BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tomat merupakan salah satu sayuran yang populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia. Hal ini disebabkan karena tomat lezat, mudah dicerna dan warna cerahnya merangsang nafsu makan [1]. Tomat dan produk tomat kaya
sumber vitamin C dan A, likopen, β - karoten, lutein, lektin, dan berbagai senyawa
fenolik seperti flavonoid dan asam fenolat. Tomat kaya akan folat, kalium, serat,
dan protein, tetapi rendah lemak dan kalori, serta bebas kolesterol [2].
Masalah utama tomat setelah dipanen adalah sifatnya yang mudah rusak oleh pengaruh mekanis serta kandungan air yang tinggi, sehingga memungkinkan adanya aktivitas enzim dan mikroorganisme pembusuk. Kulit buah tomat sangat
mudah mengalami kerusakan karena goresan atau gesekan sehingga diperlukan penanganan pasca panen yang benar, agar sesampainya di tangan konsumen buah tomat tetap dalam keadaan matang segar dengan warna yang menarik serta mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi [3]. Buah tomat setelah matang sempurna akan cepat menjadi rusak/busuk yakni setelah 3-4 hari penyimpanan pada suhu kamar sehingga tanpa adanya penanganan khusus umur simpan buah tomat relatif singkat/pendek [4].
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman hortikultura utama dengan perkiraan produksi global lebih dari 120 juta metrik ton [5], sedangkan produksi tomat di Indonesia yaitu 893.504 ton pada tahun 2012 [6]. Tomat biasanya dikonsumsi pada kualitas organoleptik maksimumnya, yang terjadi ketika telah tercapai warna merah seluruhnya tetapi sebelum pelunakan berlebihan [7]. Karena produksi yang melimpah dan laju pembusukan yang besar, maka banyak buah tomat yang terbuang dengan begitu saja karena tidak dapat dimanfaatkan lebih lanjut ketika telah terjadi pembusukan.
Likopen, pigmen karotenoid merah pada tomat dan produk berbasis tomat, merupakan bentuk asiklik dari beta-karoten tanpa aktivitas provitamin A. Likopen
jantung koroner dan penyakit kronis lainnya [8]. Tomat dan makanan berbasis
tomat adalah sumber utama likopen dan dianggap sebagai kontributor penting karotenoid untuk makanan. Sumber-sumber likopen lain adalah semangka, jambu biji, pepaya, dan jeruk [9].
Salah satu karakteristik utama dari pematangan buah tomat adalah akumulasi secara besar-besaran karotenoid (terutama likopen) [10]. Sintesis pigmen pada tomat berkaitan dengan proses pematangan, dan warna merah pada buah merupakan hasil dari akumulasi likopen. Tingkat likopen buah tomat ditentukan dari potensi genetik jenisnya dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan cahaya. Selama periode pematangan, komposisi likopen pada buah meningkat tajam [11].
Likopen telah diekstraksi dari bermacam buah dan beri. Pertama kali dilakukan isolasi dari Tamus communis oleh Harsten pada tahun 1873 [12]. Seluruh likopen yang terekstraksi tidak murni sehingga harus dimurnikan dan distabilkan [8]. Banyak teknik yang berbeda seperti ekstraksi dengan pelarut yang konvensional [13] dan ekstraksi fluida superkritik (SFE) yang telah digunakan untuk ekstraksi likopen dari Lycopersicum esculentum [14]. Untuk isolasi dan
Berikut adalah daftar penelitian sebelumnya tentang ekstraksi likopen dari buah tomat. Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sebelumnya Tentang Ekstraksi Likopen dari Buah Tomat
No. Peneliti Judul Bahan Baku dan
Pelarut
Metode Hasil Penelitian
1. Maulida dan Naufal, terbaik pada suhu 70 ºC.
Waktu ekstraksi yang paling optimum adalah 90 menit dengan likopen yang terekstrak sebesar 40,15%.
2. Myong-Kyun Roh, Min-Hee Jeon, Jin-Nam Moon, Woi-Sook Moon,
Sun-Mee Park dan Jae-Suk Choi (2013)
A Simple Method For The Isolation of
Lycopene From
Hasil yield ekstraksi:
Dari penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ekstraksi likopen dari buah
tomat (Lycopersicum esculentum) menggunakan metode kristalisasi antisolvent menghasilkan rendemen (yield) likopen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekstraksi cair-cair ataupun dengan metode lain. Selain dari pada itu, di Indonesia masih jarang digunakan metode kristalisasi antisolvent untuk mengekstraksi likopen dari buah tomat untuk menghasilkan yield ekstrak yang lebih tinggi dan juga masih kurangnya penggunaan buah tomat yang telah matang dan hampir membusuk. Oleh sebab itu digunakan buah tomat yang telah matang dan hampir membusuk dalam penelitian ini dengan metode kristalisasi antisolvent untuk memperoleh kandungan ekstrak likopen yang tinggi.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) serta jenis pelarut terhadap ekstraksi likopen dari buah tomat (Lycopersicum
esculentum) terhadap rendemen likopen yang terekstrak.
2. Bagaimana pengaruh penambahan metanol dan etanol sebagai antisolvent
pada tahap kristalisasi likopen, terhadap rendemen likopen yang terekstrak.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S), jenis antisolvent, serta jenis pelarut terhadap ekstraksi likopen dari buah tomat (Lycopersicum esculentum) menggunakan pelarut heksana dan etil asetat dengan metode kristalisasi.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Meningkatkan nilai ekonomis buah tomat (Lycopersicum esculentum) sebagai sumber likopen.
2. Meningkatkan yield dari ekstraksi likopen dengan menggunakan metode kristalisasi antisolvent.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan adalah jus buah tomat yang lewat matang.
2. Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi cair-cair dilanjutkan dengan kristalisasi antisolvent.
3. Variabel penelitian adalah perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) dan variasi antisolvent adalah sebagai berikut:
Variabel tetap : Temperatur = 65 oC Volume Sampel = 150 ml Volume Antisolvent = 100 ml Kecepatan pengadukan = 7 rpm Variabel berubah tahap ekstraksi :
Jenis pelarut tunggal : heksana dan etil asetat
Perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5; 1:4; 1:4,5 Variabel berubah tahap kristalisasi :
Jenis antisolvent : Metanol dan Etanol 4. Parameter pengujian adalah :