• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama Hindu Artikel ini adalah bagian da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Agama Hindu Artikel ini adalah bagian da"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Agama Hindu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini adalah bagian dari seri

Agama Hindu

Topik

Mitologi ·Kosmologi ·Dewa-Dewi Sejarah

Sejarah agama Hindu · Sejarah agama Hindu di Nusantara

Lima keyakinan dasar Brahman ·Atman ·Karmaphala ·

Samsara ·Moksa Filsafat

Samkhya ·Yoga ·Mimamsa · Nyaya ·Waisiseka ·Wedanta

Susastra

Weda ·Samhita ·Brāhmana · Aranyaka ·Upanisad

Hari Raya

Galungan ·Kuningan ·Saraswati · Pagerwesi ·Nyepi ·Siwaratri

Kumpulan artikel tentang Hindu

lihat

bicara

sunting

(2)

Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma सननातनधरर "Kebenaran Abadi" [1]), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.[2][3] Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[4]

Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).

Etimologi

Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). [5] Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.[rujukan?]

Keyakinan dalam Hindu

Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:

1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya

2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk

(3)

4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)

5. Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia

Widhi Tattwa

Omkara. Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan

Sang Pencipta".

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Brahman

Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita

Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan[6].

Atma Tattwa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atman

Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa[7].

Karmaphala

(4)

Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi)[8].

Punarbhawa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Samsara

Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).

Mokhsa

Varanasi di Sungai Gangga, sungai suci Hindu. Varanasi menarik ribuan umat Hindu setiap tahun.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Moksa

(5)

Konsep ketuhanan

Salah satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia adalah konsep

Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu untuk memuja Brahman atau "Tuhan Sang Penguasa".

Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempatkan sesaji di tempat suci

(6)

Kuil Hindu di caldeira Bromo, pegunungan Tengger, Jawa Timur

Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang

menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.[9] Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme.

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.

Monoteisme

Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.

Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.

(7)

Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.

Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun[10], ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

Ateisme

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ateisme dalam Hindu

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab[11]. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di Indonesia.

Konsep lainnya

Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber informasi.

Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh[12]. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam Weda.

(8)

Jalan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha

(Arjuna)[13]

Pustaka suci

Kuil Akshardham di New Delhi, India adalah terbesar di dunia candi Hindu

Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Weda.

Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.

Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.

Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah

kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,

Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya

(9)

Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah

kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab

tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum,

sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.

Kitab Regweda dalam aksara Dewanagari dari abad ke-19.

Weda

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Weda

Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan". Para Maha Rsi yang menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh Maha Rsi tersebut yakni:

1. Resi Gritsamada

2. Resi Wasista

3. Resi Atri

4. Resi Wiswamitra

5. Resi Wamadewa

6. Resi Bharadwaja

(10)

Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan Bagawan Sumantu.

Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Regweda Samhita

2. Ayurweda Samhita

3. Samaweda Samhita

4. Atharwaweda Samhita

Keempat kitab tersebut disebut "Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".

Bhagawadgita

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bhagawadgita

Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang. Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama.

Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.

(11)

Salah satu ilustrasi dalam kitab Warahapurana.

Sebuah ilustrasi dalam kitab Mahabharata, salah satu Itihasa (wiracarita Hindu).

Purana

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Purana

Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni:

1. Matsyapurana

2. Wisnupurana

3. Bhagawatapurana

4. Warahapurana

5. Wamanapurana

6. Markandeyapurana

1. Garudapurana

2. Linggapurana

3. Padmapurana

4. Skandapurana

5. Bhawisyapurana

(12)

7. Bayupurana

8. Agnipurana

9. Naradapurana

7. Brahmandapurana

8. Brahmawaiwartapuran a

9. Kurmapurana

Itihasa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Itihasa

Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab Itihasa disusun oleh para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.

Kitab lainnya

Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena

memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.

Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim.

(13)

Ritual Keagamaan Hindu di Candi Prambanan, Yogyakarta, Indonesia.

Dalam agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui

penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).

Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma (Ahimsa) yang kekal abadi.

Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu[14]. Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia telah mencapai kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu Tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau ke mana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.

Enam filsafat Hindu

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Filsafat Hindu

Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut yaitu: Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu. Kelompok Nastika umumnya kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab Weda belum tergenapi. Hindu baru muncul selah adanya kelompok Astika. Kedua kelompok tersebut antara Astika dan Nastika merupakan kelompok yang sangat berbeda (Nastika bukanlah Hindu).[rujukan?]

(14)

Kelompok Astika yang ajarannya tidak bersumber langsung kepada

(15)

atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.

Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep Hindu

Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari. Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajña, sistem Catur Warna (kasta), pemujaan terhadap Dewa-Dewi, Trihitakarana, dan lain-lain.

Dewa-Dewi Hindu

Pelaksanaan Ngaben di Ubud, Bali

Artikel utama: Dewa dalam konsep Hinduisme

Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah: Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti. Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa

(16)

Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.

Sistem Catur Warna (Golongan Masyarakat)

Artikel utama: Sistem Golongan Masyarakat dalam Hinduisme

Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

 Brāhmana : golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan

rohaniwan

 Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara

 Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi

 Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas

Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya.

Pelaksanaan ritual (Yajña)

Atikel utama: Yajña

Dalam ajaran Hindu, Yajña merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa untuk memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seorang umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan kepada leluhur (Pitra Yadnya).

Sekte (aliran) dalam Hindu

(17)

Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali, sekte Bhairawa dan Sekte - Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling baik/bagus.

Toleransi umat Hindu

Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran, yang mana di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:

Sanskerta: एकमम सतम ववपमरर: बहहधर वदवनत

Alihaksara: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti

Cara baca dalam bahasa Indonesia: Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti

Bahasa Indonesia: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan banyak nama."

Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)

Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci mereka sebagai berikut:

samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah

ye bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham

(Bhagawadgita, IX:29)

Arti:

Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.

Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi.

(18)

Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham,

mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah

(Bhagawadgita, 4:11)

Arti:

Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,

Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku

dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)

Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati,

tasya tasyācalām śraddhām tām eva vidadhāmy aham

(Bhagawadgita, 7:21)

Arti:

Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang,

Aku perlakukan mereka sama dan

Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap

(19)

ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitāḥ

te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam

(Bhagawadgita, IX:23)

Arti:

Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya

sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya

dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna)

Pemeluk agama Hindu juga mengenal arti Ahimsa dan "Satya Jayate Anertam". Mereka diharapkan tidak suka (tidak boleh) membunuh secara biadab tapi untuk kehidupan pembunuhan dilakukan kepada binatang berbisa (nyamuk) untuk makanan sesuai swadarmanya, dan diminta jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Catatan kaki

1. ^ Hindu juga dikenal dengan Hindū Dharma atau Vaidika-Dharma

dalam beberapa bahasa India modern, seperti bahasa Hindi, Bahasa Bengali,

dan beberapa turunan Bahasa Indo-Arya, juga beberapa dialek Bahasa

Dravida seperti Bahasa Tamil dan Bahasa Kannada

2. ^"Hinduism and the Clash of Civilizations" oleh David Frawley, Voice of India, 2001. ISBN 81-85990-72-7

3. ^Religion: Hinduism - National Geographic

4. ^Major Religions of the World Ranked by Number of Adherents, Adherents.com (data 2005)

5. ^"Meaning of Hindu"

6. ^ "Bhagawadgita" menurut aslinya, oleh: Om A. C. B. S. Prabhupada

7. ^ I Ketut Sukartha, dkk, "Widya Dharma Agama Hindu". Penerbit:

Ganeça Exact

8. ^ Cudamani, "Karmaphala dan Reinkarnasi". Penerbit: Hanuman Sakti

9. ^ Ngakan Made Madrasuta, "Saya beragama Hindu". Penerbit: T.U.

Warta Hindu Dharma, Denpasar

10. ^ F.V. Bhaskara & Harry Isman, "Kamus populer lengkap". Penerbit:

(20)

11. ^ I Gusti Agung Oka, "Slokantara"

12. ^ Gede Puja, "Theologi Hindu", Yayasan Dharma Sarathi, Jakarta, 1992

13. ^ "Bhagawadgita". Bab IV sloka 11

14. ^ Bhagawadgita. Bab IV sloka 7-8

Belajar Agama Hindu

Agama Kita Apa ? HINDU ! Ajaran Kita Disebut ? DHARMA ! Kitab Suci Kita Adalah ? WEDA ! Tuhan Kita Berapa ? SATU !!! NamaNYA Ada Berapa ? BANYAK !

Vyasa , atau dalam bahasa Indonesia : Rsi Abiyasa

Beliau saat muda bernama Krisna Dvipayana, dan saat beliau menjadi seorang Rsi, beliau mengkodifikasi Veda ke dalam 4 buah buku yang disebut Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda dan Atharva Veda.

Saat melakukan hal tersebut, Beliau bernama Vyasa.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Para Bhagavan : Hidup diantara manusia, namun menunjukkan sifat-sifat Ketuhanan / Kedewataan

Bhagavan adalah Beliau yang berwujudannya sebagai manusia, namum memiliki dan menunjukkan sifat-sifat kedewataan, selama beliau hidup diantara umat manusia.

Beliau yang sering disebut Bhagavan, terutama oleh umat yang menjadikannya sebagai Ishta Devata (Devata pujaan pribadi), antara lain :

1. Sri Krisna

2. Mahavira

(21)

4. Shri Swaminarayan

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

3 hal yang sebaiknya dipelajari seorang Hindu

Belajar agama Hindu sangat mudah. Ingat saja, bahwa ada 3 hal yang perlu dipelajari.

1. Pengetahuan Agama (Tatwa) : seperti Siapakah Tuhan, Siapakah Atman, Apakah Karma, Apakah Moksa, dan apakah Reinkarnasi.

2. Budi pekerti luhur (Susila) : mengapa sifat tidak menyakiti (Ahimsa), tidak marah (Akrodha), tidak takut (Abhaya), dll semuanya penting ? Apasajakah ajaran-ajaran Susila, dalam agama Hindu ?

3. Sembahyang (Upacara) : Mempersembahkan hasil karya kita kepada Tuhan, Mengucapkan mantram Gayatri, mengulang-ulang Nama Tuhan, dll

Pernah seorang penulis mengumpamakan ketiganya, dengan sebutir telur. Yaitu sbb : Tatwa bagaikan kuning telur. Susila bagaikan putih telur. Dan Bersembahyang, bagaikan kulit telur. (Ketiganya sama-sama penting, bilamana salah satu diantaranya rusak / tercela, maka

keseluruhannya akan rusak).

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Tempat Ibadah Kita

Tempat sembahyang kita disebut berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Di Bali, namanya Pura. Di India namanya Mandir. Di Jawa namanya Candi.

Siapapun boleh memasuki tempat suci dan bersembahyang. Namun sesuai tradisi Hindu di Bali, Wanita yang sedang menstruasi tidak diperkenankan masuk ke dalam pura. Demikian pula, sesuai tradisi, mereka yang sedang berduka cita (karena ada keluarga yg meninggal), tidak diperkenankan memasuki Pura, sampai dengan jenasah yg meninggal, di kuburkan / dikremasikan.

(22)

kosong. Mengapa kosong / mengapa tidak diukir Arca / Murti ? Karena dalam tradisi Hindu Bali, Tuhan disebut dengan Acintya (tidak terpikirkan).

Orang memasuki Pura, dengan tujuan untuk bersembahyang. Karenanya, penting untuk menjaga kekhusukan dan konsentrasi, agar umat lain yang sedang

bersembahyang tidak terganggu.

Umumnya etika di Pura adalah :

1. Tidak bertengkar / bersenda gurau tatkala sedang duduk di utama mandala (area di dalam pura).

2. Tidak bertelpon / ber-sms, dll yg sejenisnya.

3. Mengenakan pakaian yang bersih dan sopan (umumnya umat menggunakan kain / celana / rok panjang). Umumnya umat tidak melakukan puja dengan celana / rok pendek, atau dengan baju you-can-see.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Tuhan, Om, Hyang Widhi, Brahman, Siva, Narayana.

Tuhan kita Satu, ia adalah kebenaran yang tiada duanya.

(23)

Tuhan kita Satu, tapi oleh para MahaRsi Beliau disebut dengan nama berbeda-beda.

Lagi-lagi, kita diajarkan oleh Veda bahwa meskipun nama Beliau banyak, Beliau adalah satu. Dalam Veda hal ini disebutkan sebagai berikut : Ekam Sat Vipra Bahuda Vadanti.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Kitab suci kita

Kitab suci kita adalah Veda (di Indonesia disebut Weda, karena orang Indonesia jaman dulu tidak bisa mengucapkan huruf V (termasuk huruf F). (Baik orang Sunda, Jawa, maupun Bali)

Weda terbagi dalam 4 buah buku (Reg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda).

Sama Veda sebagian besar merupakan cara pengucapan penuh melodi, atas kitab Reg Veda dan Yajur Veda).

Ingat, kitab suci kita apa ? Reg Veda, Yajur Veda, Sama Veda dan Atharva Veda. Semuanya di sebut Catur Veda. Semuanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang mendasari semua kitab-kitab Hindu lainnya.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Mari Belajar Bersama

Kita akan belajar bersama-sama, mengenai :

1. Sembahyang.

2. Ajaran Dharma.

3. Kitab Suci kita.

4. Tuhan kita.

5. Tempat ibadah kita.

6. Para Bhagavan : Sri Krisna, Buddha, Mahavira, Sri Satya Sai Baba, Shri Swaminarayan

(24)

8. Para Guru Agung di masa lampau.

9. Para Guru Agung di masa modern.

10.Para Cendekiawan Hindu.

11.Warisan budaya Hindu.

12.Terbesar di Agama Hindu.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Sembahyang 5 : Tirulah Rajinnya Rohaniawan Bersembahyang

(Ida Pedanda ngaturan Bhakti ring Ida Sang Hyang Widhi)

Kids, cita-citamu jadi pelukis ya ? That's good. Tapi kamu harus tetap rajin sembahyang.

(25)

Tapi, untuk rajin sembahyang, kamu harus favoritkan seorang Ida Pedanda. Beliau sangat rajin sembahyang.

Beliau bangun pagi ingat Tuhan. Beliau bersih, dan baik hati. Beliau

berpengetahuan tinggi, tapi rendah hati. Terlepas dari itu semua, Beliau, Ida Pedanda, sangat rajin sembahyang.

Kamu tidak perlu jadi Pedanda kalau bukan itu cita-citamu Kids.

Tapi jangan kurang dari Beliau, dalam rajin sembahyangmu.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Sembahyang 4 : Doa Sebelum Belajar

hey Kids,

apakah kamu berdoa dulu sebelum belajar ? Khan kamu tahu kalau sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan adalah Tuhan ? Sebaiknya kita sembahyang kepada Beliau sebelum belajar, bukan ?

(26)

Sarasvati adalah aspek feminim dari fungsi Tuhan sebagai pencipta. Sarasvati-Brahma). Dalam tradisi Hindu, kita tidak dilarang untuk mengekspresikan kecintaan dan rasa hormat dan rasa kagum dan rasa tunduk dan rasa kerinduan padaNYA, dalam bentuk Gambar, Arca, Patung, Ukiran, Nama, Pencitraan.

Dalam agama kita, itu bukan dosa. Kamu boleh menggambar Sarasvati, asal kamu melakukannya dengan rasa hormat, dan kamu membayangkan Tuhan.

Ucapkanlah doa berikut ini, sebelum mulai belajar :

Om Sarasvati Namastubhyam Varade Kamarupini

Vidyarambam Karisyami Siddhirbhavantu me Saddha.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Sembahyang 3 : Panca Sembah

Kids, jangan malas belajar Panca Sembah ya.

Khan kalian selalu datang ke Pura setiap odalan, dan Purnama, dan kadang-kadang Tilem, dan di Pura kalian dipandu oleh Pemangku untuk Panca Sembah, khan ?

Nah, masa dipandu terus sih ? Khan malu kalau sudah besar masih belum hafal ?

Ini mantram panca sembah. Saya salin dari website seorang pemuda dharma yg baik hati.

Hafalkan ya. Santai saja.. tidak sulit.

Sembah Pertama :

Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha

(27)

Om Brahma Wisnu Iswara Dewam Jiwatmanam Trilokanam

Sarwa Jagat Pratisthanam Sarwa Roga Wimurcitam Sarwa Lara Winasanam Sarwa Wighna Winasanam Wighna Desa Winasanam

Sembah Keempat :

Om anugraha manoharam dewa dattà nugrahaka arcanam sarwà pùjanam namah sarwà nugrahaka Dewa-dewi mahàsiddhi yajñanya nirmalàtmaka laksmi siddhisca dirghàyuh nirwighna sukha wrddisca

Sembah Kelima :

Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.

Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om

Untuk terjemahan mantram nan agung ini, klik di sini , lalu pilih Hindu mantra.

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

(28)

Om Bhur Bhuvah Svah Tat Savitur Vareniyam Bhargo Devasya Dimahi Dhiyoyonah Pracodayat

Om Narayanad Evedam Sarvam Yad Bhutam Yascobhavyam Niskalanko Niranjano Nirwikalpo Nirakyatah Suddho Devo Eko Narayanad Nadwityo Astikascit

Om Tvam Svah Tvam Mahadevah Isvarah Paramesvarah

Brahma Vishnu Ca Rudrasca Purusah Parikirtitah

Om Papoham Papokarmaham Papatma Papasabahyam Trahimam Pundarikaksah Sabahya bhyantara succih

Om Ksamaswamam Mahadewah Sarvaprani Hitankara

Mamuccya Sarva Papebyah Palaya Sva Saddha Siva

Om Ksantavyah Kayika Dosa Ksantavyah Vacika Mamah Ksantavyah Manasah Dosah Tat Pramadat Ksama svamam

Om Santi Santi Santi

No comments: Links to this post

(29)

Sembahyang 1 : Paling Dasar

Om Swastyastu.

Sembahyang.

SembahHyang Widhi Wasa.

Sembahyang itu penting banget. Kamu yang dari kecil biasa sembahyang : kamu benar-benar beruntung. Kalau kamu jarang / tidak pernah sembahyang, jangan khawatir, mulai hari ini kamu bisa mulai rajin.

Sembahyang sendiri.

Caranya : Cara paling gampang, pejamkan mata dan ucapkan AUM. Banyak orang yang menyingkat ucapannya, menjadi OM.

Ooooommmmmmmmmmm... Ooooommmmmmmmmmm... Ooooommmmmmmmmmm...

Ide sederhana

(30)

No comments: Links to this post

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Agama Hindu - Agama Kita

Agama kita adalah Hindu.

Jalan hidup kita disebut Dharma. Kitab suci kita adalah Weda.

Dan Tuhan kita SATU, Beliau disebut dengan banyak Nama.

Hal yang paling penting dalam agama Hindu adalah AUM (TUHAN) Karena itu, praktek agama Hindu yang terpenting adalah Sembahyang.

Doa paling terkenal Agama Hindu di seluruh dunia adalah : Gayatri Mantram.

Ajaran hidup kita, disebut Dharma, dapat dipelajari dari kitab suci Veda (Baik Sruti maupun Smerti). Sruthi adalah Wahyu Tuhan. Smerti adalah ajaran Hindu yang diajarkan ke umat oleh para Maharesi yang suci di masa lampau.

Ide sederhana

Setelah kamu tahu informasi di atas, mengapa kamu tidak menghafalkannya ? Dan kalau kamu sudah hafal, coba deh kamu sampaikan informasi ini ke Paman / Tante mu ? Tes pengetahuan Beliau... lihat siapa yang lebih pintar ? :)

(31)

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Belajar agar Mengerti

 00 Rencana Belajar (1)

 01 Sembahyang (5)

 02 Ajaran Dharma (2)

 03 Kitab Suci Kita (1)

 04 Tuhan kita (1)

 05 Tempat Ibadah Kita (1)

 06 Para Bhagavan (1)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti yang berlandaskan Kitab Suci Veda menekankan peserta didik untuk memiliki Sraddha Bhakti, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur

Pendidik meminta kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan tokoh setempat tentang kitab suci

Pendidik meminta kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan tokoh setempat tentang kitab suci Veda. 28 JP  Buku Teks pelajaran Agama Hindu 

Makna symbol swastika adalah catur dharma, yaitu empat macam tugas yang didharma baktikan baik untuk diri umat Hindu sendiri maupun untuk umum:. Dharma kriya , Dharma Santosa ,

Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat

Tentunya kamu sudah memahami Kitab Suci Veda, yaitu Veda Sruti dan Veda Smerti, serta adanya perbedaan yang tidak perlu dipertentangkan antara Veda Sruti dengn Veda Smerti

surga tempat bagi manusia yang melakukan perbuatan yang baik veda kitab suci agama Hindu yang memiliki arti pengetahuan wuku hari-hari untuk menentukan hari baik dan buruk...

• Kitab Suci kelompok pertama adalah ucapan budha sendiri, dan kelompok yang lain ajaran orang lain.. Budha Terawada dan Mahayana memiliki kitab