikan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan kerangka konseptual Comparative Advantage Theory dalam memahami permasalahan ini.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan permasalahan yaitu:

1. Mengapa sengketa dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam hal ekspor udang dapat terjadi?

2. Bagaimana peran kedua negara dalam menyelesaikan sengketa dagang yang terjadi?

TUJUAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Bisnis Internasional dan memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada mahasiswa ilmu hubungan internasional mengenai Sengketa Dagang Indonesia dan Amerika Serikat dalam Ekspor Udang ke Amerika Serikat Tahun 2012-2013.

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual yang kami gunakan dalam penulisan ini ialah dengan menggunakan Comparative Advantage Theory. Penggagas teori ini ialah David Ricardo (1772-1823) yaitu seorang pakar ekonomi politik di Inggris. Ia merupakan salah seorang pemikir klasik yang paling berpengaruh, bersama dengan Thomas Maltus, Adam Smith, dan John Stuart Mill. Pada masanya pemikiran David Ricardo tentang keunggulan komparatif dan teori nilai sangat terkenal. Teori keunggulan komparatif ini menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi apabila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif ini akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dari negara lainnya.

(4)

mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Keunggulan komparatif berkaitan dengan berapa banyak biaya efisien dari suatu negara.

PEMBAHASAN

Sengketa Dagang Antara Indonesia dengan Amerika Serikat dalam Ekspor Udang ke Amerika Serikat

Banyaknya produk impor komoditas udang dari berbagai negara yang masuk ke AS membuat pengusaha dan nelayan AS tidak mampu berkompetisi dengan produk impor udang dari negara lain yang memiliki harga lebih murah. Pengusaha dan nelayan AS membuat suatu koalisi yang bernama Coalition of Gulf Shrimp Industries (COGSI). COGSI menuding bahwa terdapat tujuh negara yang melakukan teknik perdagangan tidak adil (Unfair Trade) dengan menerapkan subsidi bagi produksi komoditas udang di negara masing-masing.

Berdasarkan tudingan itulah, COGSI mengajukan petisi kepada pemerintah AS tanggal 28 Desember 2012 untuk mengenakan Countervailing Duties (CVD) atas impor Frozen Warmwater Shrimp atau udang beku yang dianggap mengandung subsidi dari tujuh negara yaitu China, Ekuador, India, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Tudingan yang ditujukan berupa pemberian kredit ekspor, asuransi ekspor, insentif pajak, dan bea masuk atas barang modal yang digunakan untuk ekspor ke AS, serta Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas barang modal yang digunakan untuk ekspor.

Petisi yang diajukan oleh COGSI diperiksa kelayakannya oleh otoritas AS yaitu Komisi Perdagangan Internasional AS (US-ITC) dan Departemen Perdagangan AS (US-DOC). Pada 7 Februari 2013, US-ITC melalui voting menetapkan bahwa terdapat indikasi jika industri domestik AS mengalami kerugian akibat adanya impor udang yang diduga memiliki subsidi dari negara-negara eksportir. Sejak Januari, US-ITC memulai investigasi lanjutan (akhir) mengenai kerugian ekonomi yang dialami industri udang dalam negeri AS. Khusus untuk Indonesia, pemerintah Indonesia dituduh telah mengalokasikan subsidi pada sektor perikanan sebesar US$ 3 miliar selama lima tahun untuk meningkatkan target produksi udang 18-19% per tahun dari 2010-2013.

Comparative Advantage Theory dalam Sengketa Dagang Indonesia-AS terkait Ekspor Udang Indonesia ke Amerika Serikat

(5)

Dalam kasus sengketa dagang Indonesia-AS terkait ekspor udang, maka dapat dikatakan bahwa teori keunggulan komparatif menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengekspor produksi udang yang relatif lebih efisien karena kemampuannya yang menghasilkan udang lebih banyak dan murah, maka dapat dikatakan Indonesia lebih unggul dibanding AS yang memproduksi udang dengan kurang efisien (biaya produksi lebih mahal), sehingga harga udang AS di pasar juga cenderung tinggi dibandingkan udang Indonesia (udang Indonesia 25 ribu rupiah atau berkisar US$ 2 sedangkan udang AS US$ 8 atau berkisar 104 ribu rupiah).

Dari teori ini, dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki spesialisasi terhadap produksi udang yang dimilikinya. Spesialisasi ini berupa beberapa keunggulan meliputi harga yang lebih murah (lebih unggul), memiliki keunggulan tenaga kerja karena buruh Indonesia lebih murah sehingga dapat menekan biaya produksi dan menambah jumlah SDM dibanding AS, memiliki keunggulan dalam bidang transportasi ke tempat tujuan karena Indonesia menjadi salah satu jalur perdagangan bagi AS dan sebaliknya, dan memiliki keunggulan dalam bidang produksi udang yang lebih cepat secara alami karena potensi wilayah Indonesia yang strategis di sektor kemaritiman.

Potensi Kemaritiman Indonesia dalam Menunjang Ekspor Udang Indonesia ke Amerika Serikat

Fakta bahwa potensi kemaritiman yang dimiliki Indonesia sudah cukup besar untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga Indonesia dapat mengekspor hasil produksi laut khususnya udang ke negara lain. Target pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP) meningkatkan produksi udang tangkap sebesar 5,44 juta ton dan produksi udang budi daya sebesar 9,42 juta ton. Hal ini dapat membuktikan bahwa banyaknya udang yang diproduksi Indonesia kebanyakan melalui cara budi daya, sehingga menentukan juga harga yang dipasarkan ke Amerika Serikat.

(6)

provinsi antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, Sumatera

Utara dan Lampung.

Peran Negara dalam Penyelesaian Sengketa Dagang Indonesia-AS terkait Ekspor Udang Indonesia ke Amerika Serikat

Sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu yang bertentangan dengan komitmen di WTO (World Trade Organization) atau mengambil kebijakan kemudian merugikan negara lain. Namun, sebelum sengketa tersebut diserahkan kepada WTO dan terbentuk panel, negara-negara yang bersangkutan diharapkan melakukan perundingan dan menyelesaikan masalah mereka sendiri. Oleh karena itu, tahap pertama yang dilakukan adalah konsultasi antar pemerintah yang terlibat dalam suatu kasus sebelum ke tahap penyelesaian melalui WTO.

Dalam kasus sengketa yang terjadi antara Indonesia dan AS, penyelesaian sengketa yang dilakukan kedua negara adalah secara bilateral. Kasus ini belum sampai ke tahap penyelesaian oleh Badan Penyelesaian Sengketa WTO. Sengketa dagang ini masih bisa diselesaikan secara bilateral. Dalam aturan subsidi oleh WTO, setiap negara termasuk Indonesia berhak melakukan tuduhan, baik itu subsidi, maupun dumping dan safeguard kepada negara atau pengusaha pengekspor. Namun, pasa XXII dalam GATT Agreement menghendaki para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka melalui konsultasi secara bilateral. Mereka diisyaratkan untuk memberikan ‘pertimbangan simpatik’ (sympathetic consideration) terhadap setiap sengketa mengenai segala hal yang menyangkut pelaksanaan GATT.

Dari tuduhan yang dilakukan oleh pihak AS kepada pemerintah Indonesia melalui investigasi dan upaya diplomasi perdagangan, akhirnya Indonesia berhasil membuktikan bahwa produk udangnya bebas dari tuduhan subsidi tersebut. US Department of Commerce (US-DOC), pada tanggal 13 Agustus 2013 telah mengumumkan hasil final determination untuk CVD udang dari 7 negara. Final determination tersebut menunjukkan hasil negatif CVD terhadap impor udang hasil Indonesia, dimana aturan final subsidy rate dikenakan di bawah 2% terhadap PT. Central Pertiwi Bahari dan PT. First Marine Seafoods, masing-masing sebesar 0,23% dan 0,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia berhasil menjalankan diplomasi perdagangannya secara konsisten melalui 3 pendekatan, yaitu pendekatan teknis/substantif, pendekatan politis, dan tekanan diplomatis.

(7)

Tuduhan oleh pihak AS dalam hal ini ialah para pengusaha dan nelayan yang tergabung di COGSI merupakan usaha mereka untuk memproteksi pengusaha lokal dalam negeri mereka. Namun, berdasarkan Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage Theory), menunjukkan bahwa Indonesia memiliki spesialisasi produk udang yang lebih unggul dibanding AS dalam beberapa hal yaitu keunggulan harga, tenaga kerja, transportasi, dan sumber daya alam. Hal ini didukung dengan potensi kemaritiman Indonesia yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga upaya Indonesia untuk ekspor udang ke Amerika Serikat dapat direalisasikan dengan baik.

Penyelesaian sengketa dagang yang terjadi antara Indonesia dan Amerika Serikat dilakukan secara bilateral dengan mengedepankan peran kedua negara. Dalam hal ini, Indonesia memenangkan sengketa tersebut melalui beberapa upaya diantaranya dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu secara teknis, politis, dan diplomatis.

REFERENSI

Comparative Advantage Theory, dalam http://www.economicshelp.org diakses pada 09 Oktober 2016 pukul 21.20 WITA

Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013, ‘AS Mulai Penyelidikan Anti Subsidi Produk Certain Frozen Warmwater Shrimp Indonesia, terdapat pada http://www.kemendag.go.id diakses pada 09 Oktober pukul 17.50 WITA

Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, 2013, ‘Keberhasilan Diplomasi Perdagangan RI: Indonesia Buktikan Tuduhan Subsidi Udang Indonesia Tidak Berdasar, Akses Pasar Produk Udang RI ke AS Tidak Terganggu’, terdapat pada http://www.embassyofindonesia.org diakses pada 10 Oktober 00.25 WITA

Pingit Aria. ‘Dino Patti Djalal Bantah Ada Subsidi Ekspor Udang’ dalam http://www.republika.co.id diakses pada 09 Oktober 22.45 WITA

Rahman, M. Kharif, ‘Persengketaan Perdagangan Antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam Ekspor Udang ke Amerika Serikat Tahun 2010-2013’,

Document Publications. Diunduh melalui situs

Referensi

Dokumen terkait

Setelah seluruh sampel telah di sintesa dengan metode mechanical alloying, dilakukan pengujian XRD yang bertujuan untuk mengetahui fasa yang terbentuk

Sedangkan, usaha yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Muara Pinang , melalui: (1) memberikan keteladanan dalam hal kehadiran dengan selalu berusaha untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mencari nilai siswa sebelum menggunakan permainan Chinese Whispers (2) Mencari nilai siswa sesudah menggunakan permainan

Dari hasil penelitian ini, penulis berasumsi bahwa perlunya dilakukan pendekatan psikologis kepada pasien hipertensi agar mereka mampu mengembangkan potensi yang ada di

Penerapan Metode Crank-Nicholson pada kasus adveksi-difusi 2D untuk proses sesaat dan kontinu dengan variasi nilai kecepatan dan koefisien difusi untuk waktu simulasi

Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di 11 stasiun transek per manen menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di 8 stasiun transek per manen tersebut masuk dalam

Dalam diploma yang dikeluarkan oleh pemerintah Prancis untuk menilai kemampuan bahasa Prancis seseorang yaitu DELF (Diplôme d’Etude de Langue Française) dan DALF

Setelah melakukan pemilihan gambar, editing gambar menggunakan software adobe photoshop dengan menggunakan elemen pada desain visual, maka penulis mendapatkan desain