• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori dakwah ilmu dakwah dan ruang lingk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori dakwah ilmu dakwah dan ruang lingk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Sebagaimana diketahui bersama bahwa Rasulullah SAW, telah berhasil mengembangkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Dalam mengembangkan agama Islam, beliau mendapat tantangan yang amat keras, akan tetapi kemudian dunia menyaksikan bahwa dalam waktu yang relative singkat dunia telah menyaksikan agama Islam telah merambat ke wilayah Arab, Asia bahkan wilayah Eropa.

Pada kenyataannya melalui dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW, dunia Arab yang pada waktu itu dalam suasana kejahiliahan kemudian berubah menjadi masyarakat yang beriman kepada Allah SWT. Kemudian mereka menjadi pengikut setia Rasulullah SAW.

Dakwah merupakan aktivitas untuk mengajak manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Di samping itu, dakwah Islam juga dapat dimaknai sebagai usaha orang beriman dalam mewujudkan ajaran agama Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu. Lalu untuk menghadapi berbagai tantangan umat Islam dewasa ini, salah satu media dakwah yang efektif dan dapat dikembangkan di era informasi ini adalah pers Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori dakwah dan apa saja ragam teori dakwah? 2. Apa pengertian ilmu dakwah?

(2)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Dakwah

Teori yaitu serangkain bagian, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang dapat memberikan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksut menjelaskan fenomena alamiah1.

Dakwah dalam bahasa al-Qur’an terambil dari kata da’a-yad’u-da’watan yang secara etimologi memiliki makna menyeru atau memanggil.2 Sedangkan

menurut terminologi adalah sebuah usaha baik perkataan maupun perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima islam, mengamalkan dan berpegang teguh terhadap prinsip-psinsipnya, meyakini aqidahnya serta berhukum dengan syari’at-Nya3.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori dakwah yaitu serangkaian variabel yang sistematis dan saling berhubungan yang didalam nya menjelaskan suatu usaha baik perkataan maupun perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima islam, mengamalkan dan berpegang teguh terhadap prinsip-prinsipnya, meyakini aqidah serta berhukum dengan syari’at-Nya.

B. Ragam Teori Dakwah

Dalam pengembangan dakwah sebagai ilmu terasa sangat tidak mungkin tanpa dibarengi dengan adanya penemuan dan pengembangan kerangka teori dakwah, tanpa teori dakwah maka apa yang disebut dengan ilmu dakwah tidak lebih dari sekedar kumpulan pernyatan normatif tanpa memiliki kadar analisa atas fakta dakwah atau sebaliknya hanya merupakan kumpulan pengetahuan atas fakta sehingga mandul untuk memandu pelaksanaan dakwah dalam menghadapi masalah yang kompleks.

1 . http:// id.wikipedia.org/wiki/Teori

2. Muhammad Hasan al-Jamsi, al-Du’at wa al-Da’wat al- Islamiyyahal-Muasirah, (Damaskus: Dar al Rasyid, tt. ), hal 24.

(3)

Dengan ditemukannya teori–teori dakwah yang telah menyebabkan keberhasilan dakwah masa lalu (dengan penelitian reflektif- penafsiran maudhu’i) dapat di uji kembali relevansi teori dengan fakta dakwah yang ada pada saat sekarang (dengan metode riset dakwah partisipatif) dan kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan (dengan metode riset kecenderungan gerakan dakwah).

1) Teori Citra Da’i

Kata citra pada pemahaman mayoritas seseorang adalah suatu kesan dan penilaian terhadap seseorang, kelompok, lembaga dan lain-lain. Citra yang berhubungan dengan seorang da’I dalam perspektif komunikasi sangat erat kaitanya dengan kredibilitas yang dimilikinya. Kredibilitas sangat menentukan citra seseorang. Teori citra da’I menjelaskan penilaian mad’u terhadap kredibilitas da’I apakah da’I mendapat penilaian positif atau negatif, dimata mad’unya. Persepsi mad’u baik positif maupun negatif sangat berkaitan erat dengan penentuan penerimaan informasi atau pesan yang disampaikan da’i. Semakin tinggi kredibilitas da’I maka semakin mudah mad’u menerima pesan-pesan yang disampaikannya, begitu juga sebaliknya4.

Kredibilitas seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya, tidak secara instan, tetapi harus dicapai melalui usaha yang terus menerus, harus dibina dan dipupuk, serta konsisten sepanjang hidup5.

Dakwah dalam salah satu bentuknya melalui lisan, ada empat cara seorang da’I dinilai oleh mad’unya :

Seorang da’I dinilai dari reputasi yang mendahuluinya, apa yang sudah seorang da’I lakukan dan memberikan karya-karya, jasa dan sikap akan memperbaiki atau menghancurkan reputasi seorang da’i.

Mad’u menilai da’I melalui informasi atau pesan-pesan yang disampakan seorang da’i. Cara memperkenalkan diri seorang da’I juga berpengaruh dengan pandangan kredibilitas seorang da’I oleh mad’u.

4. Enjah AS dan Aliyah, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hal. 120

(4)

Ungkapan kata-kata yang kotor, tidak berarti atau rendah menunjukan kualifikasi seseorang. Cara penyampain pesan dari da’I kepada mad’u sangat penting untuk pemahaman pesan yang ditangkap mad’u, sebab apabila cara penyampaiannya tidak sistematis maka akan kurang efektif di mata mad’u. Penguasaan materi dan metodologi juga kemestian yang harus dimiliki seorang da’i6.

Dari cara-cara diatas menyimpulkan bahwa seorang da’I harus sikap yang baik agar menjadi suri tauladan bagi mad’unya, bahkan dari cara memperkenalkan dirinyapun dinilai, bertutur kata yang baik, menyampaikan pesan dengan sistematis, efektif dan memiliki penguasaan materi, seperti dalam firman Allah surat Al-Taubah : 122 :

اذذإإ ممههمذومقذ اورهذإنميهلإوذ نإيددإلا يفإ اوههقدذفذتذيذلإ ةةفذئإاطذ ممههنممإ ةةقذرمفإ لدإكه نممإ رذفذنذ لوملذفذ ةةفدذاكذ اورهفإنميذلإ نذونهمإؤممهلما نذاكذ امذوذ نذورهذذحميذ ممههلدذعذلذ ممهإيملذإإ اوعهجذرذ Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. ( Q.S. Al-Taubah : 122)

Kredibilitas juga erat kaitannya dengan kharisma, walau demikian kredibilitas dapat ditingkatkan sampai batas optimal. Seorang da’I yang berkredibilitas tinggi adalah seseorang yang mempunyai kopetensi di bidangnya, integritas kepribadian, ketulusan jiwa, serta mempunyai status yang cukup walau tidak harus tinggi. Apa kredibilitas ini dimiliki seorang da’I, maka da’I tersebut akan memiliki citra positif dihadapan mad’unya.

Seorang da’I yang kreatif harus memiliki wawasan manajemen Muhammad. Manajemen Muhammad adalah perkawinan subtansi metode Nabi Musa yang kukuh dalam menggenggam aspirasi kebenaran dengan Nabi Isa yang lemah lembut dan indah. Dalam rangka mengoptimalkan kredibilitas dan membangun citra positif seorang da’I perlu melingkupi tiga dimensi diantaranya yaitu :

(5)

a) Kebersihan batin b) Kecerdasan mental c) Keberanian mental

Rasulullah Muhammad SAW sosok figur da’I yang paling ideal, Beliau memiliki ketiga kriterian di atas. Sehingga beliau memiliki citra positif di masyarakat. Beliau selalu memberikan solusi yang adil ketika terjadi perselisihan. Ketika diangkat menjadi Rasul beliau menjadi suri tauladan dalam berbagai aspek seperti aqidah, ibadah, muamalah dan akhlaq, terpancar kesejatian, menjadi figur nyata bagi masyarakatnya, dan segala kesempuranaan yang dimilikinya, beliau mampu menjadi pemimpin agama sekaligus negara. Kurang dari 23 tahun beliau mampu melakukan perubahan dari kejahiliahan kepada peradaban dunia yang timggi.

2) Teori Medan Dakwah

Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u saat pelaksanaan dakwah islam. Dakwah islam adalah sebuah ikhtiar Muslim dalam mewujudkan islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam semua segi kehidupan sampai terwujudnya masyarakat yang terbaik ataudapat disebut sebagai khairul ummah yaitu tata sosial yang mayoritas masyarakatnya beriman, sepakat menjalan dan menegakkan yang ma’ruf dan secara berjamaa’ah mencegah yang munkar.

Dalam menghadapi segala bentuk struktur masyarakat dalam medan dakwah seorang da’I perlu menerapkan etika-etika sebagia berikut:

1) Ilmu

Hendaknya memiliki pengetahuan amar ma’ruf nahi munkar dan perbedaan diantara keduanya. Yaitu memiliki pengeetahuan tentang orang-orang yang menjadi sasaran perintah (amar) meupun orang-orang yang menjadi objek cegah (nahi). Alangkah indahnya apabila amar ma’ruf dan nahi mungkar didasari dengan ilmu semacam ini, yang dengannya akan menunjukkan orang ke jalan yang lurus dan dapat mengantarkan mereka kepada tujuan.

(6)

Hendaklah memiliki jiwa rifq, sebagaimana sabda Rasulullah Saw

“ Tidaklah ada kelemah lembutan dalam sesuatu kecuali menghiyasinya dan tidaklah ada kekerasan dalam sesuatu kecuali memburukannya” (HR. Muslim) 2) Sabar

Hendaklah bersabar dan menahan diri dari segala perlakuan buruk. Karena tabiat jalan dakwah memang demikian. Apabila seorang da’I tidak memiliki kesabaran dan menahan diri, ia akan lebih banyak merusak dari pada memperbaiki7.

3) Teori Proses dan Tahapan Dakwah

Ada beberapa tahapan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya yang dapat dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, tahap pembentukan (takwin). Kedua, tahap penataan (tandhim). Ketiga, tahap perpisahan dan pendelegasian amanah dakwah kepada kepada generasi penerus. Pada setiap tahapan memiliki kegiatan dengan tantangan khusus dengan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini dapat dinyatakan ada beberapa model dakwah sebagai proses perwujudan realitas ummatan khairan.

1. Model Dakwah dalam Tahap Pembentukan (Takwin)

Pada tahapan ini kegiatan utamanya adalah dakwah bil lisan (tabligh) sebagai ihtiar sosialisasi ajaran tauhid kepada masyarakat Makkah. Interaksi Rasulullah Saw dengan mad’u mengalami ekstensi secara bertahap: keluarga terdekat, ittishal fardhi (QS. Asy-Syu’ara’: 214-215) dan kemudian kepada kaum musyrikin, ittishal jama’i (QS. Al-Hijr : 94). Sasarannya bagaimana supaya terjadi internalisasi Islam dalam kepribadian mad’u, kemudian apa yang sudah diterima dan dicerna dapat diekspresikan dalam ghirah dan sikap membela keimanan (akidah) dari tekanan kaum Quraisy. Hasilnya sangat signifikan, para elite dan awam masyarakat menerima dakwah Islam.

(7)

2. Tahap Penataan Dakwah (Tandzim)

Tahap tanzhim merupakan hasil internalisasi dan eksternalisasi Islam dalam bentuk institusionalisasi Islam secara komprehensip dalam realitas sosial. Tahap ini diawali dengan hijrah Nabi Saw ke Madinah (sebelumnya Yastrib). Hijrah dilaksanakan setelah Nabi memahami karakteristik sosial Madinah baik melalui informasi yang diterima dari Mua’ab Ibn Umair maupun interaksi Nabi dengan jama’ah haji peserta Bai’atul Aqabah. Dari strategi dakwah, hijrah dilakukan ketika tekanan kultural, struktural, dan militer sudah sedemikian mencekam, sehingga jika tidak dilaksanakan hijrah, dakwah dapat mengalami involusi kelembagaan dan menjadi lumpuh.

Hijrah dalam proses dakwah Islam menjadi sunnatullah. Mad’u (masyarakat) diajak memutus hubungan dari lingkungan dan tata nilai yang dhalim sebagai upaya pembebasan manusia untuk menemukan jati dirinya sebagaimana kondisi fitrinya yang telah terendam lingkungan sosio-kultural yang tidak Islami. Hal ini berarti merupakan peristiwa “menjadi” muslim dalam sejarah sebagai perwujudan “muslim” dalam dunia fitri. Semuanya menunjukkan bahwa tanpa hijrah secara komprehensif maka kegiatan dakwah kehilangan akar alamiahnya: kembali ke fitri.

3. Tahap Pelepasan dan Kemandirian.

Pada tahap ini ummat dakwah (masyarakat binaan Nabi Saw) telah siap menjadi masyarakat yang mandiri dan, karena itu, merupakan tahap pelepasan dan perpisahan secara manajerial. Apa yang dilakukan Rasulullah Saw ketika haji wada’ dapat mencerminkan tahap ini dengan kondisi masyarakat yang telah siap meneruskan Risalahnya.

C. Pengertian Ilmu Dakwah

Dalam bahasa Al-Qur’an dakwah berasal dari kata Da’aa(اعد), Yad’uu( وعدي), Da’watan(ةوع د)8. Secara bahasa/ etimologis berasal dari kata Al-nida yang

artinya menyeru atau memanggil (dari Muhammad Fuad’ Abd al-Baqy). Menurut istilah/ terminologis dakwah diartikan dengan mengajak manusia kepada kebaikan

(8)

dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan yang tidak baik supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.

Menurut Ali Mahfudz, beliau mengartikan dakwah lebih dari sekedar ceramah dan pidato, lebih dari itu dakwah juga meliputi tulisan (bi al-qalam) dan

perbuatan sekaligus keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah). Dakwah juga dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan Basirah, maksudnya mendorong orang dengan pengetahuan yang mendalam dengan tujuan agar motivasi ini tepat sasaran, agar menempuh jalan Allah dan meninggikkkan agamanya9.

Menurut Drs. H. Masdar Helmy dalam bukunya “Dakwah dalam Alam Pembangunan”. Beliau merumuskan ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari ajaran dan kegiatan manusia dalam menyampaikan isi ajaran Islam kepada sesama manusia untuk kebahagiaannya baik di dunia maupun di akhirat10.

Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M. A. Dalam bukunya Ilmu Dakwah. Beliau merumuskan bahwa ilmu dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat dan pekerjaan tertentu.11

D. Ruang Lingkup Ilmu Dakwah

Objek formal kajian ilmu dakwah adalah mempelajari hakikat dakwah. Sementara objek material ilmu dakwah adalah manusia, Islam, Allah dan lingkungan (Dunia). Ilmu dakwah mencoba melihat interaksi antara manusia yang menjadi subjek (Da’i) dan objek (Mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan dakwah dan lingkungan di mana manusia akan menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Islam, serta Allah yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang menyebabkan terjadinya perubahan keyakinan, sikap

9. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, Filsafat dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 27-38

10 Drs. H. Masdar Helmy, Dakwah dalam alam pembangunan, Jilid I, Semarang: Toha Putra, 1973, hlm 15.

(9)

dan tindakan. Dengan demikian, ruang lingkup ilmu dakwah tidak akan pernah terlepas dari pembahasan tentang Allah, manusia dan lingkungan di mana proses dakwah terjadi.

Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa ruang lingkup ilmu dakwah adalah:

1. Manusia sebagai pelaku dakwah dan manusia sebagai penerima dakwah. 2. Agama Islam sebagai pesan dakwah yang harus disampaikan. 3. Allah yang menciptakan manusia dan alam sebagai Rabb yang memelihara alam dan menurunkan agama Islam, serta menentukan proses terjadinya dakwah. 4. Lingkungan alam tempat terjadinya proses dakwah.

Sebagai ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran Islam kepada umat, ilmu dakwah memiliki ruang lingkup pembahasan yang sangat luas. Dakwah itu identik dengan pembangunan fisik dan non fisik, dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu. Ilmu itu keseluruhannya termasuk bagian dari ilmu Allah yang mencakup wilayah yang amat luas. Ilmu Allah yang amat luas itu terdiri dari konsep-konsep yang apabila ditulis dengan tinta sebanyak air lautan dan pulpen sebanyak ranting-ranting pepohonan, ilmu Allah tersebut tidak akan selesai atau tidak akan habis ditulis.

Ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah dapat diringkas sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk penyampaian ajaran Islam dari seseorang atau kelompok

kepada seseorang atau kelompok yang lain.

2. Cara-cara penyampaian ajaran Islam tersebut yang meliputi pendekatan,

metode atau medianya, efek atau pengaruh penyampaian ajaran Islam tersebut terhadap sikap dan tingkah laku individu dan masyarakat yang menerimanya.

(10)

Kesimpulan

Berdasarkan hakikat dakwah serta ilmu dakwah dan ruang lingkupnya (objek material dan formal, analisa objek formal, dan jenis kegiatan dakwah sebagai fenomena keilmuan), maka disiplin ilmu dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama: Pertama, disiplin yang memberikan kerangka teori dan metodologi dakwah Islam. Kedua, disiplin yang memberikan kerangka teknis-operasional kegiatan dakwah Islam. Bagian pertama memberikan dasar-dasar teoritis dan metodologis keahlian dan disebut ilmu dasar dakwah, dan bagian kedua memberikan kemampuan teknis keahlian profesi dan disebut ilmu terapan dakwah.

Dalam mengembangkan dakwah sebagai ilmu terasa sangat tidak mungkin tanpa dibarengi dengan adanya penemuan dan pengembangan kerangka teori dakwah. Tanpa teori dakwah maka apa yang disebut dengan ilmu dakwah tidak lebih dari sekadar kumpulan pernyataan normatif tanpa memiliki kadar analisa atas fakta dakwah atau sebaliknya, ilmu dakwah hanya merupakan kumpulan pengetahuan atas fakta dakwah yang tidak akan bisa dijelaskan hubungan kausalitasnya antar fakta sehingga mandul untuk memandu pelaksanaan dakwah dalam menghadapi masalah yang kompleks.

Secara akademik, dengan adanya teori dakwah maka dapat dilakukan generalisasi atas fakta-fakta dakwah, memandu analisa dan klasifikasi fakta dakwah, memahami hubungan antarvariabel dakwah, menaksir kondisi dan masalah dakwah baru seiring dengan perubahan sosial di masa depan serta menghubungkan pengetahuan dakwah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

(11)

Amir, Munir Samsul. Ilmu Dakwah, 2009, Jakarta: Amzah

Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, 2009, Jakarta: Kencana

Abdul Halim Ahmad, Di Medan Dakwah Bersama Dua Imam Ibnu Taimiyah Hasan Al-Banna ,Surakarta: Era Intermedia. 2000

Ahmad tafsir ”Filsafat Pengetahuan Islam” dalam Pandangan Keilmuan UIN Wahyu Memandu Ilmu, Bandung : Gunung Djati Press. 2008

Ismail, ilyas & Prio Hotman. Filsafat Dakwah, 2011, Jakarta: Kencana

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, 2001, Bandung: Mizan

Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Bandung : Widya Padjadjaran. 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pada tafsir Jalalayn menjelaskan bahwa (Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah belanja modal, pendapatan asli daerah, dan opini audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah secara simultan

Alhamdulillah, segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Menampilkan atau membuka file kurva pengapian (map) dan konfigurasi yang sudah tersimpan di dalam komputer.. Tekan File Load From File untuk membuka kurva pengapian (map) dan

Entity Relationship Diagram menggambarkan hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini adalah Sistem Monitoring dan

Soal selidik ini dikemukakan kepada responden yang terdiri daripada guru-guru KHB di sekola menengah daerah Pasir Mas,Kelantan untuk mendapatkan maklumat dan data mengenai

Hasil yang diperoleh dari data primer dan sekunder di olah pada proses pengolahan data dengan data pengujian kualitas air hujan, perhitungan intensitas curah hujan, perhitungan

1) Menurut hasil prediksi dengan metode Grover, Altman Z- Score dan Springate diperoleh kesimpulan bahwa PT Solusi Bangun Indonesia Tbk berada dalam kondisi