• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pestisida

Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. Namun bila aplikasnya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto.1988).

2.1.1. Jenis Pestisida

Dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa macam sesuai

dengan sasaran yang akan dikendalikan.

1. Insektesida

(2)

Untuk membunuh serangga, insektesida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernafasan.

a. Insektesida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektesida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektesida seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah.

b. Insektesida kontak (contact poisons) akan masuk tubuh serangga melalui kutikulanya.

c. Insektesida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagai misal fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas beracun dari fumigan.

2. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bisa tumbuh diatas atau dalam tubuh inang. Warna miselium ini ada yang putih, cokelat, hitam, dan lain-lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah asam dan selalu basah dengan suhu sekitar 25-30 derajad

Celcius. Selain merusak tanaman yang masih hidup, cendawan juga menghancurkan kayu bangunan. Secara umum gejala yang timbul akibat serangga cendawan adalah klorosis atau perubahan warna pada jaringan tanaman, pembusukan pada akar, batang, daun, atau bagian tanaman lain, muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang, dan sebagainya.

3. Bakterisda

(3)

ada yang bulat, berbentuk batang dan spiral. Panjangnya antara 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri. Dengan ukurannya yang sangat

kecil ini bakteri mudah menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan lentisel. Di dalam tanaman, bakteri ini akan bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya

- Tipe penyakit pembuluh pengangkut air

Bakteri ini memenuhi pembulu pengangkut air dan mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya bakteri Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cokelat pada kentang, terung, dan tomat.

- Tipe penyakit jaringan parenkim

Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau pembusukan bagian tanaman yang terserang.

- Tipe penyakit hyperplastis

Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lebih cepat dari biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol, atau pembengkakan.

4. Nematisida

Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Hidup pada lapisan tanah bagian atas. Adanya serangan nematoda

(4)

disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenammkan dalam tanah.

Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan

5. Akarisida

Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Tungau adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning dan ada pula yang hijau. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserangnya akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul, atau buah rontok sebelum waktunya. Jenis tungau merah terkenal sangat ganas. Lebih dari seratus jenis tanaman diserangnya. Dengan tubuhnya yang sangat kecil, tungau mudah tersebar melalui angin, terbawa manusia, binatang, alat pertanian,biji, dan lainnya.

6. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus. Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan manusia. Di bidang pertanian, tikus sering menyerang tanaman pangan,

(5)

7. Molukisida

Molukisida adalah pestisida untuk membunuh meluska, yaitu siput telanjang,

siput setengah telanjang,sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak. Bekicot dan siput, binatang yang dapat mengeluarkan lendir ini mempunyai kebiasaan hidup bersembunyi di tempat teduh pada siang hari. Pada malam harinya moluska akan mencari makan tanaman yang sudah membusuk ataupun yang masih hidup. Berbagai jenis tanaman diserangnya, merusak persemaian dan tanaman yang baru tumbuh. Dalam perjalanannya meninggalkan jejak berupa lendir yang mengkilat. Karena sulit ditemukan disiang hari, maka pengendaliannya biasanya dengan moluskisida yang berupa umpan beracun. Contoh moluskisida adalah metapar 99 WP untuk mengendalikan siput pada tanaman selada dan brestan 60 untuk mengendalikan siput tripan di tambak. Siput murbei (Pomacea sp.) merupakan hama padi yang cukup merugkan pada tanaman padi yang berumur 1-3 minggu. Siput ini bsa dikendalikan dengan moluskisida Baylucide 250 EC yang bekerja secara racun kontak dan pernapasan

8. Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak di kehendaki karena akan menyaingi tanaman yang akan ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan matahari.

Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1%, jagung 45,6% kentang 16,6% dan padi 54,4%. Pada pertanaman padi di indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah.

9. Pestisida Lain

(6)

banyak yang menjual. Sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida adalah sebagai berikut.

a. Pisisida, adalah bahan seyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama didalam tambak dan kolam

b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida, pestisida pembunuh burung.

d. Larvisida, pestisida pembunuh ulat. e. Pedukulisida, pestisida pembunuh kutu.

f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon.

g. Ovisida, pestisida perusak telur.

h. Piscisida, pestisida pembunuh predator. i. Termisida, pestisida pembunuh rayap.

j. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata.

10.Pestisda Berperan Ganda

Selain untuk satu golongan sasaran OPT seperti diatas kini dipasaran pasaran

juga tersedia jenis pestisida yang berperan untuk membasmi dua atau tiga

golongan OPT. Berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang terdapat

dikomisi pestisida

a. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit jamur dan tungau. Contohnya Morestan 25 WP dan Petracrex 300EC.

b. Akarisida, insektesida, yaitu Mitac 200EC. c. Arborisida,, Herbisida misalnya Galon 480 EC.

d. Fungisida, insektisida dan nematisida, misal Basmid G, yang dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda yang menyerang kopi dan teh, cendawan penyebab penyakit akar gada pada kubis, dan ulat tanah yang menyerang tembakau.

(7)

f. Fungisda, nematisida, yaitu Ropam AS.

g. Insektesida, fungisida untuk pengawet kayu yaitu impralit CKB Korpec

590 OC, Xyladecor OC (Wudianto.1988)

2.1.2.Gejala Keracunan

Setiap golongan bahan aktif yang dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda. Namun ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida karbamat sama dengan gejala keracunan golongan organofosfat. Oleh karena itu perhatikan bahan aktif yang tercantum dalam label kemasan pestisida yang digunakan bila terjadi sesuatu untuk ditunjukkan pada petugas kesehatan guna memudahkan pengobatannya.

1. Golongan organofosfat

Bahan aktif : Sebagian besar bahan aktif golongan ini sudah dilarang beredar di Indonesia misalnya diazinon, fention fenitrotion, fentoat, kuinalfos, dan malation. Sedangkan bahan aktif lainnya masih diizinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah:

-Herbisida: Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS,

Roundup75 WSG,

-Fungisida: Kasumiron 25/1 WP, Afugan 300 EC Rizolex50 WP,

-Insektesida: Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E.

(8)

Gejala keracunan : timbul gerakan otot tertentu, pengelihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur

banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.

2. Golongan organoklor

Bahan aktif : beberapa bahan aktif golongan ini juga telah dilarang penggunaannya di Indonesia, sebagai misal dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol 50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.

Gejala keracunana : sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kesadaran hilang.

3. Golongan karbamat

Bahan aktif : yang termasuk golongan ini antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai contoh:

-Fungisida Previcur-N, Topsin 500 F, dan Enpil 670 EC

-Insektisida Curaterr 3 G, Dicarzol 25 SP.

(9)

Gejala keracunan : sama dengan ditimbulkan oleh pestisida organofosfat, hanay saja berlangsung lebih singkat karena golongan

ini cepat terurai dalam tubuh.

4. Golongan/ senyawa bipiridilium

Bahan aktif : yang termaksud golongan ini antara lain : paraquat diklorida yang terkandung dalam herbisida Gramoxone S*, Gramox-one*, Herbatop 276 AS*, dan Para-Col*.

Gejala keracunan : 1-3jam setelah pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare;2-3 hari kemudian akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan albunuri, proteinnura haematuria, dan peringkatan kreatinin lever, serta kerusakan pada paru-paru akan terjadi antar 3-24 hari berikutnya. 5. Golongan arsen

Bahan aktif : yang termaksud golongan ini antara lain : arsen pentoksida, kemirin, dan arsen pentoksida dihidrat yang umumnya digunakan untuk insektisida pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida pengendali jamur kayu. Umumnya masuk dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa juga terserap kulit

dan terisap pernafasan.

Gejala keracunan : tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar ludah.

6. Golongan antikoagulan

(10)

Gejala keracunan : nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik

merah, air seni dan tinja berdarah, lebam disekitar lutut,siku dan pantat, serta kerusakan ginjal (Wudianto.1988)

2.1.3. Klorpirifos Rumus Bangun :

Struktur Molekul : C9H11Cl3NO3PS

Nama Kimia : O,O-diethyl O-3,5,6-trichloro-2-pyridyl phosphorothioate Nama Dagang : Dursban

Densitas : 1,398 g/cm3 (43,5 0C) Titik Uap : 160 oC

Berat Massa : 350,59 g/mol

Klorpirifos merupakan insektesida selektif, diperkenalkan tahun 1965, serta

(11)

2.2. Kakao

Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku

Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta.

Anak divisi : Angiospermae.

Kelas : Dicotyledoneae.

Anak kelas : Dialypetalae.

Bangsa : Malvales.

Suku : Sterculiaceae.

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao.

Berdasarkan literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Di Indonesia tanaman kako diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi. Ekspor dari pelabuhan Manado

(12)

2.2.1. Morfologo dan Fisiologo Tanaman Kakao 1. Biji dan Perkecambahan

Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat di panen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling melipat dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula. Biji kakao termaksud epieous yang artinya hipokotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu, yang kemudian diikuti membukanya kotiledon dan epikotil memanjang dengan empat lembar daun pertama.

2. Batang dan Cabang

Kakao bersifat dimorfisme artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ototrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop yang tumbuh ke samping, cabang kipas atau fan. Kedua macam cabang tersebut memiliki perbedaan dalam rumus daun, misalnya cabang ototrop memiliki rumus daun 3/8 dan plagiatrop ½, disamping itu jua ukuran dan

(13)

3. Daun

Daun kakao mempunyai dua persendia atau articullation yang terletak pada

pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Masa tumbuh tunas-tunas baru disebut flush, dimana tunas membentuk 3-6 helai daun sekaligus. Setelah masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali dorman selama periode tertentu. Oleh rangsangan faktor lingkungan kuncup-kuncup akan kembali bertunas lagi. Tanaman kakao termasuk tanaman yang memerlukan naungan, sehingga dengan mengatur penaung dan pengurangan daun atau pemangkasan sangat mempengaruhi pembungaan. Pada saat bertunas tanaman kakao lebih peka terhadap serangan hama dan penyakit. Pertunasan dapat dipacu dengan pemangkasan berat, sebab dengan pemangkasan zat penghambat dari daun tua dapat diatasi. Sementara itu zat pertumbuhan cytokinin yang dibuat dalam akar dapat diangkut dalam jumlah yang tetap. Keseimbangan keduanya dapat mengatur siklus pertunasan. Menurut Alvin et al, pembentukan tunas dan daun muda pada tanaman kakao diatur oleh dua macam hormon yang fungsinya saling berlawanan satu sama lain. Hormon pertama adalah Abscisid Acid (ABA) yang mempunyai peranan penghambat pertumbuhan tunas. Daun muda ABA ini dihasilkan oleh daun-daun yang telah tua. Hormon yang ke dua adalah Cytokinin yang sebagian besar dihasilkan oleh akar-akar tanaman kakao. Fungsi dari Cytokonin adalah

memacu pertumbuhan tunas sebab Cytokinin diangkut ke ujung-ujung titik tumbuh.

4. Akar

(14)

lebih dalam (11-20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21-30 cm), dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm.

Jangkauan akar lateral jauh diluar proyeksi tajuk tanam. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara tertentu terutama unsur p. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.

5. Bunga

Tanaman kakao bersifat kualiflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang-cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar dan disebut bantalan bunga (cushion). Bunga kakap terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia dan yang fertil disebut stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun oleh 5 daun buah (carpellium) dan berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros tengah buah.

6. Buah

Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada dua macam yaitu: buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah setelah masak

(15)

mencapai puncak pada umur 7 minggu setelah pembuahan dan yang kedua pada umur 10 minggu setelah pembuahan, kemudian turun seiring dengan

meningkatnya metabolisme didalam buah. Pada umumnya setelah umur 70-100 hari atau sepanjang 10 cm sudah bebas dari proses ini (Susanto.1995).

2.2.2. Hama Utama Tanaman Kakao

Jenis serangga hama yang merupakan hama tanaman kakao di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Menurut Entwistle (1972) terdapat lebih dari 130 spesies serangga yang berasosiasi dengan tanaman kakao. Namun, hanya beberapa spesies yang benar-benar merupakan hama utama, yaitu penggerek buah kakao (Chonopomorpha cramerella Snellen) atau PBK, kepik pengisap buah (Helopeltisantonii Sign.), ulat kilan (Hyposidra talaca Walker), penggerek batang atau cabang (Zeuzera coffeae), dan ulatapi (Darnatrima). Selain hama utama tersebut, kadang-kadang masih dijumpai hama lainnya, seperti tikus, tupai, dan babi hutan,(Lukito. 2004).

2.3. Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka prosesnya dikenal sebagai

(16)

2.3.1. Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan

pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang signifikan dalm bidang elektronik, komputer dan kolom telah menghasilkan batas dekteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat. KG menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada dua jenis kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

Sistem peralatan KG ditunjukan oleh gambar dibawah ini dengan komponen utama adalah

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa; 2. Ruang suntik sampel;

3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang di kontrol secara termostatik

(17)

1. Fase gerak

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan

awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen dan abu-abu untuk nitrogen).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi di desain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. Desain yan populer terdiri atas saliran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:

a) Injeksi langsung (Direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju kolom.

b) Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c) Injeksi tanpa pemecahan (splitnes injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa

kedalam kolom dan katup pemecah ditutup; dan

d) Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukan langsung ke dalam kolom.

(18)

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada KG. Ada 3 jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas,(packing column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif (preparative column). Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang jenis kolom ini adalah 1-5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efisiensi yang timggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen didalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah diantar fase diam dan fase gerak. Pada

garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linear dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatografi yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasi dalam senyawa baku.

(19)

5. Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan

komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (softwere) untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai beberapa fungsi antara lain :

 Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; penyuntikan sampel secara otomatis.

 Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna

 Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik

 Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu

Referensi

Dokumen terkait

RSDKT‐ 9‐ 99 9‐ 9 Avice a A  Nizha i S‐  TEKNIK MESIN. RSDKT‐ 9‐ 99 9‐ Rola  Siregar

Subjek Retribusi Legalisasi Daerah adalah orang pribadi atau badan yang memerlukan surat-surat, rekomendasi dan dokumen lainnya serta surat-surat lainnya

Berdasarkan uraian sebagaimana disebut diatas maka dapat ditegaskan bahwa peranan KPPU melalui komisi yang dibentuknya dalam menegakakan Undang-undang Nomor 5 Tahun

skim kuning telur (SKQ yang sccara uni- versal di gunakan untuk semen beku sapi.. (Arifiantini dan Yusui

Penelitian ini dikategorikan pada penelitian yang berjenis normatif, yang mana sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder dengan data yang didapat melalui studi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka, pemberian astaxanthin bersama vitamin E dalam pakan calon induk udang vaname diharapkan dapat berpengaruh pada kualitas

Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah total saham Telkom yang telah dibeli kembali sebanyak 490.574.500 lembar Saham Biasa setara dengan 2,43% dari Saham Biasa

Hal ini pula yang dilakukan oleh pimpinan Perusahaan X, yaitu dengan pengiriman para manajer dan staf Divisi Manufaktur untuk pelatihan Six Sigma ke Cina dan Singapura,