• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Percepatan Pembangunan Antara Kabupaten Induk Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Pemekaran Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Percepatan Pembangunan Antara Kabupaten Induk Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Pemekaran Toba Samosir"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah

Pengertian Otonomi daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan daerah untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangganya sendiri.

Substansi penting dari otonomi daerah adalah pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah secara politik dan ekonomi agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara adil dan merata. Misi yang diemban oleh sistem pemerintahan desentralisasi bukan hanya semata pelimpahan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai daerah otonom. Tetapi esensi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan, kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Tujuan utama otonomi daerah antara lain adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah b. Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada daerah mengurus dan

(2)

c. Meringankan beban pemerintah (pusat) agar jalannya roda pemerintahan dan proses pelaksanaan pembangunan terutama di daerah berlangsung lebih efektif dan efisien

d. Mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan didaerah masing-masing

e. Mengembangkan iklim kehidupan berdemokrasi , keadilan dan pemerataan f. Mempertahankan dan memelihara hubungan yang harmonis antar

pemerintah pusat dengan daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

g. Mendorong pemberdayaan masyarakat daerah

h. Menumbuhkembangkan prakarsa dan kreativitas daerah

(3)

laut, maka pemekaran dapat dipandang sebagai upaya untuk mempercepat pemeratan pembangunan. UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyampaikan pesan perlunya mendekatkan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat di daerah-daerah. Karena itu, banyak urusan pemerintahan yang kemudian diserahkan kepada daerah-daerah melalui sistem desentralisasi yang ditekankan di tingkat kabupaten/kota. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefenisikan daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Agusniar (2006) dalam Malia (2009:14) mengatakan otonomi daerah di Indonesia bukan merupakan konsep baru, karena sejak republik ini berdiri, otonomi daerah sudah menjadi bahan pemikiran para founding fathers kita. Hal ini terbukti dengan dituangkannya masalah otonomi daerah dalam UUD 1945, yang ditindaklanjuti dengan berbagai UU sejak tahun 1958 hingga tahun 1999 dengan UU No. 22 tentang Pemerintah Daerah secara nyata direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004. Namun dalam implementasinya selama ini kita tidak pernah mampu melaksanakan otonomi daerah secara nyata, lebih lanjut diterangkan bahwa ada beberapa permasalahan yang perlu dipahami dalam penerapan otonomi, yaitu : 1. Kita harus memahami bahwa otonomi daerah adalah suatu sistem

(4)

sistem yang utuh dalam pemerintahan. Artinya, seluas apapun otonomi daerah diterapkan tidak akan pernah lepas dari kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Perlu dipahami pula bahwa untuk dapat melaksanakan otonomi secara baik dan benar diperlukan adanya political will (kemauan politik) dari semua pihak, baik pemerintah pusat, masyarakat maupun pemerintah daerah. Kemauan politik ini sangat penting, karena diyakini dapat mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda kedalam suatu wadah pemahaman yang berorientasi pada satu tujuan. Dengan kemauan politik ini pula diharapkan pemikiran-pemikiran parsial, primordial, rasial (etnosentris) dan separatism dapat terbendung, bahkan dapat diakomodasikan secara optimal menjadi suatu kekuatan yang besar bagi proses pembangunan.

(5)

Dalam kehidupan modern, tidak mungkin suatu daerah menutup diri dan dapat memenuhi semua kebutuhan daerahnya sendiri. Perekonomian daerah itu bersifat terbuka, sehingga hubungan perdagangan dan komunikasi akan memenuhi kebutuhan penduduknya baik barang maupun jasa.

Menurut Suparmoko (2002:19), ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penerapan otonomi daerah di Indonesia. Keuntungan dari sistem otonomi daerah adalah :

1. Pemerintah daerah akan bekerja lebih efisien daripada pemerintah pusat. Namun harus hati-hati dalam menentukan kegiatan apa yang harus dikelola pemerintah pusat dan kegiatan yang seyogyanya diserahkan pada pemerintah daerah.

2. Pemerintah daerah akan lebih mampu menyediakan jasa pelayanan publik yang bervariasi sesuai dengan preferensi (keinginan) masing-masing masyarakat.

3. Penduduk akan bebas berpindah tempat tinggal ke daerah yang sesuai dengan keinginannya.

4. Proses politik akan cepat, sederhana dan efisien.

5. Dapat lebih banyak eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan ekonomi.

Lebih lanjut, Suparmoko juga menguraikan beberapa kerugian otonomi daerah, yaitu :

(6)

diserahkan kepada pemerintah daerah, maka setiap daerah akan bertanggung jawab terhadap daerahnya masing-masing dalam menghadapi serangan dari luar. Tentunya seluruh masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa yang harus mempertahankan kesatuannya menghadapi serangan luar.

2. Dalam hal redistribusi pendapatan, pemerintah daerah juga tidak efisien dalam mengusahakannya.

3. Dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi makro, jelas pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakannya, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan moneter.

(7)

Implikasi dari pemekaran wilayah juga bisa menimbulkan seperti hal nya dimana bisa menimbulkan konsekuensi negatif, yaitu terjadinya inefisiensi administrasi karena biaya penyelenggaraan pemerintahan meningkat luar biasa, kemerosotan kapasitas penyelenggaraan fungsi-fungsi dasar yang menjadi kewajiban semua kabupaten/kota, peningkatan parokialisme dan potensi konflik antar kelompok (etnik agama) yang dimanipulasi oleh elit tradisional lokal.

Berdasarkan Informasi yang dihimpun oleh Departemen Dalam Negeri, animo masyarakat (kelompok tertentu) untuk membentuk daerah otonom baru relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data usulan pembentukan daerah otonom hingga saat ini (Januari 2007) sebanyak 21 usulan pembentukan Provinsi dan 110 usulan pembentukan Kabupaten/ Kota. Dari jumlah tersebut terdapat 16 calon Kabupaten/ Kota yang sudah dibahas dalam sidang DPOD, dan selebihnya ditunda pembahasannya menunggu penyelesaian PP Pengganti PP 129 tahun 2000 tentang Persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan daerah. Hal tersebut juga terjadi pada daerah-daerah di sumatera utara yakni membentuk daerah otonom baru seperti hal nya daerah otonom baru Toba Samosir yang berawal dari kabupaten induk Tapanuli Utara.

2.2. Konsep Desentralisasi

(8)

Daerah. Dalam hal ini desentralisasi dimaknai sebagai penyerahan, pendelegasian, dan pembagian kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam hal yang berhubungan dengan sistem pemerintahan, pengambilan keputusan, pembiayaan serta pengaturan daerah berskala kabupaten/kota, diantaranya:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan f. Penyelenggaraan pendidikan g. Penanggulangan masalah sosial h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah j. Pengendalian lingkungan hiduo

k. Pelayanan pertanahan

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelayanan administrasi penanaman modal

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh perundang-undangan.

(9)

wewenang dan kekuasaan; (2) desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan; (3) desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran dan pemberian kekuasaan dan kewenangan; serta (4) desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian dan pembentukan daerah pemerintahan.

Desentralisasi bertujuan agar hasil pembangunan bisa dirasakan secara menyebar dan merata diseluruh kawasan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan jumlah penduduk miskin. Desentralisasi juga merupakan usaha memandirikan daerah untuk mengelola rumah-tangganya sendiri. Desentralisasi memberi ruang yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam memajukan daerah sesuai kebutuhan dan kondisi sosialnya. Singkatnya tujuan dari desentralisasi ialah hendak memangkas hambatan-hambatan pembangunan daerah yang disebabkan birokrasi pemerintahan yang berwajah sentralitas.

Otonomi daerah dan desentralisasi adalah dua hal yang berbeda maknanya. Desentralisasi bersentuhan langsung dengan proses yang mencakup pembentukan daerah otonom, penyerahan kekuasaan dan urusan pemerintahan. Sementara otonomi daerah bersentuhan dengan isi, akibat dan hasil dari proses pembentukan daerah otonom. Jadi kata desentralisasi dan otonomi daerah memiliki pengertian yang berbeda.

(10)

diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat (lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing, dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan(Sulisih, 2002).

Pada sisi lain, jika dikaitkan dengan pembagian wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan asas desentralisasi, maka akan melahirkan Daerah Otonom yaitu kesatuan masyarakat yang mempunyai wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No 22/1999). Di Indonesia berdasarkan UU No 5/1974 dikenal dua tingkatan daerah otonom, yaitu Daerah Tingkat I (Dati I) dan daerah Tingkat II (Dati II).

Namun menurut UU No 22/1999 tidak dikenal sebutan/nomenklatur daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II lagi mengingat Indonesia menganut integrated prefectoral system, maka batas-batas wilayah administrasi berhimpit dengan wilayah dari daerah otonomi (Fused Model menurut A.F. Leemans). Demikian juga elemen jabatan diintegrasikan di tangan pejabat dari orang yang sama. Seorang Kepalan Wilayah juga merangkap sebagai Kepala Daerah, dalam hal ini seorang kepala Wilayah lebih mengutamakan kepentingan pemerintahan pusat dari pada kepentingan masyarakat daerah.

(11)

sendi-sendi demokrasi (Hoessein, 2000) yang hendak dikembangkan dalam penyelenggaraan desentralisasi.

2.3 Pemekaran Wilayah

Pemekaran adalah sesuatu bagian yang utuh atau suatu kesatuan yang dibagi atau dipisahkan menjadi beberapa bagian yang berdiri sendiri. (Poerwadarminta, 2005). Jadi dengan demikian daerah/wilayah pemekaran adalah suatu daerah/wilayah yang sebelumnya satu kesatuan yang utuh yang kemudian di bagi atau dimekarkan menjadi beberapa bagian untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

Menurut syarif, “pemekaran wilayah adalah tuntutan masyarakat untuk

membentuk daerah yang baru, dengan cara memisahkan diri dari kesatuan wilayah pemerintahan daeerah tertentu dengan tujuan untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih baik”. (Syarif, 2004 : 7 ).

Gie (2002) menyebutkan lima faktor yang harus diperhatikan dalam pembentukan / pemekaran suatu wilayah yaitu :

1. Luas daerah suatu wilayah sedapat mungkin merupakan suatu kesatuan dalam perhubungan, pengairan dan dari segi perekonomian dan juga harus diperhatikan keinginan penduduk setempat, persamaan adat istiadat serta kebiasaan hidupnya.

(12)

3. Jumlah penduduk tidak boleh terlampau kecil.

4. Pegawai daerah sebaiknya mempunyai tenaga-tenaga professional dan ahli. 5. Keuangan daerah yang berarti terdapat sumber-sumber kemakmuran yang

dimiliki oleh daerah itu sendiri.

Sejak tahun 1998, perkembangan otonomi daerah maju sangat pesat. Dimulai dengan pembentukan UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah sebagai pengganti UU No 5/1974, isu otonomi daerah terus bergulir tidak saja hal nya isu seperti pemekaran wilayah, pemilihan kepala daerah serta pembagian keuangan antara pusat dan daerah. Dinamika otonomi daerah terus berlanjut pada gilirannya membutuhkan sebuah aturan yang mampu menampung berbagai tuntutan masyarakat tersebut. Oleh karena itu kemudian lahirlah UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah yang memuat berbagai hal mulai dari pembentukan daerah dan kawasan khusus, pembagian urusan pemerintahan, pemerintahan daerah, perangkat daerah, keuangan daerah, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, kepegawaian daerah, pembinaan dan pengawasan desa serta masalah pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Rachmad, 2007).

(13)

daerah induk dan DOB (Daerah Otonom Baru) dapat melaksanakan otonomi daerah secara maksimal. Dalam hal ini masing-masing pemerintah daerah, termasuk daerah pemekaran baru berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan, baik dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangakan aspek politis yang sering muncul adalah dalam bentuk beberapa tokoh politik untuk mendapatkan jabatan baru, baik sebagai kepala dan wakil kepala daerah maupun anggota DPRD pada daerah pemekaran. Pada tataran normatif, kebijakan pemekaran wilayah seharusnya ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Sihotang (1997) dalam Malik (2006) tujuan wilayah yakni sebagai suatu usaha untuk menentukan batas-batas daerah yang biasanya lebih besar daripada daerah struktur pemerintahan lokal, dengan maksudlebih mengefektifkan dan mengefisienkan pemerintah beserta perencanaan lokal dan nasionalnya dan secara umum pemekaran wilayah merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan.

(14)

pemekaran wilayah tersebut diharapkan pemerintah daerah akan dapat lebih memanfaatkan dan mengelola peluang dan potensi yang dimiliki daerah untuk kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah dengan melibatkan aspirasi dan partisipasi rakyat daerah. Begitu juga hal nya dengan Kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara yakni terkhususnya kabupaten Tapanuli Utara dan kabupaten Toba Samosir dapat melaksanakan pemekaran wilayah dengan semaksimal mungkin agar terciptanya kesejahteraan dan pemerataan serta dapat mengurangi tingkat pengangguran di kabupaten tersebut.

2.4 Percepatan Pembangunan Ekonomi Daerah

2.4.1 Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

(15)

Dapat di tarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi memiliki 4 sifat penting yaitu:

1. Suatu proses, pembangunan ekonomi merupakan suatu proses, artinya pembangunan ekonomi itu berlangsung secara terus-menerus bukan merupakan kegiatan yang sifatnya insidental (tidak sengaja).

2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita Dikatakan terjadi pembangunan ekonomi jika terjadi kenaikan dalam hal pendapatan per kapita, karena kenaikan pendapatan kenaikan per kapita itu merupakan cerminan terjadinya kesejahteraan ekonomi masyarakat.

3. Kenaikan pendapatan per kapita berlangsung dalam jangka panjang Pendapatan per kapita secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun. Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa pendaptan per kapita harus mengalami kenaikan secara terus-menerus, tetapi pada suatu waktu tertentu dapat turun, namun turunnya tidak terlalu besar.

4. Kenaikan pendapatan per kapita diikuti dengan terjadinya perubahan teknologi atau kelembagaan.

Maksudnya, dikatakan terjadi pembangunan ekonomi bukan saja berarti peningkatan pendapatan per kapita, namun kenaikan pendapatan per kapita juga harus diikuti dengan terjadinya perubahan teknologi. Misalnya di sektor pertanian, yang dulunya pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga hewan, sekarang berganti meggunkana traktor.

(16)

industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pemngetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru.

Pembangunan ekonomi daerah juga merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 2003).

(17)

Jhingan (2002), menjelaskan syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa proses bertumbuhnya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diintimidasi oleh daerah luar. Ada sejumlah teori yang menerangkan mengapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antar daerah. Teori yang umum yang digunakan adalah teori basis, teori lokasi, dan teori daya tarik industri (Tambunan, 2001).

a. Teori Basis Ekonomi

Teori ini menjelaskan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, temasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya yang diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan lapangan kerja di daerah tersebut.

b. Teori Lokasi

(18)

karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya produksinya.

c. Teori Daya Tarik Industri

Upaya pengembangan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan industri-industri apa yang tepat untuk dikembangkan, ini adalah masalah membangun portofolio industri di suatu daerah. Faktor-faktor daya tarik lainnya adalah produktifitas, industri-industri kaitan, daya saing di masa depan, spesialisasi industri, potensi ekspor, dan prospek bagi permintaan domestik.

(19)

2.4.2 Percepatan Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) adalah sebuah program uji coba inovatif yang dirintis oleh Pemerintah Indonesiasejak tahun 2005 dan dirancang untuk mengatasi permasalahan pemerintahan dan kebijakan di 51 kabupaten termiskin di seluruh Indonesia. P2DTK didasarkan pada sejumlah proyek pengembangan masyarakat lain yang telah sukses, seperti Program Pengembangan Kecamatan (PPK/KDP), untuk menyelaraskan prosedur perencanaan secara bottom-up dengan pemerintah kabupaten yang baru saja diberdayakan.

(20)

dalam: pertama, perubahan struktur ekonomi; dari pertanian ke industri atau jasa. Kedua, perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa hasil pemikiran para ekonom dunia terdahulu tentang teori pertumbuhan ekonomi, diketahui tingkat dan laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh 4 hal: luas tanah(termasuk kekayaan alam yang dikandung di dalamnya), jumlah dan perkembangan penduduk, jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun, tingkat teknologi guna perbaikan dari tahun ke tahun (Sukirno, 2007).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.

(21)

tertentu. Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukurannya pun berbeda. Karena itu angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan. Sebab, dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan (Prathama Rahardja, 2008)

Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.

(22)

Dimana :

G : Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB 1: PDRB ADHK pada suatu tahun

PDRB0 : PDRB ADHK pada tahun sebelumnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:  Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

 Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

 Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(23)

berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

 Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

 Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit karena :

(24)

2. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

3. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebab perekonomian daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan kaeluar dan suatu daerah sukar diperoleh.

4. Bagi negara yang sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum. Data yang ada terbatas itupun banyak yang sulit untuk dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian suatu daerah

Tabel 2.1

Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Ekonomi No Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Ekonomi

1 Peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun dalam satu tahun (jangka pendek)

Peningkatan jumlah dan kualitas produksi dalm jangka panjang

2 Kenaikan pendapatan nasional (tidak melihat naik atau turunnya jumlah penduduk )

Kenaikan pendapatan per kapita (dengan melihat faktor penduduk)

(25)

2.4.3 Indikator Kinerja Ekonomi Daerah

Percepatan pembangunan merupakan salah satu tujuan dari pemekaran wilayah. Percepatan pembangunan dapat dicapai melalui peningkatan kinerja perekonomian daerah. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan daerah diperlukan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Dalam perencanaan dan evaluasi tersebut diperlukan data/indikator statistik yang mendukung sebagai acuan tolak ukur keberhasilan. Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator dampak (impact) yang pencapaiannya indikator hasil (outcome). Salah satu indikator yang terkait dalam kinerja pembangunan daerah yaitu indikator ekonomi. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa dalam indikator ekonomi terdapat beberapa hal yang terkait dalam evaluasi kinerja pembangunan daerah antara lain:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (1998) pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Menurut salvatore dalam yunitasari (2007) petumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana PDB riil per kapita meningkat secara terus menerus mealui kenaikan produksi per kapita. Saran beberapa kenaikan produksi riil per kapita dan taraf hidup (pendapatan riil per kapita) merupakan tujuan utama yang perlu dicapai melalui penyediaan dan pengarahan sumber-sumber produksi.

(26)

menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis negara yang bersangkutan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan dan kondisi pembangunan perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi meliputi laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi dan menggambarkan berbagai tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.

2. PDRB Per Kapita

Pemekaran wilayah merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan pembangunan ekonomi. Tambunan (2003) menyebutkan indikator pembangunan ekonomi diantaranya PDRB per Kapita. PDRB per Kapita menggambarkan tingkat kesejahteraan yang terjadi disuatu masyarakat, sejauh tingkat pemeratannya cukup merata. Semakin tinggi nilai PDRB per Kapita maka dapat dikatakan masyarakat semakin sejahtera. Angka PDRB Per Kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB terbagi atas dua yaitu PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan. 3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(27)

berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, keuntungan bersih perusahaan daerah, dan sumber PAD lainnya yang sah.

Sesuai tujuan awal pelaksanaan otonomi daerah , yaitu untuk meningkatkan kemandirian daerah , maka PAD diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama dari suatu wilayah. Untuk itu, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan PAD setiap daerah yang dipimpinnya. Kewenangan tersebut berupa kebebasan pemungutan pajak/retribusi , sistem transfer dan pemberian kewenangan untuk melakukan pinjaman (Sinaga dan Siregar, 2005).Namun dalam upaya peningkatan PAD tersebut, setiap daerah dilarang untuk: (1) menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang dapat menyebabkan biaya ekonomi menjadi tinggi; dan (2) menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk , lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan ekspor/impor.

4. Angka Kemiskinan

(28)

serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif dan kreatifitas masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi semua pihak. Upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi di bidang sosial.

(29)

5. Pengangguran

Definisi pengangguran dalam arti luas adalah penduduk yang tidak berkerja tetapi sedang mencari perkerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi mulai bekerja.

Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangaan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan rekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006).

(30)

2.5 Penelitian Tedahulu

Penelitian Pertama dilakukan oleh Ratri Furry Pustika Rachim (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Pemekaran Wilayah Kota Serang Ditinjau Dari Kinerja Ekonomi Dan Kinerja Publik Daerah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik di Kota Serang serta membandingkan kota Serang pada periode sesudah pemekaran (2009-2011) dengan kabupaten Serang yang merupakan kabupaten induknya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode indeksasi. Metode indeksasi digunakan untuk membandingkan kinerja daerah otonom baru denga daerah induk pada periode sesudah pemekaran. Hasil analisis dengan menggunakan metode indeksasi menunjukkan bahwa kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik di Kota Serang ternyata mampu mengimbangi bahkan sedikit lebih baik dibandingkan kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik Kabupaten Serang merupakan daerah induknya. Rata- rata nilai indeks kinerja ekonomi Kota Serang pada tahun 2009-2011 sebesar 25,40 sedangkan rata-rata nilai indeks kinerja ekonomi Kabupaten Serang pada tahun yang sama sebesar 25,36. Sementara untuk indeks kinerja pelayanan publik, Kota Serang memimpin dengan rata-rata nilai indeks sebesar 34,24 melebihi rata-rata nilai indeks kabupaten induknya sebesar 34,21.

Penelitian kedua dilakukan oleh Ade Ahmad Faruk Syahputra (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah Kabupaten Serdang

Bedagai Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”. Penelitian ini bertujuan untuk

(31)

sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Sedangkan Motode yang digunakan yaitu analisis compare means uji t-statistik (paired sample t-test), yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya, analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan pada tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai sesudah adanya pemekaran wilayah atau dengan kata lain mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat dari kenaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun yang menunjukkan kenaikan signifikan; (2) Sejalan dengan perkembangan komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia yaitu pendidikan, kesehatan dan pengeluaran perkapita yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, IPM kabupaten Serdang Bedagai juga mengalami peningkatan. Sehingga komponen pembentuk Indeks Pembangunan manusia tersebut, telah menunjukkan dampak yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian Ketiga dilakukan oleh Anna Yulianita (2011) dengan judul

“Analisis kinerja ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kabupaten muara enim

(induk) dengan kota Prabumulih (baru). Penelitian ini bertujuan untuk

(32)

jumlah orang miskin terhadap total penduduk. Untuk mengetahui secara umum perkembangan ekonomi daerah maka dibuat Indeks Kinerja Ekonomi Daerah (IKE) yang pada prinsipnya adalah rata-rata dari keempat indikator di atas. Hasil dari penelitian ini adalah menyatakan banhwa Kota Prabumulih telah menunjukkan perubahan bila dilihat dari analisis menggunakan Indek Ekonomi Daerah memang masih belum sebaik daerah induk (Kabupaten Muara Enim). Namun bila dilihat dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia ternyata Kota Prabumulih mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada daerah induk.

Penelitian keempat dilakukan oleh Yuliati (2011) yang berjudul

“Evaluasi Hasil Pemekaran : Studi Kasus Pemekaran Kabupaten”, ditujukan

(33)
(34)

2.6 Kerangka Konseptual

Adapun gambaran secara ringkas dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui kerangka konseptual di bawah ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Tingkat Perbandingan Percepatan

Pembangunan

Metode Indeksasi

Setelah

Pemekaran di Kabupaten Pemekaran Toba Samosir Setelah

Pemekaran di Kabupaten Induk Tapanuli Utara

Indikator Kinerja Ekonomi Daerah

1. Pertumbuhan Ekonomi 2. PDRB per kapita 3. PAD

(35)

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris. Berdasarkan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis, yaitu :

Gambar

Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi  dengan  Pembangunan Ekonomi Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait