EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMPUTER DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA
BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II
Arif Nurjaya
1), Wing Wahyu Winarno
2), Silmi Fauziati
3) 1)3)Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM Yogyakarta 2)
Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta
Email :arif.nurjaya@gmail.com1), maswing@gmail.com2),silmi.fauziati@gmail.com3)
Abstrak
Usaha untuk memperkirakan seberapa besar manfaat dari nilai investasi TIK penting untuk dilakukan, dalam konteks seberapa jauh investasi tersebut mempengaruhi atau mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan nilai tambah bagi layanan publik, sehingga pemerintah dapat menentukan kelayakan suatu investasi TIK. Ada berbagai macam metode untuk melakukan analisis investasi TIK, salah satu metode yang hingga saat ini dinilai terakurat dalam kaitannya dengan proses analisis biaya dan manfaat implementasi TIK adalah Information Economics (IE). IE dapat menghubungkan manfaat nyata yang diperoleh secara langsung (tangible) maupun tidak langsung (intangible). Metode ini mengkombinasikan analisis finansial dan non-finansial untuk menghitung manfaat suatu investasi TIK.
Penelitian ini menggunakan metode Information Economics untuk menganalisis investasi TIK di Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II. Terdapat tiga sistem informasi yang akan dievaluasi oleh BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi Pelayanan Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL). Hasil penelitian menunjukkan SIPEK memperoleh IE Score 37,09, SIMTU 48,64 dan SIDAMEL 54,03 dari nilai minimal -20 dan nilai maksimal 100. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SIPEK, SIMTU dan SIDAMEL layak untuk diimplementasikan di BSML Regional II dengan urutan prioritas SIDAMEL terlebih dahulu, baru kemudian SIMTU dan terakhir SIPEK.
Kata kunci: Investasi TIK, Information Economics,
e-government, evaluasi.
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Setiap bentuk investasi harus menghasilkan keuntungan atau manfaat yang sebanding dengan nilai investasi yang
diberikan. Sehingga pemerintah harus dapat
mengevaluasi setiap investasi yang akan dilakukannya, termasuk investasi di bidang TIK. Investasi TIK tidak hanya meliputi pembelian peralatan, tetapi termasuk juga dengan perancangan sistem informasi untuk pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan.
Namun demikian, evaluasi investasi TIK bukanlah hal yang mudah. Menurut hasil survey [1] menunjukkan
51% perusahaan tidak pernah melakukan evaluasi
investasi TIK, bahkan 68% perusahaan tidak
membandingkan manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga wajar dalam pemerintahan program dalam bidang TIK sering kali dianggap sebagai
cost center, yang menghabiskan anggaran yang besar
tanpa diikuti manfaat yang signifikan.
Rumusan Masalah
Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) di Kementerian Perdagangan yang bertugas mendukung percepatan perkembangan sistem metrologi legal di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dalam melaksanakan tugasnya, diperlukan sistem informasi yang handal karena cakupan wilayah yang cukup luas. Saat ini terdapat tiga aplikasi yang akan diterapkan di BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi Pelayanan Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL).
Namun hingga saat ini BSML Regional II belum melakukan analisis manfaat dari suatu investasi TIK yang meliputi manfaat dari aspek finansial maupun non-finansial. Keadaan ini menyebabkan BSML Regional II sulit untuk memperoleh ketersediaan anggaran dalam pengembangan sistem informasi dan menentukan prioritas program dalam bidang TIK. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan evaluasi investasi TIK di BSML Regional II dengan menggunakan metode
Information Economics.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan investasi TIK berupa tiga aplikasi yang akan diterapkan di BSML Regional II beserta urutan prioritas penerapannya.
Metodologi
Analisis Finansial
Analisis finansial terdiri atas kuantifikasi biaya (tangible
benefit) dan manfaat yang diperoleh (quasi benefit).
Dalam sebuah investasi TI, biaya yang dikeluarkan dapat berupa Biaya Pengembangan (development cost) dan
Biaya Berjalan atau Pemeliharaan (on-going
/maintenance cost). Sedangkan dalam metode
Information Economics manfaat yang dapat diperoleh
dari investasi TI terdiri dari value linking, value
valuation. Manfaat tersebut kemudian dihubungkan
dengan biaya menggunakan perhitungan Simple ROI
(Return of Investment).
Teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada analisis finansial adalah wawancara dan observasi. Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dangan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden. Observasi dilakukan untuk menangkap deskripsi lebih lengkap mengenai masalah yang diteliti. Analisis Non-Finansial
Analisis non-finansial dilakukan terhadap intangible
benefit yaitu dampak positif (manfaat) dan dampak
negatif (resiko) dari penerapan TIK yang tidak nyata dan tidak dapat dilakukan perhitungan secara finansial. Analisis non-finansial dapat dilakukan dengan metode metode kuesioner sebanyak 26 orang terhadap berbagai pihak yang terkait dengan investasi TIK, termasuk pihak manajeman, bagian TI dan calon pengguna.
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner dengan jawaban yang bersifat tertutup artinya responden harus memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jawaban berupa nilai dari 0 sampai 5 yang terdiri atas 6 pernyataan yang menggambarkan kondisi sebenarnya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu terhadap variable yang dinilai. Nilai 5 menggambarkan kondisi yang paling ideal terhadap variable yang dinilai sedangkan nilai 0 menggambarkan kondisi sebaliknya.
Kajian Pustaka
Penelitian dengan tema analisis investasi TIK telah dilakukan pada PT. Simplimobile Indonesia [2]. Metode yang digunakan adalah Economic Value Added yaitu dengan melakukan pengurangan keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan investasi TIK. Dari hasil kajian investasi TIK di PT. Simplimobile Indonesia, diperoleh nilai Economic
Value Added yang positif sehingga investasi TIK layak
untuk dijalankan. Kekurangan metode ini adalah tidak menggali manfaat yang tidak nyata dari suatu investasi TIK.
Metode Information Economics telah digunakan dalam melakukan analisis investasi TIK di instansi pemerintahan. Penelitian [3] melakukan analisis penerapan Sistem Informasi Manajeman Bina Marga (SIMBM) yaitu aplikasi untuk melakukan monitoring pelaksanaan proyek pembangunan pada Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengembangan SIMBM bermanfaat untuk menunjang kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.
Penelitian [4] menggunakan metode Information Economics untuk menganalisis prioritas investasi pengembangan teknologi jaringan di PT. Indo Sumber Kencana. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
Information Economics untuk WAN sebesar 29 dari nilai
minimal -23 dan nilai maksimal 52 serta untuk WLAN diperoleh nilai sebesar 27 dari nilai minimal -23 dan nilai maksimal 50. Dari nilai tersebut diperoleh
kesimpulan investasi penggembangan teknologi jaringan di PT. Indo Sumber Kencara layak dijalankan dengan prioritas WAN terlebih dahulu atas WLAN.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh [3], yakni penggunaan metode Information Economics untuk melakukan analisis investasi TIK di instansi pemerintah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian [3] adalah pada objek penelitiannya. Penelitian [3] hanya melakukan analisis terhadap satu sistem informasi dan kelayakan manfaatnya, sedangkan penelitian ini melakukan analisis terhadap tiga sistem informasi yang akan diterapkan pada BSML Regional II dan dilakukan analisis urutan prioritas seperti pada penelitian [4]. Namun perbedaannya, penelitian [4] dilakukan di perusahaan swasta, sedangkan penelitian ini fokus pada instansi pemerintah.
Landasan Teori
Metode Information Economics [5], merupakan suatu
metode perhitungan yang digunakan untuk
mengkuantifikasi biaya (cost), nilai (value) dan manfaat (benefit) pada proyek-proyek TIK. Metode IE memiliki kerangka proses yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Information Economics [5]
Metode IE mengklasifikasikan manfaat TIK menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tangible benefit
Manfaat nyata atau yang berpengaruh secara langsung
terhadap keuntungan perusahaan, misalnya
meningkatkan pendapatan. Analisis terhadap tangible
benefit dilakukan secara finansial. 2. Quasi benefit
Manfaat yang berpengaruh langsung terhadap
keuntungan tetapi sulit dihitung ataupun sebaliknya, tidak berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan tetapi dapat dihitung.
Analisis terhadap quasi benefit menggunakan empat parameter perhitungan, yaitu:
a. Value Linking (VL): yaitu manfaat yang diperoleh
dari efek implementasi TIK pada perusahaan secara gabungan, misalnya terciptanya hubungan antara bagian yang lebih efisien.
b. Value Acceleration (VA): yaitu percepatan perolehan manfaat dan penghematan biaya karena hubungan dua fungsi dalam hubungan sebab akibat, biasanya dipicu oleh suatu waktu atau perbaikan di bagian lain (ripple effect)
c. Value Restructuring (VR): yaitu manfaat yang
d. Innovation Valuation (IV): yaitu terciptanya produk
atau layanan baru dari penerapan TIK pada suatu perusahaan. Penerapan TIK yang inovatif menjadi penggerak dalam perubahan strategi bisnis, produk dan layanan.
3. Intangible benefit
Manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat mempunyai dampak positif bagi perusahaan, tetapi tidak secara langsung berpengaruh pada keuntungan. Analisis terhadap intangible benefit terdiri atas dua domain utama, yaitu:
a. Domain Bisnis
1)
Strategic Match (SM)Variable ini menilai sampai sejauh mana keterkaitan sebuah penerapan TIK terhadap pencapaian visi dan misi organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung
2)
Competitive Advantage (CA)Variable ini menilai pemanfaatan TIK untuk membuat organisasi tersebut berbeda dengan para pesaingnya.
3)
Management Information Support (MI)Variabel ini menilai seberapa jauh penerapan TIK dapat memberikan perangkat yang tepat bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.
4)
Competitive Response (CR)Variabel ini digunakan untuk menilai urgensi penerapan TIK pada sebuah organiasai.
5)
Project or Organizational Risk (OR)Variabel ini menilai kesiapan dari sebuah organisasi menghadapi perubahan yang akan terjadi sebagai dampak dari sebuah penerapan TIK..
b. Domain Teknologi
1) Strategic IS Architecture (SA)
Variabel ini digunakan untuk menilai keterkaitan satu system informasi dengan sistem informasi lainnya terhadap visi infrastruktur TIK yang ingin dibangun oleh organisasi.
2) Definitional Uncertainty (DU)
Variabel ini ditentukan dari ketepatan didalam mendefinisikan kebutuhan yang jelas dari sebuah penerapan TIK dan kemungkinan perubahan-perubahan dari kebutuhan tersebut dikemudian hari.
3) Tecnical Uncertainty (TU)
Variabel ini menilai kesiapan organisasi dari segi teknis, yaitu kesiapan dalam hal tenaga ahli, perangkat lunak dan infrastruktur.
4) IS Infrastructure Risk (IR)
Variabel ini mengidentifikasi hal-hal yang tidak termasuk dalam proyek IT tapi dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dari penerapan TIK, khususnya dalam hal infrastruktur seperti jaringan komunikasi.
Selain analisis investasi TI, analisis organisasi diperlukan untuk menentukan corporat value. Corporat
value digunakan untuk menilai bobot dari suatu
investasi TI yang diperoleh dari nilai masing-masing faktor dalam information economics. Yang perlu
diperhatikan dalam menentukan corporate value adalah keterkaitan antara tingkat kesehatan organisasi dan dengan dukungan TIK yang dimiliki yang dibedakan menjadi empat kuadran seperti ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kuadran Corporate Value [5]
2. Pembahasan
Sebelum dilakukan analisis investasi TIK, terlebih dahulu dilakukan analisis organiasasi. BSML Regional II merupakan organisasi yang kuat karena wilayah kerjanya mencakup 160 kabupaten/kota dan 9 propinsi dan dianggap memiliki dukungan TIK yang kuat juga karena infrastruktur TIKnya sudah ada, hanya aplilaksinya yang belum ada. Sehingga BSML Regional II termasuk dalam Kuadran B (strategic). Kuadran B memiliki bobot nilai dan rentang nilai seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Bobot Nilai, Nilai maksimum dan minimum
pada Kuadran B (strategic)
Variabel Kondisi Bobot Nilai Maksimum
Nilai Minimum Return On Insvestment (ROI) Medium 2 10
Domain Bisnis
1. Strategic Match High 4 20
2. Competitive Advantage Highest 6 30 3. Management Information Medium 2 10 4. Competitive Response High 4 20
5. Project Organizational Risk Low -1 -5 Domain Teknologi
1. Definitional Uncertainty Medium -2 -10
2. Technical Uncertainty Low -1 -5
3. Strategic IS Architecture Low 1 5
4. Infrastructure Risk Low 1 5
Nilai Maksimum 100
Nilai Minimum -20
Selanjutnya berikut ini merupakan hasil analisis terhadap tiga sistem informasi yang akan diterapkan oleh BSML Regional II.
a. Sistem Informasi Pelayanan Kemetrologian (SIPEK)
Tabel 2. Development Cost Worksheet pada SIPEK
Year 1 A. Development effort Rp. 362.985.700,00
1. Incremental system and programming (e.g., estimate days time Rp. XXX/day) 2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day) B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications 2. Other
C. New (purchased) software, if any 1. Packaged applications software 2. Other
D. User training Rp. 7.982.000,00 E. Other
TOTAL development cost Rp. 370.967.700,00
Biaya Pengembangan (development cost) dihitung dengan menggunakan metode COCOMO II [6] berdasarkan kebutuhan fungsi dalam SIPEK. Melalui COCOMO II diperoleh biaya pengembangan SIPEK sebesar Rp 362.985.700,00 dan biaya pelatihan pengguna Rp. 7.982.000,00 Sehingga total development
cost untuk SIPEK Rp. 370.967.700,00 seperti pada Tabel
2.
Tabel 3. Ongoing Expenses Worksheet pada SIPEK
Year 1 A. Application software maintenance Rp. 36.298.570,00
Development effort days Ratio of maintenance to development (based on experience, e.g., 10 to 1) Daily maintenance rate
Total application software maintenance B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc) Rp. 22.740.000,00 D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance Rp. 12.240.000,00
TOTAL ongoing expenses Rp. 71.278.570,00
Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10% dari biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 36.298.570,00 perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00 dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp. 71.278.570,00 seperti pada Tabel 3.
Tabel 4. Economic Impact Worksheet pada SIPEK
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet) 370.967.700,00
B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system. Cash flow can be negative
YEARS TOTAL
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
Net economic benefit 4.933.491,67 4.933.491,67 4.933.491,67 4.933.491,67 4.933.491,67 Operation cost reduction 420.000,00 420.000,00 420.000,00 420.000,00 420.000,00 = pre-tax income 5.353.491,67 5.353.491,67 5.353.491,67 5.353.491,67 5.353.491,67 (-) On-going expense worksheet 71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00 = Net cash flow -65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -329.625.391,65
C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A -17,77%
D. Scoring, Economic Impact 0
Score
Simple Return on Investment
zero or less
1% to 299% 300% to 499% 500% to 699% 700% to 899%
Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
SIPEK berupa pengurangan biaya operasional (VL) berupa penghematan penggunaan telepon sebesar Rp. 420.000,00 dan manfaat tidak langsung dari penghematan waktu (VA) dan peningkatan produktivitas (VR) sebesar Rp. 4.933.491,67. Dari hasil perhitungan
pada Tabel 4 diperoleh Simple ROI untuk SIPEK sebesar -17,77 % sehingga nilai Simple ROI yang akan digunakan dalam perhitungan Information Economics adalah 0.
Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai 1,88 untuk Strategic Match, 3,96 untuk Competitive
Advantage, 1,77 untuk Management Information Support, 2,58 untuk Competitive Response dan 1,42
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk domain teknologi diperoleh nilai 3,38 untuk Strategic IS
Architecture, 1,54 untuk Definitional Uncertainty, 1,24
untuk Tecnical Uncertainty dan 0,42 untuk IS Infrastructure Risk.
Tabel 5. IE Score Card untuk SIPEK
SM CA MI CR OR SA DU TU IR Factor 2 4 6 2 4 -1 -2 -1 1 1 Business Domain 0 1,88 3,96 1,77 2,58 1,42
Technology Domain 3,38 1,54 1,24 0,42 Weighted Value 0 7,54 23,77 3,54 10,31 -1,42 -6,77 -1,54 1,24 0,42
Where ROI Measurement
ROI = Enhanced simple return on investment score Business Domain Assesment
SM = Strategic Match CA = Cometitive Advantage MI = Management Information CR = Competitive Response OR = Proyek or Organizational Risk Technology Domain Assessment
SA = Strategic IS Architecture DU = Definitional Uncertainty TU = Technical Uncertainty IR = IS Infrastructure Risk
37,09 Business Domain Technology Domain Weighted
Score ROI
Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 5 diperoleh nilai akhir 37,09 dari nilai minimal -20 dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan implementasi SIPEK sebesar 47,57%.
b. Sistem Monitoring Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU)
SIMTU merupakan aplikasi yang menghimpun data hasil kegiatan tera/tera ulang UTTP di wilayah Regonal II. Dengan adanya SIMTU diharapkan diperoleh informasi pelayanan tera/tera ulang di wilayah Regional II yang cepat dan akurat.
Melalui metode COCOMO II diperoleh biaya
pengembangan SIMTU sebesar Rp 312.672.500,00 dan biaya pelatihan pengguna Rp. 7.982.000,00 Sehingga
total development cost untuk SIMTU Rp. 320.654.500,00 seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Development Cost Worksheet pada SIMTU Year 1 A. Development effort Rp. 312.672.500,00
1. Incremental system and programming (e.g., estimate days time Rp. XXX/day) 2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day) B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications 2. Other
C. New (purchased) software, if any 1. Packaged applications software 2. Other
D. User training Rp. 7.982.000,00 E. Other
Tabel 7. Ongoing Expenses Worksheet pada SIMTU
Year 1 A. Application software maintenance Rp. 31.267.250,00
Development effort days Ratio of maintenance to development (based on experience, e.g., 10 to 1) Daily maintenance rate
Total application software maintenance B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc) Rp. 22.740.000,00 D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance Rp. 12.240.000,00
TOTAL ongoing expenses Rp. 66.247.250,00
Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10% dari biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 31.267.250,00 perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00 dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp. 66.247.250,00 seperti pada Tabel 7.
Tabel 8. Economic Impact Worksheet pada SIMTU
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet) 320.654.500,00
B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system. Cash flow can be negative
YEARS TOTAL
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
Net economic benefit 26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00 Operation cost reduction 8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00 = pre-tax income 35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00 (-) On-going expense worksheet 66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00 = Net cash flow -30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -154.655.450,00
C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A -9,65%
D. Scoring, Economic Impact 0
Score
Simple Return on Investment
zero or less
1% to 299% 300% to 499% 500% to 699% 700% to 899%
Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
SIMTU berupa pengurangan biaya operasional (VL) berupa penghematan biaya pengiriman laporan tera/tera ulang sebesar Rp. 8.400.000,00 dan manfaat tidak langsung dari penghematan waktu (VA) dan peningkatan produktivitas (VR) sebesar Rp. 26.956.160,00. Dari hasil perhitungan pada Tabel 8 diperoleh Simple ROI untuk SIMTU sebesar -9,67 % sehingga nilai Simple ROI yang akan digunakan dalam perhitungan Information Economics adalah 0.
Tabel 9. IE Score Card untuk SIMTU
SM CA MI CR OR SA DU TU IR Factor 2 4 6 2 4 -1 -2 -1 1 1 Business Domain 0 2,81 4,04 4,42 2,73 1,58
Technology Domain 3,50 0,96 2,45 0,50 Weighted Value 0 11,23 24,23 8,85 10,92 -1,58 -7,00 -0,96 2,45 0,50
Where ROI Measurement
ROI = Enhanced simple return on investment score Business Domain Assesment
SM = Strategic Match CA = Cometitive Advantage MI = Management Information CR = Competitive Response OR = Proyek or Organizational Risk Technology Domain Assessment
SA = Strategic IS Architecture DU = Definitional Uncertainty TU = Technical Uncertainty IR = IS Infrastructure Risk
48,64 ROI Business Domain Technology Domain Weighted
Score
Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai 2,81 untuk Strategic Match, 4,04 untuk Competitive
Advantage, 4,42 untuk Management Information Support, 2,73 untuk Competitive Response dan 1,58
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk domain teknologi diperoleh nilai 3,50 untuk Strategic IS
Architecture, 0,96 untuk Definitional Uncertainty, 4,45
untuk Tecnical Uncertainty dan 0,50 untuk IS Infrastructure Risk.
Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 9 diperoleh nilai akhir 48,64 dari nilai minimal -20 dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan implementasi SIMTU sebesar 57,20%.
c. Sistem Database UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL)
SIDAMEL merupakan aplikasi yang menghimpun informasi profil UPTD Metrologi Legal, mulai dari SDM hingga peralatan standar. Informasi ini penting untuk mendukung program kerja yang lebih terarah.
Melalui metode COCOMO II diperoleh biaya
pengembangan SIDAMEL sebesar Rp 423.053.300,00 dan biaya pelatihan pengguna Rp. 7.982.000,00 Sehingga total development cost untuk SIDAMEL Rp. 440.035.300,00 seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Development Cost Worksheet pada SIDAMEL Year 1 A. Development effort Rp. 432.053.300,00
1. Incremental system and programming (e.g., estimate days time Rp. XXX/day) 2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day) B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications 2. Other
C. New (purchased) software, if any 1. Packaged applications software 2. Other
D. User training Rp. 7.982.000,00 E. Other
TOTAL development cost Rp. 440.035.300,00
Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10% dari biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 43.205.330,00 perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00 dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp. 78.185.330,00 seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Ongoing Expenses Worksheet pada SIDAMEL
Year 1 A. Application software maintenance Rp. 43.205.330,00
Development effort days Ratio of maintenance to development (based on experience, e.g., 10 to 1) Daily maintenance rate
Total application software maintenance B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc) Rp. 22.740.000,00 D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance Rp. 12.240.000,00
TOTAL ongoing expenses Rp. 78.185.330,00
Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
pada Tabel 12 diperoleh Simple ROI untuk SIDAMEL sebesar 39,83 % sehingga nilai Simple ROI yang akan digunakan dalam perhitungan Information Economics adalah 1.
Tabel 12. Economic Impact Worksheet pada SIDAMEL
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet) 440.035.300,00
B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system. Cash flow can be negative
YEARS TOTAL
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
Net economic benefit 40.465.600,00 40.465.600,00 40.465.600,00 40.465.600,00 40.465.600,00 Operation cost reduction 212.626.000,00 212.626.000,00 212.626.000,00 212.626.000,00 212.626.000,00 = pre-tax income 253.091.600,00 253.091.600,00 253.091.600,00 253.091.600,00 253.091.600,00 (-) On-going expense worksheet 78.185.330,00 78.185.330,00 78.185.330,00 78.185.330,00 78.185.330,00 = Net cash flow 174.906.270,00 174.906.270,00 174.906.270,00 174.906.270,00 174.906.270,00 874.531.350,00
C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A 39,75%
D. Scoring, Economic Impact 1
Score 0
1
2 3 4
5 over
Simple Return on Investment zero or less
1% to 299%
300% to 499% 500% to 699% 700% to 899%
Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai 2,65 untuk Strategic Match, 3,85 untuk Competitive
Advantage, 4,54 untuk Management Information Support, 2,88 untuk Competitive Response dan 1,42
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk domain teknologi diperoleh nilai 2,58 untuk Strategic IS
Architecture, 2,54 untuk Definitional Uncertainty, 3,07
untuk Tecnical Uncertainty dan 0,46 untuk IS Infrastructure Risk.
Tabel 13. IE Score Card untuk SIDAMEL
SM CA MI CR OR SA DU TU IR Factor 2 4 6 2 4 -1 -2 -1 1 1 Business Domain 1 3,42 3,85 4,65 2,88 1,42
Technology Domain 2,58 2,54 3,07 0,46 Weighted Value 2 13,69 23,08 9,31 11,54 -1,42 -5,15 -2,54 3,07 0,46
Where ROI Measurement
ROI = Enhanced simple return on investment score Business Domain Assesment
SM = Strategic Match CA = Cometitive Advantage MI = Management Information CR = Competitive Response OR = Proyek or Organizational Risk Technology Domain Assessment
SA = Strategic IS Architecture DU = Definitional Uncertainty TU = Technical Uncertainty IR = IS Infrastructure Risk
54,03 Business Domain Technology Domain Weighted
Score ROI
Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 13 diperoleh nilai akhir 54,03 dari nilai minimal -20 dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan implementasi SIDAMEL sebesar 61,69%.
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan hasil evaluasi penerapan metode
information economics untuk menganalisis investasi TIK
di BSML Regional II sebagai berikut.
1. Pada analisis Simple ROI, SIPEK memperoleh nilai -17,77 %, SIMTU memperoleh nilai -9,65 % dan SIDAMEL memperoleh nilai 39,75 %. Hal ini berarti pada implementasi SIPEK dan SIMTU biaya operasional tiap tahunnya lebih besar dari pada manfaat penghematannya. Sedangkan pada implementasi SIDAMEL manfaat penghematannya lebih besar daripada biaya operasionalnya.
2. Pada perhitungan IE score card, SIPEK
memperoleh nilai 37,09, SIMTU memperoleh nilai
48,64 dan SIDAMEL memperoleh nilai 54,03. Hasil tersebut menunjukkan bahwa investasi TIK melalui penerapan SIPEK dan SIMTU memperoleh
predikat cukup layak, sedangkan SIDAMEL
memperoleh predikat layak yang berarti investasi TIK dinilai cukup memberikan manfaat bagi BSML Regional II.
3. Dari hasil perbandingan nilai information economics yang diperoleh, SIDAMEL memiliki
prioritas tertinggi dengan tingkat kelayakan 61,69%, diikuti oleh SIMTU memiliki prioritas sedang dengan kelayakan 57,20% dan SIPEK memiliki prioritas terendah dengan tingkat kelayakan sebesar 47,57%. Dengan demikian BSML Regional II dapat mengimplementasikan SIDAMEL terlebih dahulu, kemudian diikuti SIMTU dan terakhir mengimplementasikan SIPEK agar dapat memperoleh manfaat yang optimal.
Daftar Pustaka
[1] Dekleva, Sasha. (2005). Justifying Investments in IT. Journal of Information Technology Management Volume XVI, Number 3, 2005. Depaul University.
[2] Sudarsono, Sri Oktaviani (2007). Analisis Investasi Teknologi
Informasi dengan Metode Real Option Valuation dan Economic Value Added: Studi Kasus pada PT. Simplimobile Indonesia.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
[3] Simanjuntak, Djuangga (1998). Information Economics dari
Sistem Informasi di Lembaga Pemerintah (Studi Kasus: Ditjen Bina Marga Dep. P.U.). Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
[4] Tjahjono, Budi. (2007). Analisis Cost Benefit dengan Metode
Information Economics dalam Pengembangan Teknologi Jaringan pada PT. Sumber Indo Kencana. Jurnal FASILKOM Vol. 5 No. 2
Oktober 2007
[5] Parker, M. and Benson, R. with Trainor, H. (1988). Information
Economics: Linking Business Performance to Information Technology. New Jersey: Prentice Hall.
[6] Barry W. Boehm, Ellis Horowitz. (2000). Software Cost
Estimation with Cocomo II. New Jersey: Prentice Hall.
Biodata Penulis
Arif Nurjaya, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.),
Jurusan Teknik Fisika UGM Yogyakarta, lulus tahun 2007. Saat ini menjadi PNS di BSML Regional II Kementerian Perdagangan.
Wing Wahyu Winarno, memperoleh gelar Akuntan (Ak),
Jurusan Akuntansi UGM Yogyakarta, lulus tahun 1987. Memperoleh gelar Mastering Accountancy and Financial
Information Systems (MAFIS) Cleveland State
University USA, lulus tahun 1994. Memperoleh gelar Doktor (Dr.) Pascasarjana Ilmu Akuntansi UI Jakarta, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di STIE YKPN Yogyakarta.
Silmi Fauziati, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T),