• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, diupayakan dan disadarkan.

Selain itu, kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang sesuai dengan cita-cita

bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI no.36 tahun 2009). Berubahnya gaya hidup manusia

karena adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi telah menyebabkan terjadinya

peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular telah menjadi penyebab

utama kematian secara global pada saat ini (Shilton, 2013).

Kematian akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari

dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti

kanker, penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes (WHO dalam bulletin PTM Kemenkes

RI, 2011).

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular berdampak terhadap peningkatan beban

pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang penyakit

tidak menular memerlukan biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang

menjadi kronik dan terjadi komplikasi. Data Pusat Pemeliharaan Jaminan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI (2012) memperlihatkan bahwa penyakit tidak menular

menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan

tertinggi dari seluruh penyakit menular (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi merupakan faktor

primer ketiga yang dapat menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini setiap tahunnya setelah

(2)

Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus

meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, malas

berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan bisa memicu terjadinya

hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,

jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (M. Shadine, 2010).

Pola makan dan aktivitas yang tak seimbang juga memiliki kontribusi yang besar penyebab

hipertensi. Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula

mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Berat badan berlebih apalagi penderita obesitas

akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang mempunyai

berat badan normal. Peningkatan tekanan darah ini ditemukan sepanjang hari, termasuk juga

malam hari ( Fauzi, 2014).

Data WHO menunjukkan bahwa sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi

di dunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan disebabkan oleh penyakit tidak menular. Global

status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%

penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular dan 4%

meninggal sebelum usia 70 tahun. Seluruh kematian akibat penyakit tidak menular terjadi pada

orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% di negaranegara berkembang, sedangkan di

negaranegara maju sebesar 13% (Remais, 2012). Menurut WHO, 1 dari 3 orang menderita

hipertensi atau darah tinggi dan data lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 10 orang menderita

hipertensi juga teserang diabetes. Data statistik yang dikeluarkan WHO tahun 2012 juga

menyebutkan dapat memicu stroke yang menyebabkan kematian hingga 51% dan memicu

jantung koroner yang menyebabkan kematian hingga 45%. Prevalensi hipertensi di Indonesia

mencapai 31,7%.

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa

(3)

kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar

25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum

adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Riskesdas, 2013).

Menurut Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2011, hipertensi menduduki peringkat

kedua dari sepuluh penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita sebanyak 60.628

orang. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi selalu menduduki peringkat lima teratas dalam

hal penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita yang sangat tidak bisa diprediksi

jumlahnya (Dinkes Kota Medan, 2011).

Menurut data Dinas Kesehatan Pemeritah Kota Medan selama tahun 2008-2012

berdasarkan laporan 14 rumah sakit di Kota Medan, jumlah kasus hipertensi adalah sebesar

51.354 pasien dengan mortalitas/kematian sebesar 442 pasien dan rata-rata pertumbuhan

jumlah pasien per tahun adalah sebesar 3,37%. Untuk kasus penyakit jantung adalah sebesar

38.051 pasien dengan kematian sebesar 582 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien

per tahun adalah sebesar 6,49%. Sedangkan untuk penyakit stroke adalah sebesar 8.970 pasien

dengan kematian sebesar 1.313 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun

adalah sebesar 3.07% (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013).

Salah satu kegiatan pengendalian dan pencegahan hipertensi yang dilakukan yaitu

monitoring dan deteksi dini penyakit hipertensi di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) (PTM Kemenkes RI, 2014).

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan salah

satu program Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dan merupakan salah

satu tuntutan dari Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Bab X Pasal 158

bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya pencegahan,

(4)

Posbindu dilakukan untuk seluruh masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas dengan

pelaksana masyarakat dan dibantu oleh petugas puskesmas setempat. Saat ini sudah terdapat

7.225 posbindu di seluruh Indonesia (Depkes, 2013). Dilakukan secara berkala dengan

menggunakan sistem 5 meja, yaitu pendaftaran; wawancara terarah; pengukuran TB, BB, IMT,

Lingkar perut dan analisa lemak tubuh; pengukuran tekanan darah gula, kolesterol total dan

trigliserida darah, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kadar alkohol pernafasan dan tes

amfetamin urin; serta konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya (Petunujuk Teknis PTM

Kemenkes RI, 2014).

Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di

Indonesia yaitu; Sumatera Utara : DM (1,8%), Hipertensi (6,6%), Lampung : DM (0,7%),

Hipertensi (7,4%), Kalimantan Barat : DM (0,8%), Hipertensi (8,0%), dan Yogyakarta : DM

(2,6%), Hipertensi (12,8%). (Riskesda, 2013).Prevalensi penyakit yang terdiagnosa oleh

Pelayanan Kesehatan di posbindu lansia di Sumatera Utara yaitu; Kota Medan : Asma (2,1%),

Jantung (1,2%), DM (1,2%),Tumor (0,7%), Kota Binjai : Asma (0,4%), Jantung (0,7%) DM

(0,8%), Tumor (1,1%), Deli Serdang : Asma (1,0%), Jantung (0,9%) DM (0,8%), Tumor

(4,9%), Langkat : Asma (0,4%), Jantung (0,6%) DM (0,5%), Tumor (1,2%)(Riskesda, 2013).

Berikut ini adalah hasil studi terdahulu tentng permasalahan yang terdapata pada

inputdan proses kegiatan posbindu. Kendala dalam pelaksanaan posbindu adalah sarana dan

prasarana yang kurang memadai, kurangnya petugas, belum ada kerja sama lintas program dan

sektoral serta ketidakpahaman masyaratakat terhadap manfaat posbindu sehingga banyak yang

belum menerima pelayanan (Nirmalasari, 2009). Permasalahan lain terkait kegiatan posbindu

adalah kemampuan kader dalam menilai status gizi lansia dan melakukan upaya promosi gizi

masih kurang. Permasalahan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan

(5)

Menurut Sunartyasih et al. (2012) dan Bratanegara et al. (2012), menyatakan bahwa

banyak lansia anggota posbindu yang tidk datang di posbindu untuk memeriksakan kesehatan

secara rutin setiap bulannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan posbindu masih

rendah dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah faktor sosial dukungan keluarga.

Penelitian-penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa banyak permasalahan dalam

pelaksanaan posbindu yang terdapat pada input yang dapat mempengaruhi proses.

Hasil penelitian Handayani Dewi Eka (2012), menunjukkan bahwa ketidaktahuan

adanya posbindu lansia sebanyak 165 responden (76,4%), alasan malas karena tidak sedang

sakit sebanyak 2 responden (0,9%), alasan sudah punya tempat berobat sendiri sebanyak 4

responden (1,9%), alasan lupa jadwal posbindu lansia sebanyak 1 orang responden (0,5%),

alasan sibuk 1 responden (0,5%), dan alasan malu ke posbindu 1 responden (0,5%).

Alasan peneliti melakukan penelitian di Puskesmas Padang Bulan karena jumlah kasus

Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sangat banyak. Dimana wilayah kerja

Puskesmas Padang Bulan mencakup enam kelurahan yakni; Kelurahan Padang Bulan, Babura,

Darat, Merdeka, Petisah Hulu, dan Titi Rantai. Sehingga untuk memudahkan pasien hipertensi

datang ke posbindu maka dibentuklah kegiatan posbindu di enam kelurahan tersebut, namun

kenyataannya pasien yang datang ke posbindu masih sangat sedikit yakni 8-10 orang. Hal

tersebut tidak sesuai dengan harapan petugas yaitu 50-70% dari jumlah penderita hipertensi.

Menurut salah satu petugas posbindu bahwa terdapat dua kelurahan yakni Kelurahan

Merdeka dan Babura yang programnya tidak berjalan dengan baik dikarenakan kader yang

kurang kreatif. Sedangkan berdasarkan penuturan salah seorang petugas posbindu, cukup sulit

untuk berkoordinasi dengan lurah setempat agar mau berpartisipasi dalam mendirikan

posbindu di kelurahan tersebut. Oleh karena itu pasien hipertensi di Kelurahan tersebut tidak

rutin melakukan pemeriksaan hipertensi. Hal tersebut menyebabkan penanganan hipertensi di

(6)

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, rekapitulasi penyakit tidak menular di

Puskesmas Padang Bulan menunjukkan jumlah kasus penderita hipertensi pada tahun 2014

sebanyak 1978 kasus dan terjadi peningkatan di tahun 2015 sebanyak 2381 kasus. Pada tahun

2015, ditemukan sebanyak 1 kasus pada kelompok umur <18 tahun, 153 kasus pada kelompok

umur18-45 tahun, 232 kasus pada kelompok umur 45-54 tahun, 1895 kasus pada kelompok

umur ≤55 tahun, akan tetapi yang mau datang ke posbindu dan mengikuti program-program

yang ada di puskesmas tersebut hanya 10-15 orang penderita hipertensi tiap bulannya (Profil

Puskesmas Padang Bulan, 2015).

Berdasarkan uraian di atas. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Analisis Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu

PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016 untuk melihat

bagaimana sesungguhnya pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan tahun

2016?”

1.3 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada penderita hipertensi di Puskesmas

(7)

1.4 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(Posbindu PTM) sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional) di Puskesmas Padang

Bulan.

2. Mengetahui tenaga kesehatan pada program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

3. Mengetahui pendanaan pada program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

4. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana dan peralatan pada program Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

5. Mengetahui hambatan dan strategi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan program

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang

Bulan.

6. Mengetahui pemantauan dan evaluasi program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di Puskesmas Padang Bulan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

mengenai penanggulangan penyakit hipertensi sehingga dapat meningkatkan

efektivitas dan efisiensi penanggulangan hipertensi di Kota Medan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi puskesmas dan

kader posbindu mengenai pelaksanaan penanggulangan hipertensi, sehingga dapat

meningkatkan perannya dalam upaya preventif dan promotif.

(8)

4. Menjadi wawasan baru bagi peneliti lain dalam penelitian mengenai penanggulangan

penyakit hipertensi dengan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian Kepemimpinan non-Muslim Menurut Fiqih Siyasah Dan Hukum Tata Negara Indonesia yaitu, Pendapat ahli Fiqih Siyasah yang

From the searches that have been made in understanding the views of regionality and regionalism in architecture was found that regionality is an identity that

Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi dari proses pembelajaran pada konsep gaya magnet dengan penerapan pendekatan keterampilan

[r]

II Provinsi Sumatera Utara..

Hasil penelitian adalah: (1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi,

1) Word of Mouth adalah suatu informasi yang tidak dipengaruhi atau independen dan terpercaya (ketika informasi itu didapatkan dari seorang teman atau keluarga akan terpercaya

_________9.Ketika saya merasa tidak mampu dalam beberapa hal, saya mencoba untuk mengingatkan diri sendiri bahwa perasaan yang sama juga dimiliki oleh