SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ratna Mustika Cahyaningrum
NIM : 078114075
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ratna Mustika Cahyaningrum
NIM : 078114075
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Bapak dan Ibu tercinta sebagai tanda
bakti dan penghormatanku
Eyang kakung, eyang uti tersayang sebagai
tanda penghargaanku
Saudaraku tersayang (rendy)
vii
segala rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul
“ANALISIS
PENGOBATAN
ANTIHIPERTENSI
PADA
GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN
FORMULA
MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE
DI RUMAH
SAKIT KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2009”
. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan dan dukungan
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak berterimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. yang dengan sabar membimbing dan
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
3. Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt. yang dengan penuh perhatian
membimbing dan mengarahkan penulis.
viii
6. Seluruh staf sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
7. Bapak dan Ibu untuk kasih sayang, doa tulus, dan dukungan yang selalu
menguatkan penulis.
8. Eyang kakung dan eyang uti yang senantiasa mencurahkan kasih sayang
dan perhatian kepada penulis.
9. Saudaraku tersayang, Arendi Dwi Kurniawan atas dukungan dan doanya.
10. Teman dan saudara terbaikku mami ima (Prima Mustika Ningtyas), yang
selalu memberikan masukan dan perhatian kepada penulis.
11. Teman
seperjuangan
dalam
suka
dan
duka,
teman
yang
selalu
membangkitkan semangatku, Maria Lisa Nova .
12. Teman-teman GFR team, Dita, Frisa, Olive, Bimo, Hetty, Nila, dan Mayan
atas semua semangat dan motivasinya.
13. Uthe, Cicil, Ririn, Dina, Inong, Paulina, Xaxa, Mami Dewi, Yesia, Siska,
Venny dan teman-teman tersayang atas dukungan, doa dan perhatiannya.
14. Keluarga besar kost Talenta trima kasih atas perhatian dan kasih
sayangnya.
15. Keluarga besar FKK B 2007 yang mau berbagi kasih sayang, suka, duka,
pengalaman, pengetahuan, kekompakan, dan kebersamaan.
ix
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi pembaca.
x
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
PERNYATAAN PUBLIKASI...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
PRAKATA...vii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
INTISARI...xviii
ABSTRACT...
xix
BAB I. PENGANTAR ...1
A. Latar Belakang Masalah...1
1. Rumusan Masalah ...3
2. Keaslian Penelitian...4
3. Manfaat Penelitian ...6
B. Tujuan...6
1. Tujuan Umum ...6
xi
C. Pasien Geriatri...
10
D. Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia...
11
E.
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD)...
12
F. Obat Antihipertensi...
14
G. Pengaruh Obat antihipertensi pada Pasien Geriatri...
19
H. Keterangan Empiris...
21
BAB III. METODE PENELITIAN...
22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...
22
B. Definisi Operasional... 23
C. Subyek Penelitian...
24
D. Bahan Penelitian...
24
E. Tempat dan Waktu Penelitian...
24
F. Tata Cara Penelitian...
25
G. Tata Cara Analisis Hasil...
27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...
29
A. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Kabupaten Sleman...
30
B. Distribusi Umur Pasien Geriatri...
30
xii
Glomerulus (LFG) Normal dengan Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) Di Bawah Normal...
34
F. Ketidaksesuaian Dosis Obat Hipertensi yang Diberikan
Pada Pasien di Rumah Sakit Kabupaten Sleman...
36
G. Pemberian Obat Hipertensi Untuk Pasien di Rumah Sakit
Kabupaten Sleman Yang Tidak Sesuai...
37
H. Jenis Obat Hipertensi yang Diberikan Kepada Pasien Geriatri
di Rumah Sakit Kabupaten Sleman yang Memerlukan
Penyesuaian... 38
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...
42
A. Kesimpulan... 42
B. Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA... 44
LAMPIRAN... 48
xiii
I.
Tahap
Chronic Kidney Disease
(CKD) Berdasarkan LFG...
13
II.
Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Golongan Angiotensin
Converting Enzym Inhibitor...
20
III.
Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien
Geriatri yang Perlu Penyesuaian Dosis Pada Tiap
Rumah Sakit di Kabupaten Sleman Pada Tahun 2009...
38
IV.
Data Jenis Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien
Geriatri di Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun
xiv
2.
Laju Filtrasi Glomerulus...
10
3.
Distribusi Jenis Kelamin Pasien Geriatri yang Memperoleh
Pengobatan Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Kabupaten Sleman Tahun 2009...
30
4.
Diagram Distribusi Umur Pasien Yang Mendapat Pengobatan
Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten
Sleman Tahun 2009...
30
5.
Diagram Persentase Jumlah Pasien yang
Mendapat Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Berdasarkan
Stage Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Tahun 2009...
31
6.
Diagram Pasien Geriatri yang Mendapat Pengobatan
Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten
Sleman Tahun 2009 Terbagi Dalam Tiap Stage
GFR Berdasarkan Jenis Kelamin...
33
7.
Diagram Perbandingan Persentase Pasien yang Mendapat
Pengobatan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Kabupaten Sleman Tahun 2009 Antara LFG Normal
dengan LFG di Bawah Normal...
34
xv
yang Mendapat Pengobatan Hipertensi di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Kabupaten Sleman Tahun
2009 Yang Butuh Penyesuaian dan Yang Tidak Perlu
Penyesuaian...
36
10.
Perbandingan Jumlah Kasus Pengobatan Yang
Membutuhkan Penyesuaian Dosis dan Yang Tidak
Perlu Penyesuaian Tiap Rumah sakit di Kabupaten
Sleman Tahun 2009...
37
11.
Jenis Obat Antihipertensi yang Diberikan kepada
Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
xvi
a. Surat Izin BAPPEDA...
50
b. Surat Keterangan Kelaikan Etik...
51
c. Surat Ijin RSUD Sleman...
52
d. Surat Pengantar Permohonan Ijin...
53
e. Surat Keterangan Pengambilan Data RSUP dr. Sardjito...
54
f. Surat Ijin Penelitian RS Panti Nugroho...
55
g. Surat Keterangan Penelitian di RS Panti Rini...
56
2.
Guideline....
...
57
a. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Drug
Information Handbook...
57
b. Penyesuaian Dosis Antihipertensi Berdasarkan Merck.com...
57
c. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Berdasarkan
Drug.com...
58
d. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Berdasarkan
British National Formulary...
59
xvii
d. Data Pasien Geriatri yang Mendapat Pengobatan Antihipertensi
xviii
serta penurunan fungsi ginjal dan hati dapat berpengaruh terhadap terapi obat
yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan jumlah
pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan
formula
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD), serta menganalisis
pengobatan antihipertensi yang diterima tiap pasien di Rumah Sakit kabupaten
Sleman periode 2009. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
Dari hasil penelitian, diperoleh sebanyak 571 pasien di Rumah Sakit
Kabupaten Sleman mendapatkan pengobatan antihipertensi. Sejumlah 50,26%
jenis kelamin laki-laki dan 49,74% jenis kelamin perempuan. Kelompok umur
elderly
56,92%, kelompok umur
old
42,03%, dan kelompok umur
very old
1,05%.
Laju filtrasi glomerulus pasien pada tingkat 1 sebesar 21,54%, tingkat 2 sejumlah
34,50% pasien, tingkat 3A sejumlah 21,72%, tingkat 3B sejumlah 12,78%, tingkat
4 sejumlah 7,88% pasien, dan tingkat 5 sejumlah 1,58% pasien. Sejumlah 251
penderita yang terdiri dari 128 laki-laki dan 123 perempuan mengalami penurunan
laju filtrasi glomerulus. Sebanyak 5,27% obat hipertensi yang diberikan kepada
pasien geriatri di instalasi rawat inap Rumah sakit Kabupaten sleman
membutuhkan penyesuaian dosis.
xix
affect drug therapy given. This study aims to identify the profile and number of
geriatric patients experienced a decrease in the glomerular filtration rate based on
the formula of modification of diet in renal disease (MDRD) and analyse
antihypertensive treatment received for each patient in the period 2009 Sleman
District hospitalThis is a retrospective observational evaluative research design
descriptive.
From the study, obtained as many as 571 patients in hospitals Sleman
receiving antihypertensive treatment. A total of 50.26% male sex and female sex
49.74%. Elderly age group of 56.92%, 42.03% old age group, and very old age
group 1.05%. Glomerular filtration rate of patients at stage 1 with 21.54%,
34.50% of stage 2 patients, the rate of 21.72%, 12.78% 3A 3B stage, stage 4 for
7.88% of patients, and stage 5 approximately 1.58% of patients. A total of 251
patients consisted of 128 men and 123 women decreased glomerular filtration
rate. A total of 5.27% from hypertension drugs given to patients in hospital
geriatric inpatient installation Sleman require dose adjustment.
1
Usia lanjut menurut WHO adalah seorang dengan umur 60 tahun atau
lebih, sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah yang
berusia di atas 60 tahun (Siti, 2008). Di negara-negara maju, lebih dari 60 %
populasi geriatri menderita hipertensi (Katzung, 2004). Hipertensi adalah keadaan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih diukur lebih dari satu kali kesempatan (Chobanian, Bakris,
Black, Cushman, Green, & Joseph, 2003).
Penelitian lebih memfokuskan pada pasien geriatri karena pasien geriatri
mengalami perubahan fisiologik akibat proses menua, dan penurunan status
fungsional dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang diberikan (Bustami,
2001). Perubahan paling berarti dalam usia lanjut adalah berkurangnya fungsi
ginjal dan menurunnya klirens kreatinin, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal
atau kadar kreatininnya dinyatakan normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat
sering berkurang, sehingga memperpanjang intensitas kerjanya (Darmansjah,
2006).
diperlukan perhatian dan penanganan yang khusus, terutama pemilihan obat
antihipertensi (OAH) (Nasution, 2001).
Penelitian Nasution menunjukkan obat antihipertensi yang seluruhnya
dieliminasi melalui ginjal akan menumpuk pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal sehingga akan lebih memperberat fungsi ginjal, oleh karena itu
diperlukan penyesuaian dosis, sedangkan obat antihipertensi yang tidak
seluruhnya dieliminasi melalui ginjal dapat bersifat lebih renoprotektif (Nasution,
2001).
Glomerulus Filtration Rate
(LFG) merupakan parameter untuk mengukur
fungsi
ginjal
dan
mengetahui
seberapa
parah
penurunan
fungsi
ginjal
(Dipiro,2008). Perhitungan LFG dengan formula
Modification of Diet in Renal
Disease
hanya membutuhkan data serum kreatinin, umur, suku bangsa, dan jenis
kelamin (Johson, 2005).
Karen (2005) menyatakan Formula
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) adalah formula yang sering digunakan pada praktek klinik untuk
memperkirakan fungsi ginjal.
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative
(NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang
menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu persamaan
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) Study atau studi MDRD yang
memperhitungkan faktor usia, berat badan, jenis kelamin dan ras.
RSUD Sleman, RSUP dr. Sardjito, RS Panti Rini, dan RS Panti Nugroho
dikarenakan lokasi persebaran Rumah Sakit yang merata di Kabupaten Sleman,
sehingga diharapkan mampu memberikan gambaran secara jelas apakah terjadi
pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai pada pasien geriatri dengan kondisi
telah mengalami penurunan laju filtrasi Glomerulus di daerah Kabupaten Sleman.
Selain itu pemilihan Rumah Sakit tersebut dengan melihat BOR (
Bed Occupancy
Rate
) yang lebih dari 50%.
1. Rumusan Masalah
a) Seperti apakah profil pasien geriatri yang mendapatkan pengobatan
antihipertensi berdasarkan formula
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009?
b) Berapa banyak pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi
Glomerulus berdasarkan formula
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) dan mendapatkan pengobatan antihipertensi yang tidak sesuai di
Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penggunaan obat
Antihipertensi terhadap penurunan laju filtrasi glomerolus yang pernah
dilakukan, antara lain:
a.
Renal Function in The Oldest-Old on An Acute Geriatric Ward
(Van Den
Noortgate, 2004).
Metode : retrospektif dari 220 data rekam medis pada subyek uji pasien
geriatri kemudian menghitung kliren kreatinin dengan formula
Cockcroft-Gault
dan
Modification of Diet in Renal Disease.
Hasil : gagal ginjal dengan laju filtrasi glomerulus <30 ml/min
ditemukan pada 26,4 % pasien.
b. Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik :
Penelitian dilakukan di IRNA I RS Saiful Anwar Malang (Widyariningsih,
2006)
Metode : non eksperimental dengan rancangan deskriptif prospektif
dengan sampel berupa data rekam medik dan pasien GGK yang mendapat
tetapi antihipertensi di IRNA I RSSA, Malang pada periode 21 Maret
sampai 31 Mei 2005.
antihipertensi
yang
digunakan
(khususnya
ACEI,
furosemid
dan
bisoprolol) sesuai dengan dosis yang direkomendasikan pada pasien GGK
berdasarkan klirens kreatinin dan kondisi klinik pasien.
c.
Identifikasi
Drug
Related
Problems
(DRPs)
Potensial
Kategori
Ketidaktepatan Dosis Pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (Widianingrum, 2009)
Metode : deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif, sampel
diambil dengan metode
purposive sampling.
Hasil : ketidaktepatan dosis terjadi pada 21 pasien (55,26%) dari 38 pasien
sebanyak 27 kasus. Ketidaktepatan dosis kategori dosis tinggi sebanyak 14
kasus (51,85%) meliputi besaran tinggi sebanyak 13 kasus (48,15%) dan
frekuensi tinggi sebanyak 1 kasus (3,7%). Ketidaktepatan dosis kategori
dosis rendah sebanyak 13 kasus (48,15%) meliputi besaran rendah
sebanyak 10 kasus (37,04%) dan frekuensi rendah sebanyak 3 kasus
(11,11%).
Obat
antihipertensi
yang
paling
banyak
mengalami
ketidaktepatan dosis (besaran tinggi) adalah amlodipine sebanyak 6 kasus
besaran tinggi (22,22%) dan nifedipine sebanyak 6 kasus besaran rendah
(22,22%).
3. Manfaat penelitian
Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan dalam mempraktekkan pelayanan
kepada masyarakat salah satunya dalam mencegah terjadinya penggunaan
antihipertensi yang tidak sesuai terhadap pasien geriatri yang mengalami
penurunan laju filtrasi glomerulus
.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri
berdasarkan laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan
Modification of Diet in
Renal Disease
(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman Periode 2009.
2. Tujuan Khusus:
a) Mengetahui profil pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi
glomerulus berdasarkan formula
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Sleman periode 2009 meliputi jenis
kelamin dan umur.
8
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal
kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub
masing–masing ginjal. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan
kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas (Sylvia dan Lorraine, 2006).
Organ ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah
lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal memiliki satuan unit
fungsional yaitu nefron, kurang lebih terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap
ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas kapiler (glomerulus atau badan malpighi),
tubulus proximal, tubulus distal, dan tubulus kolektivus (Sylvia dan Lorraine,
2006).
Nefron tersebut terdiri dari struktur vaskuler yaitu glomerulus dan struktur
non vaskuler yaitu
capsula bowman
, tubulus
proximal,
ansa
henle pars desendens
dan
pars asendens
, tubulus distal, dan duktus koligentes (Rasidin, 2010).
Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin.
Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot.
Kreatinin sangat bergantung dari massa otot.. Biosintesis kreatin sendiri juga
berasal dari glisin, arginin, dan metionin. Sintesis kreatin diselesaikan lewat reaksi
metilasi guanidoasetat oleh senyawa S-adenosilmetionin di hati (Dugdale, 2009).
B. Laju Filtrasi Glomerulus
Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang
berfungsi (Sylvia dan Lorraine, 2006). Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan
secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yaitu dengan mengukur secara tidak
langsung kapasitas filtrasi glomerulus berdasarkan pengukuran klirens ginjal.
Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan atau dihilangkan
(cleared)
dari plasma lalu
diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus
(Hardjoeno,
Nurhayana Sennang, Sulina, dan Badji
, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut ini.
a. tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju
filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotik koloid plasma semakin menurun laju
filtrasi, dan semakin tinggi tekanan
capsula Bowman
semakin menurun laju
filtrasi.
c. perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan
menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan
menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d. perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan
terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya (Rasidin,
2010).
Gambar 2. Laju Filtrasi Glomerulus
(The McGraw Hill Companies, 2008)
C. Pasien Geriatri
psikososial yang relatif ringan dapat memicu timbulnya penyakit serius pada usia
lanjut. Karenanya dibutuhkan perawatan khusus yang berkualitas tinggi untuk
perawatan pasien geriatri (Anonim, 2008b).
Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan
(menurut WHO), yaitu:
a) lansia (
elderly
) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
b) tua (
old
) dengan kisaran umur 75-90 tahun
c) sangat tua (
very old
) dengan kisaran umur > dari 90 tahun (Walker &
Edwards, 2003)
D. Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia
Pertambahan usia menyebabkan banyak jaringan yang hilang dari korteks
ginjal, glomerulus dan tubulus. Permukaan glomerulus berkurang secara progresif
setelah 40 tahun disertai penambahan jaringan sklerotik. Pada korteks ginjal, arteri
aferen
dan
eferen
cenderung
mengalami
atrofi
sehingga
menyebabkan
pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Setelah usia 20 tahun
terjadi penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade. Fungsi hemostasis
ginjal juga berkurang sehingga merupakan predisposisi terjadinya gagal ginjal
(Darmojo, 1999).
E.
Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD)
Berdasarkan estimasi LFG kreatinin serum saja bukan metode yang ideal,
khususnya orang tua karena dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti usia, jenis
kelamin,
massa
otot,
diet,
dan
obat
bahwa
sekresi
tubular
blok
kreatinin. Meskipun penurunan LFG untuk 60 ml / menit per 1,73 m
2
, mungkin
tidak ada peningkatan yang signifikan di kreatinin dalam orang tua dengan
penurunan massa otot. Di sisi lain, jika massa otot dan diet yang stabil, kreatinin
serum
dapat
digunakan
untuk
memantau
LFG
lebih
dekat. Secara
umum, perubahan kreatinin serum 15% ini mungkin mengindikasikan penurunan
yang signifikan dalam LFG pada individu pasien bukan disebabkan oleh biologis
sederhana dan analitis variasi (Devraj,2009).
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative
(NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang
menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu
Modification of
Diet in Renal Disease
(MDRD) Study atau studi MDRD yang memperhitungkan
faktor usia, berat badan, jenis kelamin dan ras.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
LFG (ml/ment/1,73 m
2
) = 186 x (sCr
)-1,154
x (Usia)
-0,203
x (0,742 jika
Perempuan) x (1,210 jika Afrika Amerika)
Keterangan :
LFG
= Laju Filtrasi Glomerulus
sCr
= Kreatinin serum (mg/dl)
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks
fungsi ginjal, berikut pada tabel adalah gambaran nilai LFG terhadap fungsi
ginjal:
Tabel I. Tahap
Chronic Kidney Disease
(CKD) Berdasarkan LFG (Knott, 2010)
Tahap
Chronic Kidney Disease
(CKD) Berdasarkan LFG
Tahap
(tetapi urinalisis dan struktur
abnormal atau faktor genetik
mengindikasikan penyakit ginjal)
Observasi dan mengkontrol
tekanan darah
II
60-89
Fungsi renal sedikit menurun
(CKD tahap 2 tidak dapat
didiagnosa dari LFG saja tapi juga
membutuhkan urinalisis dan
struktur abnormal atau faktor
genetik mengindikasikan penyakit
ginjal)
Observasi dan mengkontrol
tekanan darah dan risiko
kardiovaskular
IIIa
45-59
Fungsi renal menurun dalam tahap
moderat, dengan atau tanpa tanda
kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol
tekanan darah dan risiko
kardiovaskular
IIIb
30-44
Fungsi renal menurun dalam tahap
moderat, dengan atau tanpa tanda
kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol
tekanan darah dan risiko
kardiovaskular
IV
15-29
Penurunan fungsi renal yang berat
Memikirkan rencana untuk
mengatasi gagal ginjal
tahap akhir
F. Obat Antihipertensi
Obat antihipertensi adalah obat yang membantu menurunkan tekanan
darah seseorang yang terlalu tinggi. Pengobatan untuk tekanan darah tinggi
tergantung pada jenis hipertensi. Kebanyakan kasus tekanan darah tinggi adalah
hipertensi esensial atau primer, yang berarti bahwa tekanan darah tinggi tidak
disebabkan oleh beberapa kondisi medis lainnya. Biasanya dapat dikendalikan
oleh beberapa kombinasi obat antihipertensi dan kebiasaan sehari-hari perubahan
(seperti diet, olahraga, dan pengendalian berat badan). Pada orang dengan
hipertensi sekunder, tekanan darah tinggi mungkin karena berbagai masalah
seperti penyakit ginjal, penyempitan arteri tertentu, atau tumor pada kelenjar
adrenal (Anonim,2010d).
Terapi antihipertensi pada pasien usia lanjut dapat mengurangi kematian
akibat kardiovaskuler dan komplikasi dengan penyakit lain pada pasien lanjut usia
dengan hipertensi sistolik secara bermakna (Saseen dan Carter, 2005).
1. Diuretik
a. Diuretik tiazid
Diuretik tiazid merupakan tipe diuretik lemah sampai menengah. Diuretik
ini menghambat reabsorpsi sodium. Diuretik tiazid memobilisasi natrium dan air
dari dinding arteriolar. Efek ini dapat mengurangi jumlah gangguan fisik pada
lumen pembuluh darah yang disebabkan karena akumulasi cairan intraseluler.
Saat diameter dari lumen meningkat dan terjadi relaksasi maka tahanan terhadap
aliran darah akan berkurang dan tahanan perifer akan menurun (Saseen dan
Carter, 2005).
Salah
satu
contoh
diuretik
tiazid
adalah
hidroklorothiazid.
Hidroklorothiazid memiliki indikasi untuk mengatasi hipertensi ringan sampai
sedang, mengatasi edema pada congestive heart failure dan sindrom nefrotik.
Mekanisme aksinya yaitu dengan menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus
ginjal, yang akan meningkatkan ekskresi natrium dan air (Lacy, Amstrong,
Goldman dan Lance, 2006).
b. Diuretik
Loop
Diuretik
loop
merupakan kelas diuretik kuat yang digunakan untuk edema
pulmonari, juga untuk pasien gagal jantung kronis dan digunakan untuk
mengurangi tekanan darah.
c. Diuretik antagonis aldosteron
Diuretik antagonis aldosteron menurunkan reabsorpsi Na
+
dengan
mengantagonis aldosteron. Contoh obat golongan ini adalah spironolakton.
Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor
sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na
+
dan menurunkan sekresi K
+
. obat
ini dapat menyebabkan hiperkalemia berat terutama pada pasien dengan gangguan
ginjal (Neal, 2005).
2. Penghambat Adrenergik (beta-bloker)
Mekanisme kerja beta bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas.
Diperkirakan ada beberapa cara pengurangan denyut jantung dan kontraktilis
miokard menyebabkan curah jantung berkurang. Obat-obat beta bloker yang
sering digunakan adalah atenolol, labetolol, dan betaksolol (Saseen dan Carter,
2005).
3. Vasodilator
4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE inhibitor)
Penghambat enzim konversi angiotensin bekerja dengan cara menghambat
pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Williams, 2001). Penghambat
enzim pengkonversi angiotensin juga merangsang sintesis dari beberapa substansi
vasodilator termasuk prostaglandin E2
dan prostasiklin. Peningkatan bradikinin
akan meningkatkan efek hipotensi dari penghambat CE sehingga menyebabkan
batuk kering (Saseen dan Carter, 2005).
Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) memfasilitasi terbentuknya
angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah
arteri. Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) terdistribusi dalam banyak jaringan
dan terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE
terletak pada sel endotelial (Saseen dan Carter, 2005). Pada beberapa pasien, obat
golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat. Obat-obat
yang termasuk golongan ini adalah kaptopril, benazepril, dan enalapril maleat
(Anonim, 2000a).
5. Antagonis Kalsium
mengakibatkan penurunan curah jantung (Anonim, 2000a). Contoh obat golongan
ini adalah nifedipine, diltiazem, amlodipine, dan verapamil.
6. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Antagonis Reseptor Angiotensin II mempunyai sifat menghambat yang
mirip dengan ACE inhibitor. Perbedaannya obat golongan ini tidak menghambat
pemecahan bradikinin dan kinin lainnya, sehingga tidak menimbulkan efek
samping batuk kering. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah losartan,
valsartan, dan kandesartan (Anonim, 2000a). Antagonis reseptor angiotensin II
menghambat angiotensin II dari semua jalur. Antagonis reseptor angiotensin II
secara langsung menghambat reseptor angiotensin II tipe 1 yang menyebabkan
vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi saraf simpatis, pelepasan hormon
antidiuretik dan konstriksi arteriola efferent pada glomerulus. Antagonis reseptor
angiotensin II tidak menghambat reseptor angiotensin II tipe 2. Oleh karenanya
keuntungan dari stimulasi reseptor angiotensin II tipe 2 seperti vasodilatasi,
perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel tetap berlangsung ketika
obat antagonis reseptor angiotensin II digunakan (Saseen dan Carter, 2005).
7. Antihipertensi Bekerja di Sentral
saraf simpatis bersamaan dengan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis, dapat
menurunkan denyut jantung, curah jantung, dan tahanan perifer. Salah satu
contohnya adalah klonidin (Saseen dan Carter, 2005).
Dosis yang dianjurkan tergantung pada jenis, kekuatan, dan bentuk obat
antihipertensi. Obat anti hipertensi tidak akan menyembuhkan tekanan darah
tinggi, tetapi akan membantu mengendalikan kondisi (Anonim, 2010d).
G. Pengaruh Obat antihipertensi pada Pasien Geriatri
Seperti halnya dengan organ-organ yang lain, ginjal akan mengalami
perubahan fisiologis dan anatomis dengan bertambahnya umur. Dengan
menurunnya kapasitas fungsi ginjal karena faktor usia, maka akan berpengaruh
pula terhadap eliminasi sebagian besar obat. Obat-obat yang dimetabolisme
kebentuk aktif, seperti: metildopa, triamteren, spironolakton, oksifenbutazon,
levodopa, dan acetoheksamid mungkin akan terakumulasi karena memburuknya
fungsi ginjal pada usia lanjut.
lain amioglikosida, litium, digoksin, prokainamida, hipoglikemik oral dan
simetidin (Anonim, 2010d).
Tabel II. Penyesuaian Dosis Obat Antihipertensi Golongan Angiotensin
Converting Enzym Inhibitor (Lacy, 2006)
Comparisons of Indications and Adult Dosages
Drug Hypertension CHF Renal Dysfunction Dialyzable Streghts (mg)
Benazepril (Lotensin)
20-80 mg/day qd-bid
maximum: 80 mg qd
Not FDA maximum: 40 mg qd
Yes Tablets
maximum: 32 mg qd
Not FDA
maximum: 450 mg qd
6.25-100 mg tid maximum: 450 mg qd
Clcr 10-50 ml/min: 75% of usual dose Clcr <10 ml/min: 50% of usual dose
maximum: 40 mg qd
2.5-20 mg bid maximum: 20 mg bid
Clcr 30-80 mL/min : 5mg/day initially Clcr <30mL/min : 2.5mg/day initially
Yes Tablets 2.5, 5, 10, 20
Enalaprilat 0.625 mg, 1.25 mg, 2.5 mg q6h
maximum: 5 mg q6h
Not FDA approved
Clcr <30 mL/min : 0.625mg maximum: 80 mg qd
10-40 mg qd No dosage reduction necessary maximum: 80 mg qd
Not FDA maximum: 80 mg qd
5-20 mg qd Clcr 10-30 mL/min :
maximum: 30 mg qd
Not FDA
Clcr 30-60 mL/min : 2mg qd
Clcr 15-29 mL/min: 2mg qod
Clcr <15mL/min : 2mg on dialysis days
5-20 mg bid Clcr 30-60 mL/min : 2mg qd
2.5-20 mg qd Clcr <40 mL/min: 1.25 mg/day
Clcr <30 mL/min: 0.5 mg/day initially
No Tablets 1mg, 2mg, 4mg
Valsartan (Diovan)
80-160 mg qd Not FDA approved
Decrease dose only if Clcr <10 mL/minute