LAMPIRAN
Gambar 1:
Burung Kasa oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi keluarga
Hosokawa.
Gambar 2:
Burung Tengkek di Atas Sebuah
Gambar 3:
Daruma oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan
sebagai koleksi pribadi keluarga Hosokawa.
Gambar 4:
Hotei oleh Miyamoto
Musashi. Tersimpan sebagai koleksi pribadi keluarga
Gambar 5:
Hotei Mengamati Sabung Ayam oleh Miyamoto Musashi.
Gambar 6:
Patung kayu Fudo Myo-o oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi
keluarga Matsui.
Gambar 7:
Kaligrafi “Semangat Pertempuran”
oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R. Moh. 1965. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta: Bhratara
Aminuddin. 2000. Pengantar Karya Sastra. Bandung: Sinar Batu Algesindo
Bonneff, Marcel. 2002. Komik Indonesia. Terj. Rahayu S. Hidayat. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Chintya. 2012. Weekly Oricon Chart Manga. Animonstar Vol. 165. Bandung:
Megindo Tunggal Sejahtera
Darmawan, Hikmat. 2012. How To Make Comics. Jakarta: Plotpoint Publishing
De Mente, Boyle Lafayette. 2005. Samurai Strategies. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra Edisi Revisi. Yogyakarta:
Media Pressindo
Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : PT. Angkasa
Inoue, Takehiko. 2008. Vagabond 1-27. Terj. E.P Armanda. Jakarta: Level Comics
McCloud, Scott. 2001. Understanding Comics (Edisi Revisi). Terj. S. Kinanti.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Shiva. 2006. Saga of Millenium Heroes On Comic Book: Part III. Advance Vol. 06.
Bandung: PT Naragita Dinamika
Soemardjo, Jacob. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa
Suharjanto, Agung. 2006. Strategi Kesantunan Pada Kartun Lagak Jakarta. (Skripsi): Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI:
Depok
Suhendar, M. E dan Pien Supinah. 1993. Pendekatan Teori Sejarah dan Apresiasi
Sastra Indonesia. Bandung: Pionir Jaya
Velisha. 2001. History of Manga. Animosnter Vol. 25. Bandung: Megindo Tunggal
Walsh, W. H. 1967. Philosophy of History An Introduction. New York: Harper
Torchbook
Wilson, William Scott. 2005. The Lone Samurai. Terj. Bernard Hidayat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
http://id.wikipedia.org/wiki/Komik
BAB III
ANALISIS TOKOH UTAMA MIYAMOTO MUSASHI DALAM KOMIK “VAGABOND” KARYA INOUE TAKEHIKO DILIHAT DARI SEGI
KESEJARAHAN
3.1 Sinopsis Cerita
Komik “Vagabond” karya Inoue Takehiko saat ini telah terbit sebanyak 34 volume, tapi penulis hanya akan membahas sampai volume 27 karena sampai volume
27 inilah cerita mengenai siapa dan kehebatan Musashi secara detail diceritakan.
Komik “Vagabond” dibuka dengan cerita dimana Shinmen Takezo dan teman sekampungnya, Honiden Matahachi telah selesai berperang di pertempuran
Sekigahara dan menjadi buronan perang karena pihak yang mereka bela kalah. Mereka berusaha melindungi dan melarikan diri dari kejaran pemburu buronan yang kalah perang. Di tengah usaha mereka melarikan diri, mereka bertemu dengan
seorang wanita bernama Oko dan putrinya, Akemi. Mereka menginap di rumah Oko dan Akemi.
Lalu muncullah Tsujikaze Tenma, ketua kelompok perampok yang biasa merampok dari mayat-mayat samurai yang mati di medan perang. Ia mendatangi
untuk melindungi Oko dan Akemi, Takezo bahkan berhasil membunuh Tsujikaze
Tenma.
Setelah kejadian itu, Matahachi memilih pergi bersama Oko dan Takezo kembali ke desa Miyamoto untuk memberitahu ibu Matahachi kalau anaknya masih
hidup dan telah tinggal dengan seorang wanita bernama Oko. Akan tetapi ibu Matahachi tidak percaya pada Takezo dan malah mengejarnya bersama para
penduduk desa untuk membunuh Takezo yang dianggap telah mencelakai anaknya karena diajak ke medan pertempuran.
Takezo pun tertangkap oleh biksu Takuan Soho dan teman kecil Takezo, Otsu.
Selama beberapa hari ia digantung di pohon. Ibu Matahachi berharap Takezo akan segera mati tergantung di pohon, tetapi Takuan Soho malah membebaskan Takezo
dan menyuruhnya pergi meninggalkan desa. Sejak saat itu nama Takezo berubah menjadi Miyamoto Musashi.
Setelah meninggalkan desa, Muashi memutuskan untuk berkeliling Jepang dengan tujuan menemukan lawan duel yang kuat. Kyoto menjadi kota tujuan pertama Musashi, di sini ia mencari perguruan Yoshioka yang kehebatannya terdengar sampai
ke desa Miyamoto.
Musashi mendatangi dojo Yoshioka untuk menantang Yoshioka Seijuro, pemimpin klan tersebut. Karena Seijuro tidak ada, Musashi melawan adiknya
Musashi yang terluka diselamatkan oleh Matahachi dan dirawat oleh seorang
anak kecil bernama Jotaro dan biksu Takuan Soho. Setelah itu Musashi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Nara menuju kuil Hozoin. Ia pergi bersama Jotaro
yang memanggilnya dengan sebutan “guru”.
Setelah mengalahkan orang terkuat di kuil Hozoin, Hozoin Inshun, Musashi melanjutkan perjalannan ke puri Yagyu. Ia mendengar bahwa di sana ada Yagyu
Sekishusai yang juga merupakan ahli pedang yang kuat. Ketika berada di puri Yagyu, ia bertemu kembali dengan Otsu yang ternyata telah meninggalkan desa Miyamoto
juga.
Keingingan Musashi untuk melawan Sekishusai tidak tersampaikan karena Sekishusai sedang sakit dan ia terlalu kuat untuk Musashi. Musashi lalu melanjutkan
perjalanan untuk mencari orang-orang kuat lainnya. Ia pergi mencari Shisido Baiken, seorang ahli sabit berantai dan mengalahkannya.
Karena telah berjanji untuk melanjutkan pertarungan melawan Yoshioka Denshichiro, ia kembali ke Kyoto. Di Kyoto inilah ia menghabiskan seluruh klan
3.2 Analisis Tokoh Musashi Dari Segi Kesejarahan 3.2.1 Asal Usul Musashi
Cuplikan 1:
Matahachi : “Takezo! Ini yang asli! Pemburu pelarian!”
Takezo/Musashi : (Membunuh pemburu pelarian, lalu berkata) “Mana bisa aku
mati di sini! Aku Shinmen Takezo
Analisis:
!” (volume 1, hal 20-35)
Cuplikan di atas diambil ketika Musashi mengalahkan prajurit yang memburu buronan perang setelah pertempuran Sekigahara. Berdasarkan cuplikan tersebut dapat
dilihat bahwa dalam komik Vagabond, Musashi menggunakan nama Shinmen Takezo sebelum menggunakan nama Miyamoto Musashi. Nama Takezo tidak sesuai dengan
cerita aslinya, karena nama kecil Musashi dalam cerita aslinya adalah Bennosuke, sedangkan nama Shinmen-nya sesuai dengan cerita aslinya karena Shinmen memang merupakan nama keluarga Musashi. Dalam komik Vagabond, dipakai nama Takezo
karena kanji武蔵 (Musashi) juga bisa dibaca dengan Takezo.
Cuplikan 2:
Akemi : “Kulihat papan pengumuman itu, dia hendak duel dengan Takezo
Seijuro : “
.”
Takuan Soho :“Shinmen Takezo mati di sini, tapi jangan lupakan desa tempat kau
dilahirkan dan dibesarkan ini. Hiduplah dengan memeluk desa Miyamoto di dadamu, Takezo. Mulai saat ini namamu menjadi
Miyamoto Musashi.
Analisis :
”(volume 3, hal 1)
Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa nama Musashi diambil dari cara
baca lain dari kanji武 蔵 (Takezo). Nama Miyamoto Musashi di komik Vagabond
diberikan oleh biksu Takuan Soho, biksu yang menyelamatkan nyawa Musashi dari kejaran penduduk desa dan berperan sebagai guru spiritualnya. Pada cuplikan di atas,
Takuan Soho memberitahu Musashi untuk tidak melupakan desa Miyamoto, jadi nama Miyamoto diambil dari nama desa tempat ia dilahirkan.
Hal ini tidak sesuai dengan cerita aslinya karena nama Musashi sebenarnya diambil dari nama seorang biarawan bernama Musashibo Benkei. Ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan sebagai tempat kelahiran Musashi, salah
satunya adalah desa Miyamoto. Jadi ada kemungkinan Musashi mengambil nama desa tempat kelahirannya sebagai nama belakangnya.
Tokoh Takuan Soho yang muncul di komik Vagabond ini dihadirkan karena Musashi, sewaktu hidup kerap kali dihubung-hubungkan dengan Takuan Soho di cerita aslinya. Takuan Soho dalam kisah asli Musashi adalah biksu yang hidup
yang ditulis untuk Yagyu Munenori menyangkut hubungan akal budi, tubuh, dan
teknik suatu subjek yang juga dicakup secara luas dalam Kitab Lima Lingkaran milik Musashi.
Cuplikan 3:
Takezo : “Ayah, ayah, ibu tidak ada. Kemana?”
Munisai : “Dasar cengeng! Perempuan itu bukan lagi ibumu!”
(volume 1, hal 82-83)
Cuplikan 4:
Musashi : ”Aku hanya ingin melihat wajahnya dan memberitahu ibu bahwa aku sudah besar.
Ibu Musashi : ”Takezo, pulanglah, pulanglah ke tempat ayahmu.” ”
(volume 2, hal 39)
Analisis:
Berdasarkan cuplikan 3 dan 4 di atas, dapat dilihat bahwa Musashi kecil
tinggal bersama ayahnya yaitu, Shinmen Munisai, sedangkan ibu Musashi telah berpisah dengan ayahnya dan pergi dari desa Miyamoto. Tidak diceritakan dimana
Sesuai dengan cerita aslinya, sewaktu kecil, Musashi memang tinggal
bersama ayahnya saja. Ibunya tinggal di Harima sejak bercerai dengan ayahnya. Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk
menemui ibunya karena hubungan Musashi dan ayahnya memburuk.
Cuplikan 5:
Musashi : (Memperhatikan ayahnya yang sedang membuat tusuk gigi dengan
belati)
Munisai :
Musashi : (Mengelak dari belati ayahnya dan berkata) “ Kemarin aku membunuh Arima Kihei, seorang prajurit. Aku bukan anak kecil
lagi.” (melempar belati tersebut ke ayahnya)
“Oi! Apa yang sedang kau lihat?” (melemparkan belati yang sedang
dipegangnya ke arah Musashi)
Munisai : (Menangkis belati dengan lengannya)
(Jilid 11, hal 45-52, 57-60)
Analisis:
Cuplikan di atas memperlihatkan bahwa hubungan Musashi dan ayahnya,
Munisai tidak baik. Munisai telihat tidak senang dengan perilaku anak laki-lakinya yang memperhatikan dia, dengan sengaja ia melemparkan belati yang sedang
Pada Tanji Hokin Hikki, sebuah naskah kuno yang memuat cerita tentang
Musashi, juga dituliskan bahwa hubungan Musashi dengan ayahnya tidak baik. Diceritakan bahwa suatu hari Musashi muda mengkritik teknik jitte milik Munisai.
Karena marah, Munisai melemparkan belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi yang sedang dibuatnya ke arah Musashi, tetapi Musashi berhasil mengelak. Munisai menjadi semakin marah, ia lalu melemparkan pedang pendeknya, tetapi
Musashi berhasil mengelak lagi, lalu lari keluar rumah.
Dari cuplikan di atas dan cerita yang tertulis dalam Tanji Hokin Hikki, terlihat bahwa cerita ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki adegan Munisai
melempar belati ke arah Musashi. Hanya saja, dalam cuplikan di atas yang ada di komik Vagabond, tidak diceritakan Musashi mengkritik teknik jitte milik Munisai.
3.2.2 Pertempuran Sekigahara
Cuplikan 1:
Musashi : (Berbaring di antara tumpukan mayat, tersadar, lalu mencari Matahachi) “Pelarian ya?”
Matahachi : (Berkata dalam hati) “Pemburu pelarian!!”
Musashi : “Ini aku, Matahachi.”
Musashi : “Kau bisa jalan? Kita pergi dari sini.”
Matahachi : “Seperti inikah kita jadinya? Kita pergi dari Sakushu untuk mencari kesuksesan dengan memenggal leher jendral, tapi bukannya memenggal lehernya, malah cuma memotong rumput di pinggir
jalan. Kita lebih sering memegang sabit daripada tombak, akhirnya kalah perang.
Analisis:
” (volume 1, hal 15-16)
Cuplikan percakapan di atas muncul setelah pertempuran Sekigahara berakhir,
Musashi dan temannya Matahachi menjadi buronan perang. Hal ini berarti bahwa pihak yang dibela Musashi kalah.
Pertempuran Sekigahara adalah pertempuran antara pihak Toyotomi
Hideyoshi melawan Tokugawa Ieyasu. Pihak yang kalah dalam pertempuran Sekigahara adalah kubu Toyotomi Hideyoshi, berarti pihak yang dibela Musashi adalah pihak Toyotomi. Hal ini sesuai dengan cerita asli Musashi. Pada pertempuran
Sekigahara, Musashi bergabung dengan pasukan klan Shinmen yang berada di bawah komando Ukita Hideie yang merupakan salah satu dari lima tairo Hideyoshi.
Cuplikan 2:
Musashi : (Menebas salah satu prajurit yang hendak membunuh Muso
Gennosuke)
Musashi : “Shinmen Takezo.” (Kembali bertarung dengan beberapa
prajurit
Analisis:
) (Volume 18, hal 118-120)
Cuplikan di atas diambil pada saat Musashi berada di pertempuran Sekigahara. Muso Gennosuke yang diselamatkan Musashi pada cuplikan tersebut diceritakan hanya orang yang ingin mengamati pertempuran. Pada pertempuran Sekigahara,
Musashi yang masih memakai nama Shinmen Takezo bertempur dengan luar biasa. Ia membunuh setiap lawan yang ada di depannya. Dengan mudah ia menebas setiap
lawan tanpa ampun.
Semua sumber menunjukkan bahwa Musashi bertempur dengan luar biasa di pertempuran Sekigahara. Salah satu sumber tersebut adalah Musashi Yuko Gamei
yang mengatakan: “Pencapaian Musashi sangat menonjol, dan dikenal luas oleh para prajurit di semua kubu.”
Dari cuplikan di atas dan sumber mengenai cerita asli Musashi, dapat dilihat
bahwa kehebatan Musashi yang digambarkan pada komik Vagabond sesuai cerita aslinya. Menurut monumen Kokura Hibun yang didirikan pada tahun 1654:
“Keperkasaan dan ketenaran Musashi tidak bisa dilebih-lebihkan lagi, bahkan sekalipun lautan mempunyai mulut atau lembah mempunyai lidah.”
Muso Gennosuke yang ada di cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita asli
3.2.3 Pertarungan-pertarungan Musashi 3.2.3.1Melawan Arima Kihei
Cuplikan :
Arima Kihei : “Aku Arima Kihei, keliling negeri untuk mencari orang kuat. Aku ingin bertarung dengan orang terkuat di desa ini.”
Musashi : (Datang seorang diri dengan membawa papan pengumuman yang di
buat oleh Arima Kihei) “Aku Takezo.” (Dengan papan tersebut Musashi memukul Kihei hingga terjatuh, lalu dia mengambil pedang
Arima, dan dengan pedang tersebut dia menebas leher Kihei)
(volume 2, hal 96-100)
Analisis:
Cuplikan di atas menjelaskan bagaimana Musashi mengalahkan Arima Kihei pada pertarungan pertamanya di usia 13 tahun. Dari cuplikan di atas juga terlihat
bahwa Arima Kihei adalah seorang shugyosha, karena ia berkeliling negeri, mencari orang kuat untuk ditantang bertarung.
Dalam bukunya Go Rin Sho, Musashi mengatakan bahwa pertarungan
pertamanya terjadi saat usianya 13 tahun dan lawannya adalah seorang seniman bela diri aliran Shinto-ryu bernama Arima Kihei yang berhasil dikalahkannya.
Cuplikan di atas sesuai dengan cerita aslinya, bahwa Musashi melakukan
Kihei. Akan tetapi pada cerita asli Musashi, saat itu Musashi kecil datang menghadap
Kihei ditemani oleh pamannya, biksu Dorinbo dengan maksud meminta maaf karena telah mencoret papan pengumunan yang dibuat oleh Kihei. Bukannya minta maaf,
Musashi malah menyerang Kihei, ia melempar tongkat yang dibawanya, menubruk Kihei, mengangkat tubuh Kihei, membantingnya ke tanah, lalu menggebuki Kihei
sampai tewas.
3.2.3.2Melawan Klan Yoshioka
Cuplikan 1:
Musashi : “Nama kota ini terdengar sampai desa Miyamoto di gunung sana. Pria yang mahir main pedang ada di sini.” (Berkata di dalam
hati) ”Perguruan Yoshioka, delapan gaya Kyoto, Yoshioka Seijuro tak bisa kuabaikan!
Analisis:
.” (volume 3, hal 4-5)
Cuplikan di atas diambil ketika Musashi yang berusia 21 tahun datang ke Kyoto untuk pertama kalinya. Ia datang ke Kyoto karena mendengar bahwa di Kyoto
terdapat ahli pedang yang handal. Tujuan ia datang ke Kyoto adalah untuk menantang duel maestro pedang terkenal di kota itu, Yoshioka Seijuro.
Cuplikan di atas sesuai dengan cerita aslinya, tahun1604, pada usia 21 tahun
zaman itu, klan Yoshioka adalah klan dengan permainan pedang yang paling
dihormati. Mendengar hal ini, tentu saja Musashi mendatangi klan tersebut dan menantang pemimpin klan tersebut.
Cuplikan 2:
Seijuro : “Hai, tuan shugyosha, rupanya kau datang juga. Padahal sudah kubilang untuk mengurungkan niatmu.” (volume 3, hal 94-95)
Seijuro : “Bawa ini dan pergilah dari sini.”
Musashi : (Menebas botol sake) (volume 3, hal 100-101)
(Menyodorkan botol sake.)
Analisis:
Pada cuplikan di atas, Seijuro menawarkan sake kepada Musashi dan menyuruhnya pergi. Ini berarti ia menolak tantangan duel Musashi. Hal ini tidak
sesuai dengan cerita aslinya, karena pada cerita aslinya, Seijuro langsung menerima tantangan duel dari Musashi, terlebih karena ia mengetahui bahwa Musashi adalah
anak dari Munisai. Dengan alasan ingin menghapus sisa aib yang melekat pada nama keluarganya karena Munisai pernah mengalahkan ayahnya sebanyak dua kali, Seijuro menerima tantangan Musashi, sekalipun Musashi dianggap tidak mempunyai
Cuplikan 3:
Musashi : “Aku belum memperlihatkan kekuatanku. Aku ingin membalasnya. Orang terkuat di Kyoto ini memang Yoshioka Seijuro. Aku tidak
punya alasan untuk bertarung dengan yang lain.”
Denshichiro : ”Lima orang kalah dan semuanya tewas. Mengertikah kau ada alasan untuk bertarung di sini.
Cuplikan 4:
Miyamoto Musashi! Ada alasan bagiku
untuk membunuhmu!” (volume 3, hal 32-36)
Denshichiro : “Miyamoto, jaga dirimu baik-baik. Aku ingin bertemu denganmu
yang jauh lebih tangguh.
Musashi : “Menurut anda waktu itu akan datang padaku?” “
Denshichiro : “Masalah waktu siapapun sama. Aku juga begitu. Suatu saat nanti aku akan membunuhmu! Sampai saat itu tiba tetaplah hidup!”
(volume 3, hal 213-216)
Analisis:
Yoshioka. Lalu Denshichiro membuat janji untuk mengalahkan Musashi suatu saat
nanti dimana Musashi menjadi lebih tangguh.
Cuplikan 3 dan 4 tidak sesuai dengan cerita aslinya karena sebenarnya Musashi melawan Denshichiro karena Musashi telah mengalahkan Seijuro terlebih
dahulu, sehingga Denshichiro ingin mengembalikan nama baik Yoshioka. Pada cerita aslinya, duel Musashi melawan Denshichiro hanya berlangsung satu kali, jadi janji
Denshichiro untuk mengalahkan Musashi suatu saat nanti pada cuplikan 5 tidak sesuai dengan cerita aslinya.
Cuplikan 5:
Papan pengumuman : “Yoshioka Denshichiro menantang duel Miyamoto Musashi pada tanggal 9 di halaman kuil Rengeoin.”
Analisis:
(volume 21, hal
8-9)
Cuplikan di atas muncul pada tahun 9 Keicho (1604) di Kyoto. Pada saat itu
Musashi kembali ke Kyoto untuk memenuhi janji bertarung dengan Denshichiro. Denshichiro memasang papan pengumuman agar semua orang di Kyoto mengetahui
mengenai pertarungannya dengan Musashi. Sesuai janji setahun yang lalu, ia datang untuk menepatinya, tetapi tujuan utamanya tetap sama, yaitu bertarung dengan
Jika diceritakan setahun setelah Musashi datang ke dojo Yoshioka, maka pada
tahun 1604 pada cuplikan di atas, Musashi berusia 22 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena pada tahun 1604 seharusnya Musashi berusia 21 tahun
dan memasuki Kyoto untuk pertama kalinya. Berdasarkan cuplikan di atas, Musashi akan bertarung dengan Denshichiro untuk kedua kalinya. Ini tidak sesuai dengan cerita aslinya karena pada cerita aslinya Musashi hanya bertarung sekali dengan
Denshichiro. Akan tetapi lokasi tempat akan dilaksanakannya pertarungan sesuai dengan cerita aslinya, yaitu di halaman kuil Rengeoin.
Cuplikan 6:
Musashi : “Tuan Seijuro, anda yang terus mengamatiku selama ini.”
Seijuro : “Aku bermaksud membunuhmu dari belakang, supaya tidak terjadi
pertarungan yang terlalu dibesar-besarkan.”
Analisis:
(volume 21, hal 38-42)
Cuplikan di atas terjadi di padang Rendaiji, wilayah utara Kyoto. Pada
cuplikan tersebut Seijuro menemui Musashi diam-diam di padang Rendaiji dan mengajaknya bertarung karena ia tidak ingin pertarungannya dengan Musashi terlihat
oleh orang banyak. Pertarungan berlangsung dengan sangat sengit, mereka berdua saling melukai, sampai akhirnya Musashi membunuh Seijuro dengan cara menebas
Dalam Kokura Hibun diceritakan Musashi melawan Seijuro di Padang
Rendaiji di luar Kyoto. Seijuro ambruk dan tak sadarkan diri dengan satu pukulan pedang Musashi, tapi nyawanya selamat karena sebelumnya telah diatur bahwa
pertarungan akan berakhir dengan satu pukulan tunggal. Murid-murid Seijuro membawanya pergi dan merawat lukanya. Akhirnya ia meninggalkan seni bela diri
dan menjadi seorang biksu Budha.
Yang sesuai dengan cerita aslinya adalah lokasi berlangsungnya pertarungan dan Musashi yang mengalahkan Seijuro. Pada cerita aslinya Musashi bertarung dengan bersenjatakan bokuto, bukan pedang sungguhan. Musashi tidak sampai
membunuh Seijuro pada pertarungan tersebut dan pertarungan berlangsung dengan ditonton oleh murid-murid dari dojo Yoshioka.
Cuplikan 7:
Ueda Ryohei : (Menodong Musashi dengan senapan api dan berkata) “Tinggalkan
Kyoto, jika kau melakukan itu, kita tidak akan saling bertemu lagi. Pikirkan itu, apa yang memulai semua ini? Itu semua karena ambisimu, dan sekarang kau mendapatkan yang kau inginkan, semua
orang tahu siapa yang membunuh Seijuro. Ambisimu telah terpenuhi. Sudah cukup, mengambil satu langkah lagi dan kau akan
menyesalinya.”
Analisis:
Berdasarkan cuplikan di atas dapat dilihat bahwa sebelum tiba di tempat pertarungan dengan Denshichiro, Musashi dicegat oleh salah satu murid Yoshioka, Ueda Ryohei. Ryohei meminta Musashi untuk meninggalkan Kyoto. Karena hal ini,
Musashi terlambat datang ke tempat pertarungan.
Pada pertarungan, Denshichiro mencoba menyerang Musashi, tapi meleset,
kemudian ia menyerang lagi, dan serangannya ditangkis oleh Musashi dengan pedangnya sehingga pedang Denshichiro patah. Pengawas pertarungan menghentikan pertarungan dan seseorang dari pihak Denshichiro menyerahkan pedang pengganti
kepada Denshichiro. Untuk ketiga kalinya Denshichiro menyerang Musashi, tetapi terlambat. Musashi mendahului serangannya dengan menebas lengan kanan
Denshichiro hingga putus, lalu menubruknya dan menusuk perut kirinya. Denshichiro pun terjatuh dan tewas.
Dari cuplikan di atas ada beberapa hal yang sesuai dengan cerita aslinya, diantaranya adalah keterlambatan Musashi saat tiba di tempat pertarungan, tetapi menurut cerita aslinya, Musashi datang terlambat dengan sengaja, bukan karena
dicegat oleh murid dari Yoshioka. Ini adalah strategi psikologis Musashi terhadap lawannya. Ia sengaja datang terlambat untuk membuat lawannya marah sehingga
lawannya akan menyerang dengan kemarahan dan tidak dapat berkosentrasi pada pertarungan. Selanjutnya, Denshichiro yang dikalahkan Musashi dan tewas juga
Yang tidak sesuai dengan cerita aslinya adalah jalannya pertarungan. Menurut
cerita aslinya, pertarungan berlangsung dengan sangat singkat. Denshichiro yang marah karena keterlambatan Musashi, langsung menyerangnya. Musashi mengelakan
serangan itu, melemparkan pedang dari tangan lawannya, dan menusuknya sampai menembus perutnya. Menurut sejumlah catatan, Denshichiro roboh persis di tempat
dia berdiri, dan tewas.
Cuplikan 8:
Murid Yoshioka : (Menyerahkan surat dan berkata) “Baca ini. Kita akan berhadapan
hanya satu kali lagi.”
Isi surat : “Ichijoji, di hutan Pinus. Ketua dojo Yoshioka, Ueda Ryohei.”
(volume 25, hal 82-83)
Ueda Ryohei : “Musashi akan melewati jalan ini besok. Klan Yoshioka tidak akan berubah meskipun ketuanya terbunuh. Kita tidak akan menyerah. Kita tidak akan ragu-ragu. Itu yang akan kita tunjukkan
pada dunia. Kita akan membunuh Musashi dengan 70 orang kita sekaligus.
Musashi : “70 lawan 1, tapi tak mungkin kubiarkan 70 orang menyerangku pada saat bersamaan.
Kita akan membunuh Musashi dan memamerkan
mayatnya.” (volume 25, hal 112-113)
Daripada 70 lawan 1, harus kubuat 1 lawan 1
Analisis:
Cuplikan di atas menceritakan Ueda Ryohei menantang Musashi bertarung di hutan pinus di Ichijoji. Surat tantangan tersebut dibawakan kepada Musashi oleh salah satu murid Yoshioka. Akan tetapi pertarungan melawan Ryohei hanya tipuan
saja, yang sebenarnya adalah seluruh klan Yoshioka yang berjumlah 70 orang akan membunuh Musashi secara bersamaan untuk membalaskan dendam kematian ketua
mereka. Musashi yang mengetahui hal ini mengatur strategi untuk menghadapi mereka. Ia mengalahkan semua klan Yoshioka satu per satu dengan memanfaatkan
kepanikan mereka karena ia tiba-tiba muncul dari balik pohon pinus.
Cerita mengenai murid-murid Yoshioka yang berniat melakukan balas dendam kepada Musashi sesuai dengan cerita aslinya, tapi yang menantang Musashi
bertarung bukanlah Ryohei, karena Ryohei hanyalah tokoh fiksi di sini. Pada cerita aslinya, pertarungan jebakan tersebut adalah Musashi melawan anak dari Seijuro,
Matashichiro.
Sesuai dengan cerita aslinya, pertempuran melawan klan Yoshioka berlangsung di hutan pinus dekat kuil Ichijoji dan strategi bertempur Musashi adalah
satu lawan satu. Jumlah keseluruhan klan Yoshioka saat bertempur dengan Musashi dalam cuplikan di atas adalah 70 orang. Ini tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena
cerita aslinya, Musashi tiba-tiba melompat dari balik pohon pinus, sehingga klan
Yoshioka panik. Dengan memanfaatkan kepanikan massal tersebut, Musashi menggiring gerombolan ketakutan itu persis seperti menggiring ternak dan memotong
mereka satu per satu.
3.2.3.3Melawan Hozoin Inshun
Cuplikan:
Musashi : “Kita kalahkan ilmu tombak Hozoin.”
Inshun : “Agon, siapa yang mengalahkanmu?”
(volume 4, hal 110)
Agon : “Yang lusuh itu, Miyamoto Musashi.”
Inshun : “Ayo kita bertarung!” (volume 5, hal 27-29)
Analisis:
Dari cuplikan di atas, dapat dilihat bahwa Musashi datang ke kuil Hozoin
untuk menantang bertarung ahli tombak Hozoin yang terkenal. Kuil Hozoin adalah salah satu bangunan yang terletak di lokasi Kofukuji di Nara yang dikenal juga sebagai Hozoin, pusat seni tombak. Ia tentu saja sudah mendengar mengenai
kehebatan ahli tombak Hozoin generasi pertama, Hozoin In’ei, karena itu ketika ia bertemu dengan Inshun, Hozoin generasi kedua, ia menanyakan mana yang lebih kuat
bernama Agon, kemudian muncul Gion Toji, salah satu murid Yoshioka yang berniat
membunuh Musashi. Inshun mucul dengan menghentikan pertarungan Gion Toji dan Musashi. Lalu, Inshun menantang Musashi bertarung, pertarungan ini berakhir
dengan larinya Musashi karena ketakutan menghadapi kekuatan Inshun.
Selama beberapa hari, Musashi berlatih dengan Hozoin In’ei untuk kembali bertarung dengan Inshun. Hari pertarungan melawan Inshun untuk kedua kalinya pun
tiba, dan hasil pertarungan diputuskan seri oleh In’ei, karena pada pertarungan pertama dimenangkan oleh Inshun dan pertarungan kedua dimenangkan Musashi. Pada akhir pertarungan, Musashi dan Inshun sama-sama terluka parah hingga tidak
sadarkan diri. Mereka berdua dirawat oleh Agon dan In’ei.
Banyak yang tidak sesuai dari cuplikan di atas dengan cerita aslinya,
diantaranya adalah Hozoin In’ei yang masih hidup ketika Musashi tiba di kuil Hozoin. Pada cerita aslinya, Musashi sama sekali tidak bertemu dengan In’ei, karena ia sudah
meninggal di usia 87 tahun dan itu jauh sebelum Musashi tiba di kuil Hozoin.
Gion Toji juga seharusnya tidak terlibat dalam kisah pertarungan Musashi melawan Inshun. Nama Gion Toji pernah disebutkan dalam Musashi koden:
“Sedangkan mengenai seni bela diri, mereka mungkin mempelajarinya dari Gion Toji, orang yang telah memahami rahasia permainan pedang, dan kemudian melanjutkan
asli, Gion Toji adalah orang yang mengajari Yoshioka ilmu pedang. Hal ini jelas
tidak sesuai.
Pada cuplikan di atas diceritakan bahwa Musashi melawan Inshun sebanyak dua kali. Yang pertama ia kalah dan lari dari Inshun, dan yang kedua pertarungan
dimenangkan oleh Musashi. Yang sesuai dari sini hanyanya jumlah pertarungannya, karena menurut cerita aslinya pertarungan Musashi melawan Inshun memang
berlangsung sebanyak dua kali, tapi Musashi berhasil menang dalam pertarungan itu berturut-turut.
Akhir pertarungan Musashi melawan Inshun juga tidak sesuai, karena pada
cerita aslinya, setelah pertarungan mereka berdua tidak terluka dan malah berbincang-bincang soal bela diri sampai pagi, bukannya sama-sama terluka dan
tidak ada perbincangan.
3.2.3.4Melawan Yagyu Sekishusai
Cuplikan:
Musashi : (Berkata di dalam hati) “Mereka menikmati pembicaraan ini. Apa
yang harus kulakukan? Aku datang kemari bukan untuk ngobrol. Aku datang untuk bertarung dengan pedang! Sekalipun harus
Musashi : (Bersiap menusuk Sekishusai dan berkata) “Aku bisa membunuhmu!
Akan kuhujamkan pedang ini di tenggorokanmu! Sampai kapan kau mau tidur santai seperti itu!?” (volume 11, hal 75)
Analisis:
Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa Musashi memasuki kediaman Yagyu dengan alasan ingin berdiskusi mengenai seni pedang. Tujuan sebenarnya adalah
untuk menantang Yagyu Sekishusei. Oleh karena itu ia memanfaatkan keributan yang dibuat oleh muridnya untuk menantang murid Yagyu. Ia melawan murid-murid Yagyu sambil terus masuk ke dalam puri untuk mencari Sekishusei, sampai
akhirnya ia menemukan Sekishusei sedang tidur di kamarnya. Musashi berusaha menyerang Sekishusei, tapi bisa diatasi dengan Sekishusei sambil tidur.
Satu-satunya Yagyu yang pernah ditemui Musashi pada cerita aslinya hanyalah Yagyu Hyogonosuke, cucu Sekishusai yang ia temui secara tidak sengaja
saat ia hendak meninggalkan Nagoya. Ini berarti cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita aslinya. Klan Yagyu adalah klan yang paling tersohor di dunia permainan pedang selama masa hidup Musashi dan beberapa generasi sesudah itu. Dengan
alasan inilah klan Yagyu sering kali disebutkan dalam beberapa cerita fiksi Musashi, termasuk komik Vagabond. Karena menurut cerita asli, Musashi tidak pernah
3.2.3.5Melawan Shishido Baiken
Cuplikan:
Musashi : (Memasuki gubuk di tengah hutan dan berkata) “Kaukah Shishido
Baiken, si sabit berantai?”
Baiken : “Kalau ingin melihat sabit berantai, akan kuperlihatkan. Kita keluar!”
(volume 12, hal 183)
(volume 12, hal 177)
Musashi : (Berkata dalam hati) “Mematikan! Jika terkena bola tembaga di ujung rantai itu, tubuh manusia tak akan bisa bertahan.” (volume 12, hal
200)
Analisis:
Cuplikan di atas menceritakan Musashi mencari Shishido Baiken untuk
ditantang duel, tapi ternyata yang ditemuinya adalah Tsujikaze Kohei, adik perampok Tsujikaze Tenma yang telah dibunuh oleh Musashi. Baiken atau Tsujikaze Kohei
berhasil mengahajar Musashi dengan bola tembaga di ujung rantainya dan dua kali menjerat pedang Musashi. Saat kedua kali Baiken menjerat pedang Musashi, Musashi menggunakan wakizashinya untuk menebas bahu kanan Baiken hingga Baiken
mengalami pendarahan hebat. Baiken tidak tewas dalam pertarungan ini karena ia meminta ampun pada Musashi.
Yang sesuai dengan cerita aslinya hanya mengenai Musashi bertarung dengan
sesungguhnya, bukan Tsujikaze Kohei. Tokoh Tsujikaze Kohei di sini adalah fiksi
karena pada cerita asli Musashi, tidak ada yang bernama Tsujikaze Kohei, hanya saja Tsujikaze Tenma pernah disebutkan. Dalam Nitenki diuraikan bahwa Tsujikaze
Tenma dalam cerita asli Musashi adalah lawan tarung Musashi di tahun1610. Dalam pertarungannya dengan Musashi, ia jatuh ke belakang karena suatu hal dengan
punggung menghajar sebuah gentong air di ujung beranda dan tewas.
Pada cerita aslinya, Baiken mengunci pedang Musashi dengan rantainya, lalu Musashi mendadak menghunuskan wakizashinya dan melemparkannya seperti sebilah shuriken, yang menembus dada Baiken hingga tewas. Berdasarkan hal ini
berarti cerita pada cuplikan di atas tidak sesuai karena Musashi tidak membunuh Baiken, tetapi mengenai cara Musashi menggunakan wakizashinya saat mengalahkan
Baiken, sesuai.
3.2.4 Minat Musashi Dalam Kesenian
Cuplikan:
Pelayan : “Tuan membuat apa? Budha?”
Musashi :
Pelayan : (Terkejut, berkata dalam hati) “Seram.” (volume 21, hal 51-54) (Memperlihatkan patung Budha buatannya)
Musashi : “Dengan air, aku bisa menggunakan kertas yang sama.”
Biksu : “Apa perlu kubawakan tinta untuk menulis, tuan?”
(volume 22,
hal 186-187)
Musashi : “Tidak usah.” (volume 25, hal 89)
Analisis:
Cuplikan di atas memperlihatkan bahwa Musashi melakukan hobinya dalam
kesenian yaitu membuat patung Budha dan melukis. Ia membuat patung Budha di sebuah penginapan. Selain penginapan, ia juga pernah membuatnya di hutan dekat kuil Hozoin saat ia beristirahat setelah latihan. Ia juga terkadang terlihat sedang
melukis. Ia melukis sosok seorang wanita di kediaman Hon’ami, tempat ia menginap saat menjelang pertarungannya dengan Denshichiro dan di sebuah kuil setelah
pertarungan dengan Denshichiro berakhir dengan media air dan kertas yang sudah lecek. Ketika membuat patung Budha, seorang pelayan penginapan mengatakan bahwa patung Budha yang dibuat Musashi seram, karena yang dibuatnya adalah
patung Budha dengan wajar marah.
Sesuai dengan cerita aslinya, Musashi ahli dalam kesenian, selain dalam
Karya patungnya yang terkenal adalah patung kayu yang menampilkan dewa
Fudo Myo-o (yang secara harafiah berarti “Raja Terang yang Bergeming”), yang selalu siap untuk menumbangkan musuh-musuh Budha. Patung dewa Fudo Myo-o ini
memiliki ekspresi mata menyala, mulut terkatup rapat, dan kening yang mengernyit. Cuplikan Musashi membuat patung Budha yang menyeramkan sesuai dengan cerita aslinya, tetapi pada cuplikan di atas patung yang dibuat Musashi bukan disebut Fudo
Myo-o melainkan patung Budha.
Objek lukisan Musashi pada cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita asli, karena pada cerita aslinya, objek lukisan Musashi adalah burung dan tokoh-tokoh Zen,
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Komik “Vagabond” merupakan komik dengan tema sejarah, dimana sejarah
yang diceritakan adalah sejarah seorang samurai legendaris Jepang yang bernama Miyamoto Musashi. Komik yang bersetting di Jepang pada zaman
Edo ini dibuat sesuai dengan realita atau kenyataan yang sebenarnya, tetapi untuk menambah daya tarik pembaca, pengarang menambahkan beberapa hal
fiksi.
2. Sejarah merupakan peristiwa di masa lampau. Kelebihan seorang tokoh yang
diakui oleh masyarakat setempat juga merupakan sejarah. Dalam
menyampaikan sejarah, pengarang komik menggunakan penyampaian langsung melalui gambar dari ekspresi, tindakan dan perkataan para tokoh
seperti di komik “Vagabond” ini. Dengan membaca komik ini, pembaca dituntun mengetahui perjalanan hidup Miyamoto Musashi.
3. Dari 27 volume komik “Vagabond” yang digunakan sebagai objek penelitian
- Shinmen Munisai, ayah Musashi yang tinggal di desa Miyamoto dan
memiliki hubungan yang tidak baik dengan Musashi
- Arima Kihei, seorang shugyosha yang menjadi lawan pertama Musashi di
usia 13 tahun.
- Yoshioka Seijuro, pemimpin klan Yoshioka generasi keempat yang
dikalahkan Musashi
- Yoshioka Denshichiro, adik Seijuro yang berduel dengan Musashi agar
bisa memperbaiki nama baik Yoshioka karena kakaknya telah dikalahkan
Musashi. Kematian Denshichiro menyulut pertempuran seluruh klan Yoshioka melawan Musashi.
- Hozoin Inshun, biksu ahli tombak kuil Hozoin yang tantang bertarung dan
dikalahkan Musashi di Nara.
- Yagyu Sekishusai, pemimpin klan Yagyu yang kehebatannya tersohor. - Shishido Baiken, ahli sabit berantai yang juga dikalahkan Musashi.
4. Meskipun kisah Musashi dalam komik “Vagabond” ini dibumbui atau ada
unsur fiksinya, tetapi secara garis besar, urutan kisah atau perjalanan Musashi
yang diceritakan dalam komik ini sesuai dengan cerita asli mengenai Musashi. 5. Sebagian besar pertarungan-pertarungan Musashi yang ada dalam komik
“Vagabond” ini sesuai dengan kenyataan atau cerita aslinya, baik nama tokoh maupun tempat berlangsungnya pertarungan.
6. Kisah-kisah mengenai Musashi masih sering terdengar saat ini, baik di Jepang
7. Selain mahir dalam ilmu pedang, Musashi juga memiliki keahlian dalam
membuat benda-benda seni, seperti kaligrafi, lukisan, dan patung Budha. Saat ini karya-karya seninya masih tersimpan di beberapa museum seni dan
sebagai koleksi beberapa keluarga di Jepang.
4.2 Saran
1. Ada baiknya jika mahasiswa sastra Jepang yang ingin meneliti sejarah Jepang,
memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai sejarah Jepang.
2. Penulis berharap agar melalui karya tulis ini, pembaca memperoleh
pengetahuan mengenai sejarah dan mau lebih mengenal sejarah apa pun, baik sejarah luar maupun sejarah bangsa sendiri. Sebab bangsa yang besar adalah
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA, MUSASHI, DAN RIWAYAT INOUE TAKEHIKO
2.1 Pengertian Komik/Manga
Menurut Sudjoko dalam Suharjanto (2006: 20), kata comic dalam bahasa
Inggris semula berarti kisah jenaka dalam gambar. Kata ini kemudian menjadi pergeseran makna menjadi kisah yang disampaikan dengan gambar dan tidak
selamanya jenaka.
Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik, yaitu cergam. Istilah cergam dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama
1970
menurut terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari
masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.
McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang
menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang berderet, kemudian berdampingan dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan
Darmawan (2012: 38) menjabarkan definisi komik McCloud secara sederhana,
sebagai berikut:
1. Imaji (umumnya berupa gambar) yang disusun secara sengaja.
2. Imaji-imaji itu biasanya berada dalam sebuah ruang yang lazimnya diberi
garis batas dan biasa disebut panel. Harap dicatat: bisa saja sebuah panel tidak diberi garis batas.
3. Imaji-imaji yang dimaksud untuk mengandung “informasi” itu disusun
agar membentuk sebuah “cerita”.
4. Imaji-imaji yang dimaksud juga bukan hanya gambar, tapi bisa jadi
simbol-simbol lain, dan kadang sangat khas untuk komik, seperti: balon kata, balon pikiran, caption, efek bunyi. Bahkan teks pun bisa
diperlakukan sebagai imaji, dengan cara penulisan yang khusus untuk menggambarkan, misalnya, emosi tertentu. (Misalnya, huruf kapital dan bold untuk menggambarkan teriakan)
5. Susunan imaji dan/atau susunan panel adalah tuturan khas-komik.
Komik memiliki beberapa unsur, Berger dalam Suharjanto (2006: 26)
merincikan unsur-unsur dalam komik sebagai berikut :
1. Cara yang digunakan untuk menggambarkan karakter.
2. Ekspresi wajah yang digunakan untuk menunjukan perasaan atau
3. Balon kata digunakan utuk menunjukan dialog tokoh, kadangkala
kata-kata tertentu diberi tekanan dengan dicetak tebal atau dibentuk dengan tipografi khusus.
4. Garis gerak yang digunakan untuk menunjukkan gerakan dan kecepatan. 5. Panel di bawah atau di atas bingkai. Panel digunakan untuk menjaga
kontinuitas dan menjelaskan apa yang diharapkan atau apa kelanjutan
sekurn berikutnya. Jenis-jenis panel dibagi dalam tiga kelompok: pertama, beberapa panel dalam satu halaman; kedua, satu panel dalam satu
halaman penuh tanpa garis bingkai (dapat berupa gambar, bahasa atau keduanya); dan ketiga, satu panel dalam dua halaman (sebuah gambar terpotong menjadi dua halaman).
6. Latar yang dimaksud untuk menuntun pembaca pada konteks wacana
yang sedang diceritakan
7. Aksi dalam kartun yang terdapat dalam panel
McCloud (2001: 63-69) menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian panel yaitu closure atau partisipasi. Closure adalah fenomena mengamati
bagian-bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan. Closure menghubungkan tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, disebut “parit”. Panel
komik mematahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang kasar, dengan irama yang patah-patah, serta tidak berhubungan.
visual yang tergantung pada pengaturan elemennya, jadi bisa dikatakan komik
sebenarnya adalah closure. Closure hanya berarti jika ada partisipasi dari pembaca yang merupakan kekuatan terbesar sebagai sarana utama dalam komik untuk
menyimulasikan waktu dan gerakan.
Jenis-jenis closure, peralihan panel-ke-panel dalam komik, dibagi menjadi enam golongan:
1. Waktu ke waktu. Peralihan ini memerlukan closure yang sedikit.
2. Aksi ke aksi. Peralihan ini menunjukan kemajuan tindakan objek yang
tunggal.
3. Subjek ke subjek. Situasi ini masih dalam satu adegan atau gagasan.
Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan tersebut
bermakna
4. Adegan ke adegan. Peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan
waktu, serta memerlukan pemikiran deduktif.
5. Aspek ke aspek. Peralihan ini kebanyakan tidak mengenal waktu dan
mengatur pandangan yang mengembara terhadap aspek tempat, gagasan,
dam suasana hati yang berbeda.
6. Non-sequitur atau bukan rangkaian. Peralihan ini tidak menunjukan hubungan yang logis antara panelnya.
Pengelompokan di atas bukanlah ilmu pasti, tetapi dapat dijadikan alat untuk mengurai seni penceritaan komik. Sejauh ini jenis peralihan yang paling banyak
Selain unsur-unsur gambar di atas, terdapat juga unsur lain yaitu unsur verbal,
meskipun ada juga komik yang tidak menggunakan bahasa verbal. Kehadiran bahasa verbal di dalam sebuah komik dapat membantu pembaca memahami tema yang
diangkat oleh komik tersebut. Tabrani dalam Suharjanto (2006: 28) menjelaskan dua peranan penting bahasa verbal dalam komik, yaitu: pertama, sebagai pengungkap ujaran pencerita atau narasi. Pada peranan ini, bahasa verbal digunakan sebagai alat
untuk menceritakan deskripsi situasi, termasuk di dalamnya efek yang ditampilkan gambar. Pembaca mendapatkan pengetahuan mengenai keadaan yang ditampilkan
dalam kartun melalui bahasa verbal yang terdapat pada kartun tersebut. Kedua, peranan bahasa verbal sebagai pengungkapan ujaran tokoh. Bahasa verbal adalah alat untuk mengetahui maksud tindakan yang ditampilkan tokoh dalam bentuk gambar.
Berbicara tentang komik, tentu saja akan terlintas nama suatu negara yang memiliki industri komik terbesar di dunia, yaitu Jepang. Komik di Jepang disebut
manga. Dilihat dari kanjinya, manga (漫 画) terdiri dari dua kanji, yaitu kanji 漫
(man) yang berarti ‘sesuatu yang lucu’ dan 画 (ga) yang berarti ‘gambar’. Maka jika
digabungkan, manga berarti gambar yang lucu. Oleh karena itu, manga menjadi istilah untuk menyebut komik dalam bahasa Jepang.
Manga memang memiliki ciri khasnya sendiri, tapi secara mendasar tidak jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Oleh karena itu, pendapat para ahli dalam mendefinisikan komik dapat juga dipakai untuk mendefinisikan manga.
digunakan di Jepang, tetapi juga digunakan di luar Jepang untuk menyebut komik
buatan Jepang.
Istilah pembuat komik di Indonesia disebut dengan komikus, sedangkan di
Jepang disebut mangaka (漫画家). Sama seperti istilah manga yang digunakan untuk
menyebut komik buatan Jepang di luar Jepang, istilah mangaka juga dipakai di luar
Jepang untuk menyebut komikus Jepang.
Manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari seperti tentang sekolah, perkantoran, masyarakat dalam
komunitas tertentu dan lain-lain. Dalam setiap karyanya, mangaka berusaha menyajikan sesuatu yang tidak bersifat menggurui pembacanya, tetapi cukup
mempengaruhi mentalitas pembaca, serta menggugah perasaan para pembacanya.
2.2 Manga di Jepang
Istilah manga di Jepang pertama kali dicetuskan oleh seorang pelukis ukiyo-e (grafis pahatan kayu) pada zaman Edo, yaitu Hokusai Katsushika. Di antara tahun
1814 dan 1878, ia memproduksi sebuah serial buku bergambar sebanyak 15 jilid dan berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebutkan gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia
yang serius dan indah. Hokusai bahkan mengartikan manga sebagai ‘gambar asal-asalan’, karena ia menggambar manga tanpa tujuan atau tema yang jelas (Animonster,
Selanjutnya pada abad ke-18 mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip
dengan manga zaman sekarang yang disebut kusazoushi, dimana gambar lebih dominan dari pada teks. Kusazoushi dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu akahon,
aohon, kurohon, dan kibyoushi. Akahon, aohon, dan kurohon ditujukan untuk anak-anak, sedangkan kibyoushi isinya agak sedikit dewasa.
Pada akhir abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap dunia Barat,
sehingga kusazoushi terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi format comic strip seperti yang dimuat di surat-surat kabar negara Barat.
Di zaman Showa pada tahun 1940-an, seorang penggambar comic strip di surat kabar, Osamu Tezuka merasa tidak puas dengan gaya comic strip yang tidak memberikannya kebebasan untuk menampilkan gerakan atau emosi yang diinginkan.
Tezuka ingin menerapkan teknik sinematografi ke dalam komiknya. Kemudian Tezuka mulai menggambar manga dengan teknik close-up, permainan angle, bahkan
meniru efek slow motion, yang akhirnya menghasilkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu halaman untuk satu cerita. Pada tahun 1947 karya Tezuka yang berjudul Shintakarajima (New Treasure Island) diterbitkan dalam bentuk akahon yang berarti
buku merah karena sampulnya yang berwarna merah menyolok (Animonster, vol: 25).
muncullah para mangaka yang membuat manga seperti teknik yang digunakan
Tezuka.
Hingga saat ini industri manga di Jepang terus berkembang. Judul-judul
manga baru terus bermunculan di majalah-majalah manga di Jepang. Majalah manga di Jepang biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman dan terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman
majalah itu (satu bab). Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun seperti manga Naruto, Fairy Tail, Detektif Conan dan lainnya.
Setelah beberapa lama, cerita-cerita dalam majalah manga tersebut dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankoubon (atau kadang dikenal dengan istilah volume). Manga dalam bentuk ini dicetak di kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau malas membeli majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam
campuran judul/cerita.
Majalah manga dicetak massal dan dijual di berbagai tempat. Setiap edisi yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul manga serial. Majalah manga
berfungsi untuk memperkenalkan karya mangaka baru dan sebagai media seleksi manga-manga yang layak dibukukan, atau dengan kata lain majalah manga merupakan media untuk memulai debut bagi para mangaka baru.
Tema yang ditampilkan dalam manga meliputi seluruh aspek kehidupan Jepang. Para mangaka Jepang mampu melahirkan pahlawan-pahlawan dalam manga
konsep budaya dan pengalaman Jepang sendiri dalam mengenal pahlawan-pahlawan
mereka. Seorang samurai penyendiri yang berkelana tanpa melakukan sesuatu apapun bagi kebaikan masyarakat dapat dimaknai sebagai seorang pahlawan yang
diagung-agungkan hingga kini, seperti figur Miyamoto Musashi. Di era manga modern, terdapat ratusan manga yang memiliki karakter protagonisnya seorang ibu rumah tangga yang berjuang membesarkan anak, pekerja kantoran yang bekerja keras, atau
seorang petinju yang bercita-cita meraih gelar juara. Inilah wajah-wajah para pahlawan Jepang dalam manga, wajah orang Jepang yang mungkin sedang membaca
manga itu sendiri. Bagi orang Jepang, seorang pahlawan bukanlah apa yang telah ia lakukan, atau bagaimana ia melakukannya (Advance, vol: 06).
Konsep pahlawan yang humanis inilah yang membuat manga selalu populer
di semua kalangan di Jepang. Para pahlawan inipun dihadirkan dalam sebuah panggung atau dunia yang mereka kenal sehari-hari, seperti sekolah, kantor, rumah,
kuil, kedai ramen dan lain-lain. Manga di Jepang adalah bagian dari keseharian hidup, sangat komunal sifatnya. Meski demikian, sifat manga sebagai bagian dari keseharian ini melahirkan kebebasan yang hampir tidak terbatas bagi setiap individu kreator
manga dalam berkarya (Advance, vol: 06).
Dari sekian banyak judul manga yang telah terbit, manga dapat
1. Kodomo (子供)
Kodomo berarti anak-anak, jadi manga jenis ini ditujukan untuk anak-anak. Manga kodomo ini, cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran konsumen anak-anak. Tema-tema yang diangkat biasanya menggambarkan realita kehidupan anak-anak sehari-hari. Untuk
menambah daya tarik, biasanya juga terdapat unsur imajinasi atau khayalan.
2. Shoujo (少女)
Shoujo berarti anak perempuan. Manga jenis ini ditujukan untuk pembaca anak perempuan usia remaja. Tema yang diangkat biasanya berupa percintaan remaja atau keseharian hidup remaja putri. Tema percintaan dalam shoujo manga biasanya disesuaikan sedemikian rupa sehingga
layak dikonsumsi oleh anak-anak usia remaja.
3. Bishoujo (美少女)
Bishoujo berarti perempuan cantik. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini memiliki karakter utama gadis cantik. Bishoujo manga hampir sama
dengan shoujo manga, hanya saja bishoujo manga lebih menekankan gadis cantik yang menjadi karakter utamanya. Dengan kata lain, tokoh utama shoujo manga memiliki karakter utama seorang gadis yang belum
tentu cantik, sedangkan karakter utama bishoujo manga sudah pasti gadis cantik. Untuk temanya, bishoujo manga juga banyak mengusung tema
4. Shounen (少年)
Shounen berarti anak laki-laki, jadi manga ini ditujukan untuk pembaca anak laki-laki, lebih tepatnya yang berusia remaja. Tema yang disajikan
biasanya seperti action, petualangan, kisah cinta, atau gabungan dari ketiganya. Karena ditujukan untuk anak laki-laki, kebanyakan manga jenis
ini menggambarkan adegan perkelahian/laga. Dari adegan laga ini, digambarkan kehebatan tokoh utama. Adegan-adegan laga yang ada di manga ini dibuat atau digambarkan sesuai untuk dikonsumsi anak-anak berusia remaja.
5. Bishounen (美少年)
Bishounen berarti anak laki-laki yang tampan atau ganteng. Bishounen manga hampir sama dengan shounen manga, tapi pada bishounen manga lebih menekankan tokoh utamanya yang merupakan laki-laki yang tampan. Jadi tokoh utama di shounen manga belum tentu laki-laki tampan, sedangkan di bishounen manga, tokoh utamanya sudah pasti laki-laki
tampan yang sering kali digambarkan disukai oleh banyak gadis. Tema yang diangkat tidak berbeda dengan shounen manga.
6. Seinen (青年)
Seinen berarti pria dewasa. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini ditujukan untuk pria dewasa dan memiliki tokoh utama seorang pria dewasa. Cerita yang disuguhkan dalam seinen manga lebih kompleks,
Di dalamnya terdapat banyak adegan-adegan yang tidak pantas atau tidak
boleh dilihat anak berusia di bawah 17 tahun.
7. Josei (女性)
Josei berarti wanita dewasa. Sasaran konsumsi manga yang memiliki tokoh utama wanita dewasa ini adalah wanita dewasa. Cerita yang
ditampilkan dalam manga ini sama seperti seinen manga yaitu berupa cerita yang kompleks. Tema yang banyak diangkat adalah percintaan orang dewasa.
8. Gag
Manga gag adalah manga yang bertemakan humor. Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang kental. Ada beberapa manga dalam genre ini yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 13 tahun.
9. Jidaimono (時代物)
Jidaimono manga adalah manga yang kaya akan nilai-nilai sejarah. Tema yang diandalkan adalah sejarah. Manga ini banyak bercerita mengenai sejarah Jepang.
10. Mecha
Mecha merupakan kata dalam bahasa Jepang yang diserap dari bahasa Inggris, mechanic. Kata mechanic berkaitan dengan hasil karya manusia
manga yang terfokus terhadap robot yang menjadi andalan dalam manga. Tema yang disajikan mengenai teknologi umat manusia dan fiksi ilmiah.
11. Suiri (推理)
Suiri berarti dugaan, jadi manga jenis ini berisi cerita misteri yang disertai dengan berbagai dugaan. Temanya berupa pembunuhan dan kejahatan.
Tokoh utama dalam manga ini biasanya seorang detektif yang bertugas menyelesaikan kasus-kasus kejahatan.
12. Mahou shoujo (魔法少女)
Mahou shoujo berarti gadis ajaib. Dalam manga jenis ini yang menjadi tokoh utamanya adalah gadis yang memiliki kekuatan khusus atau ajaib. Tema cerita yang disajikan dalam adalah kepahlawanan, kisah cinta dan persahabatan. Biasanya si tokoh utama memiliki tim yang isinya
gadis-gadis yang memiliki kekuatan ajaib.
13. Hentai (変体)/ecchi
Secara harafiah hentai berarti luar biasa atau tidak normal. Kata hentai sering dikonotasikan negatif dengan hal-hal yang bersifat erotis. Hentai
biasa disebut juga dengan ecchi yang berasal dari pelafalan huruf H dari kata hentai oleh orang Jepang. Manga jenis ini sering menampilkan kisah-kisah romantis percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di
a. Lolicon
Kata lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan complex. Kemudian menjadi lolicon ketika diserap oleh bahasa Jepang. Lolicon dimaknai
sebagai perasaan suka seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih mengarah kepada penyimpangan orientasi seksual. Tokoh utama dalam manga jenis ini
adalah anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Tema yang disajikan tentu saja kisah percintaan antara pria dewasa dengan anak di bawah umur. b. Shotacon
Kata shotacon merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shotaro dan complex yang mengacu pada karakter Shotaro pada serial Tetsujin 28-go. Kisahnya menggambarkan ketertarikan sosial kepada anak laki-laki di bawah umur. Shotacon manga biasanya menceritakan hubungan asmara
wanita dewasa dengan laki-laki yang lebih muda.
c. Yaoi/ Shoujo-ai (少女愛)
Yaoi adalah istilah orang Jepang untuk menyebut laki-laki yang merasa dirinya wanita, sedangkan shoujo-ai berarti cinta anak perempuan. Manga jenis ini menceritakan tentang kisah percintaan antara sesama lelaki.
d. Yuri/ Shounen-ai (少年愛)
Yuri kebalikan dari yaoi, yaitu istilah untuk menyebut wanita yang merasa dirinya laki-laki, sedangkan shounen-ai berarti cinta laki-laki. Manga ini
berisi kisah percintaan antara sesama wanita dengan tokoh utama wanita penyuka sesama jenis (lesbi). Sama seperti yaoi, yuri manga juga
mengandung usur-unsur seksual.
e. Eroguro (エロ黒)
Secara harafiah eroguro berarti erotis hitam atau erotis gelap. Dari namanya, tentu saja manga genre ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang
dengan tingkat umur dewasa, karena dalam manga ini banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaan.
f. Futanari (二形)
Futanari berarti dua bentuk. Dalam hali ini, dua bentuk diartikan sebagai seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut
biseksual. Manga jenis ini menampilkan tokoh utama yang biseksual yang memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenis, tapi juga
terhadap sesama jenis.
g. Kemono (獣)
Kemono berarti binatang. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah mahluk gaib. Mahluk gaib ini berwujud setengah badannya manusia dan setengahnya lagi binatang. Di dalam manga ini juga banyak ditampilkan
Industri manga di Jepang jelas merupakan industri yang besar. Karena itulah
manga di Jepang bahkan memiliki chart atau peringkat yang menunjukkan manga apa saja yang terlaris di sana. Pihak yang membuat peringkat manga tersebut adalah
Oricon, sebuah perusahaan besar dan terpercaya di Jepang yang menjalankan bisnisnya dengan mengumpulkan data/statistik dunia hiburan. Sampai periode bulan November 2012 manga yang menduduki posisi nomor satu di Oricon Chart Manga
adalah One Piece (Animonstar, vol: 165)
Persaingan antara mangaka senior dan junior sangat ketat dalam industri
manga. Akan tetapi hanya beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil mendobrak angka penjualan fantastis seperti manga One Piece, Naruto, dan Bleach yang ketiganya bernaung di bawah Shounen Jump.
2.3 Setting Manga “Vagabond”
Setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat kaitannya dengan karakter, tema dan suasana cerita (Soemardjo, 1997: 75-76). Dengan kata lain,
pemilihan setting dapat membentuk tema, karakter dan plot tertentu.
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan setting atau latar yang
2.3.1 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 230). Latar waktu harus dikaitkan dengan latar
tempat dan latar sosial karena ketiganya saling berkaitan.
Pada pembukaan manga Vagabond jilid 1 diceritakan pertempuran Sekigahara telah usai dan Musashi menjadi buronan setelah perang. Dari sini dapat dilihat kalau
latar waktu dalam manga ini adalah awal zaman Edo, karena pertempuran Sekigahara adalah pertempuran yang menandakan awal zaman baru di Jepang yaitu zaman Edo.
Lebih rincinya latar waktu di manga ini adalah pada tahun 1600 ke atas, karena pertempuran Sekigahara terjadi di tahun 1600, tepatnya tanggal 21 Oktober.
2.3.2 Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat dalam manga “Vagabond” dapat dilihat dari narasi yang ada dalam manga tersebut. Latar tempat tersebut adalah beberapa tempat di Jepang yang dikunjungi oleh tokoh utama Miyamoto Musashi.
Latar tempat tersebut adalah sebagai berikut:
- Sekigahara - Desa Miyamoto
- Perguruan Yoshioka atau Yoshioka Doujo di Kyoto
- Kediaman Yagyu
- Halaman kuil Rengeoin di Kyoto
- Padang Rendaiji di Kyoto
- Hutan pinus dekat kuil Ichijoji di Kyoto
2.3.3 Latar Sosial
Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat istiadat, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Selain itu, latar sosial juga menyangkut status sosial tokoh dalam karya fiksi, apakah rendah, menengah atau atas.
Latar sosial dalam manga “Vagabond” adalah kehidupan samurai pada zaman Edo dimana samurai-samurai di sini mencari kekuatan dengan belajar di doujo (arena
latihan, tempat olahraga) atau berkelana untuk mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Kehidupan sosial samurai di sini digambarkan penuh kekerasan karena pada saat itu membunuh orang dalam pertarungan adalah hal yang biasa dan
legal. Latar sosial tokoh utama Musashi sendiri adalah seorang samurai yang berkelana mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Status sosial Musashi
2.4 Shugyosha
Shugyosha adalah ahli pedang yang sedang berlatih. Mereka adalah samurai mandiri yang mengembara ke seluruh negri, mencari lawan duel yang tangguh untuk
mengasah kemampuan bertarung mereka. Duel biasanya sampai mati sehingga tidak dilakukan secara sambil lalu. Pertarungan kadang diatur oleh para shugyosha itu sendiri, dan di lain waktu lewat penguasa wilayah atau doujo (De Mente, 2005: xxiii).
Beberapa shugyosha, seperti halnya ronin (samurai tanpa tuan), menawarkan jasa kepada para daimyou (penguasa wilayah) yang mau mengikutsertakan mereka di
medan perang. Tujuannya adalah meningkatkan keahlian dan reputasi dengan cara membunuh banyak lawan dalam pertempuran satu lawan satu. Praktik ini dinamakan “meminjam medan pertempuran” ((De Mente, 2005: xxiii-xxiv).
Shugyosha yang dapat bertahan hidup dalam banyak duel dan pertempuran yang mereka ikuti biasanya berakhir sebagai guru. Mereka lantas mengajarkan
teknik-teknik kesuksesan mereka (De Mente, 2005: xxiv).
Ada tujuh disiplin keras seorang shugyosha dengan sejumlah versi yang berlainan. Salah satu versi itu, Bukyo shigen, yang ditulis di zaman Edo (1603-1868),
menyusun daftar disiplin itu sebagai berikut:
- Tetap riang selama hari-hari yang dingin atau panas, tegar menghadapi angin
- Jangan tidur di bawah atap, anggaplah tidur di udara terbuka adalah hal
mendasar.
- Bersabarlah menghadapi kelaparan dan hawa dingin. Jangan membawa uang
atau bekal makanan.
- Jika ada pertempuran di tempat tujuan, berpartisipasilah dan raihlah prestasi
yang gemilang. Bersikaplah lugas dan terbuka dalam pertempuran; hindari
berindak seperti pencuri.
- Pergilah sendirian ke tempat yang menakutkan bagi kebanyakan orang;
tempat-tempat dimana roh-roh jahat berkumpul atau terdapat rubah-rubah yang suka menipu dan ular-ular berbisa.
- Jadilah penjahat secara sengaja, biarkan dirimu dijebloskan ke dalam penjara,
dan loloskan diri dengan kecerdikkanmu.
- Anggaplah kedudukkanmu lebih rendah daripada petani dan tunjanglah
hidupmu dengan membantu di sawah dan ladang.
Banyak shugyosha yang mengalami hal-hal tersebut, termasuk Musashi yang melakukan karir sebagai shugyosha sejak usia 16 tahun.
Shugyosha juga memiliki daftar resmi barang-barang yang boleh dibawa. Barang-barang tersebut adalah sebagai berikut:
- Pakaian yang terdiri dari satu setel pakaian katun, pakaian dalam, sebuah
angkin (ikat pinggang lebar) dalam, baju katun yang dikelantang, sebuah handuk sepanjang tiga kaki, satu ikat kepala yang dicelup, seutas tali (untuk
- Bahan pembuat api yang terdiri dari batu pematik, baja, dan ranting-ranting
kering.
- Alat makan yang terdiri dari selembar pembungkus jerami (untuk
membungkus sisa nasi atau makanan lain), dan sebuah guci bambu.
- Lain-lain berupa surat izin perjalanan, kertas, satu set kuas dan tinta,
obat-obatan, gunting, sandal jerami, tali rami, dan caping.
Semua shugyosha pasti membawa sebagian besar barang di atas. Demikian juga Musashi yang merupakan seorang shugyosha juga pasti membawa
barang tersebut ketika melakukan perjalanan. Daftar itu mirip sekali dengan barang-barang yang dibawa oleh para biksu keliling. Perbedaannya, di luar barang-barang-barang-barang di atas, para biksu tidak akan membawa seperangkat pedang (Wilson, 2005: 271-272).
2.5 Musashi
2.5.1 Asal Usul Musashi
Semasa kecil Musashi dikenal dengan nama Miyamoto Bennosuke. Nama “Musashi” diperkirakan dan diambil dari nama seorang biarawan bernama Musashibō Benkei yang bertugas di bawah Minamoto no Yoshitsune.
Ayah Musashi adalah Hirata Munisai, tapi karena dia adalah seorang samurai pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, maka dia
keturunan generasi ke-28 dari Fujiwara Kamatari yang terkenal. Karena terlibat
dalam upaya pemulihan kembali kekuasaan Kaisar Godaigo antara tahun 1334 dam 1338, Saneraka diasingkan ke Awai-no-cho di Mimasaka. Anak lelakinya, Tokuchiyo
pergi ke Kyoto dan memohon pengampunan (shamen; 赦 免) bagi
kejahatan-kejahatan keluarga itu. Pengampunan diberikan. Klan itu diberi status prajurit dan
diubah namanya menjadi Shinmen (新免), yang berarti “yang baru saja diampuni”.
Tokuchiyo yang kemudian disebut Shinmen Norishige, menikahi anak perempuan
Akamatsu Sadanori, gubenur Mimasaka; anak lelakinya Naganori juga menikah dengan salah seorang anggota klan Akamatsu (Wilson, 2005:14-15).
Kemudian ayah Munisai menikah dengan salah satu anggota Shinmen dan istri pertama Munisai, Omasa adalah anak perempuan Shinmen Munesada, Shinmen generasi keempat. Karena genelogi inilah Musashi kadang-kadang menyatakan nama
lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin (Wilson, 2005:15).
Dengan demikian Munisai menjadi penguasa kecil di desa Miyamoto, propinsi Mimasaka. Rumahnya adalah sebuah mansion gaya lama yang dikitari
dengan pekarangan yang bagus dan dikelilingi tembok batu, serta sebuah doujo. Di rumah inilah Musashi kecil bermain-main.
Musashi sendiri dalam bukunya Go Rin Sho ( Book of Five Rings) menyatakan bahwa ia dilahirkan di Harima. Tetapi ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan diri sebagai tempat kelahiran Musashi. Desa Miyamoto,
Okayama) mengaku bahwa Omasa, istri pertama ayah Musashi, adalah ibu Musashi
yang sebenarnya, dan bahwa Musashi dilahirkan di sana. Memang, Miyamoto-mura kojicho, sebuah edisi salinan dari catatan desa yang lebih panjang dan disusun pada
tahun 1689, menyatakan bahwa seorang lelaki bernama Miyamoto Muni dan anak lelakinya, Musashi, tinggal di sebuah rumah di Miyamoto antara tahun 1575 dan 1596. Namun, menurut teori yang lain, ibu sejati Musashi adalah Yoshiko dan tempat
kelahiran Musashi adalah desa Hirafuku, di Sayo-gun, di provinsi lama Harima (sekarang Prefektur Hyogo). Sebuah lokasi lain lagi, desa Miyamoto, Iho-gun, di
Harima (sekarang Taishimura di Prefektur Hyogo) menyatakan Musashi lahir di sana, berdasarkan pernyataan dalam Harima no kagami, yang ditulis pada tahun 1762. Selain itu, masih banyak desa lain yang mengajukan kalim serupa (Wilson,
2005:270-271).
Tidak lama setelah Musashi dilahirkan, Munisai menceraikan istri keduanya Yoshiko yang merupakan ibu Musashi. Setelah bercerai, Yoshiko kembali ke
rumahnya di Harima. Karena hubungan Musashi dan sang ayah mulai memburuk, Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk
mengunjungi Yoshika dan keluarga ibunya, sampai ia akhirnya membagi waktu antara Harima dan Mimasaka.
Pada suatu hari, hubungan Musashi dengan ayahnya meruncing. Cerita
Bennosuke memperhatikan seni bela diri ayahnya sejak ia masih sangat muda.
Ketika bertambah besar, sedikit demi sedikit mulai melontarkan komentar-komentar kritis. Munisai mulai menganggap anak itu tidak menyenangkan, sekalipun itu anak
lelakinya sendiri. Pada suatu hari, ketika Munisai sedang membuat sebuah tusuk gigi, anak lelakinya mendekat dan mulai mengkritik teknik jitte-nya. Saking marahnya, Munisai mengambil belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi itu, dan
melemparkannya ke arah anak lelakinya seakan-akan itu sebuah shuriken. Bennosuke juga mengelakkan senjata itu, yang lantas terbenam dalam tiang kayu di belakangnya.
Munisai menjadi semakin marah, mengeluarkan pedang pendeknya dan menggunakannya juga sebagai shuriken. Bennosuke juga mengelakkan pedang pendek itu dengan baik dan lari ke luar. Sejak itu ia tidak pernah kembali ke rumah
itu, dan memilih tinggal bersama seorang biksu yang masih sekerabat dengan ibunya di Banshu. Begitulah ia meninggalkan kota kelahirannya (Wilson, 2005:16-17).
2.5.2 Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara
Setelah Oda Nobunaga (1534-1582) yang nyaris sukses mempersatukan
negeri Jepang dengan kejeniusan militernya yang kreatif dan tak kenal ampun tewas di tangan jendralnya sendiri, Akechi Mitsuhide, banyak terjadi pemberontakan. Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), seorang jendral Nobunaga yang lain, dengan cepat
memadamkan pemberontakan itu dan nyaris berhasil secara total mempersatukan dan mengendalikan negeri itu ketika ia juga meninggal dunia, mungkin akibat tumor otak.
yang terdiri atas lima tairo atau mentri utama untuk memerintah negeri itu sampai
anak lelakinya, Hideyori mencapai usia dewasa