• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DPRD DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA DPRD DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM)

KINERJA DPRD DALAM MELAKSANAKAN

FUNGSI LEGISLASI

(Studi Kasus pada DPRD Kah. Kapuas Hulu)

UNIVERSITAS TERBUKA

TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Ilmu Administrasi

Bidang Minat Administrasi Publik

Disusun Oleh :

HAMDI JAFAR

NIM. 500022434

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS TERBUKA

JAKARTA

2015

42208.pdf

(2)

UNIVERSIT AS TERBUKA PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

PERNYATAAN

T APM yang berjudul "Kinerja DPRD Dalam Melaksanakan Fungsi Legislasi (Studi Kasus pada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu)" adalah basil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutif maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari temyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat ), maka saya bersedia menerima sanksi akademik.

Jakarta, Agustus 2015

NIM. 500022434

42208.pdf

(3)

ABSTRAK

Kinerja DPRD Dalam Melaksanakan Fungsi Legislasi (Studi Kasus pada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu)

Hamdi Jafar Universitas Terbuka hamdijafar70/ci umail.com

TAPM ini berjudul Kinerja DPRD Dalam Melaksanakan Fungsi Legislasi (Studi pada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu). Fungsi utama DPRD sebagai badan legislasi adalah merupakan mitra kerja Pemerintah Daerah proses perumusan kebijakan daerah. Kebijakan daerah tersebut dituangkan dalam penyusunan dan pembahasan peraturan daerah kabupaten. Dalam menjalankan fungsi legislasinya, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu dirasakan belum maksimal, hal ini terlihat dari hanya tiga Peraturan Daerah inisiatif DPRD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu Periode 2009-2014 dalam pelaksanaan fungsi legislasi. Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan anggota DPRD serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kabupaten Kapuas Hulu. Untuk mengukur kinerja DPRD dalam penelitian ini menggunakan teori Lenvine ( 1990), teori ini untuk mengukur kinerja organisasi dengan tiga indikator yaitu Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu Periode 2009-2014 dalam melaksanakan fungsi legislasi dari indikator Responsivitas

sudah terlaksana optimal. Beberapa aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu telah ditindak lanjuti DPRD dengan menetapkan beberapa Peraturan Daerah. Fungsi DPRD Kabupaten Kapuas Hulu sebagai regulator konjlik mampu menjembatani perbedaan kepentingan antara sesama kelompok masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan Pemerintah Daerah telah terpenuhi. Dimensi

Responsibilitas DPRD Kabupaten Kapuas Hulu kurang optimal. Kegiatan proses

penyusunan, pembahasan dan penetapan Raperda menjadi Perda yang dilakukan oleh lembaga DPRD Kabupaten Kapuas Hulu belum sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pemerintahan yang benar, sehingga dalam menjalankan fungsi legislasinya DPRD Kabupaten Kapuas Hulu belum sejalan dengan tugas, wewenang dan programnya DPRD.

Akuntabilitas pelaksanaan fungsi legislasi DPRD belum berjalan dengan baik. Hal ini

dapat dilihat ketika DPRD menjalankan fungsi legislasi, kepentingan publik tidak pernah menjadi orientasi utamanya. Disamping itu juga pertanggungjawaban kepada masyarakat masih rendah, yang mana laporan pertanggungjawaban setiap kegiatan anggota DPRD tidak pernah disampaikan kepada konstituennya.

Kata Kunci: Kinerja, Legislasi, DPRD.

42208.pdf

(4)

ABSTRACT

In the Council 's performance Implementing Legislation Function (Studies Case in Parliament Kapuas Hulu)

Hamdi Jafar The Open University hamdijafar70 llumai I.com

This TAPM Parliament entitled Performance Functionality In Implementing Legislation (Studies in Parliament Kapuas Hulu). The main functions of Parliament as a legislative body is a partner of the Local Government area of policy formulation process. The regional policies outlined in the preparation and discussion of the district local regulations. In carrying out their legislative functions, Parliament felt Kapuas Hulu is not maximized, it is seen from only three Regional Regulation Council initiatives. The purpose of this study was to determine the performance of Kapuas Hulu district legislature period 2009-2014 in implementing legislative function. The data used in this study are primary and secondary data obtained by interview, observation and documentation study. Interviews were conducted with members of parliament and the parties related to the implementation of the legislative function of Parliament Kapuas Hulu. To measure the performance of Parliament in this study using Lenvine theory (1990), this theory to measure the performance of the organization with three indicators: Responsiveness, Responsibility and Accountability. The analysis method used in this research is descriptive qualitative.

The results of the studi indicate that the performance of Parliament Kapuas Hulu period 2009-2014 in implementing the legislative function of the indicators Re:;ponsiveness is optimal implemented. Some of the aspirations of the people who submitted to Parliament Kapuas Hulu has followed up Parliament to establish several regional regulations. The Parliament Kapuas Hulu Regency function as a regulator capable of bridging different interests conflict among community groups or between such groups and the Regional Government have been met. Responsibility functions of Parliament as a connector aspirations of the people in Kapuas Hulu is not optimal. Activities of the process of drafting, discussion and detennination of the draft law into law committed by the local legislative bodies Kapuas Hulu is not in accordance with the principles of proper administration, so as to perform the function of Kapuas Hulu Regency legislation has not kept pace with the duties, powers and programs parliament. Accountability for implementing the legislative function of Parliament is still low. This can be seen in terms of the the public interest has never been a primary orientation. Besides, it is also accountable to the public remains low, which is where the accountability report any activities of legislators never communicated to constituents.

Keywords: Performance, Legislation, Parliament.

11

42208.pdf

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN TAPM Judul TAPM Penyusun T APM NrM Program Studi HariJTanggal

KTNERJA DPRD DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLAST (STUDI KJ\SUS PAD/\ DPRD KABUPJ\ TEN

KAPUAS HULU) ILA.lv1DI JAFAR

500022434

ADMINISTRASI PUBLIK RABU I 26 A.GUSTUS 2015 Menyetujui: Penguji Ahli Mengetahui: Pembimbing L

Or. H. Wijaya Kusuma. iv1.A

NIP. 196202141986031001

~>

Ketua Bidang llmu Sosial dan llmu Poli;"',

'

Program Magist~r Administrnsi

lik '

.

')

Dr. Drs. Darmanto, M.Ed NIP.

195910271986031003

/ '-.;;;;;===~,:;;;;;:/ iii /./ I ~ , } 'J I 42208.pdf

(6)

UNIVERSITAS TERBUKA

PROGR.Ai'\1 PASCASARJAi1'iA

PROGRAM MAGISTER IL.MU ADMINISTRASI PUBLIK

Nama NIM Program Studi Judul TAPM PENGESAHAN HAMDIJAFAR 500022434 ADMINISTRASI PUBLIK

KfNERJA DPRD DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI (STUDI KASUS PADA DPRD KABUPATEN KAPUAS HULll)

T elah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji T ugas Akhir Program Magister (TAPM) Kincrja DPRD Dalam Mclaksanakan Fungsi Lcgislasi (Studi Kasus Pada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu) Program Pasca-;arjana lJniversitas Terhuka pada:

Hari/tanggal Waktu

Rabu I 26 Agustus 2015 15.00 s.d 17.00 WIB

Dan telah dinyatakan T.lJU

JS.

PANITIA PENGUJI TA.PM

Ketua Komisi Penguji

Nama: Dr. Tati Rajati, M.M

Penguji Ahli

Nama: Andy Fefta Wijaya. MDA .. Ph.D Pembimbing I

Nama: Dr. H. \Vijaya Kusuma, M.A

Pembimbing II

Nama: Suciati, M.Sc.,Ph.D

iv

42208.pdf

(7)

RIWA YAT HIDUP Nama

NIM

Program Studi

Tempat I Tanggal Lahir Pekerjaan

Riwayat Pendidikan

Riwayat Pekerjaan

HAMDIJAFAR, S.Sos 500 022 434

Magister Administrasi Publik (MAP) Nanga Suruk, 18 Agustus 1970 Anggota DPRD Kab. Kapuas Hulu

Lulus SD di Nanga Suruk, pada Tahun 1983 Lulus SMP di Nanga Suruk, pada Tahun 1986 Lulus SMA di Putussibau, pada Tahun 1989 Lulus S 1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura Pontianak pada Tahun 2010

Tahun 2009 s/d 2014 Anggota DPRD Kab. Kapuas Hulu.

Tahun 2014 s/d sekarang Anggota DPRD Kab. Kapuas Hulu.

v

Jakarta, Agustus 2015

HAMDI JAFAR, S.Sos NIM. 500 022 434

42208.pdf

(8)

RIWAYATHIDUP Nama

NIM

Program Studi

Tempat I Tanggal Lahir Pekerjaan

Riwayat Pendidikan

Riwayat Pekerjaan

HAMDI JAFAR, S.Sos 500 022 434

Magister Administrasi Puhlik (MAP) Nanga Suruk, 18 Agustus 1970 Anggota DPRD Kah. Kapuas Hulu

Lulus SD di Nanga Suruk, pada Tahun 1983 Lulus SMP di Nanga Suruk, pada Tahun 1986 Lulus SMA di Putussihau, pada Tahun 1989 Lulus S 1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura Pontianak pada Tahun 2010

Tahun 2009 s/d 2014 Anggota DPRD Kah. Kapuas Hulu.

Tahun 2014 s/d sekarang Anggota DPRD Kah. Kapuas Hulu.

vi

Jakarta, Agustus 2015

HAMDI JAFAR, S.Sos NIM. 500 022 434

42208.pdf

(9)

DAFTAR ISI Halaman J udul

Abstrak ... i

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Kata Pengantar ... v

Riwayat Hidup ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ... 1

B. Ruang Lingkup Masalah ... 10

C. Perumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUST AKA A Kajian Teori ... 16

1. Definisi Administrasi Publik. ... 16

2. Definisi Kinerja ... 17

3. Definis Kinerja Organisasi ... 19

4. Indikator Kinerja ... 23 5. Pengukuran Kinerja ... 26 6. Konsep DPRD ... 33 7. Fungsi Legislasi DPRD ... 34 8. Konsep Perda ... 38 B. Penelitian Terdahulu ... 39 C. Alur Pikir ... 42 D. Pertanyaan Penelitian ... 42 vu 42208.pdf

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Pen el itian ... 44

B. Instrumen Penelitian ... 45

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Alat Pengumpul Data ... 48

E. Informan Penelitian ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

G. Tempat Penelitian ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Ohjek Penelitian ... 52

1. Gamharan Umum Kah. Kapuas Hulu ... 52

2. Gamharan DPRD Kahupaten Kapuas Hulu ... 56

3. Tugas dan Wewenang DPRD Kahupaten Kapuas Hulu ... 66

4. Rapat-Rapat yang dilakukan DPRD ... 69

B. Hasil Penelitian ... 71

1. Kinerja DPRD Kah. Kapuas Hulu ... 71

2. Pengukuran Kinerja DPRD Kah. Kapuas Hulu ... 76

a. Responsivitas ... 77 h. Responsihilitas ... 86 c. Akuntahilitas ... 102 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 110 B. Saran ... 111 DAFTARPUSTAKA ... 113 Vlll 42208.pdf

(11)

DAFTARGAMBAR

Gambar 2.1, Alur Pikir ... 42 Gambar 4 .1, Kedudukan Perda diantara Peraturan Perundangan ... 87 Gambar 4.2, Proses Penyusunan Perda ... 88

lX

42208.pdf

(12)

DAFT AR TAB EL

Tabel 1.1, Jumlah Perda Kab. Kapuas Hulu Periode 2009-2014 ... 7

Tabel 1.2, Perda Kahupaten Kapuas Hulu Tahun 2013 ... 9

Tabel 2.1, Penelitian Terdahulu ... 40

Tahel 3.1, Informan Penelitian ... 49

Tahel 4.1, Kecamatan dan Luas Wilayahnya di Kah. Kapuas Hulu ... 53

Tahel 4.2, Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan Kah. Kapuas Hulu ... 55

Tabel 4.3, Nama-nama Legislator dan Partai Periode 2009-2014 ... 57

Tahel 4.4, Nama Fraksi dan Anggotanya Periode 2009-2014 ... 116

Tahel 4.5, Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi A ... 63

Tabel 4.6, Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi B ... 64

Tahel 4.7, Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi C ... 65

Tabel 4.8, Jumlah Perda Kah. Kapuas Hulu Periode 2009-2014 ... 73

Tabel 4.9, Perda Kahupaten Kapuas Hulu 2013 ... 73

Tabel 4.10, Jumlah Keputusan DPRD Kah. Kapuas Hulu ... 74

Tabel 4.11, Jumlah Audensi Masyarakat ke DPRD ... 79

Tabel 4.12, Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun ... 81

Tahel 4.13, Jadwal Rapat/Persidangan Pemhahasan Perda ... 97

x

42208.pdf

(13)

DAFT AR LAMPIRAN

Lampiran I, Tabel 4.4 ... 116

Lampiran II, Surat ljin Penelitian ... 117

Lampiran Ill, Pedoman Wawancara ... 118

Lampiran IV, Matriks Transkrip Wawancara ... 122

Xl

42208.pdf

(14)

42208.pdf

(15)

42208.pdf

(16)

42208.pdf

(17)

42208.pdf

(18)

42208.pdf

(19)

42208.pdf

(20)

42208.pdf

(21)

42208.pdf

(22)

42208.pdf

(23)

42208.pdf

(24)

42208.pdf

(25)

42208.pdf

(26)

42208.pdf

(27)

42208.pdf

(28)

42208.pdf

(29)

42208.pdf

(30)

42208.pdf

(31)

42208.pdf

(32)

42208.pdf

(33)

42208.pdf

(34)

42208.pdf

(35)

42208.pdf

(36)

42208.pdf

(37)

42208.pdf

(38)

42208.pdf

(39)

42208.pdf

(40)

42208.pdf

(41)

42208.pdf

(42)

42208.pdf

(43)

42208.pdf

(44)

42208.pdf

(45)

42208.pdf

(46)

42208.pdf

(47)

42208.pdf

(48)

42208.pdf

(49)

42208.pdf

(50)

42208.pdf

(51)

42208.pdf

(52)

42208.pdf

(53)

42208.pdf

(54)

42208.pdf

(55)

42208.pdf

(56)

42208.pdf

(57)

42208.pdf

(58)

42208.pdf

(59)

42208.pdf

(60)

42208.pdf

(61)

42208.pdf

(62)

42208.pdf

(63)

42208.pdf

(64)

42208.pdf

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu a. Letak geografis Kabupaten Kapuas Hulu.

Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu daerah yang termasuk ke dalam Propinsi Kalimantan Barat. Secara Geografis berada diantara 0,4° Lintang Utara sampai 1,4° Lintang Selatan dan antara 111,40° Bujur Barat sampai 114,10° Bujur Timur dengan Ibu Kota Putussibau.

Secara umum letak Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barnt ke Timur, dengan jarak tempuh terpanjang ±240 Km dan melebar dari Utara ke Selatan ± 126, 70 Km serta merupakan Kabupaten paling Timur di Propinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah 29,842 Km2 (± 20,33 % dari luas wilayah Provinsi

Kalimantan Barat). Jarak tempuh dari Ibukota Propinsi adalah ±657 Km melalui jalan darat, ±842 Km melalui jalur aliran Sungai Kapuas dan ± 1,5 jam penerbangan udara.

Adapun Batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yaitu:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah.

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang.

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Bagian Serawak (Malaysia).

52

42208.pdf

(66)

53

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang.

Melihat geografis Kabupaten Kapuas Hulu yang memiliki luas wilayah cukup luas dan juga berbatasan dengan negara tetangga Malaysia, sudah seharusnya pembangunan baik semuber daya alam maupun sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Pengembangan sumber daya alam seperti hutan, danau menjadi perhatian yang sangat serius yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Karena sesuai dengan salah satu program Pemerintah Daerah yaitu Kabupaten Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi hutan dan danau.

Secara administratif, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu terdiri dari 23 Kecamatan, 278 Desa dan 703 Dusun. Adapun kecamatan-kecamatan dan luas wilayahnya yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Kecamatan dan Luas Wilayahnya di Kabupaten Kapuas Hulu No

Nama Kecamatan Luas Wilayah Ibu Kota (Km2

)

1. Putussibau Utara 4.122,00 Putussibau 2. Putussibau Selatan 5.352,30 Kedamin

3. Bika 1.069,00 Bika

4. Kalis 1.184,00 Nanga Kalis

5. Mente bah 781,26 Nanga Mentebah 6. Boyan Tanjung 824,00 Boyan Tanjung

7. Pengkadan 531,20 Menendang

8. Hulu Gurung 432,90 Tepuai

9. Seberuang 573,80 Sejiram

10. Semi tau 562,70 Semitau

42208.pdf

(67)

54

11. Suhaid 620,56 Nanga Suhaid i

12. Selimbau 999,24 Selimbau

13. Jongkong 422,50 Jongkong

14. Bunut Hilir 844,10 Nanga Bunut 15. Bunut Hulu 1.118, 14 Nanga Suruk 16. Embaloh Hilir 1.869,10 Nanga Embaloh 17. Embaloh Hulu 3.457,60 Benua Martinus 18. Batang Lupar 1.332,90 Lanjak

19. Badau 700,00 Badau

20 Empanang 357,25 Nanga Kantuk

21. Puring Kencana 448,55 Sungai Antu 22. Silat Hilir 1.177,10 Nanga Silat 23. Silat Hulu 1.061,80 Nanga Dangkan

Jumlah 29.842,00

Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kab. Kapuas Hutu, 2015.

Data di atas menunjukkan bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Putussibau Selatan dengan Ibu Kota Kedamin dan luas wilayahnya 5.352,30 Km2

( ± 18 % dari luas wilayah Kabupaten

Kapuas Hulu). Sedangkan Kecamatan yang terkecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Empanang dengan Ibu Kota Nanga Kantuk yang luas wilayah hanya 357,25 Km2

( ±1,20 % dari luas wilayah Kabupaten

Kapuas Hulu).

b. Keadaan Demografis.

Berdasarkan akumulasi data pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, diperoleh jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu per 31 Oktober 2011 sebanyak 247.306 jiwa terdiri dari 126.271 jiwa laki-laki dan 121.035 jiwa perempuan serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 67.156 KK, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :

42208.pdf

(68)

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 55 Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu (Per 31 Oktober 2011)

Penduduk (Jiwa)

Nama Kecamatan KK

Laki Perempuan Jumlah

Putussibau Utara 14.915 13.501 28.416 6.833 Putussibau Selatan 9.824 9.118 18.942 5.148 Bika 3.353 3.214 6.567 1.226 Kalis 7.190 6.933 14.123 3.447 Mente bah 5.326 5.104 10.430 2.550 Boyan Tanjung 6.349 6.211 12.560 3.480 Pengkadan 4.550 4.373 8.923 2.598 Hulu Gurung 6.959 6.791 13.750 3.925 Seberuang 5.503 5.229 10.732 2.869 Semi tau 4.233 4.090 8.323 2.365 Suhaid 4.734 4.532 9.266 2.617 Selimbau 7.221 7.233 14.454 4.224 Jongkong 5.344 5.589 10.933 3.438 Bunut Hilir 4.601 4.538 9.139 2.460 Bunut Hulu 6.317 6.091 12.408 3.476 Embaloh Hilir 2.890 2.708 5.598 1.642 Embaloh Hulu 2.907 2.790 5.697 1.541 Batang Lupar 2.900 2.779 5.679 1.565 Badau 3.152 3.165 6.317 1.942 Empanang 1.644 1.585 3.229 897 Puring Kencana 1.257 1.263 2.520 680 Silat Hilir 9.195 8.698 17.893 5.178 Silat Hulu 5.907 5.500 11.407 3.055 Jumlah 126.271 121.035 247.306 67.156

Sumber: Data Pokok Kabupaten Kapuas Hulu, 2012

Data di atas menunjukkan bahwa Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Putussibau Utara sebanyak 28.418 jiwa atau 6.833 KK (11,49% dari penduduk Kabupaten Kapuas Hulu). Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk sedikit adalah Kecamatan Puring Kencana yang berjumlah 2.520 jiwa atau 680 KK

I

I I 42208.pdf

(69)

56

(1,01 % dari penduduk Kabupaten Kapuas Hulu). Dilihat dari jumlah perbandingan antara laki-laki dan perempuan (seks ratio) yaitu sebesar 104%.

2. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Kapuas Hutu a. Keanggotaan D PRD

Keberadaan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Kapuas Hulu sebagai salah satu simbol demokrasi sebenarnya telah melalui perjalanan sejarah yang cukup panjang yang dimulai sejak masa penjajahan Belanda sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat sebagaimana yang ada sekarang. Kondisi yang ada dimasa sekarang tidak dapat dipisahkan dengan berbagai peristiwa yang mendahului seperti : bentuk pemerintahan, sistem politik, serta berbagai perkembangan sosial kemasyarakatan yang cenderung lebih dinamis dan kritis dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Pada Pemilu 2009-2014 di Kabupaten Kapuas Hulu terdapat peningkatan jumlah anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu dari 25 orang anggota menjadi 30 anggota. Peningkatan ini disebabkan terdapat jumlah peningkatan jumlah pemilih di Kabupaten Kapuas Hulu. Anggota DPRD yang berjumlah 30 orang ini merupakan hasil pemilu yang berasal dari 23 Kecamatan. Dari 23 Kecamatan ini dibagi menjadi 3 daerah pemilihan (Dapil). Daerah pemilihan 1 terdiri dari Kecamatan Putussibau Utara, Embaloh Hulu, Batang Lupar, Badau, Empanang dan Puring Kencana. Daerah pemilihan 2 terdiri dari Kecamatan Jongkong, Hulu Gurung, Selimbau, Suhaid, Semitau, Seberuang, Silat Hulu dan

42208.pdf

(70)

57

Silat Hilir. Daerah pemilihan 3 terdiri dari Kecamatan Putussibau Selatan, Kalis, Mentebah, Bunut Hulu, Boyan Tanjung, Pengkadan, Bika, Embaloh Hilir dan Bunut Hilir. Dari 23 Kecamatan ini menghasilkan legislator dari beberapa partai seperti tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Nama-nama Legislator dan Partai Periode 2009-2014

No. Nama Partai

1. H. Wan Taufikurrahman, SE.M.AP Golkar 2. Ade M. Zulkifli, S.AP Golkar

3. Januar Golkar

4. Drs. Mansurdin Golkar

5. Nobertus Rocki S. Golkar 6. Agustinus Ding, SH PDI.P

7. Robertus, SH PDI.P

8. Efendi PDI.P

9. Rajuliansyah, S.Pd PPP

10. M. Yusuf Habibi PPP

11. Raza Ii PPP

12. Kuspery AC P. Patriot Pancasila 13. Ir. Agustinus Kasmayani Demokrat

14. Maura Marselina Hiroh Demokrat 15. Iman Sabhirin, S.Pd.I Demokrat 16. Abang M. lsnandar, ST P. Hanura

17. Achmad Yani PBR

18. Nurjanah Aini, A.Md PBR

19. Nuraida, S.AP PKS

20. Baco Maiwa, SE PKS

21. Baraun, A.Md.Pd P. Gerindra 22. Hamdi Jafar, S.Sos PPI

23. Budiarjo, SH PAN

24. Manyu, A.Md.Kep. P. Merdeka 25. Drs. Joni Kami so P. Kedaulatan 26. Antonius L.Ain Pamero, Sm.Hk. PNBK

27. Safami PIB

28. Gupung, S. TP PKP

29. Cosmas Priya Utama, S.Sos PPD 30. Philipus Piyan, SE.MM PPD

Sumber : Sekretariat DPRD Kab. Kapuas Hulu

42208.pdf

(71)

58

Anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu yang terpilih ini merupakan anggota Partai Politik peserta pemilu yang terpilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu pelantikannya ditetapkan dengan Keputusan Gubemur Kalimantan Barnt Nomor 526 Tahun 2009, tanggal 8 September 2009 sebagai wakil pemerintah pusat dan bertindak atas nama Presiden berdasarkan usul Bupati sesuai Laporan Hasil Rekapitulasi perolehan suara oleh KPUD Kabupaten Kapuas Hulu. Sebelum memangku jabatan, anggota DPRD ini hams mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan sesuai dengan tingkatan dalam rapat Paripuma DPRD yang bersifat istimewa.

b. Pembentukan Pimpinan DPRD

Anggota DPRD terpilih selanjutnya disumpah dengan Pimpinan belum terbentuk, maka DPRD dipimpin oleh Pimpinan sementara dengan tugas pokok memimpin rapat-rapat DPRD, memfasilitasi pembentukan fraksi, menyusun rancangan peraturan tata tertib DPRD, dan memproses pemilihan pimpinan definitif. Pimpinan sementara berasal dari dua partai politik yang memperoleh kuris terbanyak pertama dan kedua di DPRD untuk menduduki jabatan Ketua dan Wakil Ketua yang ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politiuk bersangkutan yang ada di DPRD. Jika tidak terdapat kata kesepakatan maka ditetapkan seseorang yang tertua dan termuda usianya dari partai politik yang bersangkutan.

42208.pdf

(72)

59

Selanjutnya calon pimpinan DPRD yang akan ditetapkan secara definitif diusulkan oleh fraksi. Fraksi yang berhak mengajukan calon pimpinan DPRD ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak hasil pemilihan umum. Pemilihan pimpinan DPRD dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena :

1) Meninggal dunia;

2) Mengundurkan diri atas perrnintaan sendiri secara tertulis;

3) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalaangan tetap sebagai pimpinan DPRD;

4) Melanggar kode etik berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehorrnatan DPRD;

5) Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 tahun penjara; 6) Ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh partai

politiknya. (sumber:UU No. 27 Tahun 2009).

Pemberhentian pimpinan DPRD untuk tingkat Provinsi diresmikan dengan Penetapan Keputusan Menteri Dalam Negeri, sedangkan untuk pimpinan DPRD Kabupaten/Kota diresmikan dengan penetapan Keputusan Gubemur yang masing-masing atas nama Presiden. Pengisian pimpinan DPRD yang diberhentikan dipilih dari dua orang calon yang diusulkan oleh fraksi asal pimpinan DPRD yang diberhentikan.

42208.pdf

(73)

c. Kedudukan, Tugas dan Kewajiban Fraksi DPRD 1) Kedudukan Fraksi

60

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hanya 1 partai yang memperoleh 1 fraksi yaitu partai Golkar dan yang lainnya merupakan fraksi gabungan beberapa partai. Partai golkar berjumlah 5 orang legislator terpilih ditambah l orang dari Hanura dan l orang dari partai Patriot sehingga fraksi Partai Golkar berjumlah 7 orang. Adapun nama-nama fraksi dan anggotanya seperti terlihat dalam tabel di bawah ini : (Tabel 4.4 tercantum dalam Lampiran 1 ).

Dari tabel 4.4, fraksi Partai Golkar berjumlah 7 orang yag terdiri dari 5 orang berasal dari Partai Golkar, 1 orang dari Partai Hanura, dan 1 orang lagi dari Partai Patriot. Sedangkan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan terdiri dari 4 orang yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan 3 orang, dan 1 orang dari Partai Kedaulatan.

Untuk fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan terdiri dari 5 orang, 3 orang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 1 orang dari PAN, dan 1 orang dari PIB. Fraksi Partai Demokrat berjumlah 4 orang yang terdiri dari Partai Demokrat 3 orang dan 1 orang berasal dari PPI. Fraksi Bintang Keadilan berjumlah 4 orang yang terdiri dari 2 orang dari PKS, 2 orang dari PBR, dan terakhir Fraksi Partai Perjuangan Daerah terdiri dari 6 orang anggota masing-masing PPD 2 orang, l orang Partai Merdeka, Gerindra 1 orang, l orang PNBK dan 1 orang dari PKP.

Selanjutnya kedudukan fraksi-fraksi di DPRD adalah sebagai berikut :

42208.pdf

(74)

61

a) Fraksi adalah pengelompokkan anggota DPRD berdasarkan kekuatan partai politik yang mencerminkan konfigurasi politik peserta pemilihan um um;

b) Partai politik yang dapat membentuk fraksi adalah partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah anggota DPRD;

c) Partai-partai politik yang jumlah kursinya di DPRD kurang dari 1/10 (satu per sepuluh) membentuk satu fraksi yang merupakan gabungan dari partai-partai politik yang bersangkutan atau bergabung kedalam salah satu fraksi yang ada;

d) Setiap anggota DPRD adalah anggota salah satu fraksi;

e) Nama dan susunan pimpinan fraksi ditentukan oleh masing-masing Dewan Pimpinan Partai Tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD;

f) Nama dan susunan fraksi gabungan ditentukan oleh kesepakatan fraksi yang bergabung dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD;

g) Susunan dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan DPRD; 2) Kedudukan Fraksi

Adapun tugas dan kewajiban fraksi yang ada di DPRD adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan dan menyalurkan hal-hal yang menjadi kebijakan partai politiknya;

b) Menyalurkan dan memperjuangkan aspiras1 anggota masing-masing fraksinya;

42208.pdf

(75)

62

c) Menentukan dan mengatur segala yang menyangkut urusan fraksi masing-masing;

d) Meningkatkan kemampuan, disiplin, tanggung jawab, motivasi, kerjasama, efisiensi dan efektivitas kinerja bagi para anggota DPRD dalam menjalankan tugas yang tercermin di setiap kegiatan DPRD;

e) Menetapkan setiap anggotanya dalam penugasan di komisi-komisi dan panitia-panitia;

f) Melakukan pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja anggotanya dalam setipa kegiatan DPRD;

g) Fraksi-fraksi dapat memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu di bidang tugas DPRD, baik diminta atau tidak;

h) Dal am melakukan tugas, fraksi mendapat bantuan sarana dan dukungan teknis administratif dari Sekretariat DPRD.

Tugas anggota DPRD dalam menjalankan fungsinya, diantaranya melalui konsultasi publik yang dilakukan pada masa sidang memberi peran penting pada komisi-komisi sesuai bidangnya untuk merespon aspirasi masyarakat, baik yang diaspirasikan langsung ke DPRD maupun ketika DPRD melakukan kunjungan kerja ke lembaga pemerintah daerah untuk mencari informasi berkaitan dengan aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui DPRD.

d. Komisi-Komisi DPRD

42208.pdf

(76)

63

Komisi sebagai alat kelengkapan DPRD bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap anggota DPRD kecuali pimpinan DPRD wajib menjadi anggota kornisi dan jika terjadi perpindahan antar kornisi hanya dapat dilakukan atas dasar usul dari fraksinya yang diputuskan dalam rapat Paripuma DPRD.

DPRD Kabupaten Kapuas Hulu mernpunyai 3 Komisi yaitu Kornisi A yang mernbidangi Hukum dan Pernerintahan, Komisi B yang mernbidangi Ekonorni dan Keuangan, dan Komisi C yang membidangi Pernbangunan dan Kesejahteraan Rakyat. Adapun uraian tugas komisi dapat dilihat dalarn tabel-tabel berikut ini :

Tabel 4.5

Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi A DPRD Kabupaten Kapuas Hulu. No. Jumlah Anggota Kedudukan Bidang Tugas Komisi

Dalarn Komisi

1. 9 (sembilan) orang Ketua Bidang Hukum dan Wakil Ketua Pemerintahan rneliputi: Sekretaris Bidang Hukum,

Anggota 6 orang Perundang-undangan, Ketertiban Urnum, Kependudukan dan Catatan Sipil, Penerapan dan Pers, Kepegawaian dan Aparatur, Perizinan, Sosial, Politik, Organisasi Masyarakat, Kebudayaan, Pertanahan, Kerjasama Intemasional, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerj aan, Transmigrasi, Aset Daerah, Agama, KB dan Pemberdayaan Wanita.

Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Kapuas Hulu

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, Kornisi A terdiri dari beberapa partai yang 42208.pdf

(77)

64

mewakili dan mempunyai keberagaman pendidikan. Partai Hanura 1 orang yaitu Ketua Komisi, sedangkan Partai Merdeka 1 orang, PPP 1 orang, PPD 1 orang, Demokrat 1 orang, PBR 1 orang, Golkar 1 orang, PKS 1 orang dan PDI.P 1 orang.

Selanjutnya Jumlah anggota dan kewenangan Komisi B terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi B DPRD Kabupaten Kapuas Hulu. No. Jumlah Anggota Kedudukan Bidang Tugas Komisi

Dalam Komisi

1. 9 ( sembilan) orang Ketua Bidang Ekonomi dan Wakil Ketua Keuangan meliputi: Sekretaris Bidang Perdagangan, Anggota 6 orang Perindustrian, Pertanian,

Perikanan, Petemakan, Perkebunan, Kehutanan, Ketahanan Pangan, Logistik, Koperasi dan UKM, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Badan Usaha Milik Daerah, Penanaman Modal, dan Dunia Usaha, serta Perhubungan dan Pariwisata.

Sumber : Sekretariat DPJW Kab. Kapuas Hulu

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, Komisi B terdiri dari beberapa partai yang masing-masing diwakili oleh Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) 1 orang yaitu Ketua Komisi, sedangkan Partai Patriot 1 orang, PPP 1 orang, PDI.P 1 orang, Partai Golkar 1 orang, PAN 1 orang, 1 orang Demokrat, 1 orang PKS 1 dan 1 orang dari Gerindra.

Untuk Komisi C, Jumlah anggota dan Kewenangannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

42208.pdf

(78)

65

Tabel 4.7

Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi C DPRD Kabupaten Kapuas Hulu. No. J umlah Anggota Kedudukan Bidang Tugas Komisi ! I

Dalam Komisi

1. 9 (sembilan) orang Ketua Bidang Pembangunan dan Wakil Ketua Kesejahteraan Rakyat Sekretaris meliputi:

Anggota 6 orang Bidang Pekerjaan Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan, Sosial, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Kepemudaan dan Olahraga.

Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Kapuas Hutu

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, Komisi C terdiri dari Partai Kedaulatan 1 orang yaitu Ketua Komisi, PPD 1 orang, Partai Golkar 2 orang, PPI 1 orang, 1 orang dari PBR, Demokrat 1 orang, PNBK 1 orang dan PIB I orang.

Selanjutnya tugas Komisi-komisi secara terperinci sebagai berikut:

1) Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI dan Daerah;

2) Melakukan pembahasan terhadap rancangan PERDA dan rancangan Keputusan DPRD;

3) Melaksakan pengawasan terhadap pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing-masing;

4) Membantu pimpinan DPRD dalam mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD; 5) Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

42208.pdf

(79)

66

6) Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

7) Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan Pimpinan DPRD;

8) Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat;

9) Mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing-masing komisi;

10) Serta memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil melaksanakan tugas komisi.

3. Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Kapuas Hulu

Berdasarkan Pasal 1 butir keempat UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa : "Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah". Pasal tersebut menunjukkan bahwa DPRD mempunyai kedudukan yakni sebagai wakil rakyat dan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Kedua kedudukan tersebut dalam prakteknya seringkali menimbulkan konflik kepentingan yang mempersulit posisi DPRD.

DPRD mempunyai tugas dan wewenang yang diatur dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD pada Pasal 62 dan 78 yaitu :

a. Membentuk PERDA yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Menetapkan APBD bersama Kepala Daerah.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan PERDA, peraturan 42208.pdf

(80)

67

perundang-undangan lainnya, Keputusan Kepala Daerah, APBD, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjsama intemasional daerah.

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Gubemur dan melalui Gubemur bagi Bupati/Walikota.

e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perJanJian intemasional yang menyangkut kepentingan daerah.

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Selanjutnya menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42, tugas dan wewenang DPRD ditambah dengan :

a. Memilih Wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah;

b. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama intemasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

c. Membentuk panitia pengawasan pemilihan kepala daerah.

d. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah.

e. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antara daerah dengan Pihak Ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

DPRD mempunyai hak (a) interpelasi, (b) angket, (c) menyatakan pendapat. Adapun anggota DPRD mempunyai hak : (a) mengajukan 42208.pdf

(81)

68

rancangan PERDA, (b) mengajukan pertanyaan, ( c) menyampaikan usul dan pendapat, (d) memilih dan dipilih, (e) membela diri, (f) imunitas, (g) protokoler, (h) keuangan dan administratif (UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 43 ayat (1) dan Pasal 44).

Kewajiban anggota DPRD diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 45 yaitu :

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD NKRI Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI.

d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan daerah.

e. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti asp1ras1 masyarakat.

f Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan.

g. Memberikan pertanggung jawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.

h. Mentaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah/janji anggota DPRD, menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait. Untuk itu anggota DPRD harus memahami etika politik dan etika pemerintahan sebagai refleksi dari sistem norma.

42208.pdf

(82)

69

DPRD sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah mempunyai peran dalam membuat kebijakan berupa pengaturan dalam bentuk peraturan daerah (fungsi legislasi atau lebih tepat disebut sebagai fungsi pengaturan), fungsi anggaran dan fungsi pengawasan politik. Sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai fungsi mewakili kepentingan masyarakat apabila berhadapan dengan pihak eksekutif maupun pihak lain ( daerah yang lebih tinggi tingkatannya atau pemerintah pusat ), serta fungsi advokasi yakni melakukan agregasi aspirasi masyarakat.

4. Rapat-Rapat Yang Dilakukan DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelum mengambil suatu keputusan atau membuat suatu peraturan dapat mengadakan rapat anggota, adapun rapat yang sering dilakukan adalah sebagai berikut :

a. DPRD mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali dalam satu tahun.

b. Kecuali sebagaimana dimaksud pad.a ayat ( 1) atas permintaan sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah anggota DPRD atau atas permintaan Kepala Daerah, DPRD dapat mengundang anggotanya untuk mengadakan rapat selambat lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan setelah permintaan itu diterima.

c. DPRD mengadakan rapat atas undangan Ketua DPRD. Adapun jenis rapat DPRD terdiri dari :

a. Rapat Paripuma merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas DPRD antara laim untuk

42208.pdf

(83)

70

menyetujui rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah dan menetapkan Keputusan DPRD.

b. Rapat Paripuma Istimewa merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua untuk melaksanakan suatu acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan.

c. Rapat Paripuma Khusus merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua membahas hal-hal khusus. d. Rapat Fraksi merupakan rapat anggota fraksi yang dipimpin oleh

Ketua Fraksi atau Wakil Ketua Fraksi.

e. Rapat pimpinan merupakan rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh KetuaDPRD.

f. Rapat Panitia Musyawarah merupakan rapat anggota panitia musyawarah yang di pimpin oleh ketua dan wakil ketua panitia musyawarah.

g. Rapat komisi merupakan rapat anggota komisi yang di pimpin oleh Ketua atau wakil ketua komisi.

h. Rapat gabungan komisi merupakan rapat komisi-komisi yang di pimpin oleh Ketua atau wakil ketua DPRD.

1. Rapat gabungan pimpinan DPRD dengan pimpinan komisi dan atau

pimpinan fraksi merupakan rapat bersama yang dipimpin oleh pimpinan DPRD.

J. Rapat panitia anggaran merupakan rapat anggota panitia anggaran yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua panitia anggaran.

k. Rapat panitia khusus merupakan rapat anggota panitia khusus yang 42208.pdf

(84)

71

dipimpin oleh ketua atau wakil ketua dan sekretaris panitia khusus.

l. Rapat kerja merupakan rapat antara DPRD I Panitia Anggaran I komisi

I gabungan komisi I panitia khusus dengan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

m. Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD I Panitia Anggaran I komisi I gabungan komisi I panitia khusus dengan lembaga

I badan I organisasi kemasyarakatan.

DPRD mengatur tata cara setiap jenis rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yaitu peraturan-peraturan yang tertkait dengan susunan dan kedudukan DPRD maupun yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah lainnya. Misalnya, dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tata cara pemilihan, pengesahan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diatur tentang rapat paripuma khusus tingkat pertama dan rapat paripurna khusus tingkat kedua. DPRD mengatur tata cara rapat paripuma seperti ini sesuai kebutuhan pokoknya, yaitu pada saat pemilihan Kepala Daerah.

B. Hasil Penelitian

1. Kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu.

Kebijakan otonomi daerah yang sedang dijalankan telah memberikan peluang yang sangat besar bagi penguatan fungsi lembaga legislatif daerah. Hal ini sejalan dengan semangat untuk melaksanakan demokratisasi dalam aspek pemerintahan. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan pengalaman sebelumnya, dimana DPRD diletakkan setingkat lebih 42208.pdf

(85)

72

rendah dari Kepala Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan yang sangat besar bagi DPRD, mulai dari pembuatan Peraturan Daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama, menetapkan APBD, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kepada Presiden melalui Gubemur sampai dengan memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antara daerah dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Tentu saja hal ini berimplikasi sangat luas, terlebih karena pengalaman kita didalam berdemokrasi sangat terbatas, bahkan tidak jarang DPRD seringkali dihujat karena keterlibatannya dalam tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya sesuai dengan etika politik dan pemerintahan.

Sebagai konsekuensi dari kebijakan otonomi daerah yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dijalankan secara demokratis, artinya dalam lingkup daerahpun masyarakat perlu dilibatkan dalam proses pembuatan dan penentuan kebijakan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, DPRD sebagai salah satu unsur pemerintahan daerah otonom, menjadi penting keberadaannya dalam membangun Pemerintah Daerah yang demokratis. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di daerah, posisi legislatif daerah menjadi sangat strategis di era sekarang ini, karena ketika daerah diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi daerah), maka legislatif lokallah yang memproduksi 42208.pdf

(86)

73

sekaligus mengendalikan berbagai kebijakan yang diperlukan dan atau tidak diperlukan.

Berdasarkan rekapitulasi keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Kapuas Hulu bersama Pemerintah Daerah periode 2009-2014 menjadi Peraturan Daerah yang merupakan produk fungsi legislasi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.8

Jumlah Perda Kabupaten Kapuas Hulu Peri ode 2009-2014 No. Tahun Usulan Pembentukan Keterangan

Perda 1. 2009 13 13 2. 2010 8 8 3. 2011 20 20 4. 2012 10 10 5. 2013 18 18 3 lnisiatif DPRD 6. 2014 18 18 Jumlah 87 87

Sumber: Bagian Hukum Setda Kab. Kapuas Hulu, 2015

Peraturan Daerah inisiatifDPRD pada tahun 2013 yang pernah diusulkan dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :

Tabel 4.9

Perda Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2013

No. Nama Perda Usulan

1 Penyelenggaraan dan Retribusi Pengendalian Menara Eksekutif Telekomunikasi

2 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Eksekutif

,..,

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Eksekutif .)

4 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Eksekutif 5 Perubahan atas Perda No.15 Tahun 2011 ten tang Eksekutif

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

6 Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2012 Eksekutif 7 Perubahan atas Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Eksekutif

42208.pdf

(87)

74

Pengelolaan Barang Milik Daerah

8 Penyertaan Modal Daerah pada PDAM Kab.Kapuas Eksekutif Hulu

9 Penyertaan Modal Daerah pada Bank Pembangunan Eksekutif Daerah pada PT. Bank Kalbar

10 Perubahan atas Perda No. 9 Tahun 2012 tentang Eksekutif Pembentukan BUMD PT. Uncak Kapuas Mandiri

11 Kawasan Tanpa Rokok Eksekutif

12 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 Eksekutif 13 Penyelenggaraan Pendidikan Inisiatif DPRD 14 Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif DPRD 15 Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun JnisiatifDPRD

Warga

16 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Eksekutif Anggaran 2014

17 Retribusi Pelayanan Kesehatan Eksekutif 18 Perubahan atas Perda No. 8 Tahun 2011 tentang Pajak Eksekutif

Daerah

Sumber : Bagian Hukum Setda Kab. Kapuas Hutu, 2015

Disamping menghasilkan Perda, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu menerbitkan Keputusan. Dalam tabel berikut disajikan Keputusan DPRD yang dihasilkan selama 5 (lima) Tahun.

Tabel 4.10

Jumlah Keputusan DPRD Kabupaten Kapuas Hulu Periode 2009-2014

No. Tahun Jumlah

1. 2009 11 2. 2010 9 3. 2011 6 4. 2012 8 5. 2013 5 6. 2014 10 Jumlah 49

Sumber: Sekretariat DPRD Kah. Kapuas Hulu, 2015

Dari tabel 4.8 dan 4.9 dapat diketahui bahwa jika dijalankannya fungsi Iegislasi oleh DPRD, kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih mencenninkan kehendak rakyat di daerah 42208.pdf

(88)

75

melalui aspuas1 yang disampaikan masyarakat kepada DPRD. Sehingga dalam hal ini seharusnya produk legislasi berdasarkan inisiatif DPRD harus lebih banyak atau paling tidak sama dengan yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah. Akan tetapi, dalam prakteknya fungsi pembuatan peraturan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, sebab sampai berakhimya masa tugas DPRD Kabupaten Kapuas Hulu Periode 2009-2014 pada bulan Oktober 2014, hanya ada 3 (tiga) peraturan daerah yang merupakan hak inisiatif. Dengan kata lain hak inisiatif dalam mengusulkan Raperda belum pemah dilaksanakan secara maksimal.

Terkait dengan hasil temuan jumlah Perda dan Keputusan DPRD dalam tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi legislasinya masih kurang optimal. Seharusnya sebagai lembaga legislatif yang mempunyai fungsi utama di bidang legislasi, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu lebih banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan raperda. Hal ini belum sesuai dengan pendapat Keban (1995:7) yang mengatakan untuk mengukur kinerja DPRD dilihat dari pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah secara efektif memecahkan masalah publik. Artinya apakah kebijakan yang dihasilkan DPRD dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memecahkan masalah publik dengan tepat. Pendapat tersebut menggambarkan ukurun kinerja DPRD dilihat dari produk kebijakan 42208.pdf

(89)

76

yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD dalam penyelenggaraan pemerintahan lebih pada "policy making".

Pendapat ahli lainnya mengenai fungsi pembuatan kebijakan, Marbun ( 1990) menyatakan bahwa ini merupakan fungsi utama dari Dewan Perwakilan Rakyat sebagai badan legsilatif. Melalui pembuatan undang-undang atau peraturan-peraturan yang dihasilkan oleh DPRD menjadi ukuran kemampuan DPRD itu sendiri dalam menjalankan fungsinya serta menjamin eksistensinya. Oleh karena itu, jika dilihat dari data di atas, Perda yang dihasilkan merupakan Perda rutinitas dan amanat dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan sedikit sekali yang berpihak pada kebutuhan masyarakat di daerah. Disamping itu, dalam penyusunan raperda diharapkan kontribusi DPRD Kabupaten Kapuas Hulu sebanding dengan Pemerintah Daerah. Dengan kata lain seharusnya raperda inisiatif paling tidak separuh dari raperda yang diusulkan oleh pemerintah daerah. Namun kenyataannya tidak demikian, justru eksekutif yang lebih banyak mengusulkan Raperda dan kelihatan bahwa legislatif sifatnya hanya menyetujui dan mengesahkan Raperda yang diusulkan. Jadi dalam hal ini DPRD sebagai lembaga "policy making" tidak

berfungsi.

2. Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu.

Berdasarkan penjelasan pada Bab sebelumnya, dan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, dalam menilai kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu dalam pelaksanaan fungsi legislasi, maka ada 42208.pdf

(90)

77

beberapa indikator yang dapat di gunakan dan dapat menjelaskan temuan lapangan. Adapun indikator yang digunakan dan temuan lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Responsivitas

Responsivitas disini akan diukur dari kemampuan DPRD Kabupaten Kapuas Hulu untuk lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang dan apa yang menjadi proritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang berkembang. Responsivitas dimasukkan sebagai sebagai salah satu indikator karena secara langsung kemampuan anggota DPRD dalam menjalankan misi dan tujuan yang diembannya, khususnya menjalankan fungsi sebagai lembaga legislatif daerah yang berfungsi sebagai regulator konflik yaitu fasilitator yang mampu menjembatani perbedaan kepentingan antara sesama kelompok masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan Pemerintah Daerah.

Dalam operasionalisasinya, responsivitas lembaga legislatif dijabarkan melalui kemampuan organisasi lembaga DPRD untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi DPRD untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, responsivitas DPRD adalah kemampuan DPRD untuk membuat kebijakan secara 42208.pdf

(91)

78

cepat dan tepat, program dan kegiatan yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi dan kebutuhan yang diinginkan masyarakat.

Terkait dengan bagaimana kinerja DPRD Kabupaten Kapuas Hulu periode 2009-2014 dalam merespon kondisi yang berkembang di masyarakat dan tindakan yang telah dilakukannya dalam menjalankan fungsi utama sebagai lembaga legislatif, dapat digambarkan melalui beberapa pemyataan anggota DPRD mewakili keadaan yang terjadi. Hasil wawancara dengan anggota Komisi A (Manyu, A.Md.Kep.) yang mengatakan bahwa:

"Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu mere,\pon terhadap aspirasi yang disampaikan masyarakat terbukti pernah kita memanggil Eksekutif untuk dengar pendapat tentang aspirasi tersebut. Dan bahkan jika memungkinkan DPRD langsung mengadakan kunjungan kerja ke tempat timbulnya aspirasi masyarakat tersebut. Sebagai contoh pernah kita minta pendapat kepada Dinas Pendidikan tentang aspirasi para guru berkaitan dengan tunjangan daerah terpencil yang tidak merata ". (wawancara, april 2015)

Lebih lanjut disampaikan tentang bagaimana DPRD menampung aspirasi rakyat:

"Cukup baik, terutama pernah memanggil Dinas Pendidikan untuk dengar pendapat tentang kasus yang disampaikan para guru kepada DPRD Kabupaten Kapuas Hutu, kemudian juga DPRD sering mengadakan kunjungan kerja ke masing-masing Kecamatan dan Des a". (wawancara, april 2015)

Berdasarkan hasil observasi di DPRD Kabupaten Kapuas Hulu, berikut ditampilkan audiensi atau penyampaian aspirasi yang pemah diterima oleh DPRD Kab. Kapuas Hulu :

42208.pdf

(92)

79

Tabel 4.11

Jumlah Audensi Masyarakat ke DPRD Kah. Kapuas Hulu Periode 2009-2014 No. Tahun Jumlah Tindak Lanjut Keterangan

dengan Perda

1. 2009

-

-2. 2010 -

-3. 2011 .., _, 2 Perda melalui eksekutif

4. 2012 2 2 Usulan Perda melalui

eksekutif 5. 2013 4 3 3 Perda Inisiatif DPRD I oada Tahun 2013 I I 6. 2014 2

-Jumlah 11 7

Sumber: Sekretariat DPRD Kah. Kapuas Hulu, 2015

Dari tabel 4.11 di atas, dapat dilihat bahwa dalam usaha menanggapt dan merespon aspirasi masyarakat, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu sudah berjalan baik. Berdasarkan temuan dokumentasi, bahwa sebagai tindak lanjut dari audiensi masyarakat pada tahun 2012, maka DPRD Kabupaten Kapuas Hulu mengusulkan 3 (tiga) raperda inisiatif yang realisasi pembahasan dan penetapannya pada tahun 2013 seperti yang telah disebutkan pada Tabel 4.9. Selanjutnya pada Tahun 2013 berdasarkan unjuk rasa masyarakat agar Pemerintah Daerah mencabut Perda Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Hulu Kapuas dan Kecamatan Danau Sentarum. Sebagai tindak lanjut dari unjuk rasa tersebut, DPRD merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah agar segera membuat Raperda pencabutan dan akan diprioritaskan untuk segera dibahas, mengingat adanya unjuk rasa dan dikhawatirkan terjadinya konflik horizontal di masyarakat. Untuk diketahui bahwa Perda Nomor 10 Tahun 2006

42208.pdf

(93)

80

tersebut tidak disetujui oleh masyarakat di dua kecamatan induk dan kecamatan yang baru dibentuk. Permasalahan muncul mulai dari kurangnya sosialisasi, tidak adanya kajian publik terkait pembentukan Kecamatan tersebut, perebutan ibukota kecamatan yang baru, sampai dengan tidak cukupnya jumlah penduduk pada Kecamatan baru dibentuk tersebut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Permendagri Nomor 4 Tahun 2000 yang artinya Perda tersebut bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Disamping itu setelah diundangkan Perda Nomor 10 Tahun 2006 tersebut juga tidak di implementasikan oleh Pemerintah Daerah, sehingga statusnya tidak jelas dan terjadi ketidakjelasan status hukum terhadap dua kecamatan tersebut, yaitu dilaksanakan tidak, dicabut juga tidak. Sehingga tuntutan masyarakat ke DPRD Kabupaten Kapuas Hulu agar Perda tersebut sesegera mungkin untuk dicabut.

Ketika data audiensi masyarakat tersebut disampaikan kepada Sekretaris DPRD, beliau mengatakan bahwa :

''dalam hal menampung dan menindaklanjuti a:-.pirasi masyarakat, DPRD sudah berjalan baik, namun terkadang aspirasi yang disampaikan ma,\yarakat sifatnya hanya insidentil pada satu kasus, sehingga ha! tersebut tidak semuanya dapat ditindak /anjuti oleh DPRD dalam bentuk kebijakan daerah yang dituangkan dalam perda ". (wawancara, april 2015)

Lebih lanjut Sekretaris DPRD mengatakan :

"selain berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara langsung ke Kantor DPRD, untuk menjaring aspirasi masyarakat, anggota DPRD juga turun langsung ke Kecamatan di Dapilnya masing-rnasing melalui kegiatan Reses. Adapun 42208.pdf

(94)

81

reses dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun ". (wawancara, april 2015)

Ketika pemyataan ini dikonfirmasikan kepada masyarakat, masalah ini dapat diketahui dari pemyataan masyarakat (Bapak A bas) berikut ini bahwa :

"terkait dengan penyaluran aspirasi kami selaku masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan daerah, saya rasa aspirasi yang kami sampaikan masih kurang dan kalaupun ada bofeh dihitung dengan jari saking sedikitnya aspirasi yang disampaikan kepada DPRD, maka wajar juga kalau selama ini hanya DPRD dan Pemda yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. ". (wawancara, april 2015)

Lebih lanjut pemyataan masyarakat (Bapak Abas):

"aspirasi yang kami sampaikan kepada DPRD tidakjuga hanya dilakukan dengan cara datang audiensi ke kantor DPRD, akan tetapi pada saat anggota DPRD Reses ke Kecamatan dan juga pada .mat Musrenbang di Tingkat Kecamatan, dimana anggota DPRD biasanya hadir pada masing-masing Dapilnya ". (wawancara, aprif 2015)

Ttabel berikut menunjukkan jadwal masa Reses anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu dalam 1 tahun:

Tabel 4.12.

Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun

No. Masa Reses Bulan

1. I Maret

2. II Juni

3. III September

Sumber: Sekretariat DPRD Kah. Kapuas Hulu

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa masa Reses I dilakukan pada bulan Maret yaitu pada saat Musrenbang di Tingkat Kecamatan. Reses ini dilakukan untuk menjaring aspirasi masyarakat atau konstituen pada Dapil masing-masing dengan tujuan menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada tahun anggaran

42208.pdf

(95)

82

berikutnya. Biasanya reses ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Musrenbang di tingkat Kecamatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah mealalui leading sektornya yaitu Bappeda. Pada saat Musrenbang ini diharapkan anggota DPRD berdasarkan Dapilnya masing-masing hadir. Reses II pada bulan Juni biasanya dilakukan dengan tujuan untuk menjaring aspirasi masyarakat yang akan diusulkan pada saat Perubahan APBD tahun berkenaan. Reses tahap III pada bulan September dilakukan untuk menampung aspirasi masyarakat yang akan diusulkan dan dimasukkan dalam penyusunan APBD tahu berikutnya, yang biasanya pembahasan APBD pada bulan Oktober dan Nopember.

Berdasarkan pada beberapa pernyataan di atas dan temuan di Japangan, dapat diketahui bahwa sikap anggota DPRD dalam merespon dan menindaklanjuti aspirasi dari masyarakat sudah berjalan baik yaitu dilakukan dengan cara kunjungan kerja atau reses, musrenbang dan juga dapat berupa penyampaian aspirasi atau unjuk rasa masyarakat langsung ke kantor DPRD Kabupaten Kapuas Hulu. Diantara beberapa aspirasi masyarakat sebagian juga telah ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah yang dibahas bersama Pemda.

Untuk menjelaskan lebih jauh bagaimana dimensi responsivitas, selama satu periode (2009-2014) DPRD Kabupaten Kapuas Hulu telah mengusulkan 3 (tiga) Raperda, lantas apakah raperda tersebut sudah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu serta menjadi skala prioritas 42208.pdf

(96)

83

DPRD dan Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pembahasannya.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Ketua Baleg (Bapak LS.) DPRD Kabupaten Kapuas Hulu yang mengatakan:

"selama satu periode ada tiga raperda inisiatif dari DPRD yang kita usulkan yaitu pada tahun 2013. RaperJa tersebut tentang penanggulangan kemiskinan, pembentukan rukun tetanggarukun warga Jan penyelenggaraan pendidikan. Ketiga raperda itu murni iJe dari anggota DP RD dan menjaJi ska/a priori fas prolegda pada tahun 2013 ". (wawancara, april 2015)

Lebih lanjut menurut Ketua Baleg mengatakan :

"memang kami rasa selama satu periode, sangat minim raperJa yang merupakan inisiatif DPRD jika Jibandingkan dengan jumlah raperda yang telah dibahas dan ditetapkan bersama pemerintah daerah. Karena mayoritas perda yang telah ditetapkan sebagian besar adalah usu/an dari eksekut?f'. (wawancara, april 2015

Penuturan Ketua Baleg DPRD Kabupaten Kapuas Hulu tersebut diperkuat oleh anggota Komisi C (Bapak Drs. Ms.) yang mengatakan :

"selama periode tersebut kita banyak membahas raperda usu/an dari eksekuttf. seJangkan inisiatif DPRD hanya tiga. Adapun raperda inisiatif tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD paJa tahun 2012 Jan kita tindak lanjuti dimasukkan pada Prolegda 2013 dan alhamdulilah dapat ditetapkan ". (wawancara, april 2015)

Ketika kedua pernyataan anggota DPRD tersebut peneliti konfirmasikan kepada informan dari masyarakat (Bapak Ahas), masyarakat mengatakan bahwa :

"sepengetahuan saya, memang jarang raperda inisiatif dari DPRD, kebanyakan dari pemda Jalam ha/ ini instansi teknis, mungkin ini dikarenakan kami selaku masyarakat juga jarang menyampaikan mpirasi dan audiensi mengenai keluhan 42208.pdf

(97)

84

kepada wakil kami di DPRD, sehingga DPRD dalam penyusunan kebijakannya agak kurang mengetahui apa kebutuhan publik yang mendesak ". (wawancara, april 20 I 5)

Lebih lanjut informan dari masyarakat mengatakan bahwa:

"adapun usulan-usulan yang biasanya masyarakat sampaikan ke anggota DPRD adalah kebutuhan berupa pembangunan di kecamatan masing-masing, dan usu/an ini biasanya dilakukan pada saat musrenbang. Terhadap usulan-usulan tersebut, sebagian hesar disetujui oleh anggota DPRD karena mereka mempunyai dana a!>pirasi yang ditampung dalam AP BD ". (wawancara, april 20 I 5)

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat dikatakan bahwa selama satu periode DPRD Kabupaten Kapuas Hulu 2009-2014, dalam penyusunan dan pembahasan Perda, sebagian besar jumlah Perda berasal dari usulan pemerintah daerah, sedangkan yang inisiatif DPRD hanya 3 raperda yaitu penanggulangan kemiskinan, penyelenggaraan pendidikan dan pembentukan rukun tetangga dan rukun warga. Ketiga raperda inisiatif tersebut telah mencerminkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2012. Pada tahun 2012 juga DPRD mendesak Pemerintah Daerah untuk mencabut Perda Nomor l 0 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Hulu Kapuas dan Kecamatan Danau Sentarum yang dinilai rawan konflik horizontal di masyarakat.

Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, dilihat dari indikator responsivitas yang diukur dari kemampuan DPRD

Kabupaten Kapuas Hulu untuk lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang, menyusun agenda dan prioritas pelayanan 42208.pdf

Gambar

Gambar 2.1,  Alur Pikir .........................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Hasil algoritma menunjukkan sebagian besar stasiun pengamatan memberikan nilai positif dengan kisaran 0 – 5000 μatm dengan nilai bias yang tinggi pada stasiun

Instrumen penelitian pada penelitian pengembangan modul Seni Lukis Aquarel ini dibuat menjadi tiga kelompok besar yang digunakan untuk mengevaluasi modul yang

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perawatan pesawat udara, mesin pesawat udara, baling- baling pesawat terbang dan komponen- komponennya, serta sertifikat perusahaan

Pengaturan parameter-parameter proses gurdi dengan menggunakan PSO yang dapat meminimalkan nilai respon gaya tekan, torsi, delaminasi lubang masuk dan delaminasi lubang

Atap bangunan di kompleks benteng Balangnipa sebelum dipugar menggunakan genteng yang terbuat dari bahan semacam semen bertuliskan huruf VFS M, yang diduga

Pendahuluan: Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL). Prafelensi ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan dan 75 % pada bayi

Panitia penyelenggara melaksanakan registrasi penerimaan peserta 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan diklat dan peserta sudah harus langsung menginap di asrama yang

Perusahaan harus mempertimbangkan peranan unik yang dimainkan penjualan tatap muka (personal selling) dalam bauran promosi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan