• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyesuaian Atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32 Pojk.04 2014 Dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33 Pojk.04 2014"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan suatu kebutuhan dalam perekonomian modern. Di negara-negara dengan kondisi perekonomian yang telah maju, keberadaan pasar modal sebagaimana terwujud dalam kelembagaan bursa efek memegang peranan penting seperti halnya bank. Pasar modal menjadi petunjuk dan wadah bagi terjadinya interaksi di antara para usahawan dengan para investor melalui suatu kegiatan ekonomi.1

Selain itu pasar modal juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham pada perusahaan-perusahaan terbuka (go public), serta untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk pembiayaan pembangunan nasional.

Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan-perusahaan dalam bentuk go public akan memperoleh tambahan modal dari masyarakat pembeli saham melalui pasar modal. Hal ini berarti kebijakan go public telah ikut andil dalam membuka kesempatan yang lebih luas bagi tumbuhnya dunia usaha baru, yang pada gilirannya nanti juga akan dapat masuk kembali ke pasar modal dan menambah maraknya instrument bursa.

(2)

Di Indonesia sendiri, istilah pasar modal merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaknicapital market.2Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefiniskan “pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengen efek”. Sementara itu, secara teoritis pasar modal diartikan sebagai perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri

(stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities)maupun yang diterbitkan oleh perusahaan swasta(private authorities).3

Dari beberapa pengertian pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana yang akan dipergunakan untuk tujuan jangka panjang yakni berupa pengembangan usaha atau penambahan modal.4

Kepemilikan saham dalam perusahaan publik dapat dibandingkan dengan perseroan terbatas tertutup yang biasanya seluruh atau sebagian sahamnya hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu yang mungkin terbatas pada keluarga, kerabat dekat, teman,group, dan lain-lainnya. Namun apabila sebuah perseroan terbatas telah menjadi go public, maka atas saham-saham yang nantinya akanditerbitkan atau dikeluarkan atas keputusan para pemegang saham akan dijual kepada masyarakat umum melalui pasar modal.

2Ibid,hal. 207.

(3)

Dengan menjadi go public, maka komposisi pemegang saham akan ada pemegang saham terdahulu dan pemegang saham baru yang datang dari masyarakat umum yang disebut sebagai pemegang saham independen. Oleh sebab itu, perseroan terbatas terbuka atau go public harus mengedepankan prinsip keterbukaan atau

disclosure principle.5

“Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri.Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham”.6

“Prinsip keterbukaan tersebut setidaknya mempunyai 3 (tiga) fungsi antara lain :7

1. untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar; 2. untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien; 3. untuk mencegah penipuan.”

Sejalan dengan prinsip keterbukaan tersebut, dalam proses pelaksanaan pasar modal tersebut diperlukan adanya pembinaan, pengaturan serta pengawasan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat atau pemodal. Hal demikian secara tegas diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang secara tegas menyatakan bahwa “pembinaan, pengaturan dan pengawasan pasar modal ditujukan dalam rangka mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta mampu melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat”.

5Ibid,hal. 4.

6Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasal Modal,(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 1.

(4)

Pada awalnya penetapan kebijakan umum di bidang pasar modal yang berkaitan dengan kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan ekonomi makro ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sementara itu pelaksanaan pembinaan, pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan sehari-hari pasar modal dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

Seiring dengan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2011, salah satu fungsi pengaturan dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah terhadap kegiatan jasa keuangan di Pasar Modal. Tugas pengaturan dan pengawasan pasar modal serta lembaga keuangan non bank yang semula berada pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK) dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas baru.

“Perkembangan ekonomi saat ini, khususnya di bidang pasar modal, menuntut peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan (good corporate governance), dengan mempertimbangkan adanya perkembangan industri Pasar Modal dan tuntutan pemangku kepentingan atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tersebut, Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga pengawas pasar modal perlu dilakukan pengaturan terkait RUPS yang lebih melindungi hak pemegang saham.”8

“Selain itu salah satu aspek untuk melihat apakah Emiten atau Perusahaan Publik telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah melalui pemenuhan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris. Peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris, diharapkan akan membawa dampak positif pada keberlangsungan Emiten atau Perusahaan Publik mengingat pelaksanaan tata kelola yang baik ini dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap Direksi dan Dewan Komisaris dalam mengelola Emiten atau Perusahaan Publik.”9

(5)

Dalam mendukung upaya peningkatan pelaksanaan tata kelola perusahaan (good corporate governance), Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga pengawas pasar modal melakukan penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal terkait rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan komisaris, yakni dengan diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emitmen atau Perusahaan Publik.

Dengan diundangkannya kedua peraturan tersebut perseroan terbatas terbuka diharuskan untuk menyesuaikan kembali anggaran dasarnya sebagaimana bunyi Pasal 40 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Pasal 41 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 yakni “perusahaan terbuka dalam waktu 1 tahun setelah diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini wajib mengubah anggaran dasarnya sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini”.

(6)

terbuka serta tugas dan wewenang berikut tata cara pengangkatan dan pemberhentian dari direksi dan dewan komisaris emitmen atau perusahaan publik.

Sebelum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 diterbitkan terdapat beberapa peraturan perundang-undangan diluar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur terkait rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan komisaris bagi perseroan terbatas terbuka yakni:

1. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.1 Tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham;

2. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.6 Tentang Direksi dan Komisaris Emiten dan Perusahaan Publik; dan

3. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1Tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Emitmen dan Perusahaan Publik.

Dengan diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014, Otoritas Jasa Keuangan telah mencabut Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.1 dan Nomor IX.I.6 sebagaimana dalam pasal 41 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan pasal 43 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014.

(7)

permodalan, pengeluaran efek bersifat ekuitas, saham, penitipan kolektif dan lain sebagainya.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 dapat dikatakan merupakan penyempurnaan dari Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 karena dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 telah mengakomodir ketentuan baik yang telah ada dalam Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.J.1 maupun terhadap ketentuan baru terkait rapat umum pemegang saham, direksi dan dewan komisaris secara detail dan teknis.

Hal tersebut senada dengan namun Pasal 42 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 yang mana telah dinyatakan bahwa “ketentuan perundang-undangan lain terkait rapat umum pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris tetap berlaku bagi perusahaan terbuka sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini”.

(8)

mengecualikan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sepanjang tidak bertentangan dengan asas hukum perseroan.10

Dengan diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 tersebut jika dibandingkan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sudah dapat dipastikan terdapat perubahan ketentuan dalam peraturan tersebut yang akibat hukumnya perseroan terbatas terbuka harus menyesuaikan anggaran dasarnya terhadap kedua peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut.

Maka berdasarkan pertimbangan itu penulis merasa perlu dilakukan penelitian untuk memberikan analisis mengenai perbedaan-perbedaan ketentuan apa saja yang terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sehingga Otoritas Jasa Keuangan mengharuskan perusahaan terbatas terbuka untuk menyesuaikan anggaran dasarnya terhadap peraturan-peraturan tersebut.

Dari latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “Penyesuaian atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka pasca dikeluarkanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014”.

B. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

(9)

1. Bagaimana perubahan pengaturan mengenai penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham perseroan terbatas terbuka pasca diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014?

2. Bagaimana perubahan pengaturan mengenai direksi dan dewan komisaris pada perseroan terbatas terbuka pasca diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014?

3. Bagaimana konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perusahaan terbatas terbuka?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.11

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pengaturan mengenai penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham pasca diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014.

2. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pengaturan direksi dan dewan komisaris pasca Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014.

(10)

3. Untuk mengetahui dan memahami konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perseroan terbatas terbuka.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu hukum kenotariatan pada umumnya dan hukum perusahaan khususnya serta menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi tambahan pada program studi magister kenotariatan Universitas Sumetera Utara, khususnya dalam hal meninjau tentang penyesuaian anggaran dasar perseroan terbatas terbuka pasca dikeluarkannya peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

2. Secara Praktis a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pemerintah terutama lembaga terkait yakni Otoritas Jasa Keuangan serta dapat memberikan konstribusi bagi pemerintah dalam melakukan penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan tersebut.

b. Bagi Notaris

(11)

No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 serta implementasinya dalam anggaran dasar perseroan terbuka.

c. Bagi Masyarakat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pelaku usaha yang bergerak di pasar modal atau perseroan terbatas yang hendak merubah sifat perseroan dari tertutup menjadi terbuka serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai anggaran dasar perseroan terbatas tebuka memang banyak dilakukan. Akan tetapi, sejauh penulusuran yang telah dilakukan oleh penulis melalui media internet, penelitian mengenai “Penyesuaian atas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Terbuka pasca dikeluarkanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.

(12)

1. Laura Ginting, NIM. 057011044 dengan judul “Analisis Hukum Kedudukan RUPS Pada Perseroan Terbatas Dilihat dari Anggaran Dasar”. Pemasalahan yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengaturan RUPS di dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas?

b. Bagaimanakah pengaturan serta kedudukan hukum RUPS di dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas?

2. Treesna Sari Berliana Tobing, NIM. 067011102 dengan judul “Peran Notaris dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi (Penelaahan Terhadap Peraturan Perundang-undangan tentang Koperasi yang Berlaku di Indonesia Sebelum dan Sesudah Zaman Kemerdekaan)”.

Pemasalahan yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana peranan notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan tentang koperasi sebelum jaman kemerdekaan? b. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh notaris dalam pembuatan akta

pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi? c. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang

(13)

3. Martha Uliana Simanjuntak, NIM. 137011149 dengan judul “Tinjauan Yuridis Tata Cara Permohonan Pengesahan Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014. Pemasalahan yang dibahas dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah praktek pelaksanaan pemesanan nama pembuatan akta pendirian, pengesahan dan perubahan anggaran dasar setelah berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014?

b. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan tata cara pengesahan dan perubahan anggaran dasar setelah adanya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014?

c. Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap nama perseroan terbatas yang telah dipesan serta pengesahan akta pendirian berikut perubahan yang diajukan oleh notaris selaku pemohoan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia?

(14)

No.33/POJK.04/2014” belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pengertian dari Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi”12 dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenerannya. Suatu hal yang semula tampak bagaikan cerita cerai berai tanpa makna, melalui pemahaman secara teori dapat dilihat sebagai sesuatu cara yang lain, sesuatu yang mempunyai wujud yang baru dan bermakna.13

Menurut M. Solly Lubis “kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian”.14

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan yang akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran, apalagi dalam penelitian-penelitian yang berhubungan dengan displin ilmu hukum yang membutuhkan teori guna menganalisi masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut.

“Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang menganalisis secara kritis dalam prespektif interdispliner, dari berbagai aspek perwujudan (fenomena) hukum secara tersendiri atau menyeluruh baik dalam konsepsi teoritis maupun

12M. Hisyam,Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial,(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal. 203.

13Satjipto Rahardjo,Sosiologi Hukum,(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hal. 1.

(15)

dalam pelaksanaan praktis dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan uraian yang lebih jelas tentang bahan-bahan yuridis ini.”15

Perkembangan ilmu hukum tidak lepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas dari teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori para ahli hukum yang ditafsirkan dalam bahasa dan pola pemikiran para ahli hukum itu sendiri.16

“Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya; b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,

membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi;

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti; d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh

karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkini factor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang; e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan

pada pengetahuan peneliti.”17

Kerangka teori utama yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah teori positivisme hukum.

“Menurut H.L.A. Hart, arti dari positivisme hukum adalah antara lain: 1. Hukum adalah perintah

2. Analisis terhadap konsep-konsep hukum adalah usaha yang berharga untuk dilakukan. Analisis yang demikian ini berbeda dari studi sosiologis dan historis serta berlainan pula dari suatu penilaian kritis.

15Sudikno Mertokusumo,Teori Hukum,(Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2012), hal. 87. 16 W. Friedmann,Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 2.

(16)

3. Keputusan-keputusan dapat dideduksikan secara logis dari peraturan-peraturan yang sudah ada terlebih dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada tujuan-tujuan sosial, kebijakan serta moralitas.

4. Penghukuman (judgement) secara moral tidak dapat ditegakkan dan dipertahankan oleh penalaran rasional, pembuktian atau pengujian.

5. Hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positum, harus senantiasa dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, yang diinginkan.”18 Dalam kaca mata teori positivisme hukum ini, “tiada hukum lain kecuali perintah penguasa atau inti aliran hukum positif ini menyatakan bahwa norma hukum adalah sah apabila ia ditetapkan oleh lembaga atau otoritas yang berwenang dan didasarkan pada aturan yang lebih tinggi bukan digantungkan pada nilai moral.”19

“Aliran positivisme ini sangat mengagungkan hukum tertulis, sehingga aliran ini beranggapan bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif, semua persoalan masyarakat diatur dalam hukum tertulis.”20

Teori yang digunakan selanjutnya adalah “Command Theory” dari John Austin. Menurut John Austin hukum terdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu:

a. “Command (perintah), yaitu bahwa Hukum adalah perintah.

b. Obligation (kewajiban), yaitu setiap orang tanpa terkecuali harus menaati hukum.

c. Sanction (sanksi), yaitu setiap orang yang tidak menaati hukum akan dikenakan hukuman.

d. Sovereignity (kedaulatan), dalam arti adanya kedaulatan dari pihak pembuat Undang-Undang.”21

Dalam the Command Theory, menurut John Austin, dikatakan bahwa “Law is the command of the sovereign, which is backed by threat of sanction

18H.L.A. Hart,The Concept of Law,(Oxford: Oxford University Press, 1982), hal. 202-207. 19Muhammad Erwin,Filsafat Hukum: refleksi kritis terhadap hukum,(Jakarta: Rajagrafindo, 2012), hal. 154.

20Ibid,hal. 155.

(17)

in the event of non compliance.”22yang artinya bahwa hukum adalahperintah dari yang berdaulat, yang didukung oleh ancaman sanksi dalam hal non

compliance.

Dalam kaitannya dengan pembahasan permasalahan dalam penelitian ini bahwa pada hakikatnya perlaksanaan tugas dan wewenang dari masing-masing organ perseroan yakni Rapat Umum Pemegang Saham, direksi dan dewan komisaris harus dilakukan berdasarkan pada hukum yakni Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014. Menurut teori ini juga bahwa setiap ketentuan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 adalah merupakan perintah yang wajib dilaksanakan oleh setiap organ-organ perseroan tanpa terkecuali dan atas setiap pelanggaran akan terdapat hukuman atau sanksi.

2. Konsepsi

Peranan konsep dalam penelitan adalah untuk menggabungkan dunia teori dan observasi, antar abstraksi dan realitas.”23

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus, yang disebut dengan definisi operasional

(18)

(operational definition).24 Oleh karena itu, kerangka konsepsi merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoriti yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian.25

Dalam rangka melakukan penelitian ini, perlu di susun beberapa konsep yang dipergunakan dalam penulisan ini guna untuk persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan memahami serta untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Definisi dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Perseroan Terbatas berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

b. Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.26

c. “Anggaran Dasar merupakan dokumen yang berisi aturan internal serta mengenai kekuasaan dan hak-hak yang dapat dilakukan pengurus perseroan atau organ perseroan.”27

(19)

d. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.

e. Pasar Modal berdasarkan pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

f. Notaris berdasarkan pasal 1 angka 1 jo. Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, antara lain mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang.

g. Penyesuaian anggaran dasar adalah perubahan atas keseluruhan anggaran dasar perseroan terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

(20)

h. “Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar.”28 i. “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.”29

j. “Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.”30

G. Metodologi Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan hati-hati, sistematis, serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab masalah.”31

Dalam melakukan suatau penelitian diperlukan adanya peranan metodologi. Metodologi yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk menilai baik buruknya suatu penelitian.Metodologi itulah yang menetapkan alur

(21)

kegiatan, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang diperoleh dalam penelitian itu.32

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif karena tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami perbedaan serta kedudukan antara Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014.

Dalam metode penelitian hukum normatif sendiri terdapat banyak jenisnya. Salah satu yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal. Dalam penelitian ini dilihat sejauh mana hukum positif tertulis itu sinkron atau serasi satu sama lainnya baik secara vertikal dan horizontal. Dikatakan serasi secara vertikal yakni dengan melihat apakah suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak saling bertentangan antara satu dengan lain apabila dilihat dari sudut vertikal atau hierarki peraturan perundang-undangan sedangkan dikatakan serasi secara horizontal apabila yang ditinjau adalah peraturan perundang-undangan yang kedudukannya sederajat dan yang mengatur bidang yang sama.33

Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analisis.Dikatakan bersifat deskriptif dikarenakan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara

32

Tampil Anshari Siregar,Metodologi Penelitian Hukum,(Medan: Multi Grafika, 2004), hal. 15.

(22)

rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisa secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.34

Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang-undangan mengenai perbedaan dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 dan No.33/POJK.04/2014 serta konsekuensi hukum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.O4/2014 dan No.33/POJK.04/2014 terhadap anggaran dasar perseroan terbatas terbuka diperlukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, asas-asas hukum, dan kaedah hukum mengenai perseroan terbatas terbuka dan jabatan Notaris.

2. Jenis Data dan Bahan Hukum

Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.35

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : a. Bahan hukum primer yang terdiri dari:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

34Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20,(Bandung: PT Alumni, 1994), hal. 101.

(23)

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

4. Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; 6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana

dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Terbuka.

b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, dokumen-dokumen dan buku-buku serta pendapat para ahli yang termuat dalam literatur, artikel, media cetak maupun elektronik. c. Bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus hukum, ensiklopedia yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research).

(24)

konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.36

Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, khusunya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014, buku-buku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini, artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, Makalah ilmiah, ataupun yang termuat dalam data elektronik seperti pada website, dan sebagainya maupun dalam bentuk dokumen atau putusan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian analisis data sangat diperlukan agar dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti.“ Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengatur urutan data ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.37

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif,38 yaitu dengan menggunakan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang 36Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hal. 39.

37Lexy J.Moleong,Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 101.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tentang: - bentuk struktur sosial. dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kewirausahaan dan strategi kewirausahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan berwirausaha amggota

9 Memahami bentuk dan makna kata, frase, kalimat sederhana sesuai dengan unsur kebahasaan dan terkait topik: ناﻮﻟﻷا. baik secara lisan

Jadi dapat disimpulkan bahwa ”Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Koorperatif Course Review Horay Dengan Pembelajaran Konvensional Pada

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO (The Effect Of Progressive Muscle Relaxation To Insomnia On The

Geçen sürenin kısalığına rağmen 1971 Türkiye’si bile 1970 Türkiye’si değildir. İn­ sanlar ve sorunlar dış yüzeyleriyle aynı insan­ lar ve sorunlar da

Mangrove merupakan nursery ground (tempat pembesaran) dan spawning ground (tempat pemijahan) bagi beragam jenis biota air seperti ikan, sehingga perlu mengetahui keterkaitan