BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA, MUSASHI, DAN RIWAYAT INOUE TAKEHIKO
2.1 Pengertian Komik/Manga
Menurut Sudjoko dalam Suharjanto (2006: 20), kata comic dalam bahasa
Inggris semula berarti kisah jenaka dalam gambar. Kata ini kemudian menjadi pergeseran makna menjadi kisah yang disampaikan dengan gambar dan tidak
selamanya jenaka.
Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik, yaitu cergam. Istilah cergam dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama
1970
menurut terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari
masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.
McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang
menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang berderet, kemudian berdampingan dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan
Darmawan (2012: 38) menjabarkan definisi komik McCloud secara sederhana,
sebagai berikut:
1. Imaji (umumnya berupa gambar) yang disusun secara sengaja.
2. Imaji-imaji itu biasanya berada dalam sebuah ruang yang lazimnya diberi
garis batas dan biasa disebut panel. Harap dicatat: bisa saja sebuah panel tidak diberi garis batas.
3. Imaji-imaji yang dimaksud untuk mengandung “informasi” itu disusun
agar membentuk sebuah “cerita”.
4. Imaji-imaji yang dimaksud juga bukan hanya gambar, tapi bisa jadi
simbol-simbol lain, dan kadang sangat khas untuk komik, seperti: balon kata, balon pikiran, caption, efek bunyi. Bahkan teks pun bisa
diperlakukan sebagai imaji, dengan cara penulisan yang khusus untuk menggambarkan, misalnya, emosi tertentu. (Misalnya, huruf kapital dan bold untuk menggambarkan teriakan)
5. Susunan imaji dan/atau susunan panel adalah tuturan khas-komik.
Komik memiliki beberapa unsur, Berger dalam Suharjanto (2006: 26)
merincikan unsur-unsur dalam komik sebagai berikut :
1. Cara yang digunakan untuk menggambarkan karakter.
2. Ekspresi wajah yang digunakan untuk menunjukan perasaan atau
3. Balon kata digunakan utuk menunjukan dialog tokoh, kadangkala
kata-kata tertentu diberi tekanan dengan dicetak tebal atau dibentuk dengan tipografi khusus.
4. Garis gerak yang digunakan untuk menunjukkan gerakan dan kecepatan. 5. Panel di bawah atau di atas bingkai. Panel digunakan untuk menjaga
kontinuitas dan menjelaskan apa yang diharapkan atau apa kelanjutan
sekurn berikutnya. Jenis-jenis panel dibagi dalam tiga kelompok: pertama, beberapa panel dalam satu halaman; kedua, satu panel dalam satu
halaman penuh tanpa garis bingkai (dapat berupa gambar, bahasa atau keduanya); dan ketiga, satu panel dalam dua halaman (sebuah gambar terpotong menjadi dua halaman).
6. Latar yang dimaksud untuk menuntun pembaca pada konteks wacana
yang sedang diceritakan
7. Aksi dalam kartun yang terdapat dalam panel
McCloud (2001: 63-69) menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian panel yaitu closure atau partisipasi. Closure adalah fenomena mengamati
bagian-bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan. Closure menghubungkan tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, disebut “parit”. Panel
komik mematahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang kasar, dengan irama yang patah-patah, serta tidak berhubungan.
visual yang tergantung pada pengaturan elemennya, jadi bisa dikatakan komik
sebenarnya adalah closure. Closure hanya berarti jika ada partisipasi dari pembaca yang merupakan kekuatan terbesar sebagai sarana utama dalam komik untuk
menyimulasikan waktu dan gerakan.
Jenis-jenis closure, peralihan panel-ke-panel dalam komik, dibagi menjadi enam golongan:
1. Waktu ke waktu. Peralihan ini memerlukan closure yang sedikit.
2. Aksi ke aksi. Peralihan ini menunjukan kemajuan tindakan objek yang
tunggal.
3. Subjek ke subjek. Situasi ini masih dalam satu adegan atau gagasan.
Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan tersebut
bermakna
4. Adegan ke adegan. Peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan
waktu, serta memerlukan pemikiran deduktif.
5. Aspek ke aspek. Peralihan ini kebanyakan tidak mengenal waktu dan
mengatur pandangan yang mengembara terhadap aspek tempat, gagasan,
dam suasana hati yang berbeda.
6. Non-sequitur atau bukan rangkaian. Peralihan ini tidak menunjukan hubungan yang logis antara panelnya.
Pengelompokan di atas bukanlah ilmu pasti, tetapi dapat dijadikan alat untuk mengurai seni penceritaan komik. Sejauh ini jenis peralihan yang paling banyak
Selain unsur-unsur gambar di atas, terdapat juga unsur lain yaitu unsur verbal,
meskipun ada juga komik yang tidak menggunakan bahasa verbal. Kehadiran bahasa verbal di dalam sebuah komik dapat membantu pembaca memahami tema yang
diangkat oleh komik tersebut. Tabrani dalam Suharjanto (2006: 28) menjelaskan dua peranan penting bahasa verbal dalam komik, yaitu: pertama, sebagai pengungkap ujaran pencerita atau narasi. Pada peranan ini, bahasa verbal digunakan sebagai alat
untuk menceritakan deskripsi situasi, termasuk di dalamnya efek yang ditampilkan gambar. Pembaca mendapatkan pengetahuan mengenai keadaan yang ditampilkan
dalam kartun melalui bahasa verbal yang terdapat pada kartun tersebut. Kedua, peranan bahasa verbal sebagai pengungkapan ujaran tokoh. Bahasa verbal adalah alat untuk mengetahui maksud tindakan yang ditampilkan tokoh dalam bentuk gambar.
Berbicara tentang komik, tentu saja akan terlintas nama suatu negara yang memiliki industri komik terbesar di dunia, yaitu Jepang. Komik di Jepang disebut
manga. Dilihat dari kanjinya, manga (漫 画) terdiri dari dua kanji, yaitu kanji 漫
(man) yang berarti ‘sesuatu yang lucu’ dan 画 (ga) yang berarti ‘gambar’. Maka jika
digabungkan, manga berarti gambar yang lucu. Oleh karena itu, manga menjadi istilah untuk menyebut komik dalam bahasa Jepang.
Manga memang memiliki ciri khasnya sendiri, tapi secara mendasar tidak jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Oleh karena itu, pendapat para ahli dalam mendefinisikan komik dapat juga dipakai untuk mendefinisikan manga.
digunakan di Jepang, tetapi juga digunakan di luar Jepang untuk menyebut komik
buatan Jepang.
Istilah pembuat komik di Indonesia disebut dengan komikus, sedangkan di
Jepang disebut mangaka (漫画家). Sama seperti istilah manga yang digunakan untuk
menyebut komik buatan Jepang di luar Jepang, istilah mangaka juga dipakai di luar
Jepang untuk menyebut komikus Jepang.
Manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari seperti tentang sekolah, perkantoran, masyarakat dalam
komunitas tertentu dan lain-lain. Dalam setiap karyanya, mangaka berusaha menyajikan sesuatu yang tidak bersifat menggurui pembacanya, tetapi cukup
mempengaruhi mentalitas pembaca, serta menggugah perasaan para pembacanya.
2.2 Manga di Jepang
Istilah manga di Jepang pertama kali dicetuskan oleh seorang pelukis ukiyo-e (grafis pahatan kayu) pada zaman Edo, yaitu Hokusai Katsushika. Di antara tahun
1814 dan 1878, ia memproduksi sebuah serial buku bergambar sebanyak 15 jilid dan berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebutkan gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia
yang serius dan indah. Hokusai bahkan mengartikan manga sebagai ‘gambar asal-asalan’, karena ia menggambar manga tanpa tujuan atau tema yang jelas (Animonster,
Selanjutnya pada abad ke-18 mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip
dengan manga zaman sekarang yang disebut kusazoushi, dimana gambar lebih dominan dari pada teks. Kusazoushi dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu akahon,
aohon, kurohon, dan kibyoushi. Akahon, aohon, dan kurohon ditujukan untuk anak-anak, sedangkan kibyoushi isinya agak sedikit dewasa.
Pada akhir abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap dunia Barat,
sehingga kusazoushi terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi format comic strip seperti yang dimuat di surat-surat kabar negara Barat.
Di zaman Showa pada tahun 1940-an, seorang penggambar comic strip di surat kabar, Osamu Tezuka merasa tidak puas dengan gaya comic strip yang tidak memberikannya kebebasan untuk menampilkan gerakan atau emosi yang diinginkan.
Tezuka ingin menerapkan teknik sinematografi ke dalam komiknya. Kemudian Tezuka mulai menggambar manga dengan teknik close-up, permainan angle, bahkan
meniru efek slow motion, yang akhirnya menghasilkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu halaman untuk satu cerita. Pada tahun 1947 karya Tezuka yang berjudul Shintakarajima (New Treasure Island) diterbitkan dalam bentuk akahon yang berarti
buku merah karena sampulnya yang berwarna merah menyolok (Animonster, vol: 25).
muncullah para mangaka yang membuat manga seperti teknik yang digunakan
Tezuka.
Hingga saat ini industri manga di Jepang terus berkembang. Judul-judul
manga baru terus bermunculan di majalah-majalah manga di Jepang. Majalah manga di Jepang biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman dan terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman
majalah itu (satu bab). Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun seperti manga Naruto, Fairy Tail, Detektif Conan dan lainnya.
Setelah beberapa lama, cerita-cerita dalam majalah manga tersebut dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankoubon (atau kadang dikenal dengan istilah volume). Manga dalam bentuk ini dicetak di kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau malas membeli majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam
campuran judul/cerita.
Majalah manga dicetak massal dan dijual di berbagai tempat. Setiap edisi yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul manga serial. Majalah manga
berfungsi untuk memperkenalkan karya mangaka baru dan sebagai media seleksi manga-manga yang layak dibukukan, atau dengan kata lain majalah manga merupakan media untuk memulai debut bagi para mangaka baru.
konsep budaya dan pengalaman Jepang sendiri dalam mengenal pahlawan-pahlawan
mereka. Seorang samurai penyendiri yang berkelana tanpa melakukan sesuatu apapun bagi kebaikan masyarakat dapat dimaknai sebagai seorang pahlawan yang
diagung-agungkan hingga kini, seperti figur Miyamoto Musashi. Di era manga modern, terdapat ratusan manga yang memiliki karakter protagonisnya seorang ibu rumah tangga yang berjuang membesarkan anak, pekerja kantoran yang bekerja keras, atau
seorang petinju yang bercita-cita meraih gelar juara. Inilah wajah-wajah para pahlawan Jepang dalam manga, wajah orang Jepang yang mungkin sedang membaca
manga itu sendiri. Bagi orang Jepang, seorang pahlawan bukanlah apa yang telah ia lakukan, atau bagaimana ia melakukannya (Advance, vol: 06).
Konsep pahlawan yang humanis inilah yang membuat manga selalu populer
di semua kalangan di Jepang. Para pahlawan inipun dihadirkan dalam sebuah panggung atau dunia yang mereka kenal sehari-hari, seperti sekolah, kantor, rumah,
kuil, kedai ramen dan lain-lain. Manga di Jepang adalah bagian dari keseharian hidup, sangat komunal sifatnya. Meski demikian, sifat manga sebagai bagian dari keseharian ini melahirkan kebebasan yang hampir tidak terbatas bagi setiap individu kreator
manga dalam berkarya (Advance, vol: 06).
Dari sekian banyak judul manga yang telah terbit, manga dapat
1. Kodomo (子供)
Kodomo berarti anak-anak, jadi manga jenis ini ditujukan untuk anak-anak. Manga kodomo ini, cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran konsumen anak-anak. Tema-tema yang diangkat biasanya menggambarkan realita kehidupan anak-anak sehari-hari. Untuk
menambah daya tarik, biasanya juga terdapat unsur imajinasi atau khayalan.
2. Shoujo (少女)
Shoujo berarti anak perempuan. Manga jenis ini ditujukan untuk pembaca anak perempuan usia remaja. Tema yang diangkat biasanya berupa percintaan remaja atau keseharian hidup remaja putri. Tema percintaan dalam shoujo manga biasanya disesuaikan sedemikian rupa sehingga
layak dikonsumsi oleh anak-anak usia remaja.
3. Bishoujo (美少女)
Bishoujo berarti perempuan cantik. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini memiliki karakter utama gadis cantik. Bishoujo manga hampir sama
dengan shoujo manga, hanya saja bishoujo manga lebih menekankan gadis cantik yang menjadi karakter utamanya. Dengan kata lain, tokoh utama shoujo manga memiliki karakter utama seorang gadis yang belum
tentu cantik, sedangkan karakter utama bishoujo manga sudah pasti gadis cantik. Untuk temanya, bishoujo manga juga banyak mengusung tema
4. Shounen (少年)
Shounen berarti anak laki-laki, jadi manga ini ditujukan untuk pembaca anak laki-laki, lebih tepatnya yang berusia remaja. Tema yang disajikan
biasanya seperti action, petualangan, kisah cinta, atau gabungan dari ketiganya. Karena ditujukan untuk anak laki-laki, kebanyakan manga jenis
ini menggambarkan adegan perkelahian/laga. Dari adegan laga ini, digambarkan kehebatan tokoh utama. Adegan-adegan laga yang ada di manga ini dibuat atau digambarkan sesuai untuk dikonsumsi anak-anak berusia remaja.
5. Bishounen (美少年)
Bishounen berarti anak laki-laki yang tampan atau ganteng. Bishounen manga hampir sama dengan shounen manga, tapi pada bishounen manga lebih menekankan tokoh utamanya yang merupakan laki-laki yang tampan. Jadi tokoh utama di shounen manga belum tentu laki-laki tampan, sedangkan di bishounen manga, tokoh utamanya sudah pasti laki-laki
tampan yang sering kali digambarkan disukai oleh banyak gadis. Tema yang diangkat tidak berbeda dengan shounen manga.
6. Seinen (青年)
Seinen berarti pria dewasa. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini ditujukan untuk pria dewasa dan memiliki tokoh utama seorang pria dewasa. Cerita yang disuguhkan dalam seinen manga lebih kompleks,
Di dalamnya terdapat banyak adegan-adegan yang tidak pantas atau tidak
boleh dilihat anak berusia di bawah 17 tahun.
7. Josei (女性)
Josei berarti wanita dewasa. Sasaran konsumsi manga yang memiliki tokoh utama wanita dewasa ini adalah wanita dewasa. Cerita yang
ditampilkan dalam manga ini sama seperti seinen manga yaitu berupa cerita yang kompleks. Tema yang banyak diangkat adalah percintaan orang dewasa.
8. Gag
Manga gag adalah manga yang bertemakan humor. Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang kental. Ada beberapa manga dalam genre ini yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 13 tahun.
9. Jidaimono (時代物)
Jidaimono manga adalah manga yang kaya akan nilai-nilai sejarah. Tema yang diandalkan adalah sejarah. Manga ini banyak bercerita mengenai sejarah Jepang.
10. Mecha
Mecha merupakan kata dalam bahasa Jepang yang diserap dari bahasa Inggris, mechanic. Kata mechanic berkaitan dengan hasil karya manusia
manga yang terfokus terhadap robot yang menjadi andalan dalam manga. Tema yang disajikan mengenai teknologi umat manusia dan fiksi ilmiah.
11. Suiri (推理)
Suiri berarti dugaan, jadi manga jenis ini berisi cerita misteri yang disertai dengan berbagai dugaan. Temanya berupa pembunuhan dan kejahatan.
Tokoh utama dalam manga ini biasanya seorang detektif yang bertugas menyelesaikan kasus-kasus kejahatan.
12. Mahou shoujo (魔法少女)
Mahou shoujo berarti gadis ajaib. Dalam manga jenis ini yang menjadi tokoh utamanya adalah gadis yang memiliki kekuatan khusus atau ajaib. Tema cerita yang disajikan dalam adalah kepahlawanan, kisah cinta dan persahabatan. Biasanya si tokoh utama memiliki tim yang isinya
gadis-gadis yang memiliki kekuatan ajaib.
13. Hentai (変体)/ecchi
Secara harafiah hentai berarti luar biasa atau tidak normal. Kata hentai sering dikonotasikan negatif dengan hal-hal yang bersifat erotis. Hentai
biasa disebut juga dengan ecchi yang berasal dari pelafalan huruf H dari kata hentai oleh orang Jepang. Manga jenis ini sering menampilkan kisah-kisah romantis percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di
a. Lolicon
Kata lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan complex. Kemudian menjadi lolicon ketika diserap oleh bahasa Jepang. Lolicon dimaknai
sebagai perasaan suka seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih mengarah kepada penyimpangan orientasi seksual. Tokoh utama dalam manga jenis ini
adalah anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Tema yang disajikan tentu saja kisah percintaan antara pria dewasa dengan anak di bawah umur. b. Shotacon
Kata shotacon merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shotaro dan complex yang mengacu pada karakter Shotaro pada serial Tetsujin 28-go. Kisahnya menggambarkan ketertarikan sosial kepada anak laki-laki di bawah umur. Shotacon manga biasanya menceritakan hubungan asmara
wanita dewasa dengan laki-laki yang lebih muda.
c. Yaoi/ Shoujo-ai (少女愛)
Yaoi adalah istilah orang Jepang untuk menyebut laki-laki yang merasa dirinya wanita, sedangkan shoujo-ai berarti cinta anak perempuan. Manga jenis ini menceritakan tentang kisah percintaan antara sesama lelaki.
d. Yuri/ Shounen-ai (少年愛)
Yuri kebalikan dari yaoi, yaitu istilah untuk menyebut wanita yang merasa dirinya laki-laki, sedangkan shounen-ai berarti cinta laki-laki. Manga ini
berisi kisah percintaan antara sesama wanita dengan tokoh utama wanita penyuka sesama jenis (lesbi). Sama seperti yaoi, yuri manga juga
mengandung usur-unsur seksual.
e. Eroguro (エロ黒)
Secara harafiah eroguro berarti erotis hitam atau erotis gelap. Dari namanya, tentu saja manga genre ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang
dengan tingkat umur dewasa, karena dalam manga ini banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaan.
f. Futanari (二形)
Futanari berarti dua bentuk. Dalam hali ini, dua bentuk diartikan sebagai seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut
biseksual. Manga jenis ini menampilkan tokoh utama yang biseksual yang memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenis, tapi juga
terhadap sesama jenis.
g. Kemono (獣)
Kemono berarti binatang. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah mahluk gaib. Mahluk gaib ini berwujud setengah badannya manusia dan setengahnya lagi binatang. Di dalam manga ini juga banyak ditampilkan
Industri manga di Jepang jelas merupakan industri yang besar. Karena itulah
manga di Jepang bahkan memiliki chart atau peringkat yang menunjukkan manga apa saja yang terlaris di sana. Pihak yang membuat peringkat manga tersebut adalah
Oricon, sebuah perusahaan besar dan terpercaya di Jepang yang menjalankan bisnisnya dengan mengumpulkan data/statistik dunia hiburan. Sampai periode bulan November 2012 manga yang menduduki posisi nomor satu di Oricon Chart Manga
adalah One Piece (Animonstar, vol: 165)
Persaingan antara mangaka senior dan junior sangat ketat dalam industri
manga. Akan tetapi hanya beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil mendobrak angka penjualan fantastis seperti manga One Piece, Naruto, dan Bleach yang ketiganya bernaung di bawah Shounen Jump.
2.3 Setting Manga “Vagabond”
Setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat kaitannya dengan karakter, tema dan suasana cerita (Soemardjo, 1997: 75-76). Dengan kata lain,
pemilihan setting dapat membentuk tema, karakter dan plot tertentu.
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan setting atau latar yang
2.3.1 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 230). Latar waktu harus dikaitkan dengan latar
tempat dan latar sosial karena ketiganya saling berkaitan.
Pada pembukaan manga Vagabond jilid 1 diceritakan pertempuran Sekigahara telah usai dan Musashi menjadi buronan setelah perang. Dari sini dapat dilihat kalau
latar waktu dalam manga ini adalah awal zaman Edo, karena pertempuran Sekigahara adalah pertempuran yang menandakan awal zaman baru di Jepang yaitu zaman Edo.
Lebih rincinya latar waktu di manga ini adalah pada tahun 1600 ke atas, karena pertempuran Sekigahara terjadi di tahun 1600, tepatnya tanggal 21 Oktober.
2.3.2 Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat dalam manga “Vagabond” dapat dilihat dari narasi yang ada dalam manga tersebut. Latar tempat tersebut adalah beberapa tempat di Jepang yang dikunjungi oleh tokoh utama Miyamoto Musashi.
Latar tempat tersebut adalah sebagai berikut:
- Sekigahara - Desa Miyamoto
- Perguruan Yoshioka atau Yoshioka Doujo di Kyoto
- Kediaman Yagyu
- Halaman kuil Rengeoin di Kyoto
- Padang Rendaiji di Kyoto
- Hutan pinus dekat kuil Ichijoji di Kyoto
2.3.3 Latar Sosial
Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat istiadat, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Selain itu, latar sosial juga menyangkut status sosial tokoh dalam karya fiksi, apakah rendah, menengah atau atas.
Latar sosial dalam manga “Vagabond” adalah kehidupan samurai pada zaman Edo dimana samurai-samurai di sini mencari kekuatan dengan belajar di doujo (arena
latihan, tempat olahraga) atau berkelana untuk mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Kehidupan sosial samurai di sini digambarkan penuh kekerasan karena pada saat itu membunuh orang dalam pertarungan adalah hal yang biasa dan
legal. Latar sosial tokoh utama Musashi sendiri adalah seorang samurai yang berkelana mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Status sosial Musashi
2.4 Shugyosha
Shugyosha adalah ahli pedang yang sedang berlatih. Mereka adalah samurai mandiri yang mengembara ke seluruh negri, mencari lawan duel yang tangguh untuk
mengasah kemampuan bertarung mereka. Duel biasanya sampai mati sehingga tidak dilakukan secara sambil lalu. Pertarungan kadang diatur oleh para shugyosha itu sendiri, dan di lain waktu lewat penguasa wilayah atau doujo (De Mente, 2005: xxiii).
Beberapa shugyosha, seperti halnya ronin (samurai tanpa tuan), menawarkan jasa kepada para daimyou (penguasa wilayah) yang mau mengikutsertakan mereka di
medan perang. Tujuannya adalah meningkatkan keahlian dan reputasi dengan cara membunuh banyak lawan dalam pertempuran satu lawan satu. Praktik ini dinamakan “meminjam medan pertempuran” ((De Mente, 2005: xxiii-xxiv).
Shugyosha yang dapat bertahan hidup dalam banyak duel dan pertempuran yang mereka ikuti biasanya berakhir sebagai guru. Mereka lantas mengajarkan
teknik-teknik kesuksesan mereka (De Mente, 2005: xxiv).
Ada tujuh disiplin keras seorang shugyosha dengan sejumlah versi yang berlainan. Salah satu versi itu, Bukyo shigen, yang ditulis di zaman Edo (1603-1868),
menyusun daftar disiplin itu sebagai berikut:
- Tetap riang selama hari-hari yang dingin atau panas, tegar menghadapi angin
- Jangan tidur di bawah atap, anggaplah tidur di udara terbuka adalah hal
mendasar.
- Bersabarlah menghadapi kelaparan dan hawa dingin. Jangan membawa uang
atau bekal makanan.
- Jika ada pertempuran di tempat tujuan, berpartisipasilah dan raihlah prestasi
yang gemilang. Bersikaplah lugas dan terbuka dalam pertempuran; hindari
berindak seperti pencuri.
- Pergilah sendirian ke tempat yang menakutkan bagi kebanyakan orang;
tempat-tempat dimana roh-roh jahat berkumpul atau terdapat rubah-rubah yang suka menipu dan ular-ular berbisa.
- Jadilah penjahat secara sengaja, biarkan dirimu dijebloskan ke dalam penjara,
dan loloskan diri dengan kecerdikkanmu.
- Anggaplah kedudukkanmu lebih rendah daripada petani dan tunjanglah
hidupmu dengan membantu di sawah dan ladang.
Banyak shugyosha yang mengalami hal-hal tersebut, termasuk Musashi yang melakukan karir sebagai shugyosha sejak usia 16 tahun.
Shugyosha juga memiliki daftar resmi barang-barang yang boleh dibawa. Barang-barang tersebut adalah sebagai berikut:
- Pakaian yang terdiri dari satu setel pakaian katun, pakaian dalam, sebuah
angkin (ikat pinggang lebar) dalam, baju katun yang dikelantang, sebuah handuk sepanjang tiga kaki, satu ikat kepala yang dicelup, seutas tali (untuk
- Bahan pembuat api yang terdiri dari batu pematik, baja, dan ranting-ranting
kering.
- Alat makan yang terdiri dari selembar pembungkus jerami (untuk
membungkus sisa nasi atau makanan lain), dan sebuah guci bambu.
- Lain-lain berupa surat izin perjalanan, kertas, satu set kuas dan tinta,
obat-obatan, gunting, sandal jerami, tali rami, dan caping.
Semua shugyosha pasti membawa sebagian besar barang di atas. Demikian juga Musashi yang merupakan seorang shugyosha juga pasti membawa
barang tersebut ketika melakukan perjalanan. Daftar itu mirip sekali dengan barang-barang yang dibawa oleh para biksu keliling. Perbedaannya, di luar barang-barang-barang-barang di atas, para biksu tidak akan membawa seperangkat pedang (Wilson, 2005: 271-272).
2.5 Musashi
2.5.1 Asal Usul Musashi
Semasa kecil Musashi dikenal dengan nama Miyamoto Bennosuke. Nama “Musashi” diperkirakan dan diambil dari nama seorang biarawan bernama
Musashibō Benkei yang bertugas di bawah Minamoto no Yoshitsune.
Ayah Musashi adalah Hirata Munisai, tapi karena dia adalah seorang samurai pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, maka dia
keturunan generasi ke-28 dari Fujiwara Kamatari yang terkenal. Karena terlibat
dalam upaya pemulihan kembali kekuasaan Kaisar Godaigo antara tahun 1334 dam 1338, Saneraka diasingkan ke Awai-no-cho di Mimasaka. Anak lelakinya, Tokuchiyo
pergi ke Kyoto dan memohon pengampunan (shamen; 赦 免) bagi
kejahatan-kejahatan keluarga itu. Pengampunan diberikan. Klan itu diberi status prajurit dan
diubah namanya menjadi Shinmen (新免), yang berarti “yang baru saja diampuni”.
Tokuchiyo yang kemudian disebut Shinmen Norishige, menikahi anak perempuan
Akamatsu Sadanori, gubenur Mimasaka; anak lelakinya Naganori juga menikah dengan salah seorang anggota klan Akamatsu (Wilson, 2005:14-15).
Kemudian ayah Munisai menikah dengan salah satu anggota Shinmen dan istri pertama Munisai, Omasa adalah anak perempuan Shinmen Munesada, Shinmen generasi keempat. Karena genelogi inilah Musashi kadang-kadang menyatakan nama
lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin (Wilson, 2005:15).
Dengan demikian Munisai menjadi penguasa kecil di desa Miyamoto, propinsi Mimasaka. Rumahnya adalah sebuah mansion gaya lama yang dikitari
dengan pekarangan yang bagus dan dikelilingi tembok batu, serta sebuah doujo. Di rumah inilah Musashi kecil bermain-main.
Musashi sendiri dalam bukunya Go Rin Sho ( Book of Five Rings) menyatakan bahwa ia dilahirkan di Harima. Tetapi ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan diri sebagai tempat kelahiran Musashi. Desa Miyamoto,
Okayama) mengaku bahwa Omasa, istri pertama ayah Musashi, adalah ibu Musashi
yang sebenarnya, dan bahwa Musashi dilahirkan di sana. Memang, Miyamoto-mura kojicho, sebuah edisi salinan dari catatan desa yang lebih panjang dan disusun pada
tahun 1689, menyatakan bahwa seorang lelaki bernama Miyamoto Muni dan anak lelakinya, Musashi, tinggal di sebuah rumah di Miyamoto antara tahun 1575 dan 1596. Namun, menurut teori yang lain, ibu sejati Musashi adalah Yoshiko dan tempat
kelahiran Musashi adalah desa Hirafuku, di Sayo-gun, di provinsi lama Harima (sekarang Prefektur Hyogo). Sebuah lokasi lain lagi, desa Miyamoto, Iho-gun, di
Harima (sekarang Taishimura di Prefektur Hyogo) menyatakan Musashi lahir di sana, berdasarkan pernyataan dalam Harima no kagami, yang ditulis pada tahun 1762. Selain itu, masih banyak desa lain yang mengajukan kalim serupa (Wilson,
2005:270-271).
Tidak lama setelah Musashi dilahirkan, Munisai menceraikan istri keduanya Yoshiko yang merupakan ibu Musashi. Setelah bercerai, Yoshiko kembali ke
rumahnya di Harima. Karena hubungan Musashi dan sang ayah mulai memburuk, Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk
mengunjungi Yoshika dan keluarga ibunya, sampai ia akhirnya membagi waktu antara Harima dan Mimasaka.
Pada suatu hari, hubungan Musashi dengan ayahnya meruncing. Cerita
Bennosuke memperhatikan seni bela diri ayahnya sejak ia masih sangat muda.
Ketika bertambah besar, sedikit demi sedikit mulai melontarkan komentar-komentar kritis. Munisai mulai menganggap anak itu tidak menyenangkan, sekalipun itu anak
lelakinya sendiri. Pada suatu hari, ketika Munisai sedang membuat sebuah tusuk gigi, anak lelakinya mendekat dan mulai mengkritik teknik jitte-nya. Saking marahnya, Munisai mengambil belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi itu, dan
melemparkannya ke arah anak lelakinya seakan-akan itu sebuah shuriken. Bennosuke juga mengelakkan senjata itu, yang lantas terbenam dalam tiang kayu di belakangnya.
Munisai menjadi semakin marah, mengeluarkan pedang pendeknya dan menggunakannya juga sebagai shuriken. Bennosuke juga mengelakkan pedang pendek itu dengan baik dan lari ke luar. Sejak itu ia tidak pernah kembali ke rumah
itu, dan memilih tinggal bersama seorang biksu yang masih sekerabat dengan ibunya di Banshu. Begitulah ia meninggalkan kota kelahirannya (Wilson, 2005:16-17).
2.5.2 Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara
Setelah Oda Nobunaga (1534-1582) yang nyaris sukses mempersatukan
negeri Jepang dengan kejeniusan militernya yang kreatif dan tak kenal ampun tewas di tangan jendralnya sendiri, Akechi Mitsuhide, banyak terjadi pemberontakan. Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), seorang jendral Nobunaga yang lain, dengan cepat
yang terdiri atas lima tairo atau mentri utama untuk memerintah negeri itu sampai
anak lelakinya, Hideyori mencapai usia dewasa, dengan harapan bahwa melalui cara itu, klan Toyotomi akan terus memerintah negeri itu. Akan tetapi, salah satu dari
kelima tairo itu, Tokugawa Ieyasu (1542-1616) mulai bertindak untuk memupuskan harapan itu.
Sebelum Toyotomi Hideyoshi meninggal, di dalam pemerintahan Toyotomi
sudah ada pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang
pernah diturunkan di garis depan perang penakluka sedangkan pihak birokrat terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan . Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak
birokrat dapat dicegah oleh bernama
Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan
cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
Setelah Toyotomi Hideyoshi wafat, Tokugawa Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo berikut nila menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para
Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan
Ieyasu.
Setelah
bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpina
bersenjata pimpinan kelompok
komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu
dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah
di
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karier politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah
masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan
dari
Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi
pelaksana pemerintahan yang terdiri dari
merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu
kandungnya
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya
Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu, penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan
menyerang duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo
yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai
dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan dewan pelaksana administrasi
Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan
sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para
melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di
perjalanan untuk menaklukkan
rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini
dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke
arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata
digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu
dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari pasukan Mitsunari.
Pada tanggal
bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada
lain disepakati permohonan untuk menunjuk
tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan
Morichika dan
bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal
dengan mengepung Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal
1600. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada
tanggal
Selanjutnya basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi
turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi
Sawayama ke
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui
jalur
E Pasukan Timur berhasil menaklukkan
(Sanbōshi) pada tanggal
agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu,
Ieyasu memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju
Putra ketiga Ieyasu yang bernama
memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada
sedang membawa pasukan melewati jalur
Ueda yang dipertahankan oleh
mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima
hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.
Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo
wilayah han
bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa
tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo
kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang
menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang
dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang.
Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi mendengar berita jatuhnya
yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi tanggal
sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempura
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini
disebut
Sekigahara ketika sedang mempertahankan
disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke
desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
Pada tanggal
besar dari Kansai dan Jepang bagian barat) yang terdiri dari pasukan Toyotomi dan Pasukan Timur (terutama dari Kanto dan bagian timur negeri Jepang) yang terdiri dari pasukan Tokugawa saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah
Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit.
Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di
samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat
melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.
Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat
kabut menipis, berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima
Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung
ke arah gugus pasukan
Tembakan yang dilepaskan Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari 6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan
saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.
Pasukan
pasuka mengincar pasukan
Shima Sakon dan
dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur.
berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan di tengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa
membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana kemari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut
Shimazu tidak banyak menelan korban jiwa .
bertempur akibat dihalangi di jalan oleh asalnya. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu
dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di
gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan
Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu,
menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah
dimenangkan Pasukan Timur.
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang
dipimpin menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan
Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka.
Kuda yang sedang ditunggangi dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat
penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur
mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai. Musashi termasuk diantara Pasukan
Barat yang lari tercerai-berai ini.
Pertempuran Sekigahara adalah impian setiap shugyosha karena ini sesuai
dengan disiplin keras shugyosha. Bagi pendekar yang tidak mempunyai pekerjaan, terjun dalam pertempuran memberinya kesempatan agar keterampilannya diperhatikan dan jika ia memang unggul, lantas diangkat menjadi instruktur seni bela
diri di bawah naungan penguasa yang pasukannya ia ikuti. Dengan cara itu, ia bisa menjadi seorang samurai dalam arti yang sebenarnya, “orang yang mengabdi”.
Karena itu, Musashi melangkah kearah Sekigahara, akhirnya bergabung dengan pasukan klan Shinmen. Klan itu berada di bawah komando Ukita Hideie yang merupakan salah satu tairo Hideyoshi. Ayah Hideie, Naoie pernah mengalahkan
terdahulu, dan kelluarga Ukita dianggap sebagai salah satu klan terkuat di wilayahitu.
Mengingat hubungan kekerabatan ibunya dengan keluarga Shinmen, tidak mengherankan jika Musashi memihak klan tersebut. Namun, ada juga kemungkinan
bahwa kebangkitan Hideyoshi yang fantastis, dari status petani ke puncak kekuasaan, mengihlami Musashi untuk bergabung di sisi orang besar itu. Musashi berusia enam tahun ketika Hideyoshi menghancurkan klan Hojo yang kuat, dan berumur tujuh
tahun ketika Hideyoshi menundukkan kota besar Odawara. Dua tahun kemudian, Hideyoshi mengawali invasi ke Korea. Kisah-kisah itu menjadi bahan perbincangan
seluruh negeri, dan si pemuda Musashi pasti mendengarkan dengan serius sebagaimana layaknya seorang anak, sambil membayangkan apa yang akan ia lakukan kelak saat dewasa.
Semua sumber menunjukkan bahwa Musashi bertempur dengan luar biasa di Sekigahara, sekalipun usianya masih sangat muda. Salah satu sumber tersebut adalah
Musashi Yuko Gamei yang mengatakan: “Pencapaian Musashi sangat menonjol, dan dikenal luas oleh para prajurit di semua kubu.”
Menurut monumen Kokura Hibun yang didirikan pada tahun 1654:
“Keperkasaan dan ketenaran Musashi tidak bisa dilebih-lebihkan lagi, bahkan sekalipun lautan mempunyai mulut atau lembah mempunyai lidah.”
Tetapi jika melihat komentar Musashi sendiri soal pertempuran itu, ia hanya satu kali menyinggungnya, yaitu di dalam surat pada Hosokawa Tadatoshi: “Saya telah terjun dalam enam pertempuran sejak masa muda saya.” Para cendikiawan telah
Gifu tahun 1600; Pertempuran Sekigahara tahun 1600; Pertempuran Musim Dingin di
Puri Osaka tahun 1614; Pertempuran Musim Panas di Puri Osaka tahun 1615; dan Pemberontakan Shimabara pada tahun 1637-1638.
2.5.3 Pertarungan Musashi Melawan Arima Kihei
Tahun 1596, Arima Kihei, seorang pendekar pedang aliran Shinto-ryu, datang
ke desa Hirafuku di provinsi Banshu. Dia datang lalu mendirikan pengumuman yang ditulis dengan huruf emas berukuran besar bahwa ia akan menerima tantangan bagi
siapapun yang bersedia beradu keterampilan dengannya.
Yang memperhatikan pengumuman itu bukanlah pendekar pengembara lain tetapi seorang bocah berusia 13 tahun, Bennosuke (Musashi). Di tengah perjalanan
pulang dari pelajaran kaligrafi, Bennosuke mengeluarkan kuas dan tinta, memblok huruf-huruf emas tebal Kihei dan dengan nada menantang, menulis, “Miyamoto
Bennosuke, yang tinggal di kuil Shoren-in, akan menerima tantanganmu besok.”
Melihat ada nama Bennosuke di pengumunan yang dibuat Kihei, ia mengirimkan orangnya untuk mencari tahu siapa Bennosuke ke kuil Shoren-in,
tempat Bennosuke tinggal bersama pamannya, biksu Dorinbo. Biksu Dorinbo menjelaskan bahwa Bennosuke hanyalah anak kecil berusia 13 tahun. Mendengar hal itu Kihei memakluminya tetapi menginginkan permintaan maaf. Esok harinya Kihei
Namun saat Dorinbo dan Bennosuke mendekat, mereka menyaksikan bahwa
anak itu membawa sebatang tongkat sepanjang enam kaki. Kemudian, yang membuat semua orang terhenyak, persis pada saat permintaan maaf itu seharusnya disampaikan,
bukannya membungkuk dengan perasaan malu, Bennosuke justru menyerang. Kihei sama sekali tidak menduga hal itu dan mungkin terperanjat, tetapi ia seorang pendekar pedang yang berpengalaman. Sambil mengelakan serangan itu, ia
menghunus pedangnya dan segera memasang kuda-kuda. Para penonton pasti beranggapan penantang ingusan yang kurang ajar itu tak punya peluang sama sekali.
Tetapi setelah beberapa tebasan, Bennosuke tiba-tiba melemparkan tongkatnya ke tanah dan menubruk Kihei. Kemudian mengangkat tubuh Kihei dan membantingnya ke tanah dengan kepala lebih dulu. Setelah memungut kembali tongkatnya, ia
menggebuki Kihei sampai tewas dan langsung pulang ke rumah.
Dalam bukunya Go Rin Sho (Kitab Lima Lingkaran), Musashi menyebutkan pertarungan itu sebagai berikut: “Jauh di masa mudaku, aku memantapkan keinginan
untuk belajar seni bela diri, dan pertarungan pertamaku terjadi pada saat usiaku tiga belas. Lawanku adalah seorang seniman bela diri dari aliran Shinto-ryu, Arima Kihei,
yang aku kalahkan.”
Mengenai Arima Kihei, hampir tidak ada informasi yang jelas, kecuali ia tewas di tangan anak berusia 13 tahun, Bennosuke. Satu uraian, Sayo Gunshi yang
pendekar yang matang dari aliran Shinto-ryu, di kota ia dipandang rendah layaknya
seekor ular atau kalajengking.”
2.5.4 Pertarungan Musashi Melawan Klan Yoshioka
Pada tahun 1604, pada usia 21 tahun Musashi memasuki Kyoto dengan niat melawan para maestro pedang di kota itu. Klan Yoshioka adalah klan dengan
permainan pedang yang paling dihormati pada zaman itu. Mendengar hal itu, Musashi tentu saja mendatangi klan tersebut untuk menantang kepala klan Yoshioka
yang saat itu adalah Yoshioka Seijuro (kepala klan Yoshioka generasi keempat).
Yoshioka generasi pertama adalah Yoshioka Kenpo, dengan nama pribadi Naomoto, seorang ahli celup warna hitam dan warna teh di wilayah Shijo di Kyoto.
Karena jasa Naomoto yang besar dalam perang, Yoshiharu, shogun Ashikaga kedua menjadikannya instruktur Yoshioka pertama bagi generasi itu.
Generasi kedua adalah adik lelakinya, Naomitsu yang juga mengambil nama Kenpo menjadi instruktur seni bela diri bagi klan Ashikaga. Putra Naomitsu, Naokata, menjadi instruktur generasi ketiga bagi Shogun Ashikaga kelima belas dan terakhir,
Yoshiaki. Yang terakhir adalah putra-putra Naokata, Seijuro dan Denshichiro.
Keputusan Musashi untuk menantang Seijuro tidak sembarangan. Dengan
Satu generasi sebelumnya, Shogun Ashikaga mengundang Munisai untuk
melakukan perbandingan teknik dengan instruktur pedangnya, Yoshioka Naokata. Kokura Hibun menyajikan uraian pendek mengenai hal itu: “Dengan batas tiga
pertarungan, Yoshioka unggul satu kali dan Shinmen menang dua kali. Pada waktu itu Shinmen Munisai dihadiahi julukan ahli bela diri tanpa tandingan di bawah matahari.”
Dengan alasan ingin menghapus sisa aib yang melekat pada nama keluarganya, Seijuro menerima tantangan Musashi, sekalipun Musashi dianggap tidak
mempunyai pengalaman, status, dan keahliannya barangkali tidak seberapa.
Tempat pertarungan itu ditetapkan di luar Kyoto, di sebuah padang rumput di dekat kuil Rendaiji. Seijuro bersenjatakan sebilah pedang sungguhan, sementara
Musashi membawa senjata yang kelak menjadi ciri khasnya bokuto (pedang kayu). Dalam Kokura Hibun digambarkan pertarungannya sebagai berikut :
Musashi dan Seijuro bertarung dengan kekuatan naga dan harimau di Padang
Rendaiji di luar Kyoto. Namun, dengan satu pukulan pedang Musashi, Seijuro ambruk dan tidak sadarkan diri. Sebelumnya telah diatur bahwa pertarungan akan
berakhir dengan satu pukulan tunggal, dan karenanya nyawa Seijuro selamat. Murid-muridnya membawanya pergi di atas sebuah usungna dan merawatnya sampai kesehatannya pulih kembali. Akhirnya ia meninggalkan seni bela diri dan menjadi
Setelah kekalahan Seijuro, keluarga Yoshioka berniat untuk mengembalikan
nama baik mereka dengan menantang Musashi. Maka diaturlah pertarungan kedua, kali ini yang menghadapi Musashi adalah adik Seijuro, Denshichiro.
Pertarungan diselenggarakan di luar Kyoto pada jam yang sudah ditentukan.
Pertarungan ini berjalan begitu singkat. Musashi datang terlambat pada jam yang sudah ditentukan. Hal ini membuat Denshichiro marah dan melakukan serangan yang
agresif yang didasarkan pada kemarahan. Musashi mengelakan serangan itu, melemparkan pedang dari tangan lawannya, dan menusuknya sampai tembus.
Menurut sejumlah catatan, Denshichiro roboh persis di tempat dia berdiri, dan tewas.
Kemudian murid-murid Yoshioka berniat melakukan adauchi (balas dendam) terhadap Musashi. Diaturlah satu pertarungan lagi dengan Musashi. Kali ini melawan
anak Seijuro, Matashichiro. Namun pertarungan ini hanya jebakan. Rencana sebenarnya adalah pertempuran besar-besaran. Pertempuran tersebut berlangsung di pinggiran Kyoto, di hutan pinus dekat kuil Ichijoji. Yang melawan Musashi adalah
keluarga Yoshioka yang berjumlah lebih dari seratus orang bersenjata lengkap.
Musashi yang mengetahui rencana tersebut menunggu kedatangan klan
Yoshioka. Musashi tiba-tiba melompat dari belakang hutan pinus dan menyerang klan Yoshioka satu per satu. Dengan memanfaatkan kepanikan masal, Musashi
menggiring gerombolan itu persis seperti menggiring ternak, memotong mereka satu per satu sebelum akhirnya menghilang lewat rute yang telah ia rencanakan. Begitulah
2.5.5 Pertarungan Musashi Melawan Hozoin Inshun
Tidak lama setelah Musahi mengalahkan klan Yoshioka, ia mengalihkan perhatian pada bentuk seni bela diri lain, dan mengayunkan kaki ke arah ibu kota
kuno, Nara. Tujuannya adalah menantang biksu Nara terkuat di Kuil Hozoin, sebuah cabang kuil dari Kifukuji yang terkenal.
Para biksu di kuil Hozoin terkenal dengan keahliannya memainkan tombak
dan gaya permainannya dikenal dengan gaya Hozoin. Generasi pertama dari teknik tombak gaya Hozoin adalah Kakuzenbo Hoin In’ei. Ia mula-mula mempelajari
permainan tombak di bawah Daizen Taibu Shigetada, lalu ia pernah dikalahkan oleh pendekar pedang terkenal Kamiizumi Ise no Kami yang kemudian bersama sahabatnya yang juga pernah dikalahkan oleh Kamiizumi, Yagyu Muneyoshi
(Sekishusai) menjadi murid Kamiizumi. Di bawah bimbingan Kamiizumi, In’ei menjadi ahli dalam permainan pedang dan tombak, tetapi spesialisnya adalah tombak
bermata dua.
Karena kecintaan akan senjata, In’ei diusir dari kuil Hozoin. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk berkelana ke berbagai provinsi dan menemui ahli-ahli bela diri
sebelum ia diizinkan kembali ke kuil. Salah satu ahli bela diri yang ia temui adalah Daizen. Berdasarkan ajaran Daizen, In’ei mengembangkan jurus kamayari, atau
tombak-sabit.
menutup doujonya dan melarang penggantinya, Kakuzenbo Inshun untuk
mengajarkan seni bela diri.
Beberapa tahun kemudian tradisi tombak Hozoin dihidupkan kembali oleh
Inshun yang telah menjadi biksu kepala di kuil tersebut. Inshun inilah yang ditantang Musashi untuk bertarung melawannya.
Pada pertarungan ini, Musashi bersenjatakan sebilah pedang kayu pendek, dan
Inshun dengan kamayari (tombak sabit). Musashi mengalahkannya dalam dua kali pertarungan berturut-turut. Inshun tidak sakit hati karena dikalahkan Musashi, ia
justru begitu terkesan sehingga menjamunya dan berbincang-bincang tentang seni bela diri sampai pagi. Musashi lalu berterima kasih pada lawannya dan melanjutkan
perjalanannya.
2.5.6 Pertarungan Musashi Melawan Shishido Baiken
Pada tahun1607, ketika Musashi tengah melewati provinsi Iga, ia bertemu dengan seorang lelaki yang hanya dikenal dengan nama keluarganya, Shishido. Shishido ahli dalam permainan sabit dan rantai yang disebut dengan kusarigama.
Shishido tinggal di bagian pegunungan wilayah Iga yang terpencil, dimana ia bertani dan secara tidak resmi membuka sebuah pandai besi, tempat ia membuat senjatanya
sendiri.
Shishido berhasil mengunci pedang Musashi dengan rantainya, lalu ia melangkah
pelan untuk menyudahinya dengan sabit. Tetapi Musashi mendadak menghunuskan wakizashi (pedang pendek) dan melemparkannya seperti sebilah shuriken, yang menembus dada orang itu hingga tewas. Semua pengikut Shishido yang terguncang segera menghunuskan pedang dan menyerbu ke arah Musashi. Namun, Musashi justru mengejar mereka dan mereka pun bubar, lari ke segala penjuru.
2.5.7 Musashi dan Kesenian 2.5.7.1Musashi dan Seni Lukis
Selain mahir dalam bermain pedang, Musashi juga ahli dalam kesenian. Seni yang pertama kali dikenal Musashi adalah melukis. Tidak jelas kapan persisnya
Musashi mulai melukis, tetapi pada usia tiga belas tahun ia membuat sebuah lukisan Daruma di kuil Shoren’in di Hirafuku di Harima, tempat ia tinggal setelah
meninggalkan rumah ayahnya dan mendapat pendidikan formal dan di bawah pengawasan pamannya, biksu Dorinbo.
Musashi mengatakan dengan jelas dalam Kitab Lima Lingkaran bahwa ia
tidak pernah memiliki guru untuk belajar jalan pedang atau jalan-jalan lain yang ia praktikkan, dan kita hanya bisa beranggapan bahwa hal itu juga terjadi pada seni
mereka.” Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa sekalipun Musashi memiliki
guru dalam seni, maka gurunya adalah jalan pedang.
Di usia tua, apalagi setelah kematian seorang daimyo yang merupakan
sahabatnya, Hosokawa Tadatoshi, Musashi semakin menutup diri dan lebih banyak meluangkan waktunya untuk berkosentrasi pada seni. Selain itu ia juga semakin meningkatkan pelajaran tentang meditasi Zen. Dalam tradisi para pelukis Buddhis
Zen, Musashi kebanyakkan melukis para tokoh Zen dan pemandangan burung serta hewan lainnya.
Beberapa lukisan Musashi yang paling tersohor adalah lukisan burung, dan di antara lukisan itu, Burung Tengkek di atas sebuah Cabang Layu adalah karya terbesarnya, dan saat ini lukisan tersebut tersimpan di Museum Seni Kuboso di Izumi.
Sebuah lukisan lain yang menunjukkan kepiawaian Musashi dalam memainkan kuas serta pengamatannya yang tajam terhadap alam, sekaligus juga memberikan
pemahaman tentang wawasan Musashi tentang permainan pedang, adalah lukisan seekor burung Kasa yang saat ini tersimpan sebagai koleksi keluarga Hosokawa.
Tokoh Zen yang banyak dilukis oleh Musashi adalah Daruma dan Hotei. Ada
dua karyanya yang paling terkenal tentang patriark Zen yang betul-betul memikat perhatian. Yang pertama adalah lukisan Daruma yang menunjukkan kosentrasi Zen
penuh, dengan mata terpusat tajam ke arah hidungnya, dan mulut tertarik ke bawah dalam sikap ketetapan hati yang bergeming, yang lain adalah lukisan tiga perempat wajah tokoh Zen tersebut dengan garis penuh teka-teki yang bisa mengisyaratkan apa
sedang menonton sabung ayam. Lukisan ini sebenarnya bukan karya orisinal Musashi,
karena pernah dilukis oleh pelukis Cina, Liang K’ai dan pelukis Jepang, Kaiho Yusho.
Sejumlah orang beruntung memiliki karya-karya Musashi tergerak untuk
menorehkan tulisan mereka sendiri di atas latar lukisan-lukisan itu. Salah satu karya yang berisi tulisan seperti itu adalah lukisan Hotei yang gendut dan bahagia, dengan kantong besarnya tergantung pada tongkat yang ditopang oleh bahu si biksu. Pada
lukisan itu tertulis sebuah syair yang ditulis oleh Hoshina Masayuki, seorang cendekiawan dan administrator dalam pemerintahan Aizu Wakamatsu.
Semua lukisan suibokuga Musashi memang unik dan ini perlu ditegaskan lagi, memberi kita suatu gambaran tentang kehidupan spiritual yang tidak dapat kita temukan dalam sejarah kehidupan atau tulisan-tulisannya sendiri (Wilson, 2005: 139).
2.5.7.2Musashi dan Kaligrafi
Seperti para seniman dan cendikiawan Zen baik dari Cina maupun Jepang, Musashi juga menciptakan kaligrafi, dan dengan intensitas yang sudah menjadi ciri khasnya. Perlu diingat bahwa ia tengah berjalan pulang dari pelajaran kaligrafi pada
usia tiga belas tahun ketika melihat tantangan pertarungan pedang yang dipasang oleh Arima Kihei.
Kaligrafi Musashi yang paling terkenal dan masih bertahan sampai saat ini
adalah sebuah gulungan kertas bertuliskan 戦 氣 (senki), atau “semangat
berbunyi, “Arus dingin menahan rembulan, kejernihannya seperti kaca rias.” Karya
ini tersimpan sebagai koleksi keluarga Matsui.
2.5.7.3Musashi dan Patung Fudo Myo-o
Bidang-bidang seni Musashi menonjol, nyaris seluas bidang-bidang seni pemoles pedang di Kyoto, Hon’ami Koetsu. Kemampuan-kemampuannya yang
didasarkan pada permainan pedangnya mencakup suibokuga dan kaligrafi, dan kedua bidang seni ini diperhalus lagi dengan belajar syair Cina serta mempraktikkan
meditasi Zen.
Ada satu lagi bidang seni yang dikuasai Musashi, yaitu seni pahat. Karyanya adalah sebuah patung kayu yang menampilkan dewa Fudo Myo-o (yang secara
harafiah berarti “Raja Terang yang Bergeming”), yang selalu siap untuk menumbangkan musuh-musuh Budha. Patung kecil itu menampilkan Fudo Myo-o
dengan kedua kaki tertancap kuat di tanah, memegang sebilah pedang tunggal yang diacungkan tegak di sisi kanannya. Dengan mata menyala, mulut terkatup rapat, dan kening mengernyit tanda ketetapan hati, serta di belakang dan sampingnya dikitari
2.5.8 Biografi Inoue Takehiko
Inoue Takehiko lahir pada tanggal 12 Januari 1967 di Okuchi, Kagoshima. Ia adalah seorang mangaka terkenal dengan karyanya yang berjudul Slam Dunk, yang
sukses besar di Jepang dan di luar Jepang. Banyak karyanya yang mengangkat tentang basket, karena Inoue adalah penggemar olahraga itu. Dengan Slam Dunk, anak-anak di Jepang dan mungkin di luar Jepang mulai bermain basket. Hal ini
membuat olahraga basket popular di Jepang dan di Asia Timur.
Sebelum debutnya, Inoue adalah salah seorang asisten Hojo Tsukasa dalam
manga City Hunter. Debutnya dimulai di majalah Shonen Jump pada tahun 1988 dengan manga berjudul Chameleon Jail.
Inoue mencapai ketenaran dengan manga keduanya, Slam Dunk yang
menceritakan tentang tim basket SMA Shohoku. Manga ini pertama kali diterbitkan di Shonen Jump Shueisha di Jepang pada tahun 1990-1996 dan telah terjual lebih dari
100 juta kopi di Jepang saja. Pada tahun 1995, ia menerima Shogakukan Manga Awards untuk kategori Shonen dan pada tahun 2007, Slam Dunk telah dinyatakan sebagai manga terfavorit di Jepang. Slam Dunk juga telah diadopsi menjadi sebuah
serial anime tv.
Karya berikutnya adalah Buzzer Beater, sebuah kolaborasi dengan ESPN
Beater Buzzer diproduksi menjadi serial anime pada tahun 2005 dan di tahun 2007, season keduanya diproduksi oleh TMS Entertaiment.
Vagabond adalah karya Inoue berikutnya yang diadaptasi dari novel karya Yoshikawa Eiji, yaitu Musashi yang dikerjakannya pada tahun 1998. Dengan manga ini, Inoue menerima Kodansha Manga Awards pada tahun 2000 dan Osamu Tezuka Culture Award pada tahun 2002.
Sementara masih bergulat dengan Vagabond, Inoue mulai mengerjakan Real, manga basket ketiganya yang berfokus pada pemain basket kursi roda. Ia menerima pernghargaan Excellence di Media Jepang pada tahun 2001 berkat manga ini.
Vagabond dan Real adalah manga karyanya yang sampai saat ini belum ia tamatkan. Karena masalah kesehatannya, ia vakum cukup lama sebagai mangaka. Ia
sempat berkata bahwa manga Vagabond dan Real nantinya akan menjadi karya terakhirnya. Selain sebagai mangaka, Inoue juga bekerja sebagai desainer karakter