• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN

KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD

Ardian Hindra.S, Riyadi Ismanto, Michael Djimantoro

Unversitas Bina Nusantara. Jln K.H Syahdan 9, Kemanggisan, Palmerah, 021-5345830

Email : ardianhs13@gmail.com

ABSTRACT

Art School and Gallery is a building that provides facilities such as education, especially in the field of fine arts, in addition to the function of the gallery itself is to showcase the work of students from art schools as well as public facilities that can be accessed by the general public. Along with the issue of the concept of sustainable architecture, art school and gallery are made to respond to this issue is by utilizing sunlight instead of artificial lighting during the day so as to save power energy than the natural light can also be used as a decorative function for this building. Data was collected through literature studies as well as studies on the location of the projects that apply a similar concept in particular in terms of natural lighting. (AH)

Keywords: Natural Lighting, Energy Efficiency, Art School and Gallery, Sustainable Architecture.

ABSTRAK

Sekolah seni dan galeri merupakan sebuah bangunan yang memberikan fasilitas berupa pendidikan khususnya dalam bidang seni murni,selain itu fungsi dari galeri itu sendiri yaitu untuk memamerkan hasil karya siswa dari sekolah seni dan juga sebagai fasilitas umum yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Seiring dengan isu konsep sustainable architecture, sekolah seni dan galeri ini dibuat untuk menanggapi isu tersebut yaitu dengan cara memanfaatkan cahaya matahari sebagai pengganti penerangan buatan pada siang hari sehingga dapat menghemat energi listrik selain itu cahaya alami juga dapat digunakan sebagai fungsi dekoratif untuk bangunan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur serta studi lokasi pada proyek-proyek yang menerapkan konsep serupa khususnya dalam hal pencahayaan alami. (AH)

Kata Kunci: Pencahayaan Alami, Efisiensi Energi, Sekolah Seni dan Galeri, Arsitektur Berkelanjutan.

PENDAHULUAN

Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung kegiatan, pendidikan dan bisnis. Perlu juga diketahui bahwa bangunan juga mempunyai pengaruh pada budaya dan lingkungan. Salah satu jenis bangunan yang diangkat yaitu sekolah seni dan galeri. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki seni dan budaya yang beragam, namun sangat disayangkan bahwa dalam hal pendidikan, seni seringkali dikesampingkan dan dianggap tidak terlalu penting. Tetapi perlu diketahui bahwa seni dapat membuat para pelajar untuk dapat lebih berkreatifitas dalam kehidupan dari segi apapun. Alasan utama dipilihnya sekolah khusus seni murni karena seni murni merupakan seni dasar yang seringkali dilupakan. Banyak karya-karya seni murni yang dapat menunjukan ciri khas budaya Indonesia.

(2)

Maka dipilihlah sebuah proyek sekolah seni murni yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah ini selain itu juga sebuah galeri yang nantinya akan digunakan untuk memamerkan hasil karya para siswa seni yang diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas bagi mereka untuk mengekspresikan hasil karya nya dan dapat untuk dinikmati semua orang selain itu juga dapat membuat bangunan yang dapat menunjukan nilai seni yang tinggi, namun perlu diketahui bahwa biaya untuk sebuah sekolah dan galeri cukup tinggi, maka kasus inilah yang akan diselesaikan dengan sebuah konsep desain yang low-cost energy dimana bangunan akan di desain dengan memaksimalkan pencahayaan alami sehingga dapat menjadi sebuah bangunan yang hemat energi.

Sekolah seni merupakan sebuah jenis tempat pendidikan yang memberikan fasilitas pendidikan seperti sekolah pada umumnya dengan fasilitas yang lengkap dan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna sekolah tersebut. Untuk peletakan ruang-ruang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna seperti adanya ruang kelas, ruang workshop, galeri, ataupun fasilitas penunjang lainnya seperti kantin, dll. Sekolah ini dikhususkan yaitu hanya untuk studi di bidang seni rupa seperti karya membuat lukisan dan patung atau ukiran yang nantinya karya-karya tersebut akan di pamerkan di sebuah galeri yang telah disediakan.

Bangunan akan di desain sesuai dengan konsep hemat energi. Hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Secara lebih luas hemat energi harus dimulai dari masing-masing cara pengoperasian bangunan. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, pemanas ruangan, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat dimodifikasi, sehingga iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi.

Diangkatnya topik pemanfaatan cahaya alami mempuyai latar belakang tersendiri, karena saat ini Indonesia banyak mengkonsumsi energi terlalu besar. Dikarenakan banyaknya penggunaan energi tidak terbarukan namun tanpa menutup kemungkinan adanya penggunaan energi dengan sumber daya tidak terbarukan maka dirancang pula penggunaan energi secara efisien dan terbatas. Bangunan-bangunan di Indonesia yang terus bermunculan akan menambah konsumsi energi. Kebanyakan dari gedung-gedung tersebut menggunakan energi penerangan berlebihan. Seperti yang kita ketahui energi listrik menggunakan pembakaran fosil yang menimbulkan efek tidak baik pada alam.

Saat ini isu konsep sustainable development menjadi wawasan baru dalam pertimbangan perencanaan pembangunan. Salah satu hal yang di sorot adalah konsumsi energi untuk bangunan gedung yang cukup besar. Hal ini memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi dengan merancang sebuah bangunan yang membutuhkan energi serendah mungkin, konsep ini juga sering disebut sebagai Green Building

Karya arsitektur harus seminimal mungkin menggunakan sumber daya alam dan menimbulkan dampak negatif sekecil mungkin terhadap alam, terhadap lingkungan dimana manusia hidup. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak nyaman menjadi kondisi termal ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik.

Pencahayaan alami yang menjadi fokus utama dalam pengembangan sekolah seni dan galeri ini dimana cahaya matahari menjadi topik utama bangunan ini. Memaksimalkan cahaya alami menjadi sangat penting karena terbatasnya sumber daya alam terutama bahan bakar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas.

(3)

a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan

b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya.

Tabel 1 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami.

Kerja Halus Sekali Kerja Sedang Kerja Kasar

Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain:

- menggambar detail kecil, - dan sebagainya.

Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain:

- pekerjaan kayu, - dan sebagainya.

Seperti pekerjaan pada: - gudang,

- lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya.

(Sumber : Prasasto Satwiko)

Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel di bawah ini. (Prasasto Satwiko, 2008).

Tabel 2 Kebutuhan Penerangan

NO KERJA VISUAL PENERANGAN (LUX)

1 Penglihatan Biasa 100

2 Kerja kasar dengan detail besar 200

3 Kerja umum dengan detail wajar 400

4 Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar, mejahit)

600

5 Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, menjahit dengan tangan)

900

(Sumber : Prasasto Satwiko)

Dalam tulisan Basaria Talarosha (2005) , Egan menyatakan intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebih sehinga mengakibatkan panas matahari yang begitu tinggi dan silau , hal tersebut menyebabkan ketidak nyamanan secara fisik, visual.

Keuntungan sun shading mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan, mengurangi masuknya cahaya matahari yang membuat silau (A. Bamban. Yuuwono, 2007).

(4)

Length of day Solar noon

Date Sunrise Sunset This day Difference Time Altitude

Distance (million km) 15 Jan 2013 05:49 18:15 12h 26m 23s -11s 12:02 75.1º 147.152 15 Feb 2013 05:58 18:16 12h 17m 52s -19s 12:07 83.5º 147.767 15 Mar 2013 05:57 18:06 12h 08m 20s -20s 12:02 85.9 º 148.775 15 Apr 2013 05:54 17:52 11h 58m 07s -18s 11:53 74.0 º 150.087 15 May 2013 05:54 17:44 11h 50m 11s -12s 11:49 65.0 º 151.223 15 Jun 2013 06:00 17:46 11h 46m 07s -02s 11:53 60.6 º 151.951 15 Jul 2013 06:05 17:53 11h 47m 57s +08s 11:59 62.4 º 152.051 15 Aug 2013 06:00 17:55 11h 54m 29s +16s 11:57 69.9 º 151.502 15 Sep 2013 05:46 17:50 12h 03m 57s +19s 11:48 80.9 º 150.432 15 Oct 2013 05:32 17:46 12h 14m 04s +20s 11:39 87.6 º 149.207 15 Nov 2013 05:26 17:49 12h 23m 39s +15s 11:37 77.6 º 147.964 15 Dec 2013 05:33 18:02 12h 28m 45s +03s 11:48 72.9 º 147.233

Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan

Kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam sebuah ruang galeri yaitu cahaya dimana panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di layar ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi cukup terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat rendah dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih rendah dari yang jatuh di pameran. Spectrum optic tingkat harus dipelihara di antara 50 lux dan 100 lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah tingkat toleransi lukisan akan tergantung pada media lukis dan durasi waktu pameran. Waktu maksimum pameran harus ditentukan untuk setiap benda yang dipamerkan berdasarkan kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya, dan diproyeksikan eksposur kumulatif pameran. Radiasi UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik, tetapi disarankan agar cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm (ultraviolet radiasi) dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada 10-100 lux. Karena sumber UV terbesar berasal dari paparan cahaya alami maka untuk mengurangi radiasi digunakan UV-filtering film dan UV-filtering panel di jendela atau lubang-lubang sumber cahaya.

Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.

Langkah merancang bangunan hemat energi seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak

(5)

lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. (sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di

Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian Kompas.)

Sifat-Sifat Penerangan

Menurut Suma’mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik yaitu : 1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan. 2) Pencegahan kesilauan.

3) Arah sinar. 4) Warna.

5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata.

METODE PENELITIAN

Penelitian diawali dengan konteks permasalahan dan penentuan tujuan. Berdasarkan tujuan tersebut, direncanakan metode yang digunakan yaitu dengan cara pengumpulan data dan analisis data.

a) Tahap Pengumpulan Data

Studi dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun melalui dokumen serta menjalankan penelitian yang sudah ditentukan. Tahap pengumpulan data yang akan di lakukan adalah:

• Studi Literatur: Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, browsing internet dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan topik yang diambil. • Interview: Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau konsultasi

langsung dengan warga sekitar lokasi proyek.

• Observasi: Mengadakan pengamatan langsung ke lapangan. b) Tahap Analisa

Tahap selanjutnya yaitu tahap analisa. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan. Bentuk teknik dalam teknik analisa data sebagai berikut:

• Kualitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa kata-kata dan persepsi. • Kuantitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa angka dan grafik.

HASIL DAN BAHASAN

Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri.

(6)

Analisa Pengguna

Pengguna dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan karakteristik dan kebutuhan berbeda : A. Siswa sekolah seni

Siswa sekolah seni adalah pengguna utama dari bangunan ini dimana seluruh fasilitas yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan pagi pengguna. Untuk kegiatan yang dilakukan diperkirakan jam aktif dari pagi hari hingga sore hari dari jam 7.00-17.00.

B. Tamu Publik untuk Galeri

Galeri ini didedikasikan kepada ruang publik yang bisa dipergunakan untuk umum (lingkungan sekitar), kehadiran galeri ini bertujuan untuk membantu dari sekolah seni tersebut. Diperkirakan untuk jam aktif dari jam 10.00-20.00.

C. Staf sekolah seni dan galeri (Administrasi)

Staf yang bekerja dalam bagian administrasi, meliputi yang bekerja dalam ruang pengelola atau staff yang langsung terlibat dengan para pengunjung.

D. Staf fasilitas penunjang (Service)

Meliputi teknisi, perawatan bangunan, keamanan. Analisa Pelaku, kegiatan, lokasi, dan kebutuhan

Kebutuhan ruang serta fasilitas – fasilitas yang menunjang bagi pengguna tidak terlepas dari pola perilaku atau aktivitas/kegiatan mereka sebagai pelaku utama. Pelaku kegiatan di dalam sekolah seni dan galeri ada empat, yaitu:

- Siswa sekolah - Pengunjung galeri

- Pemilik sekolah seni dan galeri - Pengelola gedung

A

AlluurrKKeeggiiaattaann

Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan utama siswa sekolah yang menjadi fokus adalah kegiatan studi. Kegiatan lain merupakan hasil sarana yang disediakan pihak sekolah.

Berikut ini adalah data mengenai kegiatan harian siswa sekolah secara umum yang didapatkan berdasarkan hasil survei lapangan :

Hal ini skema rutinitas dilakukan setiap hari.

7.00 – 17.00 = Belajar (tergantung dari shift kelas yang tersedia) 11.30 – 13.30 = Istirahat (membaca buku, bersantai, makan, dll)

Penerapan pada bangunan

Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak lokasi pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas matahari dan juga posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif.

Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri.

(7)

Berdasarkan studi literlatur maka suhu optimal berada pada kisaran 24 sekitar 400 lux. Hal ini berarti terpaut 9 derajat dengan suhu sekitar tapak

semi outdoor. Untuk menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan pohon sebagai peneduh mikro.

Berdasarkan studi literlatur maka suhu optimal berada pada kisaran 24-26 derajat celcius dan lux optimal . Hal ini berarti terpaut 9 derajat dengan suhu sekitar tapak dan 1100 lux dalam ruangan

menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan pohon sebagai peneduh

Gambar 1 Lux Analysis Arah Barat Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 2 Lux Analysis Arah Selatan Sumber : Analisa Pribadi

dan lux optimal dan 1100 lux dalam ruangan menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan pohon sebagai peneduh secara

(8)

Pada gambar terlihat bahwa penggunaan sun

yang masuk ke dalam ruangan. Ruangan mendapatkan cahaya

Gambar 3 Lux Analysis Arah Timur Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 4 : Lux Analysis Arah Utara Sumber : Analisa Pribadi

Pada gambar terlihat bahwa penggunaan sun-shading cukup efektif untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Ruangan mendapatkan cahaya yang optimal yaitu kisaran 400

shading cukup efektif untuk mengatur intensitas cahaya yang optimal yaitu kisaran 400 – 600 lux.

(9)

Analisa SunShading dengan perhitungan HSA dan VSA

Berdasarkan analisa menggunakan bantuan software ecotect analysis dengan menggunakan data arah matahari tahunan sebagai acuan maka didapatkan HSA(Horizontal Shadow Angle) dan VSA(Vertical Shadow Angle) yang digunakan untuk menentukan sudut dan juga panjang dari sirip yang berfungsi

sebagai sun-shading.

Gambar 5 HSA dan VSA Analysis

Dari hasil anaslisa tersebut diatas maka diperoleh lah hasil untuk panjang sunshading dan overhang

dengan H sebagai tinggi bukaan dan y sebagai panjang overhang serta L sebagai panjang bukaan dan x

(10)

Gambar 6 Gambar sunshading arah Timur

(11)

Gambar 8 Skylight Galeri

Pada gedung galeri menggunakan skylight agar cahaya matahari dapat masuk kedalam bangunan untuk

memberikan penerangan pada koridor dan area pameran.

Gambar 9 Side Lighting Galeri

Pada sisi gedung galeri terdapat bukaan pada bagian sisi atas tiap dinding perlantai dengan memanfaatkan pantulan cahaya untuk masuk kedalam gedung sehingga cahaya tidak masuk secara langsung kedalam bangunan karena dengan dipantulkannya cahaya dapat mengurangi sinar ultra violet.

(12)

Gambar 10 Kisi-kisi gedung

Pada sisi bangunan utama material dominan kaca agar cahaya dapat masuk secara leluasa namun untuk mengurangi efek silau dan panas maka diperlukan sunshading berupa kisi-kisi agar intensitas masuknya

cahaya dapat lebih terkontrol.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari analisa yang sudah dilakukan, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: • Posisi matahari tidak melintas secara tetap setiap harinya dan selalu berubah

• Sistem sun-shading secara aktif diperlukan untuk menanggapi hal ini karena arah matahari yang

berubah setiap harinya

• Bentuk bangunan yang dominan berbentuk lingkaran dapat menangkap sinar matahari dari segala arah

• Penggunaan skylight pada galeri diperlukan untuk menghindari sinar matahari secara langsung pada karya-karya yang dipamerkan

• Kesimpulan pada bab ini adalah masalah utama dalam pemanfaatan cahaya matahari adalah panas dan silau yang ditimbulkan dari cahaya matahari dan dengan beberapa analisa dapat mengurangi efek tersebut dan dapat menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan kedalam bangunan.

Saran

Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap bangunan mulai dari arah orientasi bangunan dan juga jenis bukaan sekaligus juga mempengaruhi jumlah energy yang di konsumsi oleh bangunan tersebut. Namun apabila cahaya matahari tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat maka dapat menjadi sebuah nilai positif yang dapat menjadi nilai tambah dari bangunan tersebut yang selama ini cahaya matahari selalu dihindari karena memiliki beberapa hal negatif seperti radiasi panas dan juga sinar ultraviolet.

(13)

REFERENSI

Amin, Nurhani . (2011). Optimasi Sistem Pencahayaan Dengan

Joseph De Chiare, John Hancock Callender, Time SaverStandard For Residential Development,

McGraw-Hill, New York

Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga

Karyono, Tri Harso, 1999, Arsitektur : Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi,

Catur Libra Optima

Lechner, Norbert., (2001). Heating, Cooling, Lighting : Design Methods for Architects.

M.C.Lam, William, (1986). Sunlighting as Formgiver for Achitecture. New York : Van Nostrand

Reinhold Company.

Mary, Guzowski . (2000). Daylighting for Sustainable Design. Memanfaatkan Cahaya Alami.

Mintorogo, Danny Santoso. 1999. Strategi Daylighting Pada Bangunan Multi Lantai diatas dan dibawah Permukaan Tanah.

N. Fachrizal . 2008. Pemandu Cahaya Matahari Untuk Pencahayaan Alami di Bangunan.

Priatman, Jimmy. Arsitektur Hemat Energi.205

Sassi, Paola. 2006. Strategies for Sustainable Architecture. USA and Canada : Taylor & Francis Group

Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan 1 BAB 1 Iklim. Jakarta.

SNI. No. 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedung.

Stephen Bailey, Architecture Data, Ernst Neufert:Office, jilid2

www.timeanddate.com diakses pada tanggal 5 Mei 2013

RIWAYAT PENULIS

Ardian Hindra Satria lahir di kota Kediri pada 2 September 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1

Gambar

Tabel 1 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami.
Gambar 1 Lux Analysis Arah Barat Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 4 : Lux Analysis Arah Utara Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 7 Gambar  sunshading arah Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Guru mengimplementasikan RKH dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disiapkan.. 2) Anak melakukan setiap kegiatan dengan pengawasan guru. 3) Guru memperhatikan

Purwanto / Nuryasin Ilyas Rosadi / Dyah Purwanti. Purwanto / Nuryasin Ilyas Rosadi / Dyah

sekolah. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang ikut melaksanakan program raskin. Meskipun harga raskin lebih murah

A Debreceni Egyetem Fogorvostudományi Karának Allergológiai szakrendelésén 1996 és 1998 között megjelent, po- zitív allergiás reakcióval rendelkező, majd

Menyampaikan materi tentang luas permukaan kubus dan balok secara online melalui bahan ajar dalam bentuk file word/pdf dan diikuti berupa video pembelajaran

Apakah pengurus atau pejabat berwenang pada institusi anda pernah/masih memiliki rekening di PT. Architas Asset Management Indonesia.. Have your family member management or

Setelah semua ants menyelesaikan tur mereka dan tabu list mereka menjadi penuh, sebuah aturan pembaruan pheromone global (global pheromone updating rule) dilaksa- nakan pada

Bila film balutan primer untuk luka bakar yang terbuat dari kolagen yang diisolasi dari ikan gabus (Channa striata) dapat mempengaruhi kadar TGF-β dalam darah