• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perceraian dalam Perspektif Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perceraian dalam Perspektif Islam (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TALAK (PERCERAIAN) DALAM PERSPEKTIF ISLAM diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah

Seminar Pendidikan Agama Islam

dengan Dosen Pengampu Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd. dan Usup Romli, M.Pd.

oleh:

Siti Napilah (1504827)

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan penerangan jalan bagi setiap kaum muslimin berupa Alquran dan Sunah Rasulullah Saw. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad Saw, yang telah mengajarkan suri tauladan yang baik, bagaimana hidup beriringan dengan cahaya kebenaran. Semoga keselamatan tercurahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.

Atas berkat rahmat dan karunia Allah Swt, makalah tentang Talak (Perceraian Dalam Perspektif Islam sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam dapat terselesaikan dengan baik.

Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari usaha penulis dalam mengumpulkan berbagai sumber sebagai literatur, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Semoga makalah tentang Talak (Perceraian) Dalam Perspektif Islam ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, Desember 2017 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR GAMBAR...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Penulisan ...2

BAB II PEMBAHASAN ...3

A. Hakikat Talak (Perceraian) dalam Perspektif Islam...3

1. Pengertian Talak (Perceraian)...3

2. Dasar Hukum Talak (Perceraian)...4

3. Macam-macam Talak (Perceraian)...6

B. Talak (Perceraian) di Indonesia dalam Perspektif Islam...8

1. Alasan Talak (Perceraian)...8

2. Contoh Kasus Talak (Perceraian) di Indonesia...9

3. Dampak Talak (Perceraian)...13

4. Solusi Menghindari Perceraian... BAB III PENUTUP ...25

A. Kesimpulan ...25

B. Saran ...26

DAFTAR PUSTAKA ...27

LAMPIRAN...28

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Perceraian yang Diputus di Pengadilan Agama Tangerang...17

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkunga di mana mereka tinggal. Tetapi hal yang selalu terlupakan untuk menciptakan kondisi yang demikian adalah bagaimana menjaga dan melestarikan iklim tersebut agar tetap harmonis, walaupun sedang dihadapkan dengan berbagai cobaan kehidupan.kedamaian akan senantiasa diperoleh jika mengedepankan pemikiran yang jernih dengan tetap mempertahankan, menjaga, dan memahami hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial dalam lingkungan yang homogen.

Tidak terkecuali dalam kehidupan berumah tangga, baik suami, isteri, dan anak-anak dituntut untuk menciptakan kondisi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Untuk menciptakan kondisi demikian, tidak hanya berada di pundak isteri (sebagai ibu rumah tangga) atau suami (sebagai kepala rumah tangga) semata, tetapi secara bersama-sama berkesinambungan membangun dan mempertahankan keutuhan pernikahan. Karena pernikahan dalam Islam tidak semata-mata sebagai kontrak keperdataan biasa, tetapi memiliki nilai ibadah.

Untuk menjaga kelanggengan sebuah pernikahan, setiap pasangan berkewajiban memelihara prinsip pernikahan (sakinah, mawaddah, wa rahmah), saling melengkapi dan melindungi. Dengan demikian, peran untuk membangun dan mempertahankan keluarga bahagia menjadi kewajiban kolektif, suami, isteri, dan anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan tersebut.

Namun demikian, kehidupan pernikahan tidak selamanya berjalan harmonis. Cobaan-cobaan kecil sebagai tanda adanya konflik setiap saat bisa muncul. Pada kondisi tertentu bisa membuat suami isteri bertengkar, dan

1

(7)

akhirnya sampai pada suatu titik di mana keduanya tidak menemukan satu kata sepakat untuk mempertahankan keluarganya. Ketika masing-masing pihak tetap bersikeras pada pendiriannya untuk berpisah, dan upaya apapun gagal ditempuh, maka perceraian tidak dapat dihindari sebagai jalan terakhir.

Namun permasalahan tidak berakhir setelah perceraian. Perceraian dapat berakibat juga pada anak dari pihak-pihak yang bercerai. Bahkan kasus perceraian di Indonesia sendiri banyak terjadi, mengingat dalam Islam perceraian merupakan hal yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah Swt. Maka dari itu, perceraian inilah yang dijadikan pembahasan penulis untuk dikaji dalam perspektif islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat talak dalam perspektif Islam?

2. Bagaimana talak (perceraian) di Indonesia dalam perspektif Islam?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hakikat talak dalam perspektif Islam

2. Mengetahui talak (perceraian) di Indonesia dalam perspektif Islam

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Talak (Perceraian) Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Talak (Perceraian)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perceraian berasal dari kata cerai artinya pisah, putus hubungan sebagai suami istri, talak. Perceraian artinya perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan.

Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak (perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari kata tha-la-ka (قلط) dengan bentuk masdar (قلط) dengan maksud ithlak (قلطإ) artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.

Perceraian (talak) menurut Fuqoha mempunyai makna istilah pada dasarnya sama, akan tetapi penjabarannya berbeda, di antaranya:

a. Sayyid Sabiq dalam kitab karangannya Fiqhus Sunnah mendefinisikan talak dengan:

ةيجوزلا ةقلعلا ءاهنإ و جاوزلا ةطبارلح Melepas tali ikakatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri. b. Abu Ishaq Ibrahim dalam kitabnya Al-Muhadzzab Fi Fiqhi Imam

As-Syafi’i memberikan definisi talak dengan:

هوحن و قلطلا ظفلب حاكنلا دقع لح Talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan semacamnya. c. Imam Taqiyuddin Abu Bakar dalam kitab Kifayataul Akhyar Fi Halli

Ghayatil Ikhtishar mengemukakan definisi talak dengan:

(9)

Sebutan yang dipakai untuk melepas ikatan perkawinan.

d. Al-Jaziri dalam kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzahibil Arba’ah mendefinisikan talak dengan:

صوصخم ظفلب هلح ناصقن وأ حاكنلا ةلازإ قلطلا

Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.

Jadi, talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

2. Dasar Hukum Talak (Perceraian) a. Hukum Islam

Memang tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh atau melarang eksistensi perceraian itu, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat yang menyuruh melakukannya. Meskipun banyak ayat al-Qur’an yang mengatur talak tetapi isinya hanya sekedar mengatur bila talak itu terjadi, meskipun dalam bentuk suruhan atau larangan. Kalau mau mentalak seharusnya sewaktu istri itu berbeda dalam keadaan yang siap untuk memasuki masa iddah, seperti dalam firman Allah dalam surat At-Thalaq ayat 1:

نننههتهدننعهله نننههوقهلنهطنفن ءنآسنننهلا مهتهققلننطن اذنإه يبهنننلا اهنينهأناين

“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke dalam iddahnya”.

(10)

نن ههججَاوجززأج نجحزككَنيج َنأج ننههُولهضهعزتج لجفج ننههلجججأج نجغزلجبجفج ءجَآسجَننلَا مهتهقزلنطج َاذجإكوج “Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.

Meskipun tidak ada ayat al-Qur’an yang menyuruh atau melarang melakukan talak yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak itu termasuk perbuatan yang tidak disenangi Nabi. Hal ini mengandung arti perceraian itu hukumnya makruh. Adapun ketidak senangan Nabi kepada perceraian itu terlihat dalam hadisnya dari Ibnu Umar. Menurut riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim. Sabda Nabi:

قهالنطننلا ىلناعنتن ههلننلا ىلنإه لهالنحنلقا ضهغنبقأن

“Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”.

Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihat keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah sebagai berikut:

1) Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang lebih banyak akan timbul;

2) Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya;

(11)

4) Haram talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.

b. Hukum Positif di Indonesia

Undang-Undang yang mengatur kasus perceraian adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1974, Putusnya Perkawinan serta akibatnya adalah sebagai berikut:

1) Pasal 38

Perkawinan dapat putus karena:

a) Kematian,

b) Perceraian dan

c) Atas keputusan Pengadilan.

2) Pasal 39

a) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

b) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

(12)

3) Pasal 40

a) Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan.

b) Tatacara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.

4) Pasal 41

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya;

b) Bapak yang bertanggung-jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut;

c) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

Undang-undang atau peraturan yang digunakan dalam proses perceraian di pengadilan yaitu:

(13)

2) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 74 mengatur detail tentang pengadilan mana yg berwenang memproses perkara cerai mengatur detail tentang tatacara perceraian secara praktik.

3) Undang-Undang No. 23 Tahun 1974, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bagi seseorang yang mengalami kekerasan/penganiyaan dalam rumah tangganya.

3. Macam-macam Talak (Perceraian)

Nunung dalam jurnalnya (2017: 4), Ditinjau dari segi tatacara bercerai di Pengadilan Agama maka bentuk perceraian dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

a. Cerai talak

Cerai talak ialah putusnya perkawinan atas kehendak suami karena alasan tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu. Tidak dapat dikatakan dengan lisan dan juga dengan tulisan, sebab kekuatan penyampaian baik melalui ucapan maupun tulisan adalah sama. Perbedaannya adalah jika talak disampaikan dengan ucapan, maka talak itu diketahui setelah ucapan talak disampaikan suami. Sedangkan penyampaian talak dengan lisan diketahui setelah tulisan tersebut terbaca, pendapat ini disepekati oleh mayoritas ulama. b. Cerai Gugat

(14)

Undang-undang No. 7 tahun 1989. Dalam hukum Islam cerai gugat disebut dengan khulu’. Khulu’ berasal dari kata khal’u al-s\aub, artinya melepas pakaian, karena wanita adalah pakaian laki-laki dan sebaliknya laki-laki adalah pelindung wanita. Para ahli fikih memberikan pengertian khulu’ yaitu perceraian dari pihak perempuan dengan tebusan yang diberikan oleh istri kepada suami.

Seorang istri dibenarkan untuk menuntut perceraian pada suaminya bila ia mempunyai alasan kuat. Ketentuan seperti ini termuat dalam suatu hadits yang menyatakan:

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Isteri Tsabit bin Qais bin Syamas datang kepada Nabi Muhammad, lalu ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mencela dia (suamiku) tentang akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai kekufuran dalam Islam. Kemudian Rasulullah Saw. bertanya: Maukah engkau mengembalikan kebunmu kepadanya? Ia menjawab: Ya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda (kepada Tsabit): Terimalah kebunmu itu dan talaklah dia sekali” [H.R. Bukhari dan Nasa’i].

Adapun yang termasuk dalam cerai gugat dalam lingkungan Pengadilan Agama itu ada beberapa macam, yaitu:

1) Fasakh; 2) Syiqaq; 3) Khulu’; 4) Ta'liq Thalaq

B. Talak (Perceraian) di Indonesia Dalam Perspektif Islam 1. Alasan Talak (Perceraian)

(15)

perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Ayat 2, untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami istri.

Alasan tersebut juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, pasal 19, menyebutkan, bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat atau tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116, menambahkan 2 alasan lagi selain yang disebutkan di atas:

(16)

b. Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga.

2. Contoh Kasus Talak (Perceraian) di Indonesia

Menurut Departemen Agama RI dalam bukunya (2007: 44 - 45) Berdasarkan dokumen yang diperoleh Pengadilan Agama Kota Tangerang (21/05/04) bahwa jumlah cerai gugat sejak ditetapkannya menjadi hukum positif di Indonesia melalui Undang-Undang No. 1 tentang Perkawinan Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam meningkat terus melebihi jumlah cerai talak. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Data Perceraian yang Diputus di Pengadilan Agama Tangerang

DATA KEADAAN PERCERAIAN YANG DIPUTUS

DI PENGADILAN AGAMA TANGERANG

TAHUN 2004ý

No Kecamatan

Januari Februari Maret

Talak Ta’liq

Talak Talak

Ta’liq

Talak Talak

Ta’liq Talak

1 Ciledug 1 3 2 4 3 5

2 Larangan 2 1 1 - 1 2

3 Karang Tengah 2 5 2 3 3

-4 Cipondoh 3 4 2 5 1 3

5 Pinang 2 4 1 - 1

-6 Tangerang 4 7 3 6 2 3

(17)

8 Cibodas 4 6 1 3 5 7

9 Jatiuwung 1 3 1 - - 1

10 Periuk 1 - - 1 1

-11 Neglasari 2 1 2 1 2 4

12 Batuceper 4 2 1 2 1

-13 Benda 1 1 - 1 2 4

Jumlah 29 41 18 29 24 35

Presentase 41,43% 58,57% 38,30% 61,70% 40,68% 59,32%

Berdasarkan data tersebut, jumlah yang melakukan cerai gugat di Pengadilan Agama Tangerang setiap bulan rata-rata 35 orang (33,33%). Sedangkan usia penggugat bervariasi, mulai dari 19 hingga 60 tahun. Hal yang melatarbelakangi perceraian secara umum diajukan penggugat adalah:

a. Karena sudah dibolehkan untuk mengajukan cerai gugat oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena sudah ditinggalkan suami selama 3 bulan, 6 bulan atau 7 tahun secara berturut-turut tanpa memberikan nafkah

b. Suami galak, isteri sudah diperlakukan dengan berbagai bentuk kekerasan dan penindasan

c. Suami sudah menikah lagi tanpa izin isteri

(18)

pernikahannya dia dikaruniai 1 orang anak, dia tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan dan ketenangan hidup dalam keluarga, dia hanya tersiksa denga berbagai kekerasan yang dialami, bahkan ketidakmampuan suami memenuhi nafkah keluarganya, sehingga sang isteri mencari sendiri biaya makan dan sekolah anaknya. Sehingga jalan terbaik adalah memohon perceraian ke Pengadilan Agama, itupun dia tidak tahu ada hak isteri untuk melakukan cerai gugat.

3. Dampak Talak (Perceraian)

Di antara dampak perceraian menurut Departemen Agama RI dalam bukunya (2007: 59) terdapat dampak positif dan negatif, yakni sebagai berikut:

a. Perceraian dapat membebaskan isteri dari segala tekanan dan kekerasan b. Perlu waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri setelah perceraian

terjadi

c. Mengubah status isteri yang semula menurut UU Perkawinan adalah ibu rumah tangga, tetapi pasca perceraian statusnya berubah menjadi kepala keluarga dan bertindak sebagai orang tua tunggal (single parent) bagi anak-anaknya

d. Dapat melahirkan traumatis pada anak, terutama karena anak-anak menyaksikan konflik terbuka antara ayah dan ibunya yang terjadi sebelum perceraian

Dalam Peraturan Pemerintah No. 9/1975 sebagai Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No 1/1974) tidak disebutkan atau tidak diatur tentang akibat perceraian ini. Hanya dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 41 disebutkan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

(19)

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberikan keputusannya;

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memberikan kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut;

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri-istri.

4. Solusi Menghindari Perceraian

Konsekuensi dari sebuah pernikahan adalah mewujudkan rumah tangga dan damai, indah, tenang, harmonis, dan menghindari hal-hal yang merujuk pada perceraian. Berikut ini merupakan solusi efektif untuk mencegah sekaligus menghindari terjadinya perceraian dalam rumah tangga: a. Cukupi kebutuhan lahir

Kebutuhan lahir bisa meliputi finansial, pangan, rumah, perabotan, dan beberapa kebutuhan sekunder lainnya. Semua kebutuhan lahir akan bisa didapatkan jika ekonomi rumah tangga dalam keadaan yang cukup. Pastikan Anda mempunyai pekerjaan yang layak sebelum menikah dan bisa mencukupi kebutuhan lahir rumah tangga, khususnya bagi seorang suami.

b. Cukupi kebutuhan batin

Salah satu penyebab terjadinya perceraian adalah karena kebutuhan batin tidak tercukupi. Anda mungkin lebih sering mendengar kebutuhan batin dengan sebutan sex. Ini penting karena salah satu tujuan utama pernikahan adalah untuk memenuhi hasrat sex secara halal. c. Pastikan komunikasi aktif

(20)

masalah yang menyebabkan terjadinya perceraian. Pastikan Anda lebih mengenal pasangan Anda untuk menumbuhkan komunikasi aktif.

d. Bersikaplah terbuka

Bersikap terbuka bisa berarti Anda mendiskusikan setiap masalah rumah tangga kepada pasangan Anda. Apapun masalah yang datang dalam rumah tangga adalah tanggung jawab kedua pasangan, jadi jangan menyimpan dan memendam masalah itu sendiri. Selain itu, masing-masing psangan harus mengetahui semua hal tentang rumah tangga, misalkan penghasilan uang, pengeluaran uang, dan hal-hal lainnya.

e. Hindari diskriminasi

Pastikan Anda tidak mempermasalahkan perbedaan status keluarga dengan pasangan Anda. Kaya, miskin, bentuk rupa dan fisik adalah sama, hanya hati yang membedakan Anda dengan pasangan Anda dihadapan Tuhan. Anda masih membutuhkan pasangan Anda dalam kehidupan rumah tangga tanpa harus mengungkit masalah status keluarga.

f. Hindari fanatik tentang perbedaan ide

Setiap manusia mempunyai ide, pendapat, prinsip, keyakinan, dan pemikiran yang berbeda dengan lainnya. Jika terjadi perbedaan ide dan pemikiran, maka jadikan perbedaan itu untuk memahami kondisi satu dengan lainnya dan mencari solusi. Anda tidak perlu fanatik dan mempermasalahkan perbedaan ide karena hal ini dapat menyebabkan masalah lebih besar dan berujung pada perceraian.

g. Berikan perhatian untuk pasangan Anda

(21)

h. Luangkan waktu untuk keluarga

Salah satu perhatian yang harus Anda berikan kepada pasangan Anda adalah dengan meluangkan waktu untuk keluarga. Jangan biarkan kesibukan bekerja menjadi jurang yang memisahkan. Tentu saja Anda berpikir bahwa tertawa bersama dengan pasangan Anda akan lebih menyenangkan daripada menguras tenaga dan pikiran siang malam hanya untuk mencari uang.

i. Hindari pertengkaran

Awal mula dari sebuah perceraian adalah karena sebuah pertengkaran. Tentu, pertengkaran adalah hal yang pasti terjadi dalam rumah tangga. Tetapi, Anda harus bersikap bijaksana dalm masalah ini, pastikan Anda mengalah dan tidak membiarkan pertengkaran menjadi masalah baru yang lebih besar.

j. Positif thinking dan hindari curiga berlebihan

Sebaiknya, Anda juga jangan mencurigai pasangan Anda secara berlebihan, berpikirlah positif tentangnya. Mencurigai itu boleh selama Anda tidak berlebihan, karena curiga berlebihan berlebihan akan memancing pertengkaran.

k. Saling intropeksi diri

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, apalagi dalam interaksi berumah tangga. Hal yang terbaik adalah mengoreksi diri, saling meminta maaf, dan memaafkan. Jika kedua pasangan bisa saling intropeksi diri, maka akan sangat mudah bagi keduanya untuk melupakan kesalahan yang telah dilakukan.

l. Hindari intimidasi dan tindak kekerasan

(22)

m. Putuskan hubungan dengan pihak ketiga

(23)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak (perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari kata tha-la-ka (قلط) dengan bentuk masdar (قلط) dengan maksud ithlak (قلطإ) artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.

Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya. Firman Allah dalam surat At-Thalaq ayat 1:

نننههتهدننعهله نننههوقهلنهطنفن ءنآسنننهلا مهتهققلننطن اذنإه يبهنننلا اهنينهأناين

“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke dalam iddahnya”.

Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 232:

نن ههججَاوجززأج نجحزككَنيج َنأج ننههُولهضهعزتج لجفج ننههلجججأج نجغزلجبجفج ءجَآسجَننلَا مهتهقزلنطج َاذجإكوج “Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.

Ditinjau dari segi tatacara bercerai di Pengadilan Agama maka bentuk perceraian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu cerai talak dan cerai gugat.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). 13 Tips Menghindari dan Mencegah Terjadinya Perceraian Dalam Rumah Tangga. [Online] diakses dari laman web

http://www.pelangiblog.com/2014/12/13-tips-menghindari-dan-mencegah.html

Aplikasi. (2016). Buku Saku: Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Departemen Agama Republik Indonesia. (2007). Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai Komunitas dan Adat. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Tihami dan Sohari Sahrani. (2009). Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Perceraian.

Gambar

Tabel 2.1 Data Perceraian yang Diputus di Pengadilan Agama Tangerang

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kekuatan internal yang dimiliki badan KBPMPP yaitu adanya mitrakerja dari berbagai pihak seperti TNI yang ditunjukan melalui kerja sama yang terus terjalin

Tidak tersedianya data pengembalian barang, data pengiriman dan lambatnya pembuatan laporan merupakan masalah yang terjadi Pada SINAR BAROKAH ABADI adalah perusahaan yang

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

“Para peserta dihimbau untuk me- nyebarkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari keke- luarga dan komunitas masing- masing sehingga makin banyak masyarakat Indonesia yang

Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu kawasan merupakan upaya dalam mensinergiskan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB

Pada tahap ini aka dikaji apa saja yang telah dilakukan pada siklus II ini untuk megetahui keberhasilan dalam penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pada perhitungan beban kerja mental mahasiswa Universitas XYZ Yogyakarta jurusan Teknik Industri