• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Rawat Inap Tahun 2014 di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Rawat Inap Tahun 2014 di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

36

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2004). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 56.

Anonim, (2010). Sekilas Informasi RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjung Balai. www.rumah-sakit.findthebest.co.id/1/129/RS-Bprsu-Dr-Tengku-Mansyur. Diakses tanggal 22 agustus 2015.

DepKes RI. (2003). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id

DepKes RI. (2004). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id

DepKes RI. (2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id

Djojoningrat D. (2005). Dispepsia Fungsional. Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 55, No.3 Halaman. 219-220.

Djojoningrat D. (2009). Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Halaman. 441-531.

Goodman dan Gilman (2008). Manual of Pharmacology and Therapeutics. The Mc Graw-Hill Companies. Halaman 623.

Harahap Y. (2009). Karakteristik Penderita Dispsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007. Skripsi FKM Universitas Sumatera Utara, Medan.

Herman, R.B, (2004). Fisiologi Pencernaan Untuk Kedokteran, Andalas Universitas Press, Padang.

Jones R., dan Lydeard S. (2008), Prevalence Of Symtoms Of Dyspepsia In The Community, Departement Of Primary Medical Care, University Of Sauthampton. (online), (http;lib.bioinfo.pl/med) Diakses 02 Januari 2015.

Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta. Halaman 542, 544, 546.

Kusumobroto H. (2003). Pendekatan Terkini Penderita Dengan Dispepsia Pusat Gastrohepatologi. FK UNAIR RSUD Sutomo Surabaya. Pertemuan ilmiah tahunan PAPDI Surakarta.

Medicastore. (2011), Sistem Pencernaan, Yrama Widya, Bandung

(2)

37

Menteri Kesehatan RI. (2014). Standart Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman: 3.

Monkemuller K, Malfertheiner P. (2006), Drug Treatment Of Functional Dyspepsia. World Journal of Gastroenterology; 12(17): 2694-2700.

Rani A.A, Fauzi A. (2009), Infeksi Halicobacter Pylori Dan Penyakit Gastroduodenal. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Halaman. 503-504.

Ratnasari N. (2012), Dispepsia Kronis. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Jan-Feb 2012. Mediaefkagama. Yogyakarta: FK UGM. Halaman 22.

Sayogo S. (2007), Giji Remaja Putri, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia, FKUI. Jakarta.

Setyono J. (2006). Karakteristik Pasien Dispepsia di RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Sudirman.Vol. 1. No. 1.

Sianturi C. (2006), Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2001-2004. Skripsi FKM Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sumantomo B. (2006). Perbandingan Bioavaibilitas Dalam Sediaan Generik dan Paten Secara In Vitro. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Surahman E., Mandalas, E., dan Kardinah, E.I. (2008). Evalusi Penggunaan Sediaan Farmasi Intravena Untuk Penyakit Infeksi Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 5(1): 31.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 14, 18-19.

Wardaniati I. (2011), Gambaran Terapi Kombinasi Ranitidin Dengan Sukralfat dan Ranitidin Dengan Antasida Dalam Pengobatan Gastritis Di SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Mochtar Bukit Tinggi. Artikel Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

WHO. (2007). Scaling Up Prevention and Control of Non-Communicable Disease. The SEANET-NCD Meeting, 22-26 Oktober 2007, Phuket, Thailand. Http://www.searo.who.int/

Wibawa, D.N. (2006). Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia. Ilmu Penyakit Dalam FK Uhud/RS Sanglah, Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis agar terapi pengobatan yang dilakukan.. bisa tepat sehingga mendapatkan keberhasilan dalam pengobatan dan

penyakit merupakan klasifikasi yang penting, sebab dapat digunakan dalam.. rencana pengobatan serta penatalaksaanaan terapi dalam jangka waktu

Pada pemberian pengobatan kombinasi dapat diberikan kombinasi antara aspilet dan klopidogrel dengan dosis dan ketentuan yang sesuai dengan referensi (PERDOSSI, 2011)..

Obat golongan antagonis H2 bloker yaitu ranitidin yang digunakan pada pasien gastritis dan dispepsia sebanyak 39 pasien dengan persentase 16.74% hasil ini

Terapi farmakologi ulkus peptikum terdiri dari monoterapi dan terapi kombinasi, untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana pengobatan pada pasien yang

Dan juga sejalan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2011) tentang pola pengobatan pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Raden Mattaher

Sebagian besar pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol dengan terapi tunggal, sedangkan biaya pengobatan semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga

Penggunaan terapi obat dispepsia digunakan sebagai kombinasi untuk mengurangi kumpulan keluhan/gejala-gejala klinis (sindrom) yang timbul pada dispepsia yang