• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kelompok 5 Agama Hindu

N/A
N/A
L. Saphira Vibriyanti

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Kelompok 5 Agama Hindu "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KELOMPOK AGAMA HINDU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

DOSEN PENGAMPU :

DR. DRS. I WAYAN SURPA, SH., M.SI.

OLEH:

KELOMPOK 5

1. NI KADEK RATIH PRAMADINDA (2304551026)

2. I KADEK DIPTA PRAMARTHA SUPANCA (2304551027)

3. L. SAPHIRA VIBRIYANTI (2304551028)

4. DESAK PUTU ARINI PUTRI (2304551029)

5. PUTU APRILIA NATASYA PUTRI (2304551030)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerukunan Umat Beragama” dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa ada beberapa hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini, penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Drs. I Wayan Surpa, SH., M. Si. pada mata kuliah Pendidikan Agama (Hindu). Maka dari itu, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada (1) Bapak Dr. Drs. I Wayan Surpa, SH., M. Si. Dosen Pendidikan Agama (Hindu) Universitas Udayana. (2) Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. (3) Pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa dari makalah kami ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai penutup, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Denpasar, 5 Desember 2023

Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….…….1

DAFTAR ISI ……….……2

BAB I PENDAHULUAN……….……….3

1.1 Latar Belakang……….………3

1.2 Rumusan Masalah……….………...…3

1.3 Tujuan……….……….…3

BAB II PEMBAHASAN……….……….….5

2.1 Pengertian Kerukunan dan Kerukunan Umat Beragama……….…………....…5

2.2 Manfaat dari Terciptanya Kerukunan Umat Beragama………..…...6

2.3 Perintah Tuhan Kepada Manusia Agar Hidup Rukun dalam Ajaran Agama Hindu..….7

2.4 Menjaga dan Meningkatkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama……….10

2.5 Faktor Penghambat Kerukunan Umat Beragama………...10

BAB III PENUTUP………..12

3.1 Kesimpulan dan Saran……….…12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberagaman yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia melibatkan suku, ras, golongan, dan budaya yang beragam. Dalam keragaman ini, agama menjadi elemen krusial yang menciptakan identitas dan keberlanjutan kehidupan berbangsa. Fokus pembahasan pada pendahuluan ini akan difokuskan pada agama Hindu, yang merupakan salah satu agama diakui di Indonesia.

Bangsa Indonesia menganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai keyakinan. Sebagai anugrah dari Tuhan YME, keberagaman ini, sayangnya, dapat menjadi sumber konflik dan perpecahan jika tidak dikelola dengan bijak. Manusia yang serakah, mudah marah, dan nafsu yang tidak terkendali dapat menimbulkan kehancuran dan penderitaan, mengarah pada bentrokan antar suku, agama, ras, dan golongan (SARA).

Pentingnya kerukunan umat beragama dalam mencapai kesejahteraan hidup di Indonesia sangatlah nyata. Negara ini dikenal sebagai contoh masyarakat multikultural dengan berbagai keanekaragaman, termasuk agama. Dalam konteks ini, agama Hindu memainkan peran kunci sebagai salah satu dari beberapa agama resmi diakui oleh pemerintah, bersanding dengan Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, dan Kong Hu Chu.

Melalui pemahaman dan penghormatan terhadap perbedaan agama, diharapkan dapat meminimalkan potensi konflik antar umat beragama. Agama-agama, termasuk Hindu, mengajarkan nilai-nilai dasar seperti kedamaian, saling menghormati, dan tolong-menolong.

Dengan demikian, pemimpin umat beragama, tokoh adat, komponen masyarakat, dan pemerintahan perlu bersatu untuk menjaga kerukunan antara umat beragama, suku, ras, dan golongan, sehingga Indonesia tetap menjadi landasan harmoni dan persatuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama?

2. Bagaimana manfaat dari terciptanya kerukunan antar umat beragama?

3. Apa yang menjadi penyebab terjadiya pertentangan antar umat beragama?

4. Bagaimana cara mengantisipasi konflik yang mungkin terjadi dan menggangu kerukunan umat beragama?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, kami mendapatkan tujuan sebagai berikut.

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama.

2. Untuk mengetahui manfaat dari terciptanya kerukunan antar umat beragama.

(5)

3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pertentangan antar umat beragama 4. Untuk mengetahui cara mengantisipasi konflik yang terjadi antar umat beragama

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Kerukunan dan Kerukunan Umat Beragama A. Definisi Kerukunan

Kerukunan artinya adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakkerukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. (berhubungan dengan Pancasila sila 1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa)

B. Definisi Kerukunan Beragama

Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda bersediasecara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan damai dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan dan bekerjasama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam Masyarakat secara damai, saling menghormati dan saling bergotong royong/bekerjasama.

Manusia ditakdirkan oleh Ida Sang Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun kebutuhan akan rasa aman. Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu) memerintahkan manusia untuk selalu menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti kepada Hyang Widdhi, hidup rukun dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia. Dalam menjalin hubungan dengan umat manusia, diperintahkan untuk selalu rukun tanpa memandang : ras, kebangsaan,suku, agama, orang asing, pribumi maupun pendatang, dan lain sebagainya. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai berikut

Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni

‘acchalam.(Atharvaveda VII.52.1 ) Artinya :

Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan).

Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup, seperti bait ke 5 Puja Tris andya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari oleh umat Hindu yang taat

(Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah, palayaswa Sadasiwa)

Yang artinya : Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh keselamatan ( hitangkara ),bebaskan hamba dari segala dosa dan lindungilan hamba.

(Keterangan : Mahadewa dan Sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan YME)

(7)

2.2 Manfaat Dari Terciptanya Kerukunan Umat Beragama

Harmonisitas dalam keberagaman sangat krusial bagi generasi muda, sebagai calon pemimpin masa depan. Pemahaman mendalam tentang signifikansi kerukunan umat beragama menjadi landasan bagi mereka untuk menghargai diversitas dan menjalani kehidupan bersama secara serasi.

Di dalam Kitab Suci Veda, kita menemukan banyak sabda Tuhan Yang Maha Esa yang mengamanatkan untuk menumbuhkembangkan kerukunan umat beragama, toleransi, solidaritas dan penghargaan terhadap sesama manusia dengan tidak membedakan tentang keimanan yang dianutnya.Salah satu di antarannya tertuang dalam kitab Atharvaveda pada mantra sebagai berikut.

Yena deva na viyanti, no ca vidvisate mithah, Tat krnmo brahman vo grhe, samjnana purunebhyah.

(Atharvaveda III.30.4).

Yang artinya :

“Wahai umat manusia! Bersatulah dan rukunlah kamu seperti menyatunya para dewata. Aku telah anugrahkan hal yang sama kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan di antara kamu”

Dalam konteks ini, penting untuk memahami secara mendalam manfaat yang dapat diperoleh generasi muda melalui praktik kerukunan umat beragama. Adapun beberapa manfaat dari kerukunan umat beragama bagi generasi muda meliputi:

1. Mewujudkan Masyarakat Damai dan Serasi: Melalui kerukunan umat beragama, generasi muda memiliki kesempatan emas untuk merintis transformasi menuju masyarakat yang damai dan serasi. Kerukunan ini menciptakan landasan kuat bagi terciptanya lingkungan sosial yang diwarnai oleh keseimbangan dan toleransi. Dalam konteks ini, generasi muda dapat berperan sebagai agen perubahan yang menginspirasi perdamaian, menjauhkan diri dari sikap prejudis, dan membuka pintu untuk dialog yang konstruktif.

2. Meningkatkan Toleransi dan Pemahaman Antar Umat Beragama:Praktik kerukunan antar umat beragama memainkan peran kunci dalam menggalang tingkat toleransi yang lebih tinggi dan memperdalam pemahaman antar kelompok agama. Melibatkan generasi muda dalam dialog dan interaksi positif menjadi langkah strategis untuk membentuk pondasi yang kuat dalam saling memahami dan menghargai perbedaan keyakinan. Dengan terlibatnya kaum muda, masyarakat dapat merasakan dampak positifnya dalam jangka panjang, di mana nilai-nilai toleransi dan pemahaman antaragama diteruskan dan dijunjung tinggi. Dengan demikian, pembangunan kerukunan antar umat beragama menjadi tanggung jawab bersama, dan investasi dalam pemahaman serta toleransi akan membawa manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat beragama Hindu dan juga bagi keseluruhan masyarakat Indonesia.

3. Memperkuat Rasa Kebersamaan dan Persatuan Bangsa: Menjaga kerukunan antar umat beragama tidak hanya memiliki implikasi positif dalam memperkuat rasa kebersamaan dan persatuan bangsa, tetapi juga memberikan dampak mendalam dalam berbagai lapisan masyarakat. Dalam suasana harmonis ini, keberagaman dianggap sebagai suatu kekayaan yang harus diapresiasi, sehingga generasi muda merasa terikat sebagai bagian integral dari identitas nasional, tanpa terhalang oleh perbedaan agama. Selain itu, kerukunan umat beragama menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana individu-individu dengan

(8)

keyakinan yang berbeda merasa diakui dan dihargai. Hal ini membuka ruang bagi perkembangan sikap toleransi dan saling pengertian, yang pada gilirannya mengurangi potensi konflik antaragama dan memastikan keamanan serta stabilitas sosial.

4. Menciptakan Lingkungan Kondusif bagi Pembangunan: Kerukunan ini tidak hanya meminimalkan potensi konflik agama, tetapi juga membuka jalan bagi generasi muda untuk fokus pada upaya pembangunan bangsa. Dengan atmosfer yang bebas dari pertentangan ideologis yang tidak produktif, mereka dapat lebih mudah terlibat dalam kegiatan pembangunan, meningkatkan keterampilan, pendidikan, dan kontribusi positif kepada masyarakat. Kolaborasi antar umat beragama menjadi pendorong inovasi dan pembangunan, menciptakan keberagaman yang memperkaya kemajuan nasional. Selain itu, kerukunan ini menciptakan landasan untuk stabilitas sosial dan politik, membuka pintu bagi perubahan positif, kreativitas, dan pertumbuhan yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Dengan demikian, menjaga kerukunan antar umat beragama bukan hanya sebagai tanggung jawab moral, tetapi juga investasi strategis dalam pembangunan berkelanjutan.

2.3 Perintah Tuhan Kepada Manusia Agar Hidup Rukun dalam Ajaran Agama Hindu Dalam ajaran agama Hindu, perintah Tuhan kepada manusia memegang peran sentral dalam menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Melalui berbagai ajaran dan ajaran suci seperti Weda dan Upanishad, Tuhan mengarahkan umatnya untuk menjalani kehidupan dengan penuh rukun dan kesadaran spiritual. Adapun apa saja ajaran yang merupakan perintah Tuhan kepada manusia agar hidup rukun yaitu sebagai berikut.

 Tri Hita Karana

Dalam pandangan Hindu, kerukunan bisa implementasikan melalui “Tri Hita Karana”. Ini merupakan ajaran untuk membina kerukunan, tidak hanya terhadap sesama manusia, melainkan juga terahadap Tuhan bahkan seluruh ciptaan Tuhan.

Istilah Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari tiga kata, yaitu: Tri, Hita dan Karana. Tri artinya tiga, Hita artinya bahagia, dan Karana artinya Penyebab.

Sehingga Tri Hita Karana memiliki arti tiga penyebab kebahagiaan (Wiana, 2007:5).

Tri Hita Karana mempunyai pengertian tiga penyebab keharmonisan yakni :

 Keharmonisan hubungan antara manusia dengan Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa),

 Keharmonisan hubungan antara sesama Umat manusia

 Keharmonisan hubungan antara Umat manusia dengan alam lingkungan Tri hita Karana terdiri dari: Parahyangan, pawongan dan palemahan

1. Parahyangan

Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Brahman sang pencipta / Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Umat beragama atas dasar konsep theology yang diyakininya khususnya Umat Hindu yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Sang Pencipta melalui kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

(9)

2. Pawongan

Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan

hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. Dan kegiatan ini dipandang penting dan strategis mengingat bahwa umat manusia selalu hidup berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan dan persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.

3. Palemahan

Palemahan adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Ajaran ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya keseimbangan ekosistem. Untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam lingkungan, bentuk-bentuk nyata yang dapat dipedomani dan dilaksanakan khususnya bagi Umat Hindu adalah melalui pengamalan makna Tumpek Uduh, Tumpek Kandang dan Caru ( Bhuta Yajna ) dengan berbagai tingkatannya.

 Tri Kaya Parisudha

Tri Kaya Parisudha merupakan bagian dari ajaran Susila dalam Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yang terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni berfikir yang baik yang disebut dengan Manacika Parisudha, (2) berkata yang baik yang disebut dengan Wacika Parisudha, dan (3) berprilaku yang baik atau yang disebut dengan Kayika Parisudha.

 Manacika adalah suatu tindakan berpikir seseorang antara baik maupun buruk.

Setiap tindakan pasti berawal dari pikiran kita oleh sebab itu maka kita harus berpikir yang baik tidak berpikir yang buruk. Pikiran baik bisa kita latih dengan cara banyak meditasi atau dengan cara menenangkan diri kita supaya tidak adanya pengaruh yang lain.

 Wacika adalah suatu perkataan yang di ucapkan baik maupun buruk suatu ucapan tergantung kita mengucap dan mengartikannya . Setiap orang pasti menginginkan perkataan yang jujur dan baik walaupun bila kita harus jujur dan menyakitkan perasaan orang lain tetapi perkataan itu cuma menyakitkannya hanya sesaat saja.

 Kayika adalah suatu tindakan atau perbuatan yang kita jalankan baik maupun buruk tergantung orang menilai. Contohnya kita mengambil kotoran, ada orang yang bilang kalau mengambil kotoran itu adalah hal yang jelek atau tidak baik tergantung sekarang mau di letakan di mana. Misalnya kotoran yang tadi di ambil di taruh di rumah jelas itu kelakuan yang menyimpang dan sangat jelek tetapi bila kita menaruhnya di tanaman pasti tumbuhan tersebut menjadi subur dan bermanfaat untuk kita, jadi itu termasuk perbuatan yang baik dan bagus. Kesimpulannya perbuatan itu dinilai dari dari mana sudut pandang kita melihat.

Dari ketiga bagian Tri Kaya Parisudha itu sangatlah berhubungan satu sama lain. Untuk mencapai keharmonisan di dalam dunia ini kita harus selaras dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. keselarasan ketiga ini sering disebut dengan Integritas. Dengan harapan apabila kita sudah berpikir yang baik, kita pasti akan berkata yang baik pula dan melakukan perbuatan yang baik juga.

(10)

 Catur Paramitha

Seperti kita ketahui bahwa dalam Hindu ada empat kebijakan yang luhuryang disebut Catur Paramita yang terdiri dari Catur Paramita berasal dari kata “Catur” yang berarti empat dan“Paramita” yang berarti perbuatan luhur. Catur Paramita dengan demikian berartiempat perbuatan luhur, yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu. Keempat perbuatan luhur itu adalah :

(l) Maitri(bersahabat)

Pemahaman umat Hindu di Desa Banjar Agung terhadap konsep Maitri (Bersahabat).

“Mitra” adalah asal kata Maitri, yang berarti teman atau sahabat. Maitri artinya bersahabat.

Maksudnya adalah bahwa manusia harus mempunyai sifat-sifatyang bersahabat terhadap sesamanya.

(2) Karuna (cinta kasih)

Pemahaman umat Hindu di Desa Banjar Agung terhadap konsep Karuna (Perhatian terhadap yang Menderita/Cinta Kasih) Karuna adalah perbuatan luhur atau cinta kasih atau belas kasihan terhadap orang yang menderita. Sebagai manusia yang berasal dari satu sumber, yakni TuhanYang Maha Esa, manusia harus hidup saling menolong, bahkan harus bersedia berkorban demi untuk menolong orang yang sedang kesusahan, bersedia berkorban demi kebahagiaan orang lain.

(3) Mudhita (bersimpati)

Pemahaman umat Hindu di Desa Banjar Agungterhadap konsepMudhita (Bersimpati terhadap yang Berprestasi) Mudhita artinya simpati atau turut merasakan baik kesusahan maupun kebahagiaan orang lain. Dengan sifat luhur seperti ini, manusia akan terhindar dari rasa irihati, rasa dengki dan rasa kebencian. Kesusahan seseorang akan dirasakan sebagai kesusahannya sendiri, keberhasilan seseorang juga akan dirasakan sebagai keberhasilannya sendiri.

(4) Upeksa (toleransi).

Pemahaman umat Hindu di Desa Banjar Agung terhadap konsep Upeksa (Toleransi) Perbuatan luhur berikutnya adalah Upeksa, yang berarti toleran dan senantiasa memperhatikan keadaan orang lain. Sedangkan jiwanya dipenuhi oleh rasa setia kawan dan simpati terhadap sesamanya, bahkan tidak menaruh rasa dendam terhadap orang yang bermaksud jahat terhadapnya. Manusia yang bersikap upeksa juga selalu waspada terhadap situasi yang dihadapi, manusia bijaksana dan selalu menjaga keseimbangan lahir batin serta tidak mau mencampuri urusan orang lain.

 Tat Twam Asi

Tat Twam Asi yang diterjemahkan sebagai “Itu adalah Aku” atau “kamu adalah aku”.

Dalam pergaulan hidup sehari-hari manusia diperintahkan selalu berpedoman kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan perbuatan yang dapat menyinggung perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya menimbulkan rasa iri hati benci dan kemarahan. Dengan menganggap orang lain adalah diri kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang lain, seperti apa yang ingin orang lain lakukan terhadap kita.

(11)

Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Selira atau Tenggang Rasa yang menuntun manusia dalam berpikir, berkata-kata dan berperilaku, sehingga tidak berpikir negatif terhadap orang lain, tidak berkata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan orang lain.

2.4 Menjaga dan Meningkatkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama

Adapun Upaya-upaya dalam menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat beragama sebagai berikut.

 Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain.

 Menumbuhkan rasa pengertian, saling toleransi serta belajar untuk saling memahami antar umat beragama. Maka setiap umat bergama, hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang agamanya sendiri dan agama orang lain serta dilengkapi pengetahuan yang cukup.

 Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah selalu mempromosikan tentang toleransi, kerukunan dan kedamaian diantara para pemeluk agama di masyarakat, sekolah , tempat umum maupun tempat ibadah

Dalam konsep Hindu untuk mewujudkan keharmonisan dan kerukunan sesama Umat manusia terutama Umat Beragama serta lingkungan dan semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman / Ida Sang Hyang Widi Wasa) adalah Berpedoman pada ajaran Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi.

Ajaran tersebut dijadikan konsep yang sangat essensial mengenai bagaimana caranya bisa hidup rukun dan harmonis dalam suasana multicultural di Negara Indonesia yang mempunyai karakter tersendiri dibandingkan negara-negara lain di Dunia. Ajaran ini bersumber dari Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran bagi Umat Hindu yang harus diketahui, dipahami dan diamalkan di kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

2.5 Faktor Penghambat Kerukunan Umat Beragama

Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama.

Kemajemukan Indonesia ini sudah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu. Akan tetapi meskipun majemuk, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang ramah dan toleran termasuk pada hal beragama. Kerukunan umat beragama merupakan sebuah istilah yang identik dengan istilah toleransi. Istilah toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi pluralisme yang terjadi di Indonesia menunjukkan perilaku keagamaan sebagian masyarakat Indonesia yang intoleran. Gejala intoleran tersebut juga dapat terjadi di negara demokratis lain. Secara sosiologis, hal ini merupakan akibat dari adanya globalisasi dan akses mobilitas yang semakin dinamis sehingga berbagai macam kebudayaan berkumpul serta berinteraksi di suatu wilayah. Adapun factor yang menghambat kerukunan umat beragama :

1. Rendahnya sikap toleransi Tidak semua orang memiliki sikap toleransi. Rendahnya sikap toleransi muncul akibat dari pola perjumpaan tidak lansung antar-agama, khususnya yang menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Hal ini terjadi karena di antara kalangan umat beragama enggan untuk saling mendiskusikan masalah keimanan mereka. Dialog antar

(12)

umat beragama ini tidak terjadi karena mereka cenderung untuk menjaga jarak satu sama lain. Sikap ini juga menimbulkan kecurigaan di antara beberapa pihak yang berbeda agama sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik

2. Kepentingan politik Di suatu negara, alasan politik seringkali digunakan untuk menunggangi agama dan memanfaatkannya. Kondisi perpolitikan tersebut mengakibatkan kekacauan yang mempengaruhi hubungan antar-agama. Hal ini dapat menyebabkan runtuhnya kerukunan antar umat beragama yang sudah dibangun dengan susah payah sejak zaman dahulu.

3. Sikap Fanatisme Dalam berbagai agama, pemahaman agama secara eksklusif dapat terjadi dan berkembang. Hal ini dapat membentuk pemahaman radikal pada mereka yang menganut. Pandangan tersebut berupa merasa bahwa ajaran yang mereka anut adalah yang paling benar. Oleh karena itu, mereka berpikir bahwa orang yang tidak mengikuti ajaran atau pemahaman mereka dianggap sesat. Hal ini menimbulkan sikap fanatisme yang berlebihan.

Di dalam agama hindu ada enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan untuk meningkatkan spiritualitas manusia, sekaligus bermanfaat menciptakan kerukunan dan kedamaian Umat manusia. Ke-enam musuh yang ada pada manusia disebut Sad Ripu yaitu:

a) Kama artinya sifat penuh nafsu indriya terutama nafsu sex.

b) Lobha artinya sifat loba dan serakah.

c) Krodha artinya sifat pemarah/mudah marah d) Mada artinya sifat suka mabuk-mabukan.

e) Moha artinya sifat angkuh dan sombong.

f) Matsarya artinya sifat dengki dan iri hati

Tidak hanya itu ada yang Bernama Sad Atatayi, yaitu enam kejahatan yang membuat manusia menderita, sehingga dilarang untuk dilakukan yaitu :

a) Agnida: membakar milik orang lain.

b) Wisada: meracuni dengan racun ( insektisida maupun bahan kimia/terlarang) orang lain atau mahluk lain.

c) Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic, misalnya santet, sihir, gendam, leak dll) untuk menyengsarakan orang lain.

d) Sastraghna: mengamuk atau membunuh .

e) Dratikrama: memperkosa termasuk juga pelecehan sexual.

f) Rajapisuna: memfitnah.

(13)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan dan Saran

Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi menjadi patokan menghadapi kendala-kendala dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia.

Ada beberapa sebab, antara lain : rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme. Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Armin.(2016). Membangun Kerukunan Umat Beragama. Tanggerang selatan. Himpunan

Peminat Ilmu-ilmuUshuluddin.https://repository

http://uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44565/1/Membangun%20Kerukunan%20Umat%

20Beragama%20Sebuah%20Pengantar.pdf?shem=ssusxti. Diakses pada 6 Desember 2023 Kemenag Jembrana.(2 November 2023).Kemenag Jembrana : Pentingnya Kerukunan Umat Beragama Bagi Generasi Muda. Diakses pada 5 Desember 2023

Budiadnya, Putu.(2018).ejournal : Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi. Daikses pada 6 Desember 2023

Sugita., I. M.(2016). Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Diakses pada 6 Desember 2023

Kusuma, R. F. (2022, oktober 22). "Apa Saja Hambatan dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama?". Diambil kembali dari (tirto.id: https://tirto.id/apa-saja-hambatan-dalam- menciptakan-kerukunan-umat-beragama-gxCh). Diakses pada 6 Desembert 2023

Admin-FSM.(2019, MEI 1).Sad Atatayi. Diambil kembali dari https://forumstudimajapahit.com/sad-atatayi/. Diakses pada 6 Desember 2023

Murta Astawa, Made.(2020).Pancasila, Pendidikan Karakter, Dan Tri Kaya Parisudha. Diakses pada 7 Desember 2023

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima

Hakikat Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang bersumber pada Kitab Suci Veda selalu mengarah pada konsep Tri Kaya Parisudha (berpikir yang baik, berkata yang baik, dan

20. Tuhan diberi sebutan Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, dan Rudra yang terkandung dalam Tri Sandhya bait ke ..... Tentunya kamu sudah memahami Kitab Suci Veda,

Opini yang sengaja hendak dicipta adalah bahwa “Kerukunan umat Beragama di Indonesia sudah roboh, sudah hancur, dan bahwa kaum Muslim sebagai mayoritas tidak punya rasa toleransi

Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara majemuk yang terdiri dari

Selain kitab suci Veda ( Úruti ) yakni wahyu Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber tertinggi, dikenal pula hiarki sumber ajaran Agama Hindu yang lain yang merupakan sumber hukum

Konsep kerukunan umat beragama adalah hubungan sosial antar pribadi yang dilandasi oleh landasan harmonis toleransi, saling pengertian dan saling menghormati, bebas