BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini mengkaji tentang pengobatan suwuk pada etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Fokus dari penelitian ini adalah mengenai mengapa pengobatan suwuk ini tetap bertahan
hingga saat ini. Padahal sudah banyak pengobatan modern dan pengobatan tradisional lainnya seperti pengobatan akupuntur dan kusuk di desa tersebut. Hal
yang lebih menarik adalah banyak pengobatan tradisional selain suwuk seperti pengobatan dukun tiban1, dan dukun calak2 yang telah punah di desa tersebut, sedangkan pengobatan itu sudah ada di Desa Aek Loba Pekan sekitar abad ke-19
bersamaan dengan munculnya pengobatan suwuk3
Penduduk yang berdomisili di Desa Aek Loba Pekan ini adalah etnis jawa yang berjumlah sekitar 93,7% sedangkan sisanya ada etnis Batak Mandailing,
Batak Toba, Sunda, Banjar dan Nias sekitar 6,3 % .
4
. Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan merupakan transmigran dari Jawa Tengah dan merupakan penduduk asli,
sedangkan etnis lainnya merupakan pendatang. Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan masih memegang teguh kebudayaan jawa. Hal ini terlihat dari segi bahasa yang masih kental dan upacara-upacara seperti upacara perkawinan, upacara
nujuh bulan5
1
Tiban merupakan pengobatan yang kekuatannya dari hasil roh
2
Dukun calak adalah dukun untuk sunatan.
3
Hasil informasi sementara dari informan
4
Hasil wawancara sementara dari beberapa informan.
5
Tujuh bulan ( upacara bagi wanita yang hamil pertama,dan kehamilannya berusia 7 bulan ) sering disebut juga tingkeban
segi pengobatan pun masyarakat desa ini masih banyak menggunakan pengobatan tradisional seperti kusuk, suwuk, prewangan, dan akupuntur.
Secara harfiah, kata suwuk berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah
berhenti6. Menurut orang Jawa suwuk diartikan sebagai cara pengobatan tradisional dari seseorang yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengobati
dan menggunakan mantra (japa)7. Mantra (japa) dibacakan pada media air yang kemudian diminumkan kepada pasien atau yang sedang menderita suatu penyakit8
Suwuk sebagai obat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit yang
diakibatkan karena keseimbangan dalam tubuh terganggu seperti muntaber, berak darah, demam. Obat-obatan suwuk biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
yang disebut dengan ramuan tradisional. Ramuan tradisional merupakan media pengobatan yang menggunaka
. Pengobatan suwuk bagi orang Jawa di Desa Aek Loba Pekan,
digunakan sebagai obat, penawar dan peyapihan. Orang yang melakukan pengobatan suwuk disebut sebagai penyuwuk atau dukun suwuk.
sebagai bahan bakunya. Berbagai jenis tanaman yang berkhasiat unt sebenarnya banyak yang dapat diperoleh di lingkungan sekitar, seperti di halaman
sebagai bahan atau
sering digunakan oleh para dukun suwuk adalah petika (sejenis daun-daun), biasanya tanaman ini ada di halaman rumah si dukun. Ada beberapa bumbu
6
8
masakan yang juga digunakan sebagai obat suwuk salah satunya yaitu merica9
Metode pengobatan suwuk memiliki beranekaragam cara sesuai dengan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pasien dalam pengobatan suwuk dari semua kalangan umur, mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa hingga untuk
orang tua. Contoh pengobatan suwuk dalam mengobati seorang anak yang selalu rewel dan menangis, setiap dukun memiliki metode suwuk yang berbeda-beda
dalam mengobati anak tersebut. Salah satu dukun hanya mengobati dengan media air yang sudah di mantrai kemudian sianak meminum air tersebut dan
. Menurut Agus (2007) ramuan tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan alami punya
kelebihan dari efek samping. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan ramuan tradisional seperti suku Indian Soshone menggunakan sekitar 300 macam tanaman untuk pengobatan. Suku Hanunoo di Mindoro
mengenal lebih dari 1600 macam tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit (Agus, 2007 : 268).
Suwuk sebagai penawar digunakan untuk orang yang terkena penyakit
yang bersumber dari mahluk-mahluk gaib seperti guna-guna, sawan merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan-gangguan dari mahluk gaib biasanya
penderita penyakit ini adalah anak balita, dan kesambet atau kemasukan roh halus.
Suwuk sebagai Penyapihan merupakan tehnik pengobatan bayi yang masih
berusia 1-2 tahun, dalam melakukan penceraian air susu ibu (ASI). Penyapihan
ini sering dilakukan pada anak bayi yang sulit untuk berhenti dari masa menyusui.
9
mengusapkan ke wajahnya. Sedangkan dukun lainnya mengobati dengan menggunakan media air yang dimantrai lalu air tersebut disemburkan pada anak
tersebut. Contoh di atas merupakan salah satu perbedaan metode pengobatan suwuk. Pengobatan suwuk selalu menggunakan air dan mantra. Semua dukun
suwuk selalu menggunakan 2 (dua) hal tersebut dalam segala penyakit baik
penyakit fisik maupun psikis10. Pengobatan tradsional yang menggunakan mantra juga terlihat pada pengobatan balian11
Ada beberapa informasi mengenai lahirnya pengobatan suwuk. Informasi pertama lahirnya pengobatan suwuk muncul ketika zaman Walisongo
yang ada di Desa Kuntap, Dayak Benuaq.
(Srinth!1 : 2004).
12
di Pulau
Jawa pada abad ke-1413. Salah seorang dari Walisongo yaitu Maulana Ishaq yang berasal dari Samarkand, Rusia Selatan adalah penyebar agama Islam dan ahli dalam pengobatan14
Informasi kedua lahirnya pengobatan suwuk dari dukun suwuk yang ada di
Desa Aek Loba Pekan, suwuk berasal dari pulau Jawa. Keterangan mengenai lahirnya suwuk di Jawa bagaian mana belum ada kejelasan, hal ini terjadi karena ada beberapa perbedaan pendapat. Salah satu keterangan dari informan bahwa
suwuk terdapat di Jawa Tengah khususnya di Wonogiri, ada juga yang . Penjelasan informasi ini mungkin pengobatan suwuk berasal
dari Samarkand Rusia Selatan.
10
Psikis : jiwa seperti kerasukan
11
Balian merupakan pengobatan yang menggunakan ritual, sesajen dan mantra, pengobatan ini dilakukan oleh seorang dukun wanita yang bernama Supinah. Informasi ini terdapat pada Media Perempuan Multikultural yang disebut Srinth!1.
12
Walisongo artinya Sembilan wali yang merupakan orang-orang khusus dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.
13
14
mengatakan suwuk berasal dari Solo, bahkan ada juga yang mengatakan suwuk berasal dari Jawa Timur.
Pengobatan tradisional yang menyerupai pengobatan suwuk juga ada di daerah Jawa Tengah, terlihat dari pengalaman yang ditulis oleh Saksono (2007) dalam bukunya mengenai pengalaman seorang wanita menderita haid yang tak
kunjung sembuh. Wanita tersebut telah mendatangi dokter namun sakitnya hanya sembuh sementara. Karena penyakitnya tak sembuh, wanita tersebut melakukan
pengobatan dari dukun yang hanya menggunakan mantra, kemudian sakitnya pun sembuh (Saksono 2007:10).
Bukan hanya di daerah Jawa saja pengobatan tradisional yang menyerupai
pengobatan suwuk. Sianipar (1987) dalam bukunya menjelaskan peranan dukun masih dibutuhkan pada masyarakat Bugis-Makasar Di Kota Madya Ujungpandang. Di kalangan orang Bugis-Makasar, sanro merupakan sebutan
yang paling populer untuk dukun. Selama pengalaman sanro menolong klien, terutama mengobati orang sakit, setiap sanro pernah mengalami masa gemilang
diukur dari banyaknya klien yang datang dan dilayani. Salah satu sanro umpamanya mencapai puncak kepopuleran pada tahun 1974. Selama bulan Mei dan Juni tahun itu tercatat berturut-turut sebanyak 739 dan 1.022 orang pasien.
Semakin berkembangnya zaman jumlah pasien sanro pun semakin berkurang. Namun sanro tidak mengalami kepunahan karena masih ada juga pasien yang
datang, dengan kata lain sanro masih tetap bertahan (Sianipar 1987 : 27).
Dari penjelasan beberapa studi kasus di atas, bahwa ternyata pengobatan tradisional masih tetap bertahan. Salah satu contoh seperti studi kasus pertama,
sembuh sebentar. Tetapi ketika ia pergi berobat ke dukun, penyakit yang dideritanya sembuh total. hal ini menjelaskan bahwa bukti kesembuhan menjadi
pilihan yang paling utama dan menjadi kepercayaan seseorang untuk memilih tempat pengobatan. Logan dan Hunt (dalam Findra : 2001) menjelaskan bahwa pada umumnya, keanekaragaman persepsi sehat dan sakit beserta perawatan
kesehatan antar komunitas pada umumnya ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma. Atas dasar konsep ini, dapat dikatakan bahwa pada
umumnya kebudayaan yang menentukan apa yang menyebabkan orang menderita sebagai akibat dari perilakunya dan mengapa perawatan medisnya mengikuti cara tertentu dan bukan cara lainya15
Demikian pula halnya dengan pengobatan tradisional suwuk yang ada di
Desa Aek Loba Pekan pengobatan suwuk masih tetap bertahan, ditambah lagi yang menjadi pasien bukan hanya etnis Jawa, tapi dari etnis Batak Toba dan Cina.
Etnis Batak Toba dan Cina sudah mengenal dan mengikuti pengobatan suwuk sekitar tahun 1970, jumlah pasien dari etnis lain ± 10 orang/tahun. Sedangkan jumlah pasien keseluruhan sekitar 50-100 pasien untuk setiap dukun suwuk.
Mungkin alasan kesembuhan yang menjadi dasar utama tujuan setiap orang memilih pengobatan tersebut
. Sebagai contoh jika sakit diguna-guna maka
pengobatan yang dilakukan adalah meminta pertolongan dukun. Hal ini sudah terdoktrin dalam pikiran setiap orang yang mengenal pengobatan tradisional.
16
15
Skrifsi Hedo Findra 2001 dengan judul Metode Pengobatan Ruqyah
16
Keterangan hasil wawancara dari dukun suwuk di Aek Kuasan
. Apapun alasan masyarakat masih memilih
1.2 Tinjauan Pustaka
Pengobatan tradisional merupakan suatu upaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan ilmu kedokteran, berakar pada tradisi yang berasal dari suku
itu sendiri maupun diluar dari suku tersebut (Sarajar dkk, 1994 : 2). Pengobatan tradisional ini cendrung menjadi tradisi yang turun temurun di kalangan
masyarakat. Menurut Ismail tradisi dalam arti sempit adalah kumpulan benda material dan ide yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu (Ismail, 2012 : 25). Pengobatan tradisional itu sendiri merupakan tradisi dari kumpulan
gagasan pada suatu suku tertentu.
Menurut Foster dan Anderson (1986) di negara-negara yang memiliki
sistem medis tradisional, seringkali timbul keinginan untuk meningkatkan sistem medis tradisional itu pada status “terpisah namun sederajat” dengan kedokteran Barat, dilandasi oleh argumen mengenai kemanshuran efektivitas pengobatan
tradisional tersebut. Menurut Huard dan Wong dalam tulisanya akhir-akhir ini mengenai pengobatan Cina, misalnya menekankan pentingnya teknik-teknik
pengobatan yang telah dikenal dan digunakan lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat. Sementara menurut Opler di Asia Tenggara, pengobatan Ayuverda Hindu, dan pengobatan Islam, Unani Tibbi, dikenal dan didukung oleh
pemerintah nasional masing-masing (dalam Foster dan Anderson : 1986 : 57).
Selanjutnya Foster dan Anderson (Foster dan Anderson 1986 : 63)
1. Sistem-sistem medis personalistik
Sistem personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness)
disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk
manusia (tukang sihir atau tukang tenun). Orang yang sakit adalah korbannya, objek dari agresi atau hukuman yang ditunjukkan khusus
kepadanya untuk alasan-alasan khusus yang menyangkut dirinya sendiri. 2. Sistem Medis naturalistik
Dalam sistem naturalistik, penyakit ( illness ) dijelaskan dengan
istilah-istilah yang sistemik yang bukan pribadi. Sistem-sistem naturalistik, diatas segalanya, mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan
tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan, seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan
lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
Konsep sakit sering diintepretasikan secara berbeda-beda berdasarkan
pengetahuan secara umum dan pengetahuan secara budaya dari setiap kebudayaan masing-masing. Secara umum defenisi sakit adalah suatu keadaan yang tidak
seimbang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan. Dengan demikian seseorang yang menderita suatu jenis penyakit berarti orang tersebut tidak dapat menjaga keseimbangan diri dengan lingkungannya atau organisme
maka orang tersebut dikatakan sakit (menderita suatu jenis penyakit) yang memerlukan penyembuhan baik secara tradisional maupun modern (Lubis dkk,
1995 : 2)17
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007) mantra adalah kata-kata,
ayat-ayat yang menimbulkan kuasa ghaib atau hikmat apabila diucapkan (untuk menyembuhkan penyakit, menghalau hantu dan sebagainya. Menurut Meliji
(dalam Agus : 2007) bahwa obat-obatan tradisional yang berasal dari tumbuhan dan air lebih ampuh digunakan jika dibarengi dengan bacaan mantra, karena mantra memiliki kekuatan gaib dari roh-roh leluhur. Sedangkan air menurut
Kodoatie adalah material yang sangat dibutuhkan dalam hidup
. Studi ini akan mencermati konsep sehat dan sakit pada dukun suwuk dan kaitannya dengan sistem dukun suwuk.
Setiap praktek dukun lainnya, pengobatan dukun mempunyai dua tahap ;
pertama diagnosa dan pemilihan metode pengobatan yang tepat (Geertz, 1981:123). Diagnosa merupakan proses untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita pasien. Dukun suwuk juga menggunakan hal yang sama seperti apa yang
dilakukan Greertz, dimana setelah dukun mendiagnosa penyakit pasien, maka dukun pun tahu metode pengobatan seperti apa yang akan dilakukan. Jika di
suwuk metode pengobatan yang selalu digunakan baik penyakit yang naturalistik
maupun personalistik adalah menggunakan air dan mantra.
18
17
Dikutip dari buku Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera Utara
. Air sudah teruji banyak menyembuhkan berbagai jenis penyakit, hal ini dibuktikan oleh seorang
Guru Besar Fakultas MIPA Unair, Suhariningsih dan seorang peneliti Jepang terkenal Emoto. Suhariningsih mengatakan bahwa air juga membentuk
18
konfigurasi yang mampu memancarkan gelombang elektromagnetik. Di bidang kimia air memiliki rumus H2O, tetapi bagi ahli fisika konfigurasi atom pembentuk
molekul air sangat menentukan informasi yang ada di dalamnya. Setiap molekul air mengandung informasi tertentu. Fenomena yang ada, tergantung dari informasi yang datang. Air dalam struktur tertentu, dapat menjadi informasi yang
dibutuhkan oleh tubuh, sehingga bisa bersifat menyembuhkan. Penelitian Emoto pada tahun 2006 juga berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan
atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah. Hasil penelitian Emoto merupakan pengalaman menakjubkan karena
membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia19
Metode pengobatan dalam pengobatan suwuk beranekaragam sesuai
dengan dukun. Dukun didefinisikan sebagai orang yang mengobati orang sakit secara kampung dengan jampi,mantra,pawang dan sebagainya
.
20
19
. Dukun juga
memiliki beranekaragam nama sesuai dengan suku ataupun daerah masing-masing. Contoh jika di Bugis dukun disebut masyarakat sebagai sanro, di karo dukun disebut sebagai guru, lain hal dengan di simalungun dukun sering disebut
sebagai datuk. Di kalangan masyarakat di Desa Aek Loba Pekan, orang yang melakukan pengobatan suwuk disebut penyuwuk atau dukun suwuk .
20
Pengalaman Geertz (1981) ketika melakukan penelitian di tahun 1950-an di Modjokerto, Jawa Timur. Ada beberapa macam dukun : dukun bayi, dukun
pijat, dukun prewangan (medium), dukun calak (tukang sunat), dukun wiwit (ahli upacara panen), dukun tematen (ahli upaca perkawinan), dukun pentungan (ahli meramal dengan angka), dukun sihir atau juru sihir, dukun susuk (spesialis yang
mengobati dengan jarum mas di bawah kulit), dukun japa (tabib yang mengandalkan mantra), tabib jampi (tabib yang menggunakan tumbuh-tumbuhan
dan berbagai obat asli), dukun siwer ( spesialis dalam mencegah kesialan alami seperti mencegah hujan ketika orang sedang mengadakan pesta), dukun tiban (tabib yang kekuatannya temporer dan merupakan hasil dari kerasukan roh
(Greezt, 1981 : 116). Dari jenis-jenis keahlian dukun yang dijelaskan oleh Greertz di atas, juga terdapat hal yang sama dalam pengobatan suwuk yaitu : 1) Dukun prewangan (medium) yaitu dalam suwuk juga ada sistem pemanggilan roh orang
yang sudah meninggal lalu membantu untuk mengobati sipasien. 2) Dukun japa, dimana dalam suwuk juga menggunakan mantra dalam proses pengobatan. 3)
Tabib jampi, suwuk juga menggunakan tumbuh-tumbuhan untuk mengobati
pasien.
Pengobatan suwuk adalah termasuk dalam jenis pengobatan tradisional
yang terdapat di Sumatera Utara. Menurut Lubis dkk (1995) dalam penelitiannya tentang pengobatan tradisional pada masyarakat pedesaan daerah Sumatera Utara
pada tahun 1995, pengobatan suatu jenis penyakit yang dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobatan tradisional dan pengobatan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis
jenis (cara) ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat yang ada di
perkotaan maupun masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat yang berada di perkotaan cenderung untuk pengobatan penyakitnya kepada tenaga medis atau dokter yang mendapatkan pengetahuan melalui jalur pendidikan di Perguruan
Tinggi. Sedangkan masyarakat yang berada di pedesaan bila mereka menderita suatu jenis penyakit, baik yang bersifat naturalistik maupun yang personalistik
cenderung meminta bantuan kepada pengobatan tradisional (dukun, datuk, dan tabib). Bilamana penyakit yang diderita seseorang tidak dapat hilang atau sembuh barulah orang (sipenderita) berusaha untuk pergi berobat kepada tenaga medis
atau dokter (Lubis dkk, 1995 : 2-3). Dalam hal ini, pengobatan tradisional menjadi pilihan akhir.
Dari uraian di atas Lubis dkk menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan
modern seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar di pedesaan dan di perkotaan, namun pengobatan tradisional masih berfungsi dalam masyarakat baik
masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal ini telihat dari penelitiannya di daerah pedesaan Sumatera Utara, peranan dan fungsi pengobatan tradisional seperti dukun, datuk dan tabib hingga saat ini masih tetap diperlukan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit. Terlebih-lebih bila masyarakat itu menderita penyakit yang bersifat personalistik, mereka akan
meminta bantuan kepada pengobatan tradisional baik yang berada jauh dari tempat tinggal mereka (Lubis dkk, 1995 : 3). Penelitian ini juga akan melihat apakah pengobatan suwuk tersebut lebih diminati untuk sebab-sebab penyakit
Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aziddin dkk pada tahun 1990. Mereka meneliti tentang
pengobatan tradisional daerah Kalimantan Selatan yang mengkaji tentang semua jenis pengobatan tradisional yang ada di Kalimantan Selatan, dengan tujuan untuk mendukung kemungkinan pemanfaatan pengobatan tradisional sebagai usaha
untuk memberikan bahan masukan dalam rangka pelayanan kesehatan pada anggota masyarakat. Aziddin dkk menjelaskan bahwa meskipun perkembangan
obat modern maju pesat, namun pengobatan tradisional tak pernah surut dari arus kemajuan teknologi kedokteran, hal ini karena pengobatan tradisional telah diakui fungsinya sebagai saranan penyembuhan berbagai penyakitnya yang dikenal
secara khusus oleh masyarakat. Penggunaan pengobatan tradisional disamping sebagai upaya pengobatan penyakit yang dapat diindentifikasikan wujud, dapat pula dipergunakan untuk aspek pengobatan yang bersifat kejiwaan dan
kepercayaan (Aziddin dkk, 1990 : 2). Apakah pengobatan suwuk yang masih bertahan terkait dengan aspek kejiwaan dan kepercayaan atau karena ada hal
lainnya. Ini juga yang menjadi bahan studi penelitian tentang pengobatan suwuk.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa pengobatan suwuk masih tetap bertahan hingga saat ini di Desa Aek Loba Pekan. Sementara ada pengobatan
Masalah tersebut dirincikan dalam beberapa pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana latar belakang munculnya pengobatan suwuk di Desa Aek Loba Pekan?
2. Bagaimana perolehan ilmu pengobatan suwuk dan bagaimana ilmu tersebut diteruskan ke orang lain ?
3. Jenis-jenis penyakit apa saja yang dapat diobati menggunakan pengobatan suwuk dan metode pengobatan apa yang dilakukan oleh dukun suwuk di
Desa Aek Loba Pekan ?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang pengobatan tradisional suwuk di Desa Aek Loba Pekan ?
1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana suwuk dapat bertahan hingga saat ini. Setiap penelitian diharapkan memberikan manfaat baik
untuk masyarakat, untuk para peneliti tentang kesehatan, maupun para ahli pengobatan tradisional yaitu suwuk. Dengan tersedianya data-data dan informasi
menyangkut pengobatan tradisional, maka sangat besar manfaatnya bagi masyarakat pedesaan untuk dapat lebih memahami cara pengobatan tradisional. Disamping itu sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijaksanaan
pembinaan dan pengembangan kesehatan bagi masyarakat, tetapi sekaligus sebagai usaha dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
dalam. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah literatur mengenai kesehatan masyarakat yang dikaji berdasarkan perspektif Antropologi.
1.5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian bersifat etnografi21
1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang pada saat penelitian. Tehnik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat
langsung, mendengarkan, dan mencatat kejadian-kejadian ataupun aktivitas yang terjadi pada proses kegiatan yang dilakukan oleh dukun
suwuk, seperti melihat siapa saja yang menjadi pesien dalam pengobatan
suwuk, apa yang dilakukan pertama kali dalam pengobatan suwuk,
bagaimana cara mendianosisnya, bagaimana cara (metode) dalam proses
pengobatan suwuk, alat-alat seperti apa yang digunakan untuk proses pegobatan suwuk, melihat bagaimana proses penggunaan obat-obatan yang menggunakan pandangan emik.
Tehnik etnografi utama pada pengumpulan data adalah wawancara yang mendalam dan terbuka serta observasi, yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama, bukan kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan yang terstruktur
(Spradley, 1997 : xvi)
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
21
herbal, bagaimana cara pembacaan mantra dan lain-lain. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi tanpa partisipasi22
2. Wawancara mendalam dengan informan, yaitu proses Tanya jawab secara
langsung yang ditunjukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan interview guide (pedoman wawancara). Wawancara dilakukan kepada informan yang merupakan para ahli suwuk dan pasien.
Peneliti menggunakan teknik indepth interview atau wawancara mendalam untuk mendapat data dari informan. Wawancara digunakan untuk
memperoleh data seperti bagaimana latar belakang munculnya pengobatan suwuk di Desa Aek Loba Pekan, jenis-jenis penyakit apa saja yang dapat
diobati menggunakan pengobatan suwuk dan metode pengobatan apa yang
dilakukan oleh dukun suwuk di Desa Aek Loba Pekan, Bagaimana tanggapan masyarakat tentang pengobatan tradisional suwuk di Desa Aek
Loba Pekan, mengapa etnis lain seperti etnis Batak dan Cina mau menggunakan pengobatan suwuk . Semua orang yang ada di Desa Aek
. Dalam observasi
tanpa partisipasi peneliti akan mengamati secara umum kondisi masyarakat terlebih dahulu. Kemudian peneliti akan langsung terjun kelapangan dengan cara berkumpul bersama para pasien dan masyarakat
sekitar serta mengikuti berlangsungnya pengobatan suwuk. Observasi ini berguna untuk mendapatkan data yang benar tanpa adanya rekayasa. Hasil
observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.
22
Observasi tanpa berpartisipasi yaitu sipeneliti atau sipengamat melakukan pemeriksaan tanpa
Loba Pekan yang mengetahui pengobatan suwuk akan dijadikan informan. Pencarian informan ini akan dibantu oleh salah satu masyarakat desa
tersebut yang dikenal dan dapat dipercaya. Dukun suwuk dan pasien merupakan informan kunci yang dapat menjawab fokus yang menjadi objek penelitian.
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini beruapa alat perekam yang digunakan pada saat wawancara, dan alat dokumentasi seperti kamera dan video biasanya yang akan digunakan pada saat observasi. Dengan
adanya peralatan-peralatan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap serta adanya bukti yang fakta dari lapangan.
Sejalan dengan ini peneliti juga menggunakan referensi-referensi yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini. Adapun referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa buku, bahan-bahan dari internet, jurnal,
majalah, dan surat kabar. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti untuk mengolah data yang didapat dari lapangan.
Rapport ( menjalin hubungan baik dengan informan ) menjadi satu hal pokok yang perlu dijelaskan secara lebih rinci. Bagaimana seorang peneliti bisa masuk dalam suatu lingkungan dan diterima agar lebih mudah untuk mendapatkan
data yang akurat. Pada penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui tentang pengobatan tradisional suwuk. Sehingga ingin
ramah dan terbuka merupakan cara yang efektif dalam mendekatkan diri dengan informan. Oleh karena itu, peniliti sudah menjajaki hubungan baik dengan salah
satu penduduk Desa Aek Loba Pekan sejak penelitian pendahuluan awal untuk penulisan proposal. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai masalah yang diteliti