• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SISTEM muskuloskeletal 1 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SISTEM muskuloskeletal 1 (1)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL

ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL KOLUM DISORDER

KIFOSIS, LORDOSIS SCOLIOSIS

1. NESYA ANDITA 2. ABIDIN

3. JUMAAN TASMITA

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEMESTER 4

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………...

B. Rumusan Masalah……….

C. Tujuan ………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Denifisi ………...

B. Patofisiologi...

C. Etiologi... D. Manifestasi klinis... E. Komplikasi... F. Pencegahan... G. Pengobatan... H. Pemeriksaan fisik... I. Pemeriksaan penunjang...

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL

A. Asuhan Keperawatan Skoliosis...

B. Asuhan Keperawatan Lordosis...

C. Asuhan Keperawatan Kifosis...

BAB IV PENUTUP

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL KOLUM DISORDER Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan Sistem Muskuloskeletal.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Ns.Tisa Gusmiah,M.Kep, dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian makalah ini. Di samping itu, kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa/i STIK Muhamamadiyah Pontianak dan terutama bagi mahasiswa/i keperawatan.

Pontianak, 10 mei 2016

(4)

BAB I PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

(5)

menyampaikan pesan/ pernyataan secara terbuka melalui media tertentu secara satu arah kepada publik yang tersebar dan bersifat mengajak. Kampanye sadar skoliosis ini akan mengajak masyarakat Indonesia agar lebih sadar akan skoliosis dan lebih peka terhadap tanda-tanda yang menunjukkan adanya skoliosis sehingga mereka tidak terlambat saat menyadarinya. Selain itu kampanye ini dilaksanakan untuk mencegah bertambah banyaknya penderita skoliosis di Indonesia.Target utama dari kampanye ini adalah orang tua yang memiliki anak-anak yang berumur 10-14 tahun karena pada umur tersebut skoliosis mulai dapat dideteksi dan orang tua memiliki fungsi penting dalam pertumbuhan anak,contohnya fungsi edukatif dan protektif.Melalui kampanye untuk mensosialisasikan pengetahuan tentang skoliosis ini, diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita skoliosis di Indonesia. Atas 3 kebutuhan kampanye ini, peneliti berniat untuk membuat rancangan dalam bentuk media visual.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

2. Apa Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis.?

3. Apa Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

4. Apa manifestasi klinis dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

5. Apa komplikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

6. Bagaimana pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

7. Bagaimana cara pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

8. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

(6)

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

2. Mengetahui Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

3. Mengetahui Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

4. Mengetahui Manifestasi klinis dari dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

5. Mengetahui komlikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

6. Mengetahui pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

7. Mengetahui pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

8. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi.

(8)
(9)

3. Scoliosis : Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berubah bentuk dari lurus menjadi melengkung yang cenderung akan berbentuk seperti huruf S.

B.PATOFISIOLOGI

(10)

suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan tulang belakang.

b. Lordosis : Tidak ditemukan sumber yang jelas mengenai patofisiologi terjadinya lordosis.Namun hal-hal yang berkaitan dan merupakan factor resiko terjadinya lordosis pada seseorang adalah usia, jenis kelamin, kegemukan, kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang tinggi, etnis,pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.lordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal.

c. Scoliosis

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.

C. Etiologi.

1. Skoliosis

(11)

Terdapat 4 penyebab umum dari skoliosis:

a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu. Penyebab penyakit skoliosis ini adalah bisa dari bawaan yang disebabkan oleh tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan di dalam rahim. Hal ini mungkin terjadi karena kurang perhatian dalam menjaga rahim yang ada di dalam, sehingga bentuk tulang bayi yang akan lahir akan terjadi tidak secara normal.Maka dari itu, sangat perlu diketahui bagi masyarakat saat ini, baik yang usia

b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile.

c. Idiopatik,Jenis penyakit skoliosis yakni salah satunya skoliosis idiopatik. Kasus skoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya disebut idiopatik. Menurut penelitian yang telah dilakukan, sekitar sepertiga penderita skoliosis idiopatik terkait faktor genetika yang dialami individu tersebut. Skoliosis idiopatik diderita sebanyak 80 persen dari jumlah penderita skoliosis.

d. Skoliosos degenerative Selain idiopatik, ada juga skoliosis degenratif dalam jenisnya. Skoliosis degeneratif terjadinya akibat kerusakan pada bagian tulang belakang yang terjadi secara perlahan-lahan. Skoliosis dari tipe ini sering terjadi pada orang dewasa sebab seiring bertambahnya usia, beberapa bagian tulang belakang menjadi sangat mudah lemah dan menyempit. Selain itu, ada beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan tulang belakang yang bisa menyebabkan skoliosis degeneratif, seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, motor neurone disease, sklerosis multipel, dan kerusakan tulang belakang yang terjadi akibat dari operasi.

2. Lordosis

(12)

dikenal sebagai lower crossed syndrome(dikaitkan dengan posisi dari otot yang menegang dan otot yang melemah berseberaangan)

Seringkali,lordosis muncul di masa kecil tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini disebut benign lordosis remaja. Namun,lordosis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia.

Penyebab potensial lain dari lordosis meliputi:

a. Postur tubuh yang buruk Kondisi tubuh dari seseorang yang sejak anak-anak hingga orang dewasa bisa menjadi salah satunya penyebab penyakit lordosis karena, bisa menjadi bawaan hal yang buruk dari tulang belakangnya. Dengan begitu, jika individu tersebut melakukan aktivitas dengan kesalahan kesalahannya akan dapat memperparah penyakit pada pungggungnya yakni lordosis. Aktivitas aktivitas tersebut seperti duduk sembarangan yang dapat merusak tulang punggung.

b.Kegemukan Salah satu penyebab terjadinya penyakit lordosis pada tulang punggung yakni berat badan pada seseorang yang berlebih obesitas. Hal tersebut akan menjadi penyebab terjadinya lordois karena badan yang ada pada individu tersebut tidak mampu menopang berat badan yang ada pada individu tersebut. Kondisi ini akan membuat tulang pada punggungnya menjadi terbebani dan masuk ke dalam punggung individu tersebut.

c. Osteoporosis (melemahnya tulang dengan usia)Ketika saat tua, seseorang akan sangat mudah mengalami penyakit lordosis tersebut. Seperti yang telah terjadi saat ini, banyak orang tua yang berjalan dengan membungkuk. Hal ini di sebabkan badan yang sudah tidak kuat lagi dari orang lansia menjadi beban yang sangat berat dan sudah mulai rapuh. Sehingga tulang pungung mereka akan rawan sekali terkena penyakit lordosis tersebut.

(13)

menjadi penyakit lordosis, karena tulang punggung bawah yang ada pada individu tersebut mempunyai kerapuhan. Kerapuhan inilah yang akan menjadi mudahnya terkena serangan penyakit lordosis sehingga, sangat sulit sekali untuk berjalan karena kondisi badan yang membungkuk.

e. Ganguan tulang belakang Sering sekali orang yang terkena penyakit lordosis disebabkan karena adanya gangguan yang terjadi pada tulang punggung mereka. Dengan adanya ganguan tersebut, maka akan sangat mudah sekali tulang

punggung tersebut rapuh dan tidak dapat menahan hal hal yang berat, sehingga badan dan tulang punggung akan menjadi membungkuk.

f.Alas kaki Alas kaki dengan hak tinggi yang biasa dipakai oleh wanita saat ini akan meningkatkan resiko lordosis. Hak tinggi menyebabkan pusat gravitasi tubuh berpindah ke depan dan peningkatan kelengkungan tulang belakang.

g. Spondylolisthesis (suatu kondisi dimana satu vetebra tergelincir ke depan atau kebelakang relatif terhadap vetebra berikutnya)

h. Discitis (gangguan disk antara tulang-tulang belakang)

i. Achondroplasia (bentuk dwarfisme )

3.Kiposis

Tulang tunggal (vertebra) yang membentuk tulang belakang yang sehat terlihat seperti silinder yang bertumpuk dalam sebuah kolom. Kifosis terjadi ketika tulang di punggung atas menjadi lebih berbentuk baji. Deformitas ini dapat disebabkan oleh berbagai masalah, termasuk:

(14)

b. Degenerasi disk. Disk lembut yang melingkar berfungsi layaknya bantal antara vertebra tulang belakang. Seiring dengan bertambahnya usia, disk ini mengering dan menyusut, yang seringkali memperburuk kifosis.

c. Penyakit Scheuermann. Juga disebut kifosis Scheuermann, penyakit ini biasanya dimulai selama lonjakan pertumbuhan yang terjadi sebelum pubertas. Anak laki-laki lebih sering terkena penyakit ini daripada anak perempuan. Lengkungan tulang belakang dapat berkembang semakin buruk ketika masa pertumbuhan anak selesai.

d. Cacat lahir. Jika tulang belakang bayi tidak berkembang dengan baik di dalam rahim, tulang belakang kemungkinan tidak terbentuk dengan benar, dan kemudian menyebabkan kifosis.

e. Sindrom. Kifosis pada anak-anak juga dapat dikaitkan dengan sindrom tertentu, seperti sindrom Marfan atau penyakit Prader-Willi.

f. Kanker dan pengobatan kanker. Kanker di tulang belakang dapat melemahkan tulang dan membuatnya lebih rentan terhadap fraktur kompresi, seperti halnya kemoterapi dan pengobatan radiasi untuk kanker.

Peningkatan lengkungan pada tulang belakang bagian atas juga dapat disebabkan oleh posisi tubuh yang sering membungkuk. Disebut kifosis postural, kondisi ini tidak diakibatkan oleh cacat pada tulang belakang. Kondisi ini adalah yang paling umum pada remaja.lansia maupun anak-anak dan remaja saat ini yang sangat mudah meremehkan kesehatan mereka. Penyebab penyakit ini sangat perlu diketahui bagi semua masyarakat, sebab dengan adanya pengetahuan tersebut, sangat membantu untuk mencegah terjadinya kelainan tulang ini. Kondisi ini tentu sangat tidak diinginkan dan agar tidak menyesal kedepannya di saat sudah berlanjut ke usia lansia

D. MANIFESTASI KLINIK

(15)

1. Gejala: Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi.

2. Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru tidak dapat mengembang sempurna. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini.

3. Nyeri punggung seperti diremas-remas/ditarik disertai kekakuan.

4.Nyeri dan kaku terasa bila membungkuk ke depan.Kasus berat dapat terjadi gangguan kardiopulmoner : sesak, fatik, berkurangnya toleransi fisik untuk beraktivitas.

b. Lordosis

1. gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler. 2. Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai,

3. perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis Perubahan pola BAB & BAK.

4. Penonjolan bokong.

5. Gejala lain bervariasi sesuai dengangangguan lain yang menyertainya. 6. Distrofi muskuler, gangguan perkembanganpaha, dan gangguan neuromuskuler.

c. Scoliosis

1. Seringnya mengalami rasa pegal dan sakit pada salah satu sisi pinggang (selalu sisi yang sama)

2. Payudara yang tidak simetris (pada wanita) 3. Cara berjalan yang terlihat limbung

4.Tinggi Pundak yang tidak simetris

(16)

7. nyeri punggung

8. kelelahan pada tulang belakang sesudah duduk / berdiri lama

9.skoliosis yg berat (dgn kelengkungan yg lebih besar dari 60%) bisa menyebabkan Gangguan pernafan

E. Komplikasi

a. Kifosis : Kifosis dapat menyebabkan komplikasi berikut:

1. Masalah citra tubuh. Remaja terutama dapat mengembangkan citra tubuh yang buruk karena lengkungan pada punggung atau akibat memakai penjepit untuk memperbaiki kondisi tersebut.

2. Sakit punggung. Dalam beberapa kasus, penyelarasan tulang belakang yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa sakit, yang bisa menjadi semakin parah dan bersifat melumpuhkan.

3. Nafsu makan menurun. Pada kifosis kasus parah, lengkungan tersebut dapat menyebabkan perut terkompres dan menyebabkan penurunan nafsu makan.

b. Lordosis :

1. masalah jantung, penderita yang tulangnya dalam keaadaan melengkung bahkan hingga 70 derajat tentu saja jantung akan kesulitan untuk memompa darah untuk keseluruh tubuh. Hal ini akibat dari tertekannya jantung.

(17)

3. nyeri punggung, penderita tentu saja akan sering merasakan nyeri punggu yang berlebih. apalagi jika keadaan semakin parah.

c. Scoliosis :Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :

1. Kerusakan paru-paru dan jantung; ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.

2. Sakit tulang belakang; Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.

F. Pencegahan

a. Kiposis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi

(18)

2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu 3. Berolahraga teratur,

4. Diet yang cukup kalsium dan Vitamin D

b. Lordosis :

1. Mengubah posisi duduk yang benar 2. Kurangi tegang pada punggung

3. Kosumsi makanan yang mengandung vitamin D 4. Olahraga teratur

5. Perbanyak mengkonsumsis kalsium

c. Scoliosis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena skoliosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar skoliosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :

1. Duduk dengan posisi yang benar

2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu

3. Berolahraga teratur, terutama olahraga yang menggunakan kedua sisi tubuh secara aktif seperti berenang.

4. Periksa di depan cermin tinggi pundak dan tinggi panggul anda. Apabila tinggi ada kelainan segeralah berkonsultasi dengan dokter Ortophedi atau Rehabilitasi Medik.

G. PENGOBATAN

(19)

Pembedahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin untuk membantu mencegah kondisi kifosis bertambah parah.Terapi osteoporosis diperlukan untuk mencegah terjadinya fraktur di kemudian hari pada kasus kifosis yang disebabkan oleh osteoporosis. Terapi lain seperti olahraga, pengaturan pola makan dan asupan nutrisi dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dua kali sehari atau sesuai dengan jumlah harian yang direkomendasikan setiap hari juga dapat memperlambat atau menghentikan progresifitas osteoporosis. Namun untuk kasus kifosis yang parah, pembedahan merupakan pilihan terapi.

b. Lordosis : Pengobatan masalah lordosis akan dilakukan berdasarkan penyebabnya. Namun biasanya dokter akan melakukan pengobatan berdasarkan usia dan riwayat kesehatan. Adapun tujuan dari pengobatan lordosis adalah agar lengkungan tulang tidak bertambah serta mencegah terjadinya deformitas. Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh.

(20)

perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).

H. PEMERIKSAAN FISIK a. kifosis : Pemeriksaan Fisik

1. Peningkatan kifosis torakal akan mengakibatkan pergeseran ke depan (forward Displacement) kepala dan leher terhadap segmen vertebra dibawahnya sehingga menyebabkan kompensasi berupa peningkatan lordosis lumbal.

2. Nyeri tekan apabila dilakukan palpasi pada prosessus spinosus

3. Pemeriksaan neurologis bila ada keluhan kelemahan, gangguan sensorik/keluhan pola jalan.

b. lordosis : pemeriksaan fsik

1. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.Mengkaji tulang belakang (kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

2.Mengkaji sistem persendian

Luas gerak dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas,stabilitas,adanya benjolan dan kekakuan sendi.

3. Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang teratur yang dianggap tidak normal

c. scoliosis : Pemeriksaan Fisik

(21)

2. Asimetri pundak dan tinggi pinggul.

3. Asimetri pada ukura payudara/ kontur lipatan pinggang.

4. Pemeriksaan neurologis umumnya normal. Pemeriksaan defisit neurologis perlu diperiksa bila dicurigai scoliosis degenerative.

5. Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk kedepan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. kifosis :

1. Foto polos torakolumbal AP dan lateral.

2. MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik

3. Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien misalnya :

a. Foto Rontge

b. MRI ( Magnetic Resonance Imagine) c. EMG (Electro Myo Graphy)

d.Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan diagnosanya dan kemudianditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi atau tidak perlu operasi

b.lordosis :

1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).

(22)

3. Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya.

4. Magnetic resonance imaging (MRI)

5. Computed tomography scan (CT Scan)

6. Pemeriksaan darah

7.Sama dengan bentuk kelainan tulang pungung lainnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

Penampilan fisik Pengukuran untuk menentukan berapa derajat kebengkokan lordosis

c. scoliosis :

1. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.

2. Rontgen tulang belakangFoto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadaptulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilaiderajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal denganmetode Risser.

3. Derajat Risser adalah sebagai berikut :

Grade 0 : tidak ada ossifikasi,grade 1 : penulangan mencapai 25%,grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,grade3 : penulangan mencapai 51-75%,grade 4 : penulangan mencapai 76%grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.3.

(23)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL KOLUM DISORDER

A. Konsep Asuhan Keperawatan Skoliosis

1. Pengkajian

Pengkajian fisik meliputi:

2. Mengkaji skelet tubuh

3. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

4. Mengkaji tulang belakang

5. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

6. Mengkaji system persendian

7. Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.

8. Mengkaji system otot

9. Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

10. Mengkaji cara berjalan

(24)

12. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

13. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

a. Pemeriksaan penunjang 1. Rontgen tulang belakang.

2. X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra : pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.

3. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang).

4. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.

(25)

B. Diagnosa

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. 2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.

c. Intervensi Keperawatan

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi.

Kriteria Hasil: Pola nafas efektif.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji status pernapasan setiap 4 jam.

Memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Bantu dan ajarkan pasien

melakukan nafas dalam setiap 1 jam.

Agar tidak terjadi sesak.

Atur posisi semi fowler Untuk meningkatkan ekspansi paru.

Auskutasi dada untuk

mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.

Perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang. Pantau tanda-tanda vital setiap 4

jam.

Memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral. Tujuan : Rasa nyeri teratasi.

Kriteria Hasil: Rasa Nyeri hilang atau kurang

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.

(26)

intervensi, menentkan evektivitas

Pertahankan lingkungan yang tenang.

Meningkatkan rasa nyaman.

Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi.

Untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri.

Kaloborasi pemberian analgetik. Untuk meredahkan nyeri.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.

Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria Hasil: Meningkatkan mobilitas fisik.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat mobilitas fisik. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untukmeningkatkan kemajuan ksehatan.

Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.

Memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan energy,

(27)

melakukan perawatan diri. meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.

Tujuan : Pola tidur kembali normal Kriteria hasil :

 Jumlah jam tidur tidak terganggu

 Insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur

 Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi.

Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi yang tepat.

Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling.

Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis.

(28)

sebelum tidur. hari. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin.

Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi

D.Implementasi Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan.

E.Evaluasi Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan: 1. Pola napas efektif

 Menunjukkan bunyi napas yang normal.

 frekuensi dan irama napas teratur.

2. Nyeri hilang atau berkurang

 Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.

 Memperlihatkan tenang dan rileks.

 Keseimbangan tidur dan istirahat

3.Meningkatkan mobilitas fisik

 Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat.

 Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.

 Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.

 Meminta bantuan jika membutuhkan

4.Pola tidur kembali normal.

B.Konsep Asuhan Keperawatan Lordosis

A. Pengkajian

(29)

tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola ambulasi,alat bantu yang digunakan (misal:kursi roda,tongkat,walker), dan nyeri (jika ada nyeri tetapkan lokasi,lama,dan faktor pencetus) kram dan kelemahan.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan diagnostik.

Yang perlu diperhatikan adalah:

1. Perhatikan postur tubuh klien(baik atau tidak)

2. Faktor kegemukan juga dapat mempengaruhi lordosis dan kelainan lainnya.

Pemeriksaan fisik meliputi :

1. Mengkaji skelet tubuh adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas,amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.Mengkaji tulang belakang(kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

2. Mengkaji sistem persendian

Luas gerak dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas,stabilitas,adanya benjolan dan kekakuan sendi.

3. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang teratur yang dianggap tidak normal

(30)

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru

2. Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang belakang

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

C. Intervensi Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi

Kriteria Hasil : Pola nafas efektif

INTERVENSI RASIONAL

Kaji status pernafasan setiap 4 jam sekali

Memantau perkmbangan untuk mnentukan tindakan selanjutnya lordosis dan meningkatkan kelurusan pung-gung yang baik.

Untuk meningkatkan kelurusan punggung yang baik

Atur posisi supine Untuk memberikan posisi yang nyaman pada tulang belakang

Auskultasi dada untuk

mendengarkan bunyi nafas setiap 2 jam

Perubahan simetrisan dada menunukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang

Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam

(31)

Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang belakang

Tujuan : Rasa nyeri teratasi

Kriteria Hasil : Rasa nyeri hilang atau berkurang

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tipe nyeri,dan lokasi nyeri Mengevaluasi nyeri,menentukan pilihan intervensi,mengefektivitas

Kolaborasi pemberian analgetik. Untuk meredakan nyeri

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang

Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat mobilitas fisik Memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan

Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang

Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,meningkatkan rasa control diri/harga diri

Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri

(32)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan : Pola tidur kembali normal Kriteria Hasil :

 Jumlah jam tidur tidak terganggu

 Insomnia berkurang,adanya kepuasan tidur

 Klien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

INTERVENSI RASIONAL

dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling. beraktifitas beberapa jam sebelum tidur

(33)

 Menunjukkan bunyi napas yang normal.

 frekuensi dan irama napas teratur

2. Nyeri hilang atau berkurang

 Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.

 Memperlihatkan tenang dan rileks.

 Keseimbangan tidur dan istirahat.

3. Meningkatkan mobilitas fisik

 Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.

 Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.

 Meminta bantuan jika membutuhkan

4. Pola tidur kembali normal

 Meningkatkan kualitas tidur

 Keseimbangan tidur dan istirahat

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kifosis

A. Pengkajian

Pemeriksssaan Fisik

1. B1 (breathing )

Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki 2.B2(blood)

(34)

pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat

3.B3(brain)

Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah

4.B4(Bladder)

Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan 5.B5(bowel)

Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses

6.B6(Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 )

1. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.

2. Nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.

3. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.

C. Intervensi

(35)

( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ). Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :

Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.

Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

Kriteria hasil :

 Klien dapat ikut serta dalam program latihan

 Mencari bantuan sesuai kebutuhan

 Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

 Mattress

 Bed Board ( tempat tidur dengan alas

kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.

Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

Nyeri sendi dan otot berhubungan dengan adanya peradangan sendi. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan Nyeri berkurang / hilang

(36)

 Klien melaporkan penurunan nyeri

 Menunjukkan perilaku yang lebih relaks

 memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan peningkatan

keberhasilan.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.

Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh. Tujuan : Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.

INTERVENSI RASIONAL

(37)

D.Implementasi Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Komponen tahap Implementasi:

1. Tindakan keperawatan mandiri 2. Tindakan keperawatan kolaboratif

3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan. (Carol vestal Allen, 1998 : 10)

E.Evaluasi :Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.

1. Pencapaian kriteria hasil

(38)

BAB IV PENUTUP Kesimpulan:

Kifosis dan lordosis merupakan melengkungnya bagian atas dan bawah tulang belakang secara berlebihan. Kelainan tulang lainnya adalah skoliosis. Skoliosis merupakan kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang belakang menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini membuat postur tubuh menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejala-gejala yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman.

Saran :

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, ZN. 2010. Buku Ajar gangguan muskuloskeletal . Jakarta: EGC

Muttaqin, A. 2013. Buku saku gangguan muskuloskeletal. Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Merek sebagai Harta Kekayaan yang tidak berwujud (Intangible assets) dapat dijadikan harta bersama apabila didaftarkan selama perkawinan terjadi dan tentunya

Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter bangsa (peserta didik) dapat diawali dengan kegiatan membaca karya sastra dan mengapresiasi

Misi adalah kegiatan yang harus dilaksanakan atau fungsi yang harus diemban oleh suatu organisasi untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkanD. Tujuan dari misi organisasi

Tamper data sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengetahui informasi tentang suatu web memberikan informasi seperti jenis browser yang digunakan, username dan password, dan

Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa menurut Imam Malik, dalam masalah gadai dapat terjadi perselisihan antara yang menggadaikan dengan penerima

Kajian ini sangat penting untuk memberikan pendedahan serta pengetahuan kepada masyarakat Islam, khususnya wanita Islam dalam penjagaan aurat yang sebenarnya

Masih banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang bertanya maupun menjawab pertanyaan dari