Budaya Merokok Pada Mahasiswa di Era Kapitalisasi
(Kajian Prespektif Psikoanalisis Perokok Aktif dalam Iklan HimbauanDampak Rokok di Lingkungan Kampus
)
Dian Nurdiansyah
Fisipol Universitas Jenderal Soedirman Prodi Magister Ilmu Komunikasi,
Diannurdiansyah53@gmail.com
Abstract
The age of globalization is having a huge impact on change in all areas, including
the mass media. Advertising in the current era often focuses on creativity in the
design of visual forms and the variety of news content from newspaper
advertisements and electronic media. Advertising is part of the communication
media, which are still favored by the general public. Public service advertising is a
form of appreciation from stakeholders in the service of the community to create
public satisfaction.
Smokers in the age of globalization are unusual behaviors for them, they assume
that smoking is commonplace. In this study, the authors use a qualitative method
approach that at least gives the author the ability to find the right data to
understand the meaning of messages - messages to be conveyed to the audience.
And add an approach with an understanding of the theory of psychoanalysis as a
data analysis blade. In terms of psychoanalysis, which the author uses as the
analytical blade of this study, the fact that an individual is driven to risky actions
can be seen in the three main characteristics of the personality that are in the
psychoanalytic theory of id, ego, superego.
Keywords : Public Service Advertising, Smoking Culture, Qualitative Methods,
Pendahuluan
Kapitalisasi, globalisasi, Negara dunia ketiga atau negara berkembang, merupakan
salah satu faktor dari adanya arus perubahan perilaku individu manusia yang
sangat pesat dalam kehidupan bermasyarakat pada masa kini. Bukan hanya
masyarakat saja yang mengalami perubahan yang cepat, akan tetapi banyak
perusahaan – perusahaan pelaku bisnis merevitalisasi beragam sistem perusahaan guna mencapai suatu modernisasi agar tidak ketinggalan zaman,
oleh karena itu banyak dari perusahaan mengingingkan pegawai
menyesuaikan diri dengan adanya perubahan tersebut.
Salah satu yang melakukan perombakan besar – besaran adalah perusahaan - perusahaan yang bergerak di bidang usaha atau bisnis tembakau, mereka
hampir semua merevitalisasi sistem perusahaannya, mulai dari rekrutmen
pegawai, sampai pada pengadaan barang yang harus standar tinggi guna
mencapai suatu daya beli tinggi yang tersebar di masyarakat pada nantinya.
Pembuatan beragam macam iklan yang menarik dan menantang selalu
disajikan oleh perusahaan – perusahaan tembakau. Hal ini sangat berdampak pada sikologis para penonton yang menyasikan langsung iklan – iklan tersebut. Seperti iklan dengan tagline atau jargon iklan tersebut “My Life My Adventure”, Pria Punya Selera, Talk less do more, merupakan strategi para perusahaan - perusahaan rokok agar masyarakat tertarik untuk membeli
produk – produk yang telah mereka ciptakan. Serta untuk melariskan pasar mereka terkadang menjual dengan harga yang masih relatif mampu dibeli
oleh masyarakat kita secara bebas di pasaran. Secara umum satu batang
rokok mengandung banyak sekali zat – zat kimia yang sangat berbahaya untuk tubuh manusia. Dikutip dari salah satu jurnal kesehatan “perilaku merokok mahasiswi di kota makasar” (Tarupay,A,2013:hal 2) menuturkan bahwa rokok merupakan barang berbahaya karena setiap batang rokok berisi 4000
bahan kimia diantaranya : karsinogenik, tar, karbonmonoksida, sianida, formalin,
yang mengandung beragam zat kimia di dalamnya seringkali menjadi sesuatu
dampak negatif bagi kesehatan manusia. Secara biologis, tubuh manusia yang
memiliki kebiasaan merokok dalam jangka pedek yaitu dapat menimbulkan
batuk-batuk, mudah lelah, nafas pendek, serta kurangnya kemampuan mencium
bau dan mengecap rasa. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi
adalah kanker (bibir, lidah, kerongkongan dan paru-paru), gangguan pernafasan,
TBC, jantung, hipertensi, osteoporosis, gangguan ginjal, gangguan kesuburan,
kulit keriput dan lain-lain.
Pemerintah melihat pada kondisi sekarang sebagian besar masyarakat yang
tergabung diberbagai kelompok usia mulai dari usia remaja, dewasa, dan lanjut
usia memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi rokok secara bebas dan
banyak sekali mereka merokok di tempat terbuka atau umum, dimana
sebenarnya hal itu dapat merusak kesehatan orang lain dan tentunya
menganggu keharmonisan bermasyarakat dan proses interaksi antar individu
yang berujung pada konflik. Langkah pemerintah dalam menanggulangi
permasalahan mengenai kebiasaan orang Indonesia merokok diberbagai usia
yaitu membuat iklan layanan masyarakat melalui kerjasama antar kementrian
(kementrian kesehatan, kementrian komunikasi dan informasi) dan juga
pengawasan melalui KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Yang menjadi suatu
pertanyaan adalah apakah iklan layanan masyarakat tersebut sudah efektif?.
Penelitian dengan metode kualitatif setidaknya dapat menjadi pilihan bagi
penulis dalam mendeskripsikan pesan dan makna yang ada dalam iklan
layanan masyarakat tersebut dan mengambil salah satu teori Sigmund Freud
yaitu teori psikoanalisis.
Sigmund Freud merupakan filsuf psikologi asal Austria yang pertama kali
mengenalkan teori psikoanalisis sebagai khasanah ilmu pengetahuan. Banyak
para pakar ilmu komunikasi menggunakan atau mengimplementasikan teori
psikoanalis untuk menafsirkan pesan dan makna. Penelitian ini merupakan
media komunikasi yaitu suatu iklan layanan masyarakat mengenai dampak
bahaya rokok. Penulis melihat dengan adanya iklan layanan masyarakat
mengenai dampak rokok akan menimbulkan suatu pergeseran sikap dari para
audiens/masyarakat yang menonton iklan layanan masyarakat tersebut, oleh
karena itu penulis tertarik untuk meneliti beberapa sisi dari iklan layanan
masyarakat tersebut menggunakan pendekatan teori psikoanalisis Sigmund Freud
yang dilihat dari Id, Ego, dan Superego, sehingga peneliti mengambil judul penelitian ini dengan “Budaya Merokok Pada Mahasiswa di Era Kapitalisasi (Kajian Prespektif Psikoanalisis Perokok Aktif dalam Iklan Himbauan Dampak Rokok)”, dimana rokok merupakan suatu hal yang tak tabu di kehidupan bermasyarakat khususnya di Indonesia, sehingga menjadi suatu kebiasaan
pemikiran tradisional masyarakat, yaitu dengan merokok mereka yakini dapat
menghilangkan penat dan stress. Berdasarkan temuan tersebut peneliti dapat
merangkaikan suatu permasalahan mengenai bagaimana prespektif sikologis
perokok aktif melihat iklan himbauan dampak dari rokok ?
Tinjauan Pustaka
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikoanalisis merupakan teori yang ditemukan pertama kali oleh Sigmund
Freud, salah satu filsuf asal Austria. Pada tahun 1923 Freud membedakan
pemahaman teori psikoanalisis milik dia menjadi tiga pengertian. Pertama,
istilah psikoanalisis dipakai untuk menunjukan suatu metode penelitian
terhadap proses – proses psikis (dalam mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian secara ilmiah. Kedua, Psikoanalisis merupakan
istilah yang menunjukan bahwa psikoanalisis merupakan suatu teknik untuk
mengobati gangguan – gangguan psikis yang dialami oleh pasien neurosis, dan ketiga psikoanlisis merupakan pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui
psikoanalisis terdapat pemahaman mengenai teori psikologi analitis dan
psikologi individual, yang diciptakan oleh Carl Gustav Jung dan Alfred Adler.
Dalam revisi Sigmund Freud mengenai teori psikoanalisis, dia mengungkapkan
bahwa dalam struktur kepribadian seorang manusia dibentuk dari tiga aspek
besar kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego.
Id dalam teori psikoanalisis freudian (Bertens, 200:hal 32) merupakan lapisan
psikis yang paling mendasar dan merupakan kawasan di mana naluri bawaan
dan keinginan yang direpresi. Dalam kepribadian seorang manusia memiliki
sistem agresif, dimana sistem kerjanya bertujuan pada prinsip kesenangan.
Dalam Id tidak dikenal urutan menurut waktu sehingga hukum – hukum logika tidak berlaku bagi Id.
Ego adalah bagian dari kepribadian manusia yang terbentuk dengan
diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar, khususnya orang di
sekitanya seperti orang tua, teman, kerabat, kakak adik. Sehingga ego memiliki
sifat sadar seperti halnya terdapat persepsi lahiriah, persepsi batin, proses – proses intelektual. Kepribadian yang bersifat dalam diri manusia memiliki
tugas sebagai pelaksana, sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai
realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan – dorongan Id agar tidak terjadi suatu kesalahan yang berakibat adanya
gangguan dalam diri manusia tersebut.
Super Ego (Syam,2016:53), terbentuk melalui proses internalisasi, artinya
larangan – larangan atau perintah – perintah yang berasal dari luar diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam kepribadian
manusia itu sendiri. Superego merupaka dasar hati nurani moral pada diri
seseorang, oleh karenanya peran Superego seringkali menyatakan diri dalam
konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi – emosi seperti rasa menyesal, rasa bersalah, rasa sedih, dan lain sebagainya. Super Ego adalah
bagian moral dari kepribadian manusia, oleh karenanya super ego merupakan
sensor baik atau buruk, salah-benar, boleh atau tidak boleh, sesuatu yang
terjadi karena adanya dorongan dari ego yang dimiliki oleh seorang manusia.
Iklan Layanan Masyarakat
Iklan adalah bagian dari media komunikasi yang hingga kini masih
disenangi oleh masyarakat luas. Iklan memiliki tujuan utama yaitu
menyampaikan salah satu pesan yang ditujukan untuk audiens, dimana
audiens harus dapat dengan cepat memahami pesan yang disampaikan dalam
suatu iklan, baik itu iklan dalam media cetak maupun media elektronik. Era
globalisasi ini budaya dalam beriklanan acap kali menitik beratkan pada suatu
kreativitas dalam perancangan bentuk visual serta keberagaman isi pesan yang
disampaikan oleh iklan-iklan surat kabar dan media elektronik. Di Indonesia hal
tersebut sudah dilakukan sejak akhir abad ke-19 yang disebabkan karena
adanya faktor-faktor dari luar dan dari dalam industri pers maupun periklanan itu
sendiri. Faktor Eksternal disebabkan : Pertama adalah terbukanya peluang
investasi modal swasta secara langsung dalam bidang industri dan perdagangan di
jawa.
Kebijaksanaan politik Liberalisasi perekonomian dari pemerintah jajahan telah
menyebabkan arus migrasi yang cukup besar dari warga kulit putih Eropa untuk
tinggal menetap di kota-kota besar di pulau Jawa. Menetapnya masyarakat kaum
pengusaha dan profesional kulit putih sebagai lapis atas pada masyarakat jajahan
di Jawa, telah membawa gaya hidup, sistem nilai, serta kebudayaan baru dari
barat yang disebut dengan kebudayaan modern, kemudian faktor kedua, pesatnya
pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi semakin memicu basarnya arus
penawaran aneka produk manufaktur atau komoditas industri dan jasa-jasa
modern bagi masyarakat konsumennya di pulau Jawa. Pertumbuhan
perekonomian telah menambah pendapatan perkapita bagi lapisan masyarakat
terpelajar maupun pekerja yang terserap dalam kegiatan industri sehingga
memungkinkan terbentuknya suatu masyarakat konsumen yang menjadi pasar
kemudian faktor ketiga, kebijaksanaan politik etis oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan diselenggarakannya pendidikan modern Barat bagi kalangan
masyarakat pribumi telah melahirkan suatu lapisan sosial baru dalam masyarakat
di Jawa. Muncullah golongan menengah baru terpelajar dari kalangan masyarakat
pribumi yaitu golongan priyayi terpelajar, priyayi profesional, serta priyayi
birokrasi yang banyak terserap dan banyak berperan dalam biriokrasi pemerintah
jajahan Hindia Belanda serta sektor swasta industri dan perdagangan modern di
perkotaan. Faktor keempat, berkembangnya kota pelabuhan lama dan
kota-kota pusat pemerintahan kerajaan tradisional di Jawa menjadi pusat kegiatan
industri dan perdagangan modern, seperti Batavia, Semarang, Surabaya, Bandung,
Yogyakarta, dan Surakarta. Faktor kelima, perkembangan industri dan
perdagangan modern telah melahirkan sistem transportasi dan komunikasi modern
di perkotaan Jawa. Sarana transportasi modern seperti kereta api, kapal mesin,
mobil dan sepeda ataupun sarana komunikasi modern sperti radio, telepon,
telegraf, surat kabar, dan majalah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari golongan masyarakat menengah ke atas di kota-kota besar
jawa.
Faktor-faktor dari dalam (faktor internal) yang berpengaruh terhadap terhadap
bentuk dan isi iklan surat kabar adalah pertama, semakin pesatnya perkembangan
industri penerbitan surat kabar dan percetakan yang didukung teknologi
reproduksi modern untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan informasi bagi
masyarakat terpelajar dari kota-kota besar di Jawa. Kedua, besarnya arus
penawaran produk-produk industri dan jasa modern bagi masyarakat konsumen di
kota-kota besar di Jawa yang semakin heterogen berakibat semakin ketatnya
kompetisi pasar, sehingga memerlukan jasa profesional komunikator untuk
memasarkan produk-produk jasa industri dan jasa tersebut melalui media yang
dipilih secara selektif dan efektif. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang
diciptakan langsung oleh pihak lembaga yang berwenang di pemerintahan
guna menciptakan kesadaran tinggi dari masyarkat dalam memahami
Budaya
Budaya berasal dari kata Cultura (Latin) la culture (Prancis), yang dapat
diartikan sebagai hasil proses interaksi antar intelektual pada diri manusia,
budaya adalah suatu konsep yang mencakup berbagai komponen yang
dipergunakan oleh individu manusia untuk mememnuhi kebutuhan dan
kepentingan hidupnya sehari – hari. Sedangkan dalam bahasa sanskerta kata budaya (Buddhayah) memiliki arti akal budi, terdiri dari kognitif, afektif,
psikomotorik. Sedangkan Raymond Williams dari Cultural Studies Inggris
pada tahun 1921 (Purwasito,200:136) mendefinisikan budaya mencakup
organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga, yang mengekspresikan
atau mengatur hubungan sosial, bentuk – bentuk berkomunikasi khas pada setiap anggota masyarakat.
Manusia pada prinsipnya memiliki suatu keinginan dalam mencapai
kepuasan dalam kehidupannya, dengan cara memenuhi kebutuhan dasar
mereka, seperti halnya: papan, sandang, dan pangan, serta manusia
membutuhkan kebebasan untuk mengatur alur hidupnya dalam mencari suatu
kesenangan agar mereka dapat menghibur diri dan hal tersebut merupakan
bagian dari adanya unsur sikologis mereka.
Hasil dan Pembahasan
Pembuatan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya rokok bagi kehidupan
manusia merupakan bagian dari tugas utama lembaga pemerintahan untuk
menekan kesedaran bermasyarakat akan bahaya rokok bagi kehidupan dia.
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa rokok mengandung beragam
zat kimia berbahaya bagi tubuh manusia. Peran Iklan adalah sebagai
mediator untuk mengkomunikasikan secara tidak langsung mengenai
beberapa pesan yang harus sampai kepada audiens.
Pemilihan metode penelitian secara kualitatif merupakan pilihan dari peneliti
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa penelitian dengan menggunakan
metode kualitatif untuk mendapatkan data. Penelitian yang bersifat kualitatif
adalah pendekatan yang bertumpu pada pemahaman penulis sebagai
interpreter. Selain itu penulis menggunakan psikoanalisis sebagai pisau analisis
terhadap media iklan layanan bahaya rokok tersebut.
Berikut beberapa adegan yang penulis ambil dari video iklan layanan
masyarakat yang pernah ditayangkan di stasiun televisi nasional, yang
diambil penulis sebagai bagian dari penelitian ini, adegan tersebut dimasukan
dalam scene sebagai berikut :
Diambil dari ILM DEP.KEMENKES RI bekerja sama dengan GERMAS
Gambar 2.1
Diambil dari ILM DEP.KEMENKES RI bekerja sama dengan GERMAS
Gambar 2.2
Media iklan, khususnya iklan layanan masyarakat mengenai bahaya rokok yang
nampak pada gambar 2.1 dan gambar 2.2 merepresentasikan betapa bahayanya
Asap rokok tersebut akan menyebar ke dalam tubuh dan masuk langsung ke
dalam paru – paru.
Mahasiswa dalam era globalisasi ini merokok adalah perilaku yang tak
lazim lagi buat mereka, mereka memiliki asumsi bahwa merokok itu adalah
hal yang biasa, sehingga penulis melihat sikap merokok di tantanan
masyarakat khususnya di Indonesia telah menjadi budaya trend di masa kini.
Dilihat dari aspek sikologis ini merupakan sesuatu yang dapat
menghilangkan budaya lama, dimana dalam budaya lama rokok sebelum
masuk era globalisasi tepatya di era kolonial, rokok atau tembakau hanya
dapat dinimakti oleh pihak – pihak yang memiliki kekayaan atau memiliki uang, karena sebatang, sebungkus rokok di bandrol dengan harga yang tinggi,
sedangakan di era millenium ini entah itu anak, remaja, dewasa, dan lanjut
usia semua bisa merokok tanpa mengetahui akibat dari merokok di kemudian
hari.
Dilihat dari segi psikoanalisis yang dipakai penulis sebagai pisau analisis
penelitian ini, bahwasanya seorang individu terdorong untuk melakukan
tindakan beresiko dapat dilihat dari tiga ciri utama dalam kepribadian yang
ada dalam teori psikoanalisis milik Sigmund Freud, dimana kepribadian
individu manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu Id, Ego, Superego.
Perilaku merokok yang disebabkan dari perubahan sosial dan budaya
mengikuti trend masa kini merupakan suatu kesalahan besar dan hal ini menurut
teori psikoanalisis disebabkan dari adanya faktor ego yang berlebihan.
Karena adanya tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebihan, maka
terkadang ego terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau
mereduksikan tegangan. Cara-cara itulah yang disebut dengan mekanisme
pertahanan. Menurut Suryabrata (dalam Brilinani, Soraya 2000:44)
a. Sublimasi
Terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial
menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sebenarnya adalah suatu
bentuk pengalihan. Freud menambahkan bahwa sublimasi adalah
perepresian tujuan genital eros dengan menggantinya dengan tujuan
kultural atau sosial yang lebih mulia. Tujuan yang tersublimasi ini
diekspresikan melalui hasil budaya yang kreatif seperti seni, musik,
maupun sastra.
b. Proyeksi
Mekanisme yang tidak disadari telah melindungi diri dari pengakuan pada
suatu kondisi dimana seseorang merasa benar akan tindakan yang ia
berikan kepada orang lain. Proyeksi terjadi bila individu ingin menutupi
kekurangan, masalah atau kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain.
Dengan kata lain, ketika sebuah impuls internal memunculkan terlalu
banyak kecemasan, ego mereduksi kecemasan tersebut dengan
mengkarakterisasikan impuls yang tidak diinginkan kepada objek
eksternal atau pribadi lain.
c. Pengalihan
Freud menjelaskan bahwa pengalihan adalah upaya untuk mengalihkan
suatu perasaan yang dianggap tidak menyenangkan pada suatu objek ke
objek lainnya atau dengan kata lain mencari pelampiasan atas apa yang
tak dapat dicapai. Misal, adanya impuls-impuls agresif yang dapat
digantikan sebagai kambing hitam berupa manusia atau objek lain, yang
mana objek tersebut bukan dianggap sebagai sumber frustasi melainkan
sebagai sasaran.
d. Regresi,
Terdapat dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, retrogressive
behavior, yaitu perilaku seseorang yang mengalami semacam
kemunduran, bertingkah seperti anak kecil dengan tujuan memperoleh
rasa aman dan perhatian orang lain. Kedua, primitivation, yaitu suatu
berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak akan sungkan untuk
berkelahi.
e. Agresi dan Apatis
Perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang
dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat
berbentuk langsung dan pengalihan. Agresi langsung (direct agression)
adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau
objek yang merupakan sumber frustasi. Sedangkan agresi yang dialihkan
(displacement agression) adalah apabila seseorang mengalami frustasi
namun tidak dapat mengungkapkannya kepada sumber frustasi karena
tidak jelas atau tidak tersentuh. Apatis adalah bentuk lain dari reaksi
terhadap frustasi, yaitu dengan cara menarik diri dan bersikap
seakan-akan pasrah. Fantasi dan stereotype merupakan salah satu pencarian solusi
ketika seorang individu menghadapi suatu masalah yang bertumpuk dengan cara “masuk” ke dalam dunia khayalan untuk mencari solusi berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Sedangkan stereotype merupakan
konsekuensi lain dari frustasi, yaitu dengan memperlihatkan perilaku
pengulangan secara terus menerus atau mengulangi perbuatan yang tidak
bermanfaat dan terkesan aneh.
Setelah melakukan testimoni terhadap beberapa individu masyarakat, mereka
memandang bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok
bagi kesehatan dirinya sendiri. Salah satu informan SB (24 Tahun) berpendapat
bahwa merokok dapat menghilangkan stress, dan dapat membawa suasana
hati mereka tenang atau rileks, “hal yang telah menjadi budaya mas bagi masyarakat Indonesia”, tuturnya. Mengenai himbauan mengenai bahaya rokok dari adanya iklan layanan masyarakat mereka memiliki suatu pandangan bahwa
iklan tersebut memang pada prinsipnya sangat berguna bagi penyadaran masal
melalui media, bahwa dalam setiap konten iklan bahaya merokok telah
meninterpresikan bahwa rokok memang berdampak buruk bagi kesehatan
secara langsung tapi secara bertahap, hal ini terdapat dalam setiap scene iklan
bahaya iklan yang penulis lampirkan dalam gambar 2.1 dan 2.2.
Hal tersebut menafsirkan bahwa kondisi iklan layanan masyarakat pada
masa kini penulis melihat belum berjalan secara lancar dan sebagaimana
fungsi nya, asumsi masyarakat tentang rokok merupakan bagian dari
kebiasaan merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi generasi
masa kini dan hal itu tidak dapat dihindari oleh seluruh tantanan kehidupan
masyarakat luas khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesimpulan
Iklan layanan masyarakat merupakan bagian perencanaan sekaligus peran
langsung pemerintah menghadapi berbagai permasalahan yang ada di
masyarakat. Salah satunya iklan bahaya rokok. Iklan bahaya rokok memang
pada umumnya terealisasi penayangannya, akan tetapi durasi tayang dalam
media komunikasi seperti dalam skala televisi nasional masih minim tayang.
Merokok bagi mahasiswa di era globalisasi memiliki arti kebebasan dalam
mengekspresikan diri dan telah menjadi suatu budaya trend masa kini.
Pandangan dari teori psikoanalisis mengenai fenomena tersebut melihat
bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan sosial melakukan sikap merokok
dipengaruhi oleh sifat ego yang berlebih, dimana dalam teori psikoanalisis
kepribadian seseorang dilihat dari tiga aspek besar yaitu Id, Ego, dan
Superego. Pengetahuan audiens mengenai adanya iklan layanan bahaya rokok
di Indonesia pada umumnya belum berjalan dengan rutin. Sehingga
masyarakat khsususnya mahasiswa pemahaman mengenai kandungan rokok
dan bahaya rokok bagi kesehatan masih terbatas karena informasi bahaya rokok
kurang di demosiasi dalam siaran – siaran televisi nasional dan berbayar. Faktor kepribadian sangat ditentukan oleh diri mereka sendiri, karena pada dasarnya
Ada satu saran untuk para perokok aktif khususnya pada mahasiswa,
sebaiknya mulai dari sekarang segera mengurangi dalam aktivitas merokoknya,
karena pada dasarnya tidak ada hal yang menguntungkan bagi dirinya, karena
rokok sangat membahayakan kesehatan. Orang tua yang menginginkan anaknya
atau anggota keluarganya tidak merokok, maka berilah keteladanan dengan cara
tidak merokok dan tidak memberikan peluang kepada anak atau anggota
keluarganya merokok kelak dikemudian hari. Iklan bahaya rokok dalam setiap
siaran televisi baik nasional maupun berbayar ditelaah dan dicermati kembali
oleh para mahasiswa, karena hal tersebut mengandung himbauan yang sangat
berarti.
Referensi
Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. PT Gramedia Pustaka
Utama:Jakarta.
Brilinani Soraya, Friska. 2014.Kajian Psikoanalisis Tokoh Dalam Teks Film A LA
Folie..Pas Du Tout Karya Laetitia Colombani. Skripsi:UNY.
Purwasito, Andrik.2015. Komunikasi Multikultural. Pustaka Pelajar:Yogyakarta.
Syam, Nina. 2016. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Simbiosa Rekatama
Media:Bandung.
Tarupay Aditia, dkk. 2013. Perilaku Merokok Mahasiswi di Kota Makassar.