STRATEGI PEMENANGAN PILKADA JAKARTA JOKOWI DAN AHOK DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI POLITIK
Disusun oleh:
Muhammad Ridwan Aziz (09413244053) Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta Mata Kuliah Sosiologi Politik
Dosen Pengampu: Dr. Suharno, M. Si dan Nur Hidayah M.Si A. PENDAHULUAN
Pemilu yang dalam hal ini adalah pilkada merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pilkada Jakarta misalnya, yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2012 mendatang, dimana dalam Pilkada tersebut rakyat akan menentukan siapa yang nantinya akan menjadi orang nomor satu di Jakarta selanjutnya. Dari banyak calon peserta pilkada, ada satu calon yang kontroversi dalam pilkada tersebut, mereka adalah pasangan Joko Widodo (dipanggil Jokowi) dan Basuki Tjahja Purnama (dipanggil Ahok). Mereka merupakan calon yang bukan berasal dari Jakarta, Jokowi berasal dari Solo, dan Ahok berasal dari Bangka Belitung. Meskipun
demikian, nama-nama pasangan calon yang diusung oleh partai PDI-P dan GERINDRA ini merupakan orang-orang nomor satu di daerahnya. Jokowi misalnya, sampai sekarang Ia masih menjabat sebagai Walikota kota Solo.
Dengan demikian, dari pemaparan di atas penulis akan menyampaikan dalam tulisan ini mengenai strategi pemenangan yang dilakukan oleh pasangan ini. Strategi pemenangan yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana pasangan tersebut menggunakan strategi
komunikasi politiknya untuk memenanangi Pilkada Jakarta yang akan berlangsung pada tanggal 11 Juli 2012 mendatang. Strategi komunikasi politik tersebut diantaranya meliputi (1) pembicaraan politik pasangan dalam mempengaruhi rakyat Jakarta, (2) kelembagaan yang diusung, dan (3) mengenai bagaimana pasangan tersebut memilah dan memilih media yang digunakan dalam kampanyenya.
B. PEMBAHASAN
1. Pembicaraan Politik Pasangan Jokowi dan Ahok
Berpolitik sama halnya dengan berkomunikasi, yang dalam hal ini adalah mengenai suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak atau “melibatkan pembicaraan”. Ilmuwan politik Mark Roelofs (Dan Nimmo, 1993: 8), mengatakan dengan sederhana bahwa “Politik adalah pembicaraan atau lebih tepatnya berpolitik adalah berbicara. Dalam bukunya
Cholisin, dkk (2007: 114) mengatakan bahwa komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Kemudian David V.J. Bell menjelaskan tiga jenis pembicaraan politik, diantaranya adalah pembicaran kekuasaan, pembicaraan pengaruh, dan pembicaraan autoritas (Dan Nimmo, 1993: 75).
a. Pembicaraan kekuasaan
Menurut David V.J. Bell pembicaraan kekuasaan berarti mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji. Terkait mengenai kasus Jokowi dan Ahok dalam Pilkda Jakarta, pasangan ini memberikan dukungan janji berupa suatu upaya untuk mengatasi kemacetan dan menanggulangi banjir (www.suarapembaharuan.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.04 WIB). Selain itu, pasangan ini juga akan membuat Satpol PP DKI Jakarta menjadi santun (http://megapolitan.kompas.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.10 WIB) dan akan bertugas di lapangan untuk mengawasi pembangunan dari pada duduk di kantor (www.centroone.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.36 WIB). Janji-janji pasangan ini dilakukan guna mempengaruhi orang lain (masyarakat) agar masyarakat mengira kedua pasangan ini nantinya akan melakukan hal tersebut jika terpilih nanti menjadi Kepala Daerah Jakarta.
Sama halnya dengan pembicaraan kekuasaan, yaitu mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Namun, terdapat perbedaan dalam alat yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Dalam pembicaraan pengaruh, alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan. Pasangan Jokowi dan Ahok dalam melakukan pembicaraan pengaruh, akan melakukan kunjungan ke kediaman Sutiyoso, guna berkonsultasi dengannya. Ini mereka lakukan agar mereka mendapatkan citra yang baik di mata masyarakat Jakarta, karena masyarakat akan menilai bahwa apa yang dilakukan oleh calon peserta ini tidak gegabah untuk menjadi kepala daerah nantinya, dan menyebabkan kemungkinan adanya suatu dorongan dari masyarakat untuk memilih pasangan ini di Pilkada yang akan berlangsung 11 Juli 2012 nanti.
c. Pembicaraan Autoritas
Pembicaraan autoritas lebih merupakan bentuk perintah daripada bentuk bersyarat (contingen) yang merupakan ciri khas kekuasaan dan pengaruh. Penulis akan mencoba mengungkapkan mengenai pembicaraan autoritas yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan Ahok ini. Pembicaraan yang dilakukan oleh pasangan ini, kemungkinan tidak dilakukan pada saat proses kampanye berlangsung, melainkan dilakukan jika pasangan ini terpilih nantinya. Direalisasikan atau tidaknya janji-janji yang mereka lakukan pada saat kampanye tergantung pada mereka.
2. PDI-P dan GERINDRA sebagai Lembaga
Ketokohan seorang politikus, aktivis atau profesional akan meningkat, jika didukung oleh lembaga yang ternama, atau berkiprah dalam lembaga tersebut. Jadi lembaga
merupakan sebuah kekuatan yang besar dalam membantu proses komunikasi politik yang efektif. Lembaga adalah wadah kerjasama beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam dunia politik, lembaga itu berupa partai politik parlemen dan pemerintahan, atau birokrasi. Lembaga-lembaga non-politik, pada dasarnya memiliki juga kekuatan politik, meskipun kecil dan tentu tidak sama dengan lembaga politik (Anwar Arifin, 2006).
pada waktu Pemilu tahun lalu menempati posisi lima besar dalam dunia perpolitikan Indonesia. Pasangan Jokowi dan Ahok dalam hal ini berharap dengan mengusung partai-partai besar itu menjadikan mereka menang dalam Pilkada 11 Juli 2012 nanti.
3. Pemilihan Media dalam Komunikasi Politik
Penggunaan media dalam komunikasi politik, perlu dipilah dan dipilih dengan cermat untuk mentesuaikan dengan kondisi dan situasi khalayak. Menurut McLuhan (Anwar Arifin, 2006: 86) eksistensi media adalah sebagai perpanjangan indera manusia. Satu tipe saluran utama yang menekankan komunikasi satu kepada banyak orang, yaitu komunikasi massa. Berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi, komunikasi massa dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi yang membutuhkan perantara atau komunikasi jarak jauh (Dan Nimmo, 1993: 168). Untuk komuniksi tatap muka, tidak diperlukan media karena cukup hanya berbicara di depan khalayak. Sedangkan untuk komunikasi jarak jauh
diperlukan perantara untuk berkomunikasi dengan khalayak, seperti diperlukan penggunaan media massa, media interaktif (internet, telpon misalnya).
Saluran komunikasi pada kasus pasangan Jokowi dan Ahok dalam Pilkada Jakarta, mereka menggunakan dua tipe penggunaan komunikasi massa, yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi jarak jauh. Pertama, dalam penggunaan komunikasi tatap muka, mereka akan mendatangi masyarakat (www.centroone.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.30 WIB). Kedua, dalam penggunaan komunikasi jarak jauh, mereka akan menggunakan media interaktif internet seperti memanfaatkan jejaring sosial Facebook dan Twitter (Kolom Nusaraya, Harian Jogja, 28/03/12), dan memberikan nomor telepon mereka kepada masyarakat (www.centroone.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.30 WIB). Hal ini mereka lakukan guna menghemat dana dan agar masyarakat juga bisa langsung berinteraksi dengan mereka, dengan memberikan masukkan mengenai keadaan Jakarta. Sementara, Isteri dari Jokowi, Iriana Joko Widodo, juga membantu dalam kampanye mereka, seperti
memanfaatkan jaringan komunikasi antar alumni untuk mendukung suaminya dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta (dilansir pada www.antaranews.com, diakses tanggal 30/03/12 pukul 09.07 WIB).
C. PENUTUP
Usaha pemenangan yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan Ahok adalah (1)
akan membuat Satpol PP di Jakarta bersikap santun kepada masyarakat, serta akan bertugas di lapangan untuk mengawasi jalannya pembangunan. (2) Dalam memberikan pengaruh, pasangan Jokowi dan Ahok melakukan kunjungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso untuk berkonsultasi mengenai keadaan Jakarta. Hal ini dilakukan untuk
mempengaruhi pola pikir warga agar mereka berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi dan Ahok tidak gegabah, sehingga mendorong masyarakat untuk memilih mereka dalam pemilihan gubernur nantinya.
(3) Untuk memudahkan mereka dalam melakukan komunikasi politik, mereka
menggunakan PDI-P dan GERINDRA sebagai dasar lembaga mereka. (4) Dalam pemilihan media komunikasi politik, pasangan ini menggunakan dua pendekatan. Pendekatan yang pertama dengan melakukan pendekatan tatap muka, yaitu dengan mendatangi setiap warga masyarakat. Kemudian, pendekatan yang kedua adalah dengan melakukan pendekatan perantara, yaitu menggunakan media seperti membuat akun jejaring sosial internet
(Facebook dan Twitter) dan memberikan nomor telepon mereka kepada masyarakat. Hal ini mereka lakukan guna menghemat biaya kampanye dan memudahkan masyarakat untuk bekomunikasi dengan mereka.
Setelah penulis menjelaskan dengan panjang lebar mengenai langkah-langkah yang dilakukan Jokowi dan Ahok untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta tanggal 11 Juli 2012 mendatang. Penulis melihat langkah-langkah yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan Ahok ini bisa dibilang sangat berani karena mereka tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya mengenai tempat dimana mereka akan menjadi seorang pemimpin nantinya. Namun, penulis juga kagum atas usaha mereka dalam memenangkan pemilihan guburnur tersebut. Penulis berharap kepada pasangan Jokowi dan Ahok untuk merealisasikan janji-janji mereka, jangan hanya karena ingin mendapatkan simapati dari rakyat sehingga mereka membuat janji-janji manis seperti yang telah dijelaskan di muka.
D. DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin. 2006. Pencitraan dalam Politik (Strategi Pemenangan Pemilu dalam Perspektif Politik). Jakarta: Pustaka Indonesia.
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Harian Jogja Express. 2012. “Jokowi Andalkan Facebook dan Twitter” dalam kolom Nusaraya. Tanggal 28 Maret 2012.
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/28/13410248/Jokowi.Akan.Buat.Satpol.PP.D KI.Lebih.Santun. diakses pada tanggal 30/03/2012 pukul 09.10 WIB.
http://www.antaranews.com/berita/303739/istri-jokowi-galang-dukungan-dari-jaringan-alumni diakses pada tanggal 30/03/2012 pukul 09.07 WIB.
http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/kampanye-jokowi-ahok-bukan-dengan-kaos/ diakses pada tanggal 30/03/2012 pukul 09.30 WIB.
http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/jokowi-mau-jadi-gubernur-jalanan/ diakses pada tanggal 30/03/2012 pukul 09.36 WIB.
http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/jokowi-ahok-ogah-ngoceh-janji-surga/ diakses pada pukul 09.43 WIB.