• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan mutlak berpengetahuan rendah pula, sebab pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja melainkan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Menurut Andersen dan Krathwohl dalam Notoatmodjo (2003), dimensi pengetahuan terdiri dari empat jenis pngetahuan, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedur, dan pengetahuan metakognitif.

a. Pengetahuan Faktual

(2)

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model, mental dan teori-teori eksplisit dan implisit dalam model-model psikologis kognitif yang berbeda, skema-skema, model-model dan teori-teori ini menunjukkan pengetahuan yang seseorang miliki.

c. Pengetahuan Prosedur

Pengetahuan prosedur meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non verbal tertentu (contohnya: kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar) setiap pokok bahasan berisi sejumlah besar nama-nama dan simbol, baik verbal maupun non verbal, yang memiliki rujukan tertentu, mereka berada pada bahasan disiplin dasar jalan pintas yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui.

d. Pengetahuan Metakognitif

(3)

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu:

1) Tahu

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi serta menyatakan.

2) Memahami

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat menginterprestasikan secara benar.

3) Aplikasi

(4)

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : (1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak.

(5)

b. Merespon, yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab, yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3 Keterampilan

Menurut Gordon (1994), keterampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Selain itu pengertian keterampilan menurut Nadler (1986) keterampilan (skill) merupakan kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Iverson (2001) menambahkan bahwa selain latihan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.

Robbins (2000) menyatakan bahwa ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:

a. Basic Literacy Skill, yaitu keterampilan dasar seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.

(6)

c. Interpersonal Skill, yaitu keterampilan interpersonal seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.

d. Problem Solving, yaitu keterampilan menyelesaikan masalahsebagai proses aktivitas menajamkan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah .

2.4 Promosi Kesehatan

2.4.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatakan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan WHO (dalam Maulana, 2009), promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan mengingkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan.

(7)

kebutuhan yang lebih tinggi pada agenda individu ataupun dalam masyarakat.Aspek promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang memengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah kesehatan akan membantu individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan.

2.4.2 Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) merupakan bagian dari pendidikan kesehatan dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di rumah sakit. PKRS adalah upaya memperdayakan individu,kelompok dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Dalam pengertian tersebut terkandung beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Fokus penyuluhan kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat

(8)

c. Upaya tersebut dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat serta mengembangkan iklim yang medukung

d. Masyarakat aktif berbuat, karena upaya pemberdayaan tersebut adalah upayadari, oleh dan untuk masyarakat (Depkes R.I, 1999).

Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun.Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan.Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitik beratkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).

(9)

Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promotif, preventif, pengobatan kuratif maupun rehabilitasi.Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna pencapaian tujuan program yang ditetapkan. Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil (Taylor, 2003).

2.4.3 Pinsip Dasar Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(10)

yang dikembangkan di rumah sakit dalam rangka untuk membantu orang sakit atau pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Dari segi psikososial orang yang sedang sakit atau keluarga dari orang yang sakit adalah dalam kondisi ketidakenakan: rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, mereka ini sangat memerlukan bantuan bukan saja pengobatan, tetapi bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk-petunjuk dari para petugas rumah sakit berkaitan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang mereka alami (Kemenkes RI, 2012).

Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang memerlukan pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit. Di samping itu, promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada pengunjung rumah sakit, baik pasien rawat jalan, maupun keluarga pasien yang mengantar atau menemani pasien di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Keluarga pasien juga perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan di rumah sakit, karena keluarga pasien diharapkan dapat membantu atau menunjang proses penyembuhan dan pemulihan keluarganya yang sakit.

(11)

atau penyakit yang dideritanya (Kemenkes RI, 2012). Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit yang dideritanya seperti: penyebab penyakit tersebut, cara penularan penyakit (bila penyakit menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila pasien atau keluarga pasien memahami penyakit yang dideritanya, diharapkan akan membantu mempercepat proses penyembuhan, dan tidak akan terserang oleh penyakit yang sama.

c. Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan keluarganya dalam kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Hal ini dimaksudkan, apabila pasien sudah sembuh dan kembali ke rumahnya, mereka mampu melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) kesehatannya, utamanya terkait dengan penyakit yang telah dialami.

(12)

2.4.4 Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut Kemenkes RI (2012) sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang dikelompokkan menjadi kelompok orang sakit (pasien), kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah sakit. Secara rinci sasaran promosi kesehatan di rumah sakit ini diuraikan sebagai berikut:

a. Penderita (Pasien) pada Berbagai Tingkatan Penyakit

Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari latar belakang sosioekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan penyakit dan jenis pelayanan yang diperlukan (Kemenkes RI, 2012). Dari sudut tingkat penyakitnya, dibedakan menjadi pasien dengan penyakit akut, dan pasien dengan penyakit kronis. Dari jenis pelayanan yang diperlukan, dibedakan dengan adanya pasien rawat jalan yang tidak memerlukan rawat inap, dan pasien rawat inap dengan indikasi memerlukan perawatan inap. Promosi kesehatan dengan berbagai jenis sasaran pasien ini dengan sendirinya dijadikan dasar untuk menentukan motode dan strategi promosi dan penyuluhannya.

b. Kelompok atau Individu yang Sehat

(13)

promosi kesehatan di rumah sakit. Teknik dan metode promosi kesehatan untuk kelompok sasaran ini tentu berbeda dengan promosi kesehatan bagi orang sakit atau pasien. Kelompok sasaran orang sehat di rumah sakit ini penting untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat menunjang proses penyembuhan pasien baik pada waktu masih dalam perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.

c. Petugas Rumah Sakit

Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi: petugas medis, para medis, dan non-medis. Sedangkan secara struktural dapat dibedakan menjadi: pimpinan, tenaga administrasi, dan tenaga teknis (Kemenkes RI, 2012). Apapun fungsi dan strukturnya, semua petugas rumah sakit mempunyai kewajiban untuk melakukan promosi atau penyuluhan kesehatan untuk pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarganya, di samping tugas pokok mereka.Oleh sebab itu, sebelum mereka melakukan promosi dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, mereka harus dibekali kemampuan promosi dan penyuluhan kesehatan.Agar mereka mempunyai kemampuan tersebut, maka harus diberikan pelatihan tentang promosi dan pendidikan kesehatan.

2.4.5 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

(14)

tersebut, yakni tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan bagi rumah sakit itu sendiri (Kemenkes RI, 2012).

a. Bagi Pasien

(1) Mengembangkan Perilaku Kesehatan (Healthy Behavior)

(15)

tentang proses penyembuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.

(2) Mengembangkan Perilaku Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan (Health Seeking Behavior)

Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh pasien akan mempercepat proses penyembuhan (Kemenkes RI, 2012). Bagi pasien yang kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, kadang-kadang mencari pengobatan yang tidak tepat misalnya ke dukun atau para-normal, sehingga dapat memperpanjang proses penyembuhan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara penyembuhannya maka pasien akan mencari penyembuhan dengan tepat.

b. Bagi Keluarga

Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:

(1) Membantu Mempercepat Proses Penyembuhan Pasien

(16)

mellitus, penyakit jiwa, dan sebagainya, faktor psikososial sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan psikososial ini, keluarga sangat penting peranannya. Oleh karena itu, promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien.

(2) Keluarga tidak Terserang atau Tertular Penyakit

Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya (pasien), cara penularan, dan cara pencegahannya (Kemenkes RI, 2012). Keluarga pasien tentunya akan berusaha untuk menghindar agar tidak terkena penyakit atau tertular penyakit seperti yang diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut.

(3) Membantu Agar tidak Menularkan Penyakitnya ke Orang Lain: Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan cara-cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu pasien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau teman dekatnya (Kemenkes RI, 2012).

c. Bagi Rumah Sakit

(17)

ini logika yang mungkin benar, tetapi terlalu sederhana. Pengalaman-pengalaman dari rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan justru membuktikan bahwa promosi kesehatan di rumah sakit ini mempunyai keuntungan bagi rumah sakit itu sendiri antara lain:

(1). Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, maka pasien mengunjungi rumah sakit tidak sekedar untuk memperoleh perawatan atau pengobatan saja, tetapi juga ingin pelayanan yang berkualitas, yang nyaman dan yang ramah.Pasien ingin pelayanan yang holistik bukan hanya pelayanan fisik, tetapi juga pelayanan psikososial. Promosi kesehatan pada prinsipnya adalah salah satu bentuk pelayanan psikososial.Oleh sebab itu, penerapan promosi kesehatan di rumah sakit adalah merupakan upaya meningkatkan mutu rumah sakit (Kemenkes RI, 2012).

(2) Meningkatkan Citra Rumah Sakit

(18)

obat, di ruang perawatan, dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh pasien. Oleh sebab itu, promosi kesehatan ini dapat memberikan kesan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya baik.

(3) Meningkatkan Angka hunian Rumah Sakitatau Bed Occupancy Rate (BOR) dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan, menyatakan bahwa kesembuhan pasien menjadi lebih pendek dari sebelumnya (Kemenkes RI, 2012).Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan dapat memperpendek hari rawat pasien.Dengan menurunnya hari rawat pasien ini dapat membawa dampak bahwa rumah sakit yang bersangkutan baik, karena pasien yang dirawatnya cepat sembuh, yang berarti meningkatkan pamor rumah sakit tersebut. Selanjutnya akan berakibat meningkatkan angka hunian rumah sakit tersebut, sebagai salah satu indikator pelayanan rumah sakit yang baik.

2.4.6 Tempat dan Kesempatan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

(19)

pembayaran di kasir, dan seterusnya. Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempattempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan pelayanan yang diberikan (Kemenkes RI, 2012).

Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut efektif untuk dilakukan promosi kesehatan. Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan, antara lain sebagai berikut:

a. Ruang Tunggu

(20)

pula dinding-dinding ruang tunggu perlu ditempel poster-poster yang berisikan pesan-pesan kesehatan.

b. Kamar Periksa

Kamar periksa dokter, dokter gigi atau bidan, merupakan tempat dan kesempatan yang baik memberikan pesan-pesan kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan ataupun penyakit pasien (Kemenkes RI, 2012). Sambil memeriksa pasien atau setelah selesai memeriksa pasien, petugas kesehatan atau dokter dapat menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, penyebabnya, perjalanan penyakitnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan pengobatan yang diberikan. Pasien dalam kondisi sakit dan ingin segera sembuh dari penyakitnya, apabila diberikan pesan-pesan, informasi-informasi, atau anjuran-anjuran yang berkaitan dengan penyakitnya, akan lebih mudah mematuhi atau menjalankannya dibanding mereka yang dalam keadaan sehat. Untuk menunjang promosi dan penyuluhan kesehatan pada kesempatankesempatan tersebut, seyogyanya ruang periksa dilengkapi dengan alat-alat peraga atau gambar-gambar terkait dengan penyakit tertentu. Misalnya: kerangka manusia, pantom, gambar-gambar anatomi tubuh, gambar-gambar jenis-jenis makanan bergizi, skema perjalanan suatu penyakit, dan sebagainya.

c. Ruang Perawatan

(21)

dibanding dengan petugas yang lain (Kemenkes RI, 2012). Perawat di ruang rawat berkewajiban untuk memberikan obat, melayani kebutuhan pasien yang lain seperti makan, minum, membantu ke kamar mandi, dan sebagainya. Pada kesempatan-kesempatan itulah, perawat dapat menyampaikan pesan-pesan dan atau anjuran-anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien dalam rangka penyembuhannya.Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada waktu mengukur tekanan darah pasien, dan sebagainya, dapat sekaligus memberikan penyuluhan kesehatan terkait dengan yang dihadapi oleh pasien tersebut.

2.4.7 Materi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-pesan dan informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni: (Kemenkes RI, 2012)

a. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan: Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ini mencakup perilaku hidup sehat.

(22)

pencegahan berbagai macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet mencakup: (a) gejala atau tanda-tanda penyakit,(b) penyebab penyakit, (c) cara penularan penyakit dan (d) cara pencegahan penyakit.

c. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan: Pasien yang datang ke rumah sakit, baik untuk rawat jalan atau rawat inap, tujuan akhirnya adalah agar sembuh dari sakit dan pulih kesehatannya. atau poster. Pesan-pesan tersebut sekurang-kurangnya Masing-masing penyakit mempunyai proses penyembuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, informasi atau pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan itu adalah merupakan isi promosi kesehatan di rumah sakit.

2.4.8 Bentuk Metode Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Promosi kesehatan rumah sakit seyogyanya menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2012).Untuk mengubah kesan tersebut maka bentuk atau pola promosi kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Pemberian Contoh

(23)

dan cukup. (3) Tersedianya tempat sampah baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, rumah sakit yang kurang menyediakan tempat sampah yang cukup, berarti tidak menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku bersih bagi pasien dan pengunjung lainnya. (4) Tersedianya taman hidup atau kebun di sekitar rumah sakit. (5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk menimbulkan kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan (Kemenkes RI, 2012). Oleh sebab itu, kebersihan dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.

b. Penggunaan Media

(24)

tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan pasien di ruang rawat inap. Di samping itu, melalui media elektronik ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien..

c. Promosi dan Penyuluhan Langsung

Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram.Penyuluhan langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan, khususnya media.Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan dengan pasien(Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat dilaksanakan pada:

(a) Individual

(25)

(b) Kelompok

Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan di ruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis. Penyuluhan langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien dengan kasus sejenis di ruangan tertentu. Metode penyuluhan kelompok, seperti ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran (role play) tepat digunakan dalam promosi kesehatan ini (Kemenkes RI, 2012).

(c) Massa

Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini. Promosi kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk promosi kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa, seperti penggunaan poster dan spanduk (Kemenkes RI, 2012).

Promosi kesehatan di rumah sakit menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung.

a. Secara Langsung

(26)

b. Secara tidak Langsung

Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan media, dan antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka dengan pasien atau keluarga pasien sebagai clients. Oleh sebab itu, maka metode promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu pendidikan atau promosi, misalnya: leaflet, booklet, selebaran, poster, radio kaset, video kaset, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2012).

2.4.9 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Indikator keberhasilan dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi PKRS (Kemenkes RI, 2012). Indikator keberhasilan mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator (output), dan indikator dampak.

a. Indikator Masukan

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana. Menurut Kemenkes RI (2012) indikator masukan ini dapat mencakup ada atau tidak ada :

a. Komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum PKRS.

b. Komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional PKRS

c. Unit dan petugas rumah sakit yang ditunjuk sebagai koordinator PKRS dan mengacu kepada standar

(27)

f. Dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS b. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS untuk pasien (rawat inap, rawat jalan, pelayanan penunjang), PKRS untuk pasien sehat dan PKRS diluar gedung rumah sakit. Menurut Kemenkes RI (2012) Indikator yang digunakan meliputi :

a. Kegiatan (pemasangan poster, konseling dan lainlain) dan atau frekuensinya. b. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner, spanduk,

neon box, dan lain-lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak. c. Indikator Keluaran

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Menurut Kemenkes RI (2012)indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan kegiatan, yaitu:

a. Apakah semua bagian rumah sakit sudah tercakup PKRS

b. Jumlah pasien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS (konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain)

d. Indikator Dampak

(28)

pemanfaatan pelayanan dapat di nilai dari pengolahan terhadap catatan/data pasien rumah sakit.Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap, perilaku pasien hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien tersebut. Data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survey. Survei pasien yang berada di rumah sakit maupun mereka yang tidak berada di rumah sakit pernah menggunakan rumah sakit (Kemenkes RI, 2012).

2.5 Perawat

2.5.1 Definisi Perawat

Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Priharjo, 1995). Perawat adalah karyawan rumah sakit yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal (Hadjam, 2001).

(29)

Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki empat tingkatan pasien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Hidayat, 2004). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang yang memberikan pelayanan dalam mengasuh, merawat dan menyembuhkan pasien.

2.5.2 Peran Perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap. Peran perawat menurut Hidayat (2004) terdiri dari :

a. Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

b. Peran sebagai Advokat Pasien

(30)

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

c. Peran Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Peran Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

e. Peran Kolaborator

Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran Konsultan

(31)

g. Peran Pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.5.3 Asuhan Keperawatan

Menurut Nursalam (2007) standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, meliputi : (1) pengkajian, (2) diagnosis keperawatan, (3) perencanan, (4) implementasi, (5) evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, meliputi:

a.Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.

b.Sumber data adalah pasien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

(32)

d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).

2. Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Kriteria proses :

a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah pasien, dan perumusan diagnosis keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala, atau terdiri atas masalah dan penyebab.

c. Bekerjasama dengan pasien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru. 3. Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien, meliputi:

a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.

(33)

4. Implementasi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan, meliputi:

a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

d. Memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respons pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, meliputi:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu, dan terus-menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respons pasien dalam mengukur perkembangan ke arah percapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

(34)

e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Konsep keperawatan Neuman dalam Nursalam (2007) menyatakan bahwa asuhan keperawatan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tertier. promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan keperawatan primer. Pendidikan kesehatan atau edukasi kepada pasien dan keluarga pasien merupakan strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

2.6 Rumah Sakit

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para tamu.Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (charitable), untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda(Kemenkes RI, 2012).

(35)

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.Rumah sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2009).

2.6.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Depkes RI (2009) rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

2.6.3 Klasifikasi Rumah Sakit

(36)

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi, 5 (lima) spesialis penunjang medik yaitu: pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi, 12 (dua belas) spesialis lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik dan 13 (tiga belas) subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

(37)

Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar :pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi dan 4 (empat) spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

2.7 Landasan Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : disadur dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2012

Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini mengkaji tentang indikator masukan pada aspek sumber daya manusia, mengacu

Masukan

- PKRS untuk Pasien - PKRS untuk Klien Sehat - PKRS Luar Gedung RS

Keluaran

(38)

kepada pendapat Notoatmodjo (2007) tentang pengetahuan dan sikap serta aspek keterampilan mengacu kepada pendapat Robbins (2000). Selanjutnya pada indikator proses pada aspek PKRS untuk pasien karena dilakukan terhadap pasien di Rindu B2 Bedah.

2.8 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa aspek keterampilan mengarah kepada keterampilan interpersonal (interpersonal skill) atau kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan secara mudah dan cermat, sedangkan pelaksanaan promosi kesehatan lebih mengarah kepada pencapaian program PKRS sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pengetahuan

- Pengetahuan tentang Edukasi Penyakit - Pengetahuan tentang Edukasi Perawatan - Pengetahuan tentang Edukasi Obat-obatan - Pengetahuan tentang Edukasi Makanan

Pelaksanaan Promosi Kesehatan pada Rindu B2 Bedah RSUP Adam Malik Sikap

- Sikap tentang Edukasi Penyakit - Sikap tentang Edukasi Perawatan - Sikap tentang Edukasi Obat-obatan - Sikap tentang Edukasi Makanan

Keterampilan

- Keterampilan Mengedukasi tentang Penyakit - Keterampilan Mengedukasi tentang Perawatan - Keterampilan Mengedukasi tentang

Obat-obatan

(39)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga simulasi yang dilakukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperoleh pola perilaku manusia yang rentan, Transmisi virus HAV, Penderita penyakit hepatitis

[r]

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Jaringan Sosial terus dan semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi internet dan dan

Kritik Islam terhadap konsep kesehatan reproduksi wanita dalam CEDAW berangkat dari perbedaan worldview Islam dengan worldview Barat. Islam sebagai sebuah bangunan

berikut :Diuretic Tiazid : merupakan golongan yang umum digunakan seluruh obat –obat golongan ini bekerja pada tubulus disatl ginjal dan memiliki efek...

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 31 Juli 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada aplikasi SPSE

[r]

Based on the results, the English teachers at senior high schools in Aceh Jaya generally implement various kinds of teaching methods including Grammar Translation Method,