• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di Kecamatan Medan Teladan Kota Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di Kecamatan Medan Teladan Kota Medan Tahun 2013"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Keluarga

2.1.1

Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga menurut Suprajitno (2004) yang mengutip pendapat

para ahli:

a.

Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

b.

Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas

dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama

atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau

tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga.

c.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya.

(2)

2.1.2

Tujuan Dasar Keluarga

Menurut Padila (2012), Karena keluarga merupakan unit dasar dari

masyarakat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap

perkembagan individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan

individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai

buffer

atau sebagai perantara antara

masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban

masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan

peran anggotanya menerima peran di masyarakat.

2.1.3

Struktur Keluarga

Menurut Padila (2012), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur

keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

adalah :

a.

Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ayah.

b.

Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ibu.

c.

Matrilokal

(3)

d.

Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e.

Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri.

2.1.4

Fungsi Keluarga

Menurut Padila (2012), berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda,

yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain

keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan

dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :

Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni:

a.

Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang

bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki

dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.

Reiforcement

dan

support

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

(4)

1)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung.

Setiap anggota keluarga yang

mendapat

kasih sayang dan dukungan, maka

kemampuannya untuk

memberi

akan meningkat sehingga tercipta hubungan

yang sangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga

tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar

keluarga.

2)

Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap

anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan

dan haknya.

3)

Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru.

Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan

dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak.

Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak

dan antar melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan

kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif

dimana anak meniru prilaku orangtua melalui hubungan interaksi mereka.

Fungi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian

keluarga. Sering penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul

akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi.

b.

Fungsi Sosialisasi

(5)

(Gegas,1979 dan Friedman, 1998), sedangkan Soekato (2000) mengemukakan

bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru

mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal.

Keluarga merupakan tempat dimana individu dan keluarga akan dicapai melalui

interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam

keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c.

Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana,

maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang

tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru

dengan satu orang tua (

single parent).

d.

Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan

rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi

keluarga di bawah garis kemiskinan (

Gakin

atau

pra keluarga sejahtera).

(6)

e.

Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi keperawatan kesehatan. Selain keluarga

menyediakan makanan pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan

asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untu mencegah terjadinya gangguan

maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau

pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status

kesehatan individu dan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap

anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas

kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998) : mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah

yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahuisejauh mana

keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya

memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas

kesehatan keluarga tersebut.

2.1.5

Tugas Keluarga

(7)

pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas

masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, sosialisasi

antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban

anggota keluarga dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.1.6

Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Effendi & Makhfudli (2009), ciri-ciri struktur keluarga adalah:

a.

Terorganisasi

Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi dimana setiap anggota keluarga

memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat

tercapai. Organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara

anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b.

Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung

jawab masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa

semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab

masing-masing anggota keluarga.

c.

Perbedaan dan kekhususan

(8)

2.1.7

Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks

keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a.

Keluarga inti (

nuclear family

)

keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya

atau adopsi atau keduanya.

b.

Keluarga besar (

extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan

darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatkannya rasa

individualism, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang

menjadi:

a.

Keluarga bentukan kembali (

dynadic family)

adalah keluarga baru yang terbentuk

dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di

Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada

zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau

ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.

b.

Orang tua tunggal (

single parent family)

adalah keluarga yang terdiri dari salah

(9)

d.

Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah

menikah (

the single adult living alone).

Kecendurungan di Indonesia juga

meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak

jika telah menikah.

e.

Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (

the nonmarital beterosexual

cobabiting family).

Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan

(besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah

(Kabupaten atau Kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status

anak-anaknya.

f.

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (

gay and

lesbian family).

2.1.8

Peranan Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), peranan keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi

dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan

yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

a.

Peranan Ayah

(10)

b.

Peranan Ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung

sebagai dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c.

Peranan Anak

Anak-anaknya melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.1.9

Bentuk Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), ada dua macam bentuk keluarga dilihat

dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola

otoritas.

a.

Berdasarkan lokasi

1)

Adat

utrolokal

,

yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri

untuk memilih tempat tinggal, baik itu sekitar kediaman kaum kerabat suami

ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

2)

Adat

Virilokal,

yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri

diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;

(11)

4)

Adat

bilokal,

yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat

tinggal di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula

(bergantian);

5)

Adat

neolokal,

yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat

menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum

kerabat suami maupun istri;

6)

Adat

avunkulokal,

yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk

menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (

avunculus

) dari pihak

suami;

7)

Adat

natalokal,

yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri

masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing-masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar

pusat kaum kerabatnya sendiri.

b.

Berdasarkan pola otoritas

1)

Patriarkal

, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki

tertua, umumnya ayah).

2)

Matriarkal

, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan

(perempuan tertua, umumnya ibu)

3)

Equalitarian

, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

2.1.10

Ciri-ciri Keluarga Indonesia

(12)

utuh, berbentuk monogram, bertanggung jawab, meneruskan nilai-nilai budaya

bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat dan mempunyai semangat gotong royong.

2.1.11

Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996),

dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh

dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang

lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998),

dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga

dengan lingkungan sosial.

Dalam sernua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan

kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati (2011) yang

mengutip pendapat Friedman (1998), yakni:

a.

Dukungan

Instrumental

, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis

dan konkrit.

b.

Dukungan

Informasional

, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

diseminator (penyebar informasi).

(13)

d.

Menurut prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House (Smet, 1994),

setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :

Dukungan

Emosional

, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

a.

b.

Informatif

, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh

seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi

pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan

dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi

persoalan yang sama atau hampir sama.

c.

Perhatian

Emosional

, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang

lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan

penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang menghadapi persoalan merasa

dirinya tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati

terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan rnau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya.

4)

(14)

Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat

membantu adalah penilaian yang positif.

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial dari Keluarga

Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial dari keluarga atau

tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

a.

Faktor dari penerima dukungan (

recipient

)

Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia

tidak suka bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang

lain tahu bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak

cukup asertif untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan

dari orang lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak

mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain

menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

b.

Faktor dari pemberi dukungan (

providers

)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang

lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain,

atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang

sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain

membutuhkan dukungan darinya.

(15)

sosial dari keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas

sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua

dan tingkat pendidikan orang tua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu

hubungan lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga

kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang

tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, efeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah.

2.1.12

Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat skiner (1938), Perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses:

Stimulus

Organisme

Respon, sehingga teori skiner disebut teori “S-O-R”

(Stimulus-Organisme-Respon).

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a.

Perilaku tertutup (

covert Behaviour

)

(16)

Contoh : ibu tahu pentingnya imunisasi untuk kesehatan bayi adalah merupakan

pengetahuan (

knowledge

). Kemudian ibu bertanya tentang tempat pelayanan

imunisasi adalah sebuah kecendrungan untuk melakukan imunisasi yang disebut

sikap (

attitude

).

b.

Perilaku terbuka

Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan

atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “

observable behaviour”.

Contoh: ibu membawa bayi untuk diimunisasi ke tenaga kesehatan.

2.1.13

Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat Bloom (1908),

membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan

pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (

cognitive

),

b) afektif (

affective

), c) psikomotor (

psychomotor

). Dalam perkembangannya, teori

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

a.

Pengetahuan (

Knowledge

)

1)

Pengertian Pengetahuan

(17)

2)

Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a)

Tahu (

Know

)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b)

Memahami (

Comprehension

)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c)

Aplikasi (

Aplication

)

(18)

d)

Analisis (

Analysis

)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e)

Sintesis (

Synthesis

)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan.

Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada.

f)

Evaluasi (

Evaluation

)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

(19)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b.

Sikap (

Attitude

)

1)

Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respons yang

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan

lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.

An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency

with regard to social object

” (Campbell,1950)

Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs

which in interation with situational and other dispositional variables,guides

and direct the overt behavior of the individual

” (Cardno, 1955)

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.

(20)

yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2)

Komponen Pokok Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012) mengutip pendapat Allport (1954), menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

a)

Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b)

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c)

Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(

total attitude

). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya,

seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak (penyebabnya,

akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).

3)

Tingkatan Sikap

a)

Menerima (

Receiving

)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap imunisasi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

ceramah-ceramah tentang imunisasi.

b)

Merespons (

Responding

)

(21)

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang

menerima ide tersebut.

c)

Menghargai (

Valuing

)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk

pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang

imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap

positif terhadap kesehatan anak.

d)

Bertanggung jawab (

Responsible

)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu

mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau

orang tuanya sendiri.

c.

Praktik atau Tindakan (

Practice

)

(22)

Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari

pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain.

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

1)

Respons terpimpin (

guided response

)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang

ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan

memotong-motongnya, dan segalanya

2)

Mekanisme (

mecanisme

)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan

bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang

lain.

3)

Adopsi (

adoption

)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.3.1 Definisi Tuberkulosis

(23)

pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat

menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis)

. Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2.3.2 Etiologi

Mycobacterium tuberculosis

merupakan penyebab dari TB paru. kuman ini

bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki

konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat

khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung,

tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat

dorman

(tertidur lama) selama beberapa tahun

( Aditama, 2002).

2.3.3 Diagnosis TB Paru

Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu

bulan.

(24)

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang

datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka

(suspek) penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

langsung. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa pemberian 3 tube penampung dahak yang diambil pagi ketika baru

bangun tidur dan sewaktu siang setelah makan dan sewaktu sore

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Depkes, 2007).

2.3.4 Cara Penularan dan Risiko Penularan TB Paru

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet

nuclei)

. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya

penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang

lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari

langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

dalam keadaan yang gelap dan lembab.Daya penularan seorang penderita ditentukan

oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang

kemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan

dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

(25)

lebih besar dari penderita TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap

tahunnya di tunjukkan dengan

Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI)

yaitu

proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%,

berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di

Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi

tuberkulin negative menjadi positif (Depkes, 2007).

2.3.5 Penemuan Penderita TB Paru

Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan

langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan

penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan

kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus

merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.

(26)

2.3.6 Pengobatan TB Paru

Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),

Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu

tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat,

bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar

penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap

lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang

lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persister

sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

2.3.7 Panduan OAT yang Digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

(27)

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa

obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini

disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi

2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan

penderita. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu penderita. Paket kombipak

adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan

Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program

untuk digunakan dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT

KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan

tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)

pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa

pengobatan. Paduan Obat Sisipan (HRZE), Bila pada akhir tahap intensif pengobatan

penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan

ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat

sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan (Depkes, 2007).

2.4 Kepatuhan

(28)

oleh orang lain.

Menurut Feuerstein et al (1986) dalam Niven (2000), faktor-faktor yang

mendukung kepatuhan pasien antara lain :

a.

Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan

buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.

b.

Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang

dapat mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan.

c.

Modifikasi faktor lingkungan dan social

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman.

Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan

program-program pengobatan.

d.

Perubahan model terapi

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan pasien

terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

e.

Meningkatkan Interaksi profesional kesehatan dengan pasien

(29)

Menurut skiner ( 1938 ) dalam Notoatmojo ( 2007 ) bahwa kepatuhan minum

obat pada penderita merupakan suatu perilaku terbuka (overt behaviour ). Perilaku

tersebut muncul akibat adanya operant respont atau instrumental respon yaitu respon

yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

tertentu. Kepatuhan minum obat (medication compliance) adalah mengkonsumsi

obatobatan yang diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan

hanya akan efektif apabila penderita mematuhi aturan dalam penggunaan obat

(Kusbiyantoro, 2002).

2.5. Pengawas Makan Obat (PMO)

Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin

keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes

RI, 2002).

PMO adalah seseorang yang bertugas untuk mengawasi, memberikan

dorongan dan memastikan penderita TBC menelan OAT secara teratur sampai selesai

(Depkes, 2004).

2.5.1. Persyaratan PMO

1.

Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan

maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihonnati oleh penderita.

(30)

4.

Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita

(Depkes RI, 2002).

2.5.2. Siapa yang Dapat Menjadi PMO

Semua orang dapat menjadi PMO antara lain : Keluarga penderita, Kader

kesehatan, Petugas kesehatan (bidan desa, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan

lain-lain), Tokoh Agama, Tokoh masyarakat, dan lain-lain (Depkes RI, 2001).

2.5.3. Tugas PMO

1.

Mengawasi dan memberi dorongan serta memastikan kepada penderita TBC agar

menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatannya.

2.

Mengingatkan kepada penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan.

3.

Memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC dan menyarankan anggota

keluarga penderita yang mempunyai gejala sama termasuk setiap anak balita di

keluarga tersebut periksa ke petugas kesehatan.

(31)

2.5.4. Perlu Diketahui oleh PMO

1.

Penyakit TB Paru

Diharapkan yang menjadi PMO bagi penderita TB Para mengetahui dan

memahami penyakit penderita TB Para maupun gejala yang dialami. Penularan

TB paru dapat terjadi dengan :

a.

Sumber penularan adalah dahak penderita TB Paru yang didalamnya

mengandung kuman Tuberkulosis.

b.

Jika dalam dahak seseorang ditemukan adanya kuman Tuberkulosis, berarti

orang tersebut pasti menderita penyakit TB Paru yang sangat menular.

c.

Bila penderita batuk atau bersin, kuman yang ada dalam paru-parunya akan

menyebar keudara.

d.

Penularan terjadi jika seseorang menghirap udara yang mengandung kuman

Tuberkulosis.

e.

Penularan penyakit TB Para terjadi dari satu orang keorang lain bukan

melalui serangga, transfusi darah, air susu ibu ataupun melalui alat makan

minum penderita.

f.

TB Para dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,

miskin, kaya) meskipun golongan darahnya berbeda dengan penderita.

2.

Pemeriksaan Penderita TB Paru

(32)

a.

Pertama, setelah selesai tahap awal pengobatan.

b.

Kedua, sebulan sebelum akhir pengobatan.

c.

Ketiga, pada akhir pengobatan.

Setiap kali pemeriksaan diambil 2 dahak pagi dan sewaktu (Depkes RI, 2001).

3.

Pengobatan Penderita TB Paru

Pengobatan penderita diberikan sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.

Pengobatan dilakukan 2 tahap yaitu tahap awal dan lanjutan. Dalam masa

pengobatan, PMO dianjurkan memperhatikan menelan obat yang benar dan

perubahan dalam masa pengobatan.

4.

Pencegahan Penyakit TB Paru

Untuk mencegah terjadinya penularan dari penderita ke orang lain maka dapat

dilakukan dengan cara:

a.

Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu.

b.

Tidur terpisah dari keluarga terutama pada 2 minggu pertama pengobatan.

c.

Tidak meludah disembarang tempat, tetapi diwadahnya diberi air sabun atau

lisol kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dengan tanah.

d.

Membuka jendela pada pagi hari agar rumah mendapat udara bersih, cahaya

matahari yang cukup seMngga kuman Tuberkulosis yang tertinggal di dalam

rumah mati (Depkes RI, 2002).

5.

Akibat dari Menelan Obat yang tidak Teratur

(33)

b.

Sukar diobati karena kemungkinan kuman menjadi kebal sehingga diperlukan

obat yang lebih ampuh dan mahal harganya.

c.

Obat untuk kuman yang kebal tidak tersedia disemua fasilitas kesehatan.

d.

Menularkan kuman yang sudah kebal obat kepada orang lain (Depkes RI,

2001)

2.6 Landasan Teori

Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan yaitu:

a.

Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi

tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

b. Dukungan Penilaian

(34)

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:

kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,

terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

(35)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teoritis, maka yang menjadi

kerangka konsep penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat diketahui bahwa

variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga sebagai

pemantau minum obat (PMO), sedangkan variabel dependennya kepatuhan minum

obat penderita TB Paru di Kecamatan Medan Teladan Kota Medan Tahun 2013.

Kepatuhan

Minum Obat

Penderita TB

Paru

Dukungan Sosial Keluarga :

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

yang sama dan ada juga mutu yang lebih baik.. Faditlah Advertising Palembang harus dapat menyaingi perusahaan lain untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan menetapkan harga

coli dalam TSB diambil sebanyak 0,1 ml dari setiap pengenceran kemudian. dimasukkan ke cawan petri steril berisi media TSA padat dan

Definisi, lingkup, dan syarat kerja sama Gelar Bersama, Gelar Ganda, Kegiatan Alih atau Ambil Kredit wajib mengikuti Panduan Penyelenggaraan Program Kerja Sama Perguruan

Total Konsumsi energi listrik di Kabupaten Aceh pada lima sektor adalah pada Tahun 2013 adalah 48,8 GWh, Sedangkan, pada Tahun 2030 total konsumsi energi mencapai 76,5

Siswa SMK Sunan Kalijogo Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian telah memiliki pemahaman tentang cara penggunaan dan perawatan mesin penggoreng vakum ( vacuum

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Focus Group Discussion (FGD) karena pada saat dilakukan survey dan pendekatan ditemukan

Berdasarkan analisis statistika deskriptif didapatkan informasi bahwa sebanyak 52% pasien kanker payudara pada penelitian ini mengalami tipe respon objektif Stable Disease