• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA,

2.2 Manga di Jepang

Istilah manga di Jepang pertama kali dicetuskan oleh seorang pelukis ukiyo-e (grafis pahatan kayu) pada zaman Edo, yaitu Hokusai Katsushika. Di antara tahun 1814 dan 1878, ia memproduksi sebuah serial buku bergambar sebanyak 15 jilid dan berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebutkan gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia yang serius dan indah. Hokusai bahkan mengartikan manga sebagai ‘gambar asal-asalan’, karena ia menggambar manga tanpa tujuan atau tema yang jelas (Animonster, vol: 25).

Selanjutnya pada abad ke-18 mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip dengan manga zaman sekarang yang disebut kusazoushi, dimana gambar lebih dominan dari pada teks. Kusazoushi dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu akahon, aohon, kurohon, dan kibyoushi. Akahon, aohon, dan kurohon ditujukan untuk anak-anak, sedangkan kibyoushi isinya agak sedikit dewasa.

Pada akhir abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap dunia Barat, sehingga kusazoushi terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi format comic strip seperti yang dimuat di surat-surat kabar negara Barat.

Di zaman Showa pada tahun 1940-an, seorang penggambar comic strip di surat kabar, Osamu Tezuka merasa tidak puas dengan gaya comic strip yang tidak memberikannya kebebasan untuk menampilkan gerakan atau emosi yang diinginkan. Tezuka ingin menerapkan teknik sinematografi ke dalam komiknya. Kemudian Tezuka mulai menggambar manga dengan teknik close-up, permainan angle, bahkan meniru efek slow motion, yang akhirnya menghasilkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu halaman untuk satu cerita. Pada tahun 1947 karya Tezuka yang berjudul Shintakarajima (New Treasure Island) diterbitkan dalam bentuk akahon yang berarti buku merah karena sampulnya yang berwarna merah menyolok (Animonster, vol: 25).

Akahon adalah buku komik dengan kertas berkualitas rendah tapi digemari oleh anak-anak sebagai hiburan murah meriah di kala Jepang dilanda kemiskinan akibat perang dunia II. Melalui manga Shintakarajima yang terjual hingga 400.000 kopi, Tezuka mengubah wajah dunia manga Jepang secara radikal. Sejak saat itu

muncullah para mangaka yang membuat manga seperti teknik yang digunakan Tezuka.

Hingga saat ini industri manga di Jepang terus berkembang. Judul-judul manga baru terus bermunculan di majalah-majalah manga di Jepang. Majalah manga di Jepang biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman dan terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu bab). Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun seperti manga Naruto, Fairy Tail, Detektif Conan dan lainnya.

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dalam majalah manga tersebut dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankoubon (atau kadang dikenal dengan istilah volume). Manga dalam bentuk ini dicetak di kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau malas membeli majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran judul/cerita.

Majalah manga dicetak massal dan dijual di berbagai tempat. Setiap edisi yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul manga serial. Majalah manga berfungsi untuk memperkenalkan karya mangaka baru dan sebagai media seleksi manga-manga yang layak dibukukan, atau dengan kata lain majalah manga merupakan media untuk memulai debut bagi para mangaka baru.

Tema yang ditampilkan dalam manga meliputi seluruh aspek kehidupan Jepang. Para mangaka Jepang mampu melahirkan pahlawan-pahlawan dalam manga yang mereka ciptakan. Pahlawan manga sangat luas variasinya. Ini berkaitan dengan

konsep budaya dan pengalaman Jepang sendiri dalam mengenal pahlawan-pahlawan mereka. Seorang samurai penyendiri yang berkelana tanpa melakukan sesuatu apapun bagi kebaikan masyarakat dapat dimaknai sebagai seorang pahlawan yang diagung-agungkan hingga kini, seperti figur Miyamoto Musashi. Di era manga modern, terdapat ratusan manga yang memiliki karakter protagonisnya seorang ibu rumah tangga yang berjuang membesarkan anak, pekerja kantoran yang bekerja keras, atau seorang petinju yang bercita-cita meraih gelar juara. Inilah wajah-wajah para pahlawan Jepang dalam manga, wajah orang Jepang yang mungkin sedang membaca manga itu sendiri. Bagi orang Jepang, seorang pahlawan bukanlah apa yang telah ia lakukan, atau bagaimana ia melakukannya (Advance, vol: 06).

Konsep pahlawan yang humanis inilah yang membuat manga selalu populer di semua kalangan di Jepang. Para pahlawan inipun dihadirkan dalam sebuah panggung atau dunia yang mereka kenal sehari-hari, seperti sekolah, kantor, rumah, kuil, kedai ramen dan lain-lain. Manga di Jepang adalah bagian dari keseharian hidup, sangat komunal sifatnya. Meski demikian, sifat manga sebagai bagian dari keseharian ini melahirkan kebebasan yang hampir tidak terbatas bagi setiap individu kreator manga dalam berkarya (Advance, vol: 06).

Dari sekian banyak judul manga yang telah terbit, manga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis atau genre berdasarkan jenis pembaca dan tema yang disajikan. Pengelompokkan manga tersebut (diperoleh dari berbagai sumber) adalah sebagai berikut:

1. Kodomo (子供)

Kodomo berarti anak-anak, jadi manga jenis ini ditujukan untuk anak-anak. Manga kodomo ini, cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran konsumen anak-anak. Tema-tema yang diangkat biasanya menggambarkan realita kehidupan anak-anak sehari-hari. Untuk menambah daya tarik, biasanya juga terdapat unsur imajinasi atau khayalan.

2. Shoujo (少女)

Shoujo berarti anak perempuan. Manga jenis ini ditujukan untuk pembaca anak perempuan usia remaja. Tema yang diangkat biasanya berupa percintaan remaja atau keseharian hidup remaja putri. Tema percintaan dalam shoujo manga biasanya disesuaikan sedemikian rupa sehingga layak dikonsumsi oleh anak-anak usia remaja.

3. Bishoujo (美少女)

Bishoujo berarti perempuan cantik. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini memiliki karakter utama gadis cantik. Bishoujo manga hampir sama dengan shoujo manga, hanya saja bishoujo manga lebih menekankan gadis cantik yang menjadi karakter utamanya. Dengan kata lain, tokoh utama shoujo manga memiliki karakter utama seorang gadis yang belum tentu cantik, sedangkan karakter utama bishoujo manga sudah pasti gadis cantik. Untuk temanya, bishoujo manga juga banyak mengusung tema kisah percintaan di kalangan remaja.

4. Shounen (少年)

Shounen berarti anak laki-laki, jadi manga ini ditujukan untuk pembaca anak laki-laki, lebih tepatnya yang berusia remaja. Tema yang disajikan biasanya seperti action, petualangan, kisah cinta, atau gabungan dari ketiganya. Karena ditujukan untuk anak laki-laki, kebanyakan manga jenis ini menggambarkan adegan perkelahian/laga. Dari adegan laga ini, digambarkan kehebatan tokoh utama. Adegan-adegan laga yang ada di manga ini dibuat atau digambarkan sesuai untuk dikonsumsi anak-anak berusia remaja.

5. Bishounen (美少年)

Bishounen berarti anak laki-laki yang tampan atau ganteng. Bishounen manga hampir sama dengan shounen manga, tapi pada bishounen manga lebih menekankan tokoh utamanya yang merupakan laki-laki yang tampan. Jadi tokoh utama di shounen manga belum tentu laki-laki tampan, sedangkan di bishounen manga, tokoh utamanya sudah pasti laki-laki tampan yang sering kali digambarkan disukai oleh banyak gadis. Tema yang diangkat tidak berbeda dengan shounen manga.

6. Seinen (青年)

Seinen berarti pria dewasa. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini ditujukan untuk pria dewasa dan memiliki tokoh utama seorang pria dewasa. Cerita yang disuguhkan dalam seinen manga lebih kompleks, sehingga sulit dimengerti oleh pembaca yang berusia di bawah 17 tahun.

Di dalamnya terdapat banyak adegan-adegan yang tidak pantas atau tidak boleh dilihat anak berusia di bawah 17 tahun.

7. Josei (女性)

Josei berarti wanita dewasa. Sasaran konsumsi manga yang memiliki tokoh utama wanita dewasa ini adalah wanita dewasa. Cerita yang ditampilkan dalam manga ini sama seperti seinen manga yaitu berupa cerita yang kompleks. Tema yang banyak diangkat adalah percintaan orang dewasa.

8. Gag

Manga gag adalah manga yang bertemakan humor. Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang kental. Ada beberapa manga dalam genre ini yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 13 tahun.

9. Jidaimono (時代物)

Jidaimono manga adalah manga yang kaya akan nilai-nilai sejarah. Tema yang diandalkan adalah sejarah. Manga ini banyak bercerita mengenai sejarah Jepang.

10. Mecha

Mecha merupakan kata dalam bahasa Jepang yang diserap dari bahasa Inggris, mechanic. Kata mechanic berkaitan dengan hasil karya manusia yang bergerak dengan mesin seperti robot. Jadi mecha manga adalah

manga yang terfokus terhadap robot yang menjadi andalan dalam manga. Tema yang disajikan mengenai teknologi umat manusia dan fiksi ilmiah. 11. Suiri (推理)

Suiri berarti dugaan, jadi manga jenis ini berisi cerita misteri yang disertai dengan berbagai dugaan. Temanya berupa pembunuhan dan kejahatan. Tokoh utama dalam manga ini biasanya seorang detektif yang bertugas menyelesaikan kasus-kasus kejahatan.

12. Mahou shoujo (魔法少女)

Mahou shoujo berarti gadis ajaib. Dalam manga jenis ini yang menjadi tokoh utamanya adalah gadis yang memiliki kekuatan khusus atau ajaib. Tema cerita yang disajikan dalam adalah kepahlawanan, kisah cinta dan persahabatan. Biasanya si tokoh utama memiliki tim yang isinya gadis-gadis yang memiliki kekuatan ajaib.

13. Hentai (変体)/ecchi

Secara harafiah hentai berarti luar biasa atau tidak normal. Kata hentai sering dikonotasikan negatif dengan hal-hal yang bersifat erotis. Hentai biasa disebut juga dengan ecchi yang berasal dari pelafalan huruf H dari kata hentai oleh orang Jepang. Manga jenis ini sering menampilkan kisah-kisah romantis percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Hentai manga dapat dikelompokkan lagi ke dalam beberapa bagian:

a. Lolicon

Kata lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan complex. Kemudian menjadi lolicon ketika diserap oleh bahasa Jepang. Lolicon dimaknai sebagai perasaan suka seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih mengarah kepada penyimpangan orientasi seksual. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Tema yang disajikan tentu saja kisah percintaan antara pria dewasa dengan anak di bawah umur. b. Shotacon

Kata shotacon merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shotaro dan complex yang mengacu pada karakter Shotaro pada serial Tetsujin 28-go. Kisahnya menggambarkan ketertarikan sosial kepada anak laki-laki di bawah umur. Shotacon manga biasanya menceritakan hubungan asmara wanita dewasa dengan laki-laki yang lebih muda.

c. Yaoi/ Shoujo-ai (少女愛)

Yaoi adalah istilah orang Jepang untuk menyebut laki-laki yang merasa dirinya wanita, sedangkan shoujo-ai berarti cinta anak perempuan. Manga jenis ini menceritakan tentang kisah percintaan antara sesama lelaki. Tokoh utamanya tentu saja adalah lelaki penyuka sesama jenis (homo). Dalam manga ini terdapat unsur-unsur seksual.

d. Yuri/ Shounen-ai (少年愛)

Yuri kebalikan dari yaoi, yaitu istilah untuk menyebut wanita yang merasa dirinya laki-laki, sedangkan shounen-ai berarti cinta laki-laki. Manga ini berisi kisah percintaan antara sesama wanita dengan tokoh utama wanita penyuka sesama jenis (lesbi). Sama seperti yaoi, yuri manga juga mengandung usur-unsur seksual.

e. Eroguro (エロ黒)

Secara harafiah eroguro berarti erotis hitam atau erotis gelap. Dari namanya, tentu saja manga genre ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang dengan tingkat umur dewasa, karena dalam manga ini banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaan.

f. Futanari (二形)

Futanari berarti dua bentuk. Dalam hali ini, dua bentuk diartikan sebagai seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut biseksual. Manga jenis ini menampilkan tokoh utama yang biseksual yang memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenis, tapi juga terhadap sesama jenis.

g. Kemono (獣)

Kemono berarti binatang. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah mahluk gaib. Mahluk gaib ini berwujud setengah badannya manusia dan setengahnya lagi binatang. Di dalam manga ini juga banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaaan.

Industri manga di Jepang jelas merupakan industri yang besar. Karena itulah manga di Jepang bahkan memiliki chart atau peringkat yang menunjukkan manga apa saja yang terlaris di sana. Pihak yang membuat peringkat manga tersebut adalah Oricon, sebuah perusahaan besar dan terpercaya di Jepang yang menjalankan bisnisnya dengan mengumpulkan data/statistik dunia hiburan. Sampai periode bulan November 2012 manga yang menduduki posisi nomor satu di Oricon Chart Manga adalah One Piece (Animonstar, vol: 165)

Persaingan antara mangaka senior dan junior sangat ketat dalam industri manga. Akan tetapi hanya beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil mendobrak angka penjualan fantastis seperti manga One Piece, Naruto, dan Bleach yang ketiganya bernaung di bawah Shounen Jump.

Dokumen terkait