• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE DI RUMAH SAKIT KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE DI RUMAH SAKIT KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarj"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ratna Mustika Cahyaningrum

NIM : 078114075

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ratna Mustika Cahyaningrum

NIM : 078114075

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Bapak dan Ibu tercinta sebagai tanda

bakti dan penghormatanku

Eyang kakung, eyang uti tersayang sebagai

tanda penghargaanku

Saudaraku tersayang (rendy)

(6)
(7)
(8)

vii

segala rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul

“ANALISIS

PENGOBATAN

ANTIHIPERTENSI

PADA

GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN

FORMULA

MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE

DI RUMAH

SAKIT KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2009”

. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan dan dukungan

banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak berterimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. yang dengan sabar membimbing dan

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

3. Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt. yang dengan penuh perhatian

membimbing dan mengarahkan penulis.

(9)

viii

6. Seluruh staf sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

7. Bapak dan Ibu untuk kasih sayang, doa tulus, dan dukungan yang selalu

menguatkan penulis.

8. Eyang kakung dan eyang uti yang senantiasa mencurahkan kasih sayang

dan perhatian kepada penulis.

9. Saudaraku tersayang, Arendi Dwi Kurniawan atas dukungan dan doanya.

10. Teman dan saudara terbaikku mami ima (Prima Mustika Ningtyas), yang

selalu memberikan masukan dan perhatian kepada penulis.

11. Teman

seperjuangan

dalam

suka

dan

duka,

teman

yang

selalu

membangkitkan semangatku, Maria Lisa Nova .

12. Teman-teman GFR team, Dita, Frisa, Olive, Bimo, Hetty, Nila, dan Mayan

atas semua semangat dan motivasinya.

13. Uthe, Cicil, Ririn, Dina, Inong, Paulina, Xaxa, Mami Dewi, Yesia, Siska,

Venny dan teman-teman tersayang atas dukungan, doa dan perhatiannya.

14. Keluarga besar kost Talenta trima kasih atas perhatian dan kasih

sayangnya.

15. Keluarga besar FKK B 2007 yang mau berbagi kasih sayang, suka, duka,

pengalaman, pengetahuan, kekompakan, dan kebersamaan.

(10)

ix

mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

berguna bagi pembaca.

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN PUBLIKASI...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PRAKATA...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

INTISARI...xviii

ABSTRACT...

xix

BAB I. PENGANTAR ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

1. Rumusan Masalah ...3

2. Keaslian Penelitian...4

3. Manfaat Penelitian ...6

B. Tujuan...6

1. Tujuan Umum ...6

(12)

xi

C. Pasien Geriatri...

10

D. Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia...

11

E.

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD)...

12

F. Obat Antihipertensi...

14

G. Pengaruh Obat antihipertensi pada Pasien Geriatri...

19

H. Keterangan Empiris...

21

BAB III. METODE PENELITIAN...

22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...

22

B. Definisi Operasional... 23

C. Subyek Penelitian...

24

D. Bahan Penelitian...

24

E. Tempat dan Waktu Penelitian...

24

F. Tata Cara Penelitian...

25

G. Tata Cara Analisis Hasil...

27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

29

A. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Kabupaten Sleman...

30

B. Distribusi Umur Pasien Geriatri...

30

(13)

xii

Glomerulus (LFG) Normal dengan Laju Filtrasi Glomerulus

(LFG) Di Bawah Normal...

34

F. Ketidaksesuaian Dosis Obat Hipertensi yang Diberikan

Pada Pasien di Rumah Sakit Kabupaten Sleman...

36

G. Pemberian Obat Hipertensi Untuk Pasien di Rumah Sakit

Kabupaten Sleman Yang Tidak Sesuai...

37

H. Jenis Obat Hipertensi yang Diberikan Kepada Pasien Geriatri

di Rumah Sakit Kabupaten Sleman yang Memerlukan

Penyesuaian... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...

42

A. Kesimpulan... 42

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

LAMPIRAN... 48

(14)

xiii

I.

Tahap

Chronic Kidney Disease

(CKD) Berdasarkan LFG...

13

II.

Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Golongan Angiotensin

Converting Enzym Inhibitor...

20

III.

Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien

Geriatri yang Perlu Penyesuaian Dosis Pada Tiap

Rumah Sakit di Kabupaten Sleman Pada Tahun 2009...

38

IV.

Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien

Geriatri di Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun

(15)

xiv

2.

Laju Filtrasi Glomerulus...

10

3.

Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri yang Memperoleh

Pengobatan Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Kabupaten Sleman Tahun 2009...

30

4.

Diagram Distribusi Umur Pasien Yang Mendapat Pengobatan

Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten

Sleman Tahun 2009...

30

5.

Diagram Persentase Jumlah Pasien yang

Mendapat Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Berdasarkan

Stage Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Tahun 2009...

31

6.

Diagram Pasien Geriatri yang Mendapat Pengobatan

Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten

Sleman Tahun 2009 Terbagi Dalam Tiap Stage

GFR Berdasarkan Jenis Kelamin...

33

7.

Diagram Perbandingan Persentase Pasien yang Mendapat

Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Kabupaten Sleman Tahun 2009 Antara LFG Normal

dengan LFG di Bawah Normal...

34

(16)

xv

yang Mendapat Pengobatan Hipertensi di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun

2009 Yang Butuh Penyesuaian dan Yang Tidak Perlu

Penyesuaian...

36

10.

Perbandingan Jumlah Kasus Pengobatan Yang

Membutuhkan Penyesuaian Dosis dan Yang Tidak

Perlu Penyesuaian Tiap Rumah sakit di Kabupaten

Sleman Tahun 2009...

37

11.

Jenis Obat Antihipertensi yang Diberikan kepada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

(17)

xvi

a. Surat Izin BAPPEDA...

50

b. Surat Keterangan Kelaikan Etik...

51

c. Surat Ijin RSUD Sleman...

52

d. Surat Pengantar Permohonan Ijin...

53

e. Surat Keterangan Pengambilan Data RSUP dr. Sardjito...

54

f. Surat Ijin Penelitian RS Panti Nugroho...

55

g. Surat Keterangan Penelitian di RS Panti Rini...

56

2.

Guideline....

...

57

a. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Drug

Information Handbook...

57

b. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Merck.com...

57

c. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Berdasarkan

Drug.com...

58

d. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Berdasarkan

British National Formulary...

59

(18)

xvii

d. Data Pasien Geriatri yang Mendapat Pengobatan Antihipertensi

(19)

xviii

serta penurunan fungsi ginjal dan hati dapat berpengaruh terhadap terapi obat

yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan jumlah

pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan

formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD), serta menganalisis

pengobatan antihipertensi yang diterima tiap pasien di Rumah Sakit kabupaten

Sleman periode 2009. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.

Dari hasil penelitian, diperoleh sebanyak 571 pasien di Rumah Sakit

Kabupaten Sleman mendapatkan pengobatan antihipertensi. Sejumlah 50,26%

jenis kelamin laki-laki dan 49,74% jenis kelamin perempuan. Kelompok umur

elderly

56,92%, kelompok umur

old

42,03%, dan kelompok umur

very old

1,05%.

Laju filtrasi glomerulus pasien pada tingkat 1 sebesar 21,54%, tingkat 2 sejumlah

34,50% pasien, tingkat 3A sejumlah 21,72%, tingkat 3B sejumlah 12,78%, tingkat

4 sejumlah 7,88% pasien, dan tingkat 5 sejumlah 1,58% pasien. Sejumlah 251

penderita yang terdiri dari 128 laki-laki dan 123 perempuan mengalami penurunan

laju filtrasi glomerulus. Sebanyak 5,27% obat hipertensi yang diberikan kepada

pasien geriatri di instalasi rawat inap Rumah sakit Kabupaten sleman

membutuhkan penyesuaian dosis.

(20)

xix

affect drug therapy given. This study aims to identify the profile and number of

geriatric patients experienced a decrease in the glomerular filtration rate based on

the formula of modification of diet in renal disease (MDRD) and analyse

antihypertensive treatment received for each patient in the period 2009 Sleman

District hospitalThis is a retrospective observational evaluative research design

descriptive.

From the study, obtained as many as 571 patients in hospitals Sleman

receiving antihypertensive treatment. A total of 50.26% male sex and female sex

49.74%. Elderly age group of 56.92%, 42.03% old age group, and very old age

group 1.05%. Glomerular filtration rate of patients at stage 1 with 21.54%,

34.50% of stage 2 patients, the rate of 21.72%, 12.78% 3A 3B stage, stage 4 for

7.88% of patients, and stage 5 approximately 1.58% of patients. A total of 251

patients consisted of 128 men and 123 women decreased glomerular filtration

rate. A total of 5.27% from hypertension drugs given to patients in hospital

geriatric inpatient installation Sleman require dose adjustment.

(21)

1

Usia lanjut menurut WHO adalah seorang dengan umur 60 tahun atau

lebih, sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah yang

berusia di atas 60 tahun (Siti, 2008). Di negara-negara maju, lebih dari 60 %

populasi geriatri menderita hipertensi (Katzung, 2004). Hipertensi adalah keadaan

tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90

mmHg atau lebih diukur lebih dari satu kali kesempatan (Chobanian, Bakris,

Black, Cushman, Green, & Joseph, 2003).

Penelitian lebih memfokuskan pada pasien geriatri karena pasien geriatri

mengalami perubahan fisiologik akibat proses menua, dan penurunan status

fungsional dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang diberikan (Bustami,

2001). Perubahan paling berarti dalam usia lanjut adalah berkurangnya fungsi

ginjal dan menurunnya klirens kreatinin, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal

atau kadar kreatininnya dinyatakan normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat

sering berkurang, sehingga memperpanjang intensitas kerjanya (Darmansjah,

2006).

(22)

diperlukan perhatian dan penanganan yang khusus, terutama pemilihan obat

antihipertensi (OAH) (Nasution, 2001).

Penelitian Nasution menunjukkan obat antihipertensi yang seluruhnya

dieliminasi melalui ginjal akan menumpuk pada penderita dengan gangguan

fungsi ginjal sehingga akan lebih memperberat fungsi ginjal, oleh karena itu

diperlukan penyesuaian dosis, sedangkan obat antihipertensi yang tidak

seluruhnya dieliminasi melalui ginjal dapat bersifat lebih renoprotektif (Nasution,

2001).

Glomerulus Filtration Rate

(LFG) merupakan parameter untuk mengukur

fungsi

ginjal

dan

mengetahui

seberapa

parah

penurunan

fungsi

ginjal

(Dipiro,2008). Perhitungan LFG dengan formula

Modification of Diet in Renal

Disease

hanya membutuhkan data serum kreatinin, umur, suku bangsa, dan jenis

kelamin (Johson, 2005).

Karen (2005) menyatakan Formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) adalah formula yang sering digunakan pada praktek klinik untuk

memperkirakan fungsi ginjal.

National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative

(NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang

menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu persamaan

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) Study atau studi MDRD yang

memperhitungkan faktor usia, berat badan, jenis kelamin dan ras.

(23)

RSUD Sleman, RSUP dr. Sardjito, RS Panti Rini, dan RS Panti Nugroho

dikarenakan lokasi persebaran Rumah Sakit yang merata di Kabupaten Sleman,

sehingga diharapkan mampu memberikan gambaran secara jelas apakah terjadi

pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai pada pasien geriatri dengan kondisi

telah mengalami penurunan laju filtrasi Glomerulus di daerah Kabupaten Sleman.

Selain itu pemilihan Rumah Sakit tersebut dengan melihat BOR (

Bed Occupancy

Rate

) yang lebih dari 50%.

1. Rumusan Masalah

a) Seperti apakah profil pasien geriatri yang mendapatkan pengobatan

antihipertensi berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009?

b) Berapa banyak pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi

Glomerulus berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) dan mendapatkan pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai di

Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009?

(24)

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penggunaan obat

Antihipertensi terhadap penurunan laju filtrasi glomerolus yang pernah

dilakukan, antara lain:

a.

Renal Function in The Oldest-Old on An Acute Geriatric Ward

(Van Den

Noortgate, 2004).

Metode : retrospektif dari 220 data rekam medis pada subyek uji pasien

geriatri kemudian menghitung kliren kreatinin dengan formula

Cockcroft-Gault

dan

Modification of Diet in Renal Disease.

Hasil : gagal ginjal dengan laju filtrasi glomerulus <30 ml/min

ditemukan pada 26,4 % pasien.

b. Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik :

Penelitian dilakukan di IRNA I RS Saiful Anwar Malang (Widyariningsih,

2006)

Metode : non eksperimental dengan rancangan deskriptif prospektif

dengan sampel berupa data rekam medik dan pasien GGK yang mendapat

tetapi antihipertensi di IRNA I RSSA, Malang pada periode 21 Maret

sampai 31 Mei 2005.

(25)

antihipertensi

yang

digunakan

(khususnya

ACEI,

furosemid

dan

bisoprolol) sesuai dengan dosis yang direkomendasikan pada pasien GGK

berdasarkan klirens kreatinin dan kondisi klinik pasien.

c.

Identifikasi

Drug

Related

Problems

(DRPs)

Potensial

Kategori

Ketidaktepatan Dosis Pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (Widianingrum, 2009)

Metode : deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif, sampel

diambil dengan metode

purposive sampling.

Hasil : ketidaktepatan dosis terjadi pada 21 pasien (55,26%) dari 38 pasien

sebanyak 27 kasus. Ketidaktepatan dosis kategori dosis tinggi sebanyak 14

kasus (51,85%) meliputi besaran tinggi sebanyak 13 kasus (48,15%) dan

frekuensi tinggi sebanyak 1 kasus (3,7%). Ketidaktepatan dosis kategori

dosis rendah sebanyak 13 kasus (48,15%) meliputi besaran rendah

sebanyak 10 kasus (37,04%) dan frekuensi rendah sebanyak 3 kasus

(11,11%).

Obat

antihipertensi

yang

paling

banyak

mengalami

ketidaktepatan dosis (besaran tinggi) adalah amlodipine sebanyak 6 kasus

besaran tinggi (22,22%) dan nifedipine sebanyak 6 kasus besaran rendah

(22,22%).

(26)

3. Manfaat penelitian

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan dalam mempraktekkan pelayanan

kepada masyarakat salah satunya dalam mencegah terjadinya penggunaan

antihipertensi yang tidak sesuai terhadap pasien geriatri yang mengalami

penurunan laju filtrasi glomerulus

.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri

berdasarkan laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan

Modification of Diet in

Renal Disease

(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman Periode 2009.

2. Tujuan Khusus:

a) Mengetahui profil pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi

glomerulus berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009 meliputi jenis

kelamin dan umur.

(27)
(28)

8

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua

sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal

kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub

masing–masing ginjal. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan

kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas (Sylvia dan Lorraine, 2006).

Organ ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah

lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal memiliki satuan unit

fungsional yaitu nefron, kurang lebih terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap

ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas kapiler (glomerulus atau badan malpighi),

tubulus proximal, tubulus distal, dan tubulus kolektivus (Sylvia dan Lorraine,

2006).

Nefron tersebut terdiri dari struktur vaskuler yaitu glomerulus dan struktur

non vaskuler yaitu

capsula bowman

, tubulus

proximal,

ansa

henle pars desendens

dan

pars asendens

, tubulus distal, dan duktus koligentes (Rasidin, 2010).

(29)

Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin.

Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot.

Kreatinin sangat bergantung dari massa otot.. Biosintesis kreatin sendiri juga

berasal dari glisin, arginin, dan metionin. Sintesis kreatin diselesaikan lewat reaksi

metilasi guanidoasetat oleh senyawa S-adenosilmetionin di hati (Dugdale, 2009).

B. Laju Filtrasi Glomerulus

Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi

glomerulus (LFG) yang memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang

berfungsi (Sylvia dan Lorraine, 2006). Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan

secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yaitu dengan mengukur secara tidak

langsung kapasitas filtrasi glomerulus berdasarkan pengukuran klirens ginjal.

Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui

glomerulus serta dibersihkan atau dihilangkan

(cleared)

dari plasma lalu

diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus

(Hardjoeno,

Nurhayana Sennang, Sulina, dan Badji

, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut ini.

a. tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju

filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotik koloid plasma semakin menurun laju

filtrasi, dan semakin tinggi tekanan

capsula Bowman

semakin menurun laju

filtrasi.

(30)

c. perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan

menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan

menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.

d. perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan

terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya (Rasidin,

2010).

Gambar 2. Laju Filtrasi Glomerulus

(The McGraw Hill Companies, 2008)

C. Pasien Geriatri

(31)

psikososial yang relatif ringan dapat memicu timbulnya penyakit serius pada usia

lanjut. Karenanya dibutuhkan perawatan khusus yang berkualitas tinggi untuk

perawatan pasien geriatri (Anonim, 2008b).

Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan

(menurut WHO), yaitu:

a) lansia (

elderly

) dengan kisaran umur 60-75 tahun,

b) tua (

old

) dengan kisaran umur 75-90 tahun

c) sangat tua (

very old

) dengan kisaran umur > dari 90 tahun (Walker &

Edwards, 2003)

D. Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia

Pertambahan usia menyebabkan banyak jaringan yang hilang dari korteks

ginjal, glomerulus dan tubulus. Permukaan glomerulus berkurang secara progresif

setelah 40 tahun disertai penambahan jaringan sklerotik. Pada korteks ginjal, arteri

aferen

dan

eferen

cenderung

mengalami

atrofi

sehingga

menyebabkan

pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Setelah usia 20 tahun

terjadi penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade. Fungsi hemostasis

ginjal juga berkurang sehingga merupakan predisposisi terjadinya gagal ginjal

(Darmojo, 1999).

(32)

E.

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD)

Berdasarkan estimasi LFG kreatinin serum saja bukan metode yang ideal,

khususnya orang tua karena dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti usia, jenis

kelamin,

massa

otot,

diet,

dan

obat

bahwa

sekresi

tubular

blok

kreatinin. Meskipun penurunan LFG untuk 60 ml / menit per 1,73 m

2

, mungkin

tidak ada peningkatan yang signifikan di kreatinin dalam orang tua dengan

penurunan massa otot. Di sisi lain, jika massa otot dan diet yang stabil, kreatinin

serum

dapat

digunakan

untuk

memantau

LFG

lebih

dekat. Secara

umum, perubahan kreatinin serum 15% ini mungkin mengindikasikan penurunan

yang signifikan dalam LFG pada individu pasien bukan disebabkan oleh biologis

sederhana dan analitis variasi (Devraj,2009).

National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative

(NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang

menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu

Modification of

Diet in Renal Disease

(MDRD) Study atau studi MDRD yang memperhitungkan

faktor usia, berat badan, jenis kelamin dan ras.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

LFG (ml/ment/1,73 m

2

) = 186 x (sCr

)-1,154

x (Usia)

-0,203

x (0,742 jika

Perempuan) x (1,210 jika Afrika Amerika)

Keterangan :

LFG

= Laju Filtrasi Glomerulus

sCr

= Kreatinin serum (mg/dl)

(33)

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks

fungsi ginjal, berikut pada tabel adalah gambaran nilai LFG terhadap fungsi

ginjal:

Tabel I. Tahap

Chronic Kidney Disease

(CKD) Berdasarkan LFG (Knott, 2010)

Tahap

Chronic Kidney Disease

(CKD) Berdasarkan LFG

Tahap

(tetapi urinalisis dan struktur

abnormal atau faktor genetik

mengindikasikan penyakit ginjal)

Observasi dan mengkontrol

tekanan darah

II

60-89

Fungsi renal sedikit menurun

(CKD tahap 2 tidak dapat

didiagnosa dari LFG saja tapi juga

membutuhkan urinalisis dan

struktur abnormal atau faktor

genetik mengindikasikan penyakit

ginjal)

Observasi dan mengkontrol

tekanan darah dan risiko

kardiovaskular

IIIa

45-59

Fungsi renal menurun dalam tahap

moderat, dengan atau tanpa tanda

kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol

tekanan darah dan risiko

kardiovaskular

IIIb

30-44

Fungsi renal menurun dalam tahap

moderat, dengan atau tanpa tanda

kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol

tekanan darah dan risiko

kardiovaskular

IV

15-29

Penurunan fungsi renal yang berat

Memikirkan rencana untuk

mengatasi gagal ginjal

tahap akhir

(34)

F. Obat Antihipertensi

Obat antihipertensi adalah obat yang membantu menurunkan tekanan

darah seseorang yang terlalu tinggi. Pengobatan untuk tekanan darah tinggi

tergantung pada jenis hipertensi. Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi adalah

hipertensi esensial atau primer, yang berarti bahwa tekanan darah tinggi tidak

disebabkan oleh beberapa kondisi medis lainnya. Biasanya dapat dikendalikan

oleh beberapa kombinasi obat antihipertensi dan kebiasaan sehari-hari perubahan

(seperti diet, olahraga, dan pengendalian berat badan). Pada orang dengan

hipertensi sekunder, tekanan darah tinggi mungkin karena berbagai masalah

seperti penyakit ginjal, penyempitan arteri tertentu, atau tumor pada kelenjar

adrenal (Anonim,2010d).

Terapi antihipertensi pada pasien usia lanjut dapat mengurangi kematian

akibat kardiovaskuler dan komplikasi dengan penyakit lain pada pasien lanjut usia

dengan hipertensi sistolik secara bermakna (Saseen dan Carter, 2005).

1. Diuretik

(35)

a. Diuretik tiazid

Diuretik tiazid merupakan tipe diuretik lemah sampai menengah. Diuretik

ini menghambat reabsorpsi sodium. Diuretik tiazid memobilisasi natrium dan air

dari dinding arteriolar. Efek ini dapat mengurangi jumlah gangguan fisik pada

lumen pembuluh darah yang disebabkan karena akumulasi cairan intraseluler.

Saat diameter dari lumen meningkat dan terjadi relaksasi maka tahanan terhadap

aliran darah akan berkurang dan tahanan perifer akan menurun (Saseen dan

Carter, 2005).

Salah

satu

contoh

diuretik

tiazid

adalah

hidroklorothiazid.

Hidroklorothiazid memiliki indikasi untuk mengatasi hipertensi ringan sampai

sedang, mengatasi edema pada congestive heart failure dan sindrom nefrotik.

Mekanisme aksinya yaitu dengan menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus

ginjal, yang akan meningkatkan ekskresi natrium dan air (Lacy, Amstrong,

Goldman dan Lance, 2006).

b. Diuretik

Loop

Diuretik

loop

merupakan kelas diuretik kuat yang digunakan untuk edema

pulmonari, juga untuk pasien gagal jantung kronis dan digunakan untuk

mengurangi tekanan darah.

(36)

c. Diuretik antagonis aldosteron

Diuretik antagonis aldosteron menurunkan reabsorpsi Na

+

dengan

mengantagonis aldosteron. Contoh obat golongan ini adalah spironolakton.

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor

sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na

+

dan menurunkan sekresi K

+

. obat

ini dapat menyebabkan hiperkalemia berat terutama pada pasien dengan gangguan

ginjal (Neal, 2005).

2. Penghambat Adrenergik (beta-bloker)

Mekanisme kerja beta bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas.

Diperkirakan ada beberapa cara pengurangan denyut jantung dan kontraktilis

miokard menyebabkan curah jantung berkurang. Obat-obat beta bloker yang

sering digunakan adalah atenolol, labetolol, dan betaksolol (Saseen dan Carter,

2005).

3. Vasodilator

(37)

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE inhibitor)

Penghambat enzim konversi angiotensin bekerja dengan cara menghambat

pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Williams, 2001). Penghambat

enzim pengkonversi angiotensin juga merangsang sintesis dari beberapa substansi

vasodilator termasuk prostaglandin E2

dan prostasiklin. Peningkatan bradikinin

akan meningkatkan efek hipotensi dari penghambat CE sehingga menyebabkan

batuk kering (Saseen dan Carter, 2005).

Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) memfasilitasi terbentuknya

angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah

arteri. Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) terdistribusi dalam banyak jaringan

dan terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE

terletak pada sel endotelial (Saseen dan Carter, 2005). Pada beberapa pasien, obat

golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat. Obat-obat

yang termasuk golongan ini adalah kaptopril, benazepril, dan enalapril maleat

(Anonim, 2000a).

5. Antagonis Kalsium

(38)

mengakibatkan penurunan curah jantung (Anonim, 2000a). Contoh obat golongan

ini adalah nifedipine, diltiazem, amlodipine, dan verapamil.

6. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Antagonis Reseptor Angiotensin II mempunyai sifat menghambat yang

mirip dengan ACE inhibitor. Perbedaannya obat golongan ini tidak menghambat

pemecahan bradikinin dan kinin lainnya, sehingga tidak menimbulkan efek

samping batuk kering. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah losartan,

valsartan, dan kandesartan (Anonim, 2000a). Antagonis reseptor angiotensin II

menghambat angiotensin II dari semua jalur. Antagonis reseptor angiotensin II

secara langsung menghambat reseptor angiotensin II tipe 1 yang menyebabkan

vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi saraf simpatis, pelepasan hormon

antidiuretik dan konstriksi arteriola efferent pada glomerulus. Antagonis reseptor

angiotensin II tidak menghambat reseptor angiotensin II tipe 2. Oleh karenanya

keuntungan dari stimulasi reseptor angiotensin II tipe 2 seperti vasodilatasi,

perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel tetap berlangsung ketika

obat antagonis reseptor angiotensin II digunakan (Saseen dan Carter, 2005).

7. Antihipertensi Bekerja di Sentral

(39)

saraf simpatis bersamaan dengan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis, dapat

menurunkan denyut jantung, curah jantung, dan tahanan perifer. Salah satu

contohnya adalah klonidin (Saseen dan Carter, 2005).

Dosis yang dianjurkan tergantung pada jenis, kekuatan, dan bentuk obat

antihipertensi. Obat anti hipertensi tidak akan menyembuhkan tekanan darah

tinggi, tetapi akan membantu mengendalikan kondisi (Anonim, 2010d).

G. Pengaruh Obat antihipertensi pada Pasien Geriatri

Seperti halnya dengan organ-organ yang lain, ginjal akan mengalami

perubahan fisiologis dan anatomis dengan bertambahnya umur. Dengan

menurunnya kapasitas fungsi ginjal karena faktor usia, maka akan berpengaruh

pula terhadap eliminasi sebagian besar obat. Obat-obat yang dimetabolisme

kebentuk aktif, seperti: metildopa, triamteren, spironolakton, oksifenbutazon,

levodopa, dan acetoheksamid mungkin akan terakumulasi karena memburuknya

fungsi ginjal pada usia lanjut.

(40)

lain amioglikosida, litium, digoksin, prokainamida, hipoglikemik oral dan

simetidin (Anonim, 2010d).

Tabel II. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Golongan Angiotensin

Converting Enzym Inhibitor (Lacy, 2006)

Comparisons of Indications and Adult Dosages

Drug Hypertension CHF Renal Dysfunction Dialyzable Streghts (mg)

Benazepril (Lotensin)

20-80 mg/day qd-bid

maximum: 80 mg qd

Not FDA maximum: 40 mg qd

Yes Tablets

maximum: 32 mg qd

Not FDA

maximum: 450 mg qd

6.25-100 mg tid maximum: 450 mg qd

Clcr 10-50 ml/min: 75% of usual dose Clcr <10 ml/min: 50% of usual dose

maximum: 40 mg qd

2.5-20 mg bid maximum: 20 mg bid

Clcr 30-80 mL/min : 5mg/day initially Clcr <30mL/min : 2.5mg/day initially

Yes Tablets 2.5, 5, 10, 20

Enalaprilat 0.625 mg, 1.25 mg, 2.5 mg q6h

maximum: 5 mg q6h

Not FDA approved

Clcr <30 mL/min : 0.625mg maximum: 80 mg qd

10-40 mg qd No dosage reduction necessary maximum: 80 mg qd

Not FDA maximum: 80 mg qd

5-20 mg qd Clcr 10-30 mL/min :

maximum: 30 mg qd

Not FDA

Clcr 30-60 mL/min : 2mg qd

Clcr 15-29 mL/min: 2mg qod

Clcr <15mL/min : 2mg on dialysis days

5-20 mg bid Clcr 30-60 mL/min : 2mg qd

2.5-20 mg qd Clcr <40 mL/min: 1.25 mg/day

Clcr <30 mL/min: 0.5 mg/day initially

No Tablets 1mg, 2mg, 4mg

Valsartan (Diovan)

80-160 mg qd Not FDA approved

Decrease dose only if Clcr <10 mL/minute

(41)

Keterangan Empiris

(42)

22

Penelitian mengenai Analisis Pengobatan Antihipertensi pada Geriatri

berdasarkan Laju Filtrasi Glomerolus dengan Formula

Modification of Diet in

Renal Disease

di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009 merupakan jenis

penelitian observasional dengan rancangan deskriptif evaluatif dengan desain

cross sectional

yang bersifat retrospektif.

Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan

teknik atau pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung

mengamati objek datanya. Penelitian observasional dapat dikelompokkan menjadi

observasi perilaku dan observasi non perilaku. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian observasional non perilaku

berupa observasi analisis catatan

(Jogiyanto, 2008).

(43)

Penelitian bersifat retrospektif karena menggunakan data yang diambil

dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam

medis pasien di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009.

B. Definisi Operasional

1. Pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG adalah pasien berusia 60

tahun keatas yang memiliki nilai LFG<60 ml/min/1.73 m

2

yang belum

terdiagnosis tahap gagal ginjal pada saat pasien dirawat di Rumah Sakit

Kabupaten Sleman periode 2009.

2. Penurunan

LFG

dihitung dengan

formula

MDRD.

Formula

MDRD

membutuhkan beberapa data pasien meliputi serum kreatinin, umur, suku

bangsa, dan jenis kelamin, dan formula MDRD dalam menghitung LFG

adalah sebagai berikut:

LFG (mL/min/1,73 m

2

) =

186

x (S

cr

/88,4)

-1,154

x (Age)

-0,203

x (0,742 jika

wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)

3. Rumah sakit yang akan diambil sebagai subyek adalah RSUD Sleman, RSUP

dr. Sardjito, Rumah Sakit Panti Rini, dan Rumah Sakit Panti Nugroho.

4. Evaluasi penyesuaian obat antihipertensi berdasarkan laju filtrasi glomerulus,

dari subyek uji, bukan dilihat berdasarkan ketepatan indikasi dari jenis obat

antihipertensi.

5. Guideline yang akan digunakan dalam mengevaluasi dosis antihipertensi yang

diberikan adalah :

(44)

b.

British Medical association

,

British National Formulary

c. Website

www.drugs.com

yang sudah diverifikasi oleh

Honcode standart

for trustworthy health.

dan

www.merck.com

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang telah

mengalami pemeriksaan laboratorium nilai serum kreatinin di Rumah Sakit

Kabupaten Sleman periode 2009, kemudian diambil sesuai kriteria inklusi yaitu

pasien dengan usia 60 tahun keatas pria ataupun wanita yang telah menerima

terapi obat antihipertensi. Kriteria eksklusi yaitu penderita gagal ginjal yang

dilihat berdasarkan nilai serum kreatinin yang menunjukan angka lebih dari 5

mg/dL dan obesitas dengan nilai BMI lebih dari 30 dengan perhitungan BMI =

Berat badan (kg) ÷ Tinggi badan (m²).

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien geriatri

yang telah mengalami penurunan nilai LFG menurut formula

Modification of Diet

in Renal Disease

(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman selama tahun 2009.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

(45)

2009. Pengambilan data rekam medik dilakukan sekitar bulan Agustus

2010-Oktober 2010 di RSUD Sleman, RSUP dr. Sardjito, Rumah Sakit Panti Rini, dan

Rumah Sakit Panti Nugroho yang terletak di Kabupaten Sleman.

F. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Analisis

situasi

dimulai

dengan

melihat

data

laboratorium

yang

didalamnya terdapat data serum kreatinin dan obat Antihipertensi yang

digunakan oleh pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit kabupaten Sleman

periode 2009 yang diperoleh dari instalasi catatan medik rumah sakit.

2. Penentuan jumlah subyek uji

Setelah diperoleh jumlah pasien geriatri dengan data laboratorium

pemeriksaan serum kreatinin dari masing-masing Rumah Sakit, selanjutnya

dilakukan penentuan jumlah subyek uji minimal yang harus diambil dengan

menggunakan rumus Slovin (Setiawan, 2007).

Rumus Slovin dapat digunakan untuk menentukan ukuran sampel yang harus

diambil, agar sampel tersebut dapat mempresentasikan populasinya. Rumus

Slovin memiliki tingkat kepercayaan 95 %, karena menggunakan

α

= 0,05.

Rumus Slovin:

di mana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = galat perdugaan (

α

)

(46)

Jumlah ukuran sampel di RSUP dr. Sardjito N = 4458

= 367

subyek uji

Jumlah ukuran sampel di RSUD Sleman N = 879

= 275

subyek uji

Jumlah ukuran sampel di RS Panti Rini N = 481

= 218

subyek uji

Jumlah ukuran sampel di RS Panti Nugroho N = 640

= 246

subyek uji

Total subyek uji di Rumah Sakit Kabupaten Sleman adalah 1106 subyek

uji, dan 571 subyek uji di antaranya mendapatkan pengobatan antihipertensi.

3. Pengambilan data

Subyek penelitian dipilih secara random dari populasi yang ada dan

diambil berkas rekam medisnya untuk dilihat penggunaan obat obat setelah

pemeriksaan serum kreatinin selama di rawat di Rumah Sakit tersebut.

Tahap pengambilan data dilakukan melalui beberapa proses

a. pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien geriatri yang

telah melakukan pemeriksaan serum kreatinin berdasarkan nomor rekam

medis yang didapat. Apabila terdapat data yang kurang jelas dan kurang

lengkap, peneliti hendaknya melakukan tanya jawab dengan apoteker yang

berada di rumah sakit terkait.

(47)

mendapatkan terapi antihipertensi, anti inflamasi non steroid, dan

antibiotika pada periode 2009 berdasarkan rekam medis.

c. pengelompokkan data, dilakukan dengan mengelompokkan data per

golongan obat, yaitu golongan antihipertensi, antibiotik, dan anti inflamasi

non steroid. Dalam hal ini peneliti lebih mengkaji obat antihipertensi.

Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, umur, jenis

kelamin, suku bangsa, data laboratorium serum kreatinin, serta dosis dan

frekuensi penggunaan terapi antihipertensi yang diberikan.

4. Pengolahan data

Data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram yang meliputi data tentang pasien geriatri yang telah mengalami

penurunan LFG dan mendapatkan pengobatan antihipertensi yang tidak

disesuaikan

menurut

formula

MDRD

dan

mendapatkan

pengobatan

antihipertensi yang tidak disesuaikan menurut

guideline.

G. Tata Cara Analisis Hasil

Data kualitatif dibahas dalam bentuk uraian dan secara deskriptif dalam

bentuk tabel dan atau gambar diagram.

Data pasien dikelompokkan sebagai

berikut ini.

(48)

2. persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan

formula

Modification of Diet in Renal Disease

dengan menghitung jumlah

pasien geriatri yang teridentifikasi dengan MDRD menurut jenis kelamin dan

masing-masing dibagi total kasus dikali 100%.

3. persentase pasien geriatri yang telah menerima terapi antihipertensi dengan

dosis tepat dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh dosis

tepat dibagi total kasus dikali 100%.

4. persentase pasien geriatri yang telah menerima terapi antihipertensi dengan

dosis

tidak

sesuai

dengan

menghitung jumlah

pasien

geriatri

yang

memperoleh dosis tidak sesuai dibagi total kasus dikali 100%.

(49)

29

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien dan jumlah pasien

geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) di Rumah Sakit kabupaten

Sleman periode 2009. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menganalisis

pengobatan antihipertensi yang diterima tiap pasien di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Kabupaten Sleman yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus

berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD). Proses

penelusuran data dilakukan dengan melihat data pemeriksaan serum kreatinin di

laboratorium, kemudian mengamati kartu status rekam medik pasien. Pasien yang

diteliti adalah seluruh penderita geriatri yang memperoleh pengobatan hipertensi

di instalasi rawat inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

(50)

A. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Kabupaten Sleman

n=571 pasien

Gambar 3. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri yang Memperoleh Pengobatan

Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun 2009

Gambar 3 menunjukkan angka kejadian dari 571 pasien terdapat sebesar

50,26 % kasus laki-laki mendapatkan pengobatan hipertensi sedangkan pada

perempuan sejumlah 49,74 %. Laki-laki lebih banyak ditemukan kasus pemberian

obat hipertensi, karena laki-laki cenderung memiliki pola hidup yang kurang

teratur dibanding wanita. Misalnya dengan adanya kebiasaan merokok dan

kecenderungan stress karena kerja.

B. Distribusi Umur Pasien Geriatri

n= 571 pasien

(51)

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa angka kejadian pemberian obat

hipertensi di instalasi rawat inap Rumah sakit kabupaten Sleman selama tahun

2009 paling banyak ditemukan pada kelompok

elderly

yaitu kelompok umur

60-75 tahun. Pemberian obat hipertensi disebabkan karena meningkatnya tekanan

darah yang mungkin disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat saat masih

muda.

C. Profil Pasien Geriatri Berdasarkan Stage Laju Filtrasi Glomerulus

n= 571 pasien

Gambar 5. Diagram Persentase Jumlah Pasien yang Mendapat Pengobatan

Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman

Berdasarkan Stage Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Tahun 2009

Laju filtrasi glomerulus dapat dihitung dengan menggunakan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) yang memperhitungkan faktor

usia, berat badan, jenis kelamin dan ras.

(52)

tingkat

(stage)

LFG. Di mana tingkat 1 bila nilai LFG > 90, tingkat 2 bila nilai

LFG 60-89, tingkat 3A bila nilai LFG 45-59, tingkat 3 B bila nilai LFG 30-44,

tingkat 4 bila nilai LFG 15-29, dan tingkat 5 bila nilai LFG< 15.

Dari data yang didapat, ternyata sejumlah 21,54% penderita yang

memperoleh pengobatan hipertensi di Rumah Sakit Kabupaten Sleman berada

pada tingkat 1, berarti sejumlah 123 pasien menunjukkan bahwa fungsi ginjal

masih normal. Sejumlah 34,50% berada pada tingkat 2, yang berarti 197 pasien

mengalami sedikit penurunan fungsi renal. Sejumlah 21,72% berada pada tingkat

3A, berarti 124 pasien mengalami penurunan fungsi renal dalam tahap moderat,

dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya. Sejumlah 12,78% berada pada

tingkat 3B, berarti 73 pasien juga mengalami penurunan fungsi renal dalam tahap

moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya. Sejumlah 7,88%

berada pada tingkat 4, menggambarkan bahwa 45 pasien mengalami penurunan

fungsi renal yang berat. Sedangkan pada tingkat 5 sejumlah 1,58%, berarti 9

pasien mengalami gagal ginjal tahap akhir. Paling banyak ditemukan kasus pasien

berada pada tingkat 2 di mana nilai laju filtrasi glomerulus sebesar

60-89ml/min/1,73 m

2

, di mana terjadi sedikit penurunan laju filtrasi glomerulus yang

kadang diikuti beberapa kejadian kerusakan ginjal.

(53)

sisa pembuangan semakin menurun dan ginjal semakin parah. Persentase paling

kecil adalah pasien yang berada pada tingkat 5, berarti 1,58 % (9 pasien) di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman yang mengalami gagal ginjal.

Pada pasien yang berada pada tingkat 5, fungsi organ ginjal mengalami penurunan

hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja dalam hal penyaringan pembuangan

elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium

dan kalium di dalam darah atau produksi urine. Pasien pada tingkat 5 dapat

dikatakan telah mengalami penyakit ginjal kronis.

Menurut penelitian Van Den Noortgate (2004) yang pernah dilakukan,

gagal ginjal dengan laju filtrasi glomerulus <30 ml/min ditemukan pada 26,4%

pasien dari total subyek uji sebanyak 220 pasien. Berarti sejumlah 26,4% pasien

mengalami penurunan fungsi renal yang berat.

D. Profil Pasien Geriatri Terbagi Dalam Tiap Stage LFG berdasarkan Jenis

Kelamin

Gambar 6. Diagram Pasien Geriatri yang Mendapat Pengobatan Hipertensi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun 2009 Terbagi Dalam

(54)

Berdasarkan data gambar 6 yang didapat, penderita geriatri rawat inap

yang memperoleh pengobatan hipertensi di Rumah Sakit Kabupaten Sleman, yang

berada pada tingkat

(stage)

1 terdiri dari 75 orang pria, dan 48 orang wanita.

Tingkat 2 terdiri dari 84 orang pria, dan 113 orang wanita. Tingkat 3A terdiri dari

65 orang pria, dan 59 orang wanita. Tingkat 3B terdiri dari 39 orang pria, dan 34

orang wanita. Tingkat 4 terdiri dari 19 orang pria, dan 26 orang wanita.

Sedangkan tingkat 5 terdiri dari 5 orang pria, dan 4 orang wanita. Jumlah laki-laki

terbanyak ditemukan pada tingkat 2. Sedangkan jumlah perempuan terbanyak

juga ditemukan pada tingkat 2.

E. Perbandingan Pasien Yang Memiliki Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Normal

dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Di Bawah Normal

n= 571 pasien

Gambar 7. Diagram Perbandingan Persentase Pasien yang Mendapat Pengobatan

Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun 2009

Antara LFG Normal dengan LFG di Bawah Normal

(55)

laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/ menit. Sedangkan sejumlah 56,04%

penderita lainnya memiliki laju filtrasi glomerulus dengan nilai normal.

Gambar 8. Diagram Perbandingan Laju Filtrasi Glomerulus Pasien yang

Mendapat Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Kabupaten Sleman Tahun 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin

(56)

F. Ketidaksesuaian Dosis Obat Hipertensi yang Diberikan Pada Pasien di Rumah

Sakit Kabupaten Sleman

Gambar 9. Diagram Persentase Kasus Pengobatan Pasien yang Mendapat

Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten

Sleman Tahun 2009 Yang Butuh Penyesuaian dan Yang Tidak Perlu

Penyesuaian

Dari

data

yang

diperoleh,

sebanyak

5,27%

kasus

membutuhkan

penyesuaian dosis untuk obat hipertensi yang diberikan kepada pasien rawat inap

di Rumah Sakit Kabupaten Sleman. Penyesuaian dosis berdasarkan nilai laju

filtrasi glomerulus untuk tiap pasien. Beberapa obat perlu disesuaikan jumlah atau

dosisnya seperti hidroklortiazid, captopril, furosemide, imidapril, perindopril, dan

spironolakton.

(57)

G. Pemberian Obat Hipertensi Untuk Pasien di Rumah Sakit Kabupaten Sleman

Yang Tidak Sesuai

Gambar 10. Perbandingan Jumlah Kasus Pengobatan Yang Membutuhkan

Penyesuaian Dosis dan Yang Tidak Perlu Penyesuaian Tiap Rumah sakit di

Kabupaten Sleman Tahun 2009

(58)

tetap harus diperhatikan, dengan cara menyesuaikan dosis yang diberikan sesuai

dengan nilai laju filtrasi glomerulus dari tiap pasien. Karena pengobatan yang

tidak sesuai dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai

kerusakan ginjal.

H. Jenis Obat Hipertensi yang Diberikan Kepada Pasien Geriatri di Rumah Sakit

Kabupaten Sleman yang Memerlukan Penyesuaian

Tabel III. Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien

Geriatri yang Perlu Penyesuaian Dosis Pada Tiap Rumah Sakit di

Kabupaten Sleman Pada Tahun 2009

Nama Obat

RS

Panti Rini

RS Panti

Nugroho

RSUD

Sleman

RSUP

dr. Sardjito

captopril

2

8

9

bisaprolol

1

furosemide

2

1

5

spironolactone

1

2

5

HCT

1

5

imidapril

2

(59)

Gambar 11. Jenis Obat Antihipertensi yang Diberikan kepada Pasien

Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun

2009 Yang Perlu Penyesuaian

(60)

Tabel IV. Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien Geriatri di

Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun 2009 Menurut Perlakuan Penyesuaian

Dosis

Jenis Antihipertensi

Penaikan Dosis

Captopril

Furosemide

Penurunan Dosis

Perindopril

Hidrochlorotiazide

Imidapril

Captopril

Perubahan

Frekuensi

Spironolactone

Captopril

Pemberian terapi diperlukan dosis awal dan dosis pemeliharaan yang

sesuai berdasarkan pada efek terapeutik yang diinginkan. Jika dosis awal dan

dosis pemeliharaan yang diberikan lebih rendah dari dosis yang dianjurkan maka

tujuan mempertahankan efek klinik tidak dapat tercapai. Hal tersebut dapat

ditemukan pada penelitian ini, misalnya pada pemberian obat captopril dosis awal

12,5 mg, padahal menurut

guideline

British National Formulation seharusnya

pemberian captopril dosis awal adalah 25 mg. hal tersebut menyebabkan tujuan

pengobatan tidak tercapai, obat kurang efektif, dan akhirnya meningkatkan lama

rawat inap pasien.

(61)

berat lagi sehingga menyebabkan ginjal rusak dan semakin parah, serta

dikhawatirkan dapat terjadi komplikasi penyakit yang menyertai bila dosis terlalu

tinggi dari yang dianjurkan. Sebagai contoh dari kasus ini adalah pemberian obat

Hidroklortiazide 1x25 mg, padahal menurut

guideline

Cerner Multum(drug.com)

seharusnya pemberian obat tersebut adalah 1x12,5 mg.

Menurut Widianingrum (2009), pada penelitian sebelumnya pada geriatri

yang mendapat pengobatan hipertensi, obat antihipertensi yang paling banyak

mengalami ketidaktepatan dosis (besaran tinggi/dosis terlalu tinggi) adalah

amlodipine sebanyak 6 kasus besaran tinggi (22,22%) dan nifedipine sebanyak 6

kasus besaran rendah/ dosis terlalu rendah (22,22%).

Kesulitan Penelitian

(62)

42

1. Profil pasien geriatri yang mendapat pengobatan antihipertensi di Rumah

Sakit Kabupaten Sleman periode 2009, meliputi jenis kelamin pasien yang

paling banyak adalah laki-laki sebanyak

50,26%

dan perempuan adalah

49,74%

. Kelompok umur yang paling banyak mendapat pengobatan hipertensi

adalah kelompok umur

elderly

sebanyak

56,92%

, sedangkan kelompok

old

sebanyak

42,03%

, dan kelompok

very old

sebanyak

1,05%.

Laju filtrasi

glomerulus,

21,54%

pasien pada stage 1, stage 2 sejumlah

34,50%

pasien,

stage 3A sejumlah

21,72%

, stage 3B sejumlah

12,78%

, stage 4 sejumlah

7,88%

pasien, dan stage 5 sejumlah

1,58%

pasien.

2. Jumlah pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus

berdasarkan formula

Modification of Diet in Renal Disease

(MDRD) adalah

251 penderita yang terdiri dari 128

(51%)

laki-laki dan 123

(49%)

perempuan.

Jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai

di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009 adalah 45 penderita (5,27%).

3. Profil pemberian obat hipertensi yang memerlukan penyesuaian pada pasien

(63)

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat prospektif untuk pemberian

obat yang bersangkutan dan melihat kondisi subyek secara keseluruhan dengan

melihat data berat badan dan tinggi badan agar nilai

body surface area

dapat

diketahui dengan tepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan dan

pemahaman tenaga kesehatan dalam hal pemberian antihipertensi pada geriatri

yang mengalami penurunan fungsi ginjal untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 2000a,

Information Obat Nasional Indonesia

2000, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta, pp. 47-74, 83-90.

Anonim , 2008b,

Chronic Kidney Disease

, Early Identification and Management

of Chronic Kidney Disease in Adults in Primary and Secondary Care,

National Institute for Health and Clinical Excellence, 7, MidCity, London

Anonim, 2009c,

Kidney Anatomy Internal

,

http://www.stockmedicalart.com/medicalartlibrary/index.html diakses

tanggal 13 Desember 2010

Anonim,2010d,

Antihypertensive-drugs

(http://www.faqs.org/health/topics/71/Antihypertensive-drugs,

diakses

tanggal 6 April 2010

Benowitz,

N.L.,

2001,

Obat

Antihipertensi,

dalam

Sjabana,

D.,

Rahardjo.,Sastrowardoyo, W., Hamzah., dkk, (Editor),

Farmakologi

Dasar dan Klinik

, Edisi VIII, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp.

276-304.

Bustami, Z. S., 2001,

Obat Untuk Kaum Lansia

, Edisi kedua., Penerbit ITB,

Bandung

Chobanian, A. V., Bakris, G. L., Black, H. R., Cushman, W. C., Green, L. A., and

Joseph, L. I., 2003,

The Seventh Report of The Joint National Commitee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure

,

The

JNC

7

Report,

http//www.jama-ama-assn.org/cgi/content/full/289.19.2560v1, diakses 9 Desember 2010

Darmansjah,

I.,

2006,

Polifarmasi

Usia

Lanjut

(http://www.iwandarmansjah.web.id, diakses tanggal 6 April 2010)

Darmojo, B., 1999,

Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)

, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 71-76.

Devraj, 2009,

Limitations of Various Formulae and Other Ways of Assessing LFG

in the Elderly: Is There a Role for Cystatin C?

,

(http://www.asn-online.org/education_and_meetings/geriatrics/Chapter6.pdf,

diakses

tanggal 27 Maret 2010)

(65)

Dugdale,

D.C.,

2009,

Creatinin-Blood

,

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003475htm

diakses

tanggal 17 Januari 2011

Hardjoeno,

Nurhayana Sennang AN, Sulina, Adriani Badji

, 2005,

Laju Filtrasi

Glomerulus pada Orang Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin

Menggunakan Persamaan, Cockroft-Gault dan Modification of Diet in

Renal Disease,

80 – 84

,

J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

Jogiyanto, 2008,

Metodologi Penelitian Sistem Informasi

, Penerbit Andi,

Yogyakarta, pp. 89,90.

Johnson, D. W., 2005,

Automated Reporting of LFG

, Australian Family Psysician,

Vol. 34, No. 11, 926, Australia

Karen,

2005,

Cockcroft-Gault Versus Modification of Diet in Renal Disease

Importance of Glomerular Filtration Rate Formula for Classification of

Chronic Kidney Disease in Patients With Non–ST-Segment Elevation

Acute Coronary Syndromes

, http://www.onlinejacc.org, diakses tanggal 1

April 2010

Katzung, 2004,

Basic and Clinical Pharmacology

, 9

th

Edition, Mc Graw-Hill,

USA, pp. 1007, 1012.

Knott, L., et. al., 2010,

Assesing Renal Function

, http://www.patient.co.uk/

doctor/Assessing-Renal-Function.htm, diakses tanggal 10 Maret 2010

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006,

Drug

Information Handbook

, 14

th

ed., Lexi-comp, Ohio McGraw-Hill Co.,

New York

McGraw, 2008,

Manual of Laboratory & Diagnostic Tests

, McGraw-Hill

Specialties: Lab Medicine,

Nasution, 2001,

Pengaruh Obat Antihipertensi dengan Eliminasi melalui Ginjal

yang Berbeda terhadap Fungsi Ginjal pada Penderita Hipertensi dengan

Gangguan

Fungsi

Ginjal

Ringan

dan

Sedang

,

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_PengaruhObatAntihipertensi.pd

f/08_PengaruhObatAntihipertensi.pdf, diakses tanggal 6 April 2010

National Kidney Foundation DOQI, 2003,

Clinical Practice Guidelines and

Clinical

Practice

Recommendations

,

(66)

Neal, M.J., 2005,

Medical Pharmacology at a Lance

, 5

th

ed, diterjemahkan oleh

Suprasari. J, 36-37, Erlangga, Jakarta

Notoatmodjo, 2005,

Metodologi Penelitian Kesehatan

, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta, pp. 138.

Rasidin, 2010,

Mekanisme Kerja Ginjal Berdasarkan Tahapan Filtrasi,

Reabsorpsi

dan

Sekresi,

.http://www.scribd.com/document_downloads/direct/13417100?extension

=pdf&ft=1270525361&lt=1270528971&uahk=hRQU/MAWpzLnPzv14

UU1A5j9k3U, diakses tanggal 4 April 2010

Saseen, J.J., Carter, B.L., 2005, Hypertension, in DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee,

G.c., Matzke, G.r., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),

Pharmacotherapy: A

Pathophysiologic Approach

, Sixth Edition, 185-214, Appleton and

Lange, USA.

Schulz et.al, 2008,

Clinical Value of Automatic Reporting of Estimated

Glomerular

Filtration

Rate

in

Geriatrics

,

http://content.karger.com/ProdukteDB/produkte,

diakses

tanggal

11

Maret 2010

Setiawan, 2007,

Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel

Krejcie-Morgan:

Telaah

Konsep

dan

Aplikasinya

,

Universitas

Padjadjaran, Bandung

Siti, R.M., 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Penerbit Salemba

Medika, Jakarta, pp. 2, 32.

Sylvia&Lorraine, 2006,

PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

,

867 – 871, 889, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Van Den Noortgate, 2004

, Renal Function in The Oldest-Old on An Acute

Geriatric Ward

, University Hospital Ghent, Department of Internal

Medicine, Belgium

Walker, R., Edwards, C., 2003,

Clinical Pharmacy and Therapeutics

, 3rd

Edition, Churchill Livingstone, Philadhelphia, pp. 65.

Widianingrum, 2009,

Identifikasi Drug Related Problems (drps) Potensial

Kategori Ketidaktepatan Dosis Pada Pasien Hipertensi Geriatri di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta

,

Universitas Muhammadiyah, Surakarta

(67)
(68)
(69)

Lampiran1. Perijinan

(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)

2. Guideline

a. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Drug Information

Handbook

b. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Merck.com

Furosemide

Renal Dose Adjustments

If increasing azotemia and oliguria occur during treatment of severe progressive

renal disease, furosemide should be discontinued.

Usual Adult Dose for Renal Failure

Oral:

Initial:

20

to

80

mg

per

dose.

Maintenance: Increase in increments of 20 to 40 mg/dose every 6 to 8 hours to

desired effect. The usual dosage interval is once or twice daily, with a maximum

Gambar

Gambar 2. Laju Filtrasi Glomerulus(The McGraw Hill Companies, 2008)
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG (Knott, 2010)
Benazepril(Lotensin)20-80 mg/dayqd-bidNotFDAapprovedClcr < 30 mL/min :5mg/day initiallyYesTablets5, 10, 20, 40
Gambar 3. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri yang Memperoleh PengobatanAntihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji wilcoxon dari data penelitian tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus menunjukan tidak ada beda

Akhirnya, para pengecer prihatin bahwa berbagai display serta material P-O-P lainnya hanya membantu peningkatan penjualan dari suatu merek khusus dari produsen selama periode display

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah: Limbah ikan tuna produk proses biologis memiliki nilai kecernaan (bahan kering, bahan organik dan protein kasar) dan

suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk

Implementasi aplikasi broker properti meliputi fungsi penyimpanan dan pembacaan informasi, proses sinkronisasi data antara kantor cabang dengan kantor pusat,

Sementara dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan

Dengan sistem yang sedang berjalan saat ini masih dirasakan kurang baik dimana terdapat beberapa kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengajuan

Singapura Hongkong Malaysia Arab Saudi Papua Nugini Kuwait Bangladesh Lebanon Cina Israel Uni Emirat Arab Korea Oman Syria Yaman Mongolia Iran Sri Lanka Filipina Thailand Nepal