• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN KOMISI INFORMASI

PROVINSI SULAWESI BARAT

NOMOR 1 TAHUN 2016

TENTANG

KELEMBAGAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanakan tugas pokok, fungsi dan kewenangan berjalan secara efektiF, optimal dan terarah;

b. bahwa dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan kewenangan dituntut memiliki arah dan tujuan sehingga harus memiliki standarisasi sistem Kelembagaan dan batasan-batasan yang harus dipedomani;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat tentang Kelembagaan.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

2. Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 1 tahun 2012 tentang Tata Tertib Komisi Informasi Pusat.

3. Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 3 tahun 2016 tentang Kode Etik Komisi Informasi.

Memperhatikan : 1.

Surat

Keputusan

Gubernur

Sulawesi

Barat

Nomor

188.4/351/Sulbar/V/2016 tentang Pengangkatan Komisi Informasi

Provinsi Sulawesi Barat.

2. Keputusan Rapat Pleno Anggota Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat tanggal 2 Juni 2016 di Mamuju.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT TENTANG KELEMBAGAAN

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Dalam Peraturan tentang Kelembagaan ini yang dimaksud dengan :

1. Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat, selanjutnya disebut Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

2. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Barat, sebagai unsur tertinggi dalam penyelenggara pemerintahan daerah.

3. DPRD adalah DPRD Provinsi Sulawesi Barat, sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah provinsi Sulawesi Barat.

4. Ketua adalah Ketua Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat. 5. Anggota adalah Anggota Komisi Informasi Provinsi Sulawesi. Barat.

6. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri.

7. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dengan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan.

8. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator Komisi Informasi.

9. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh Komisi Informasi.

10. Sekretariat Komisi Informasi, selanjutnya disebut Sekretariat adalah bagian dari organ struktur organisasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur yang memiliki tugas pokok dalam melayani Komisi Informasi secara administratif.

11. Kepala Sekretariat adalah pejabat yang memimpin Sekretariat Komisi Informasi.

12. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, selanjutnya disebut PPID adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.

13. Advokasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha untuk melindungi kepentingan masyarakat dari kebijakan yang tidak berlandaskan pada asas keterbukaan informasi publik.

14. Sosialisasi adalah suatu bentuk kegiatan yang mengundang orang banyak dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang sebuah produk undang-undang atau produk hukum lainnya yang berkaitan dengan keterbukaan informasi publik.

15. Edukasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha meningkatkan pemahaman di bidang komunikasi dan informasi bagi masyarakat dalam rangka pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. 16. Literasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha dalam mendorong masyarakat lebih mudah

memahami sebuah kebijakan publik sehingga dapat meningkatkan peran sertanya mendorong keterbukaan informasi pada badan publik.

(3)

17. Anggota Pengganti Antar Waktu adalah calon Anggota Komisi Informasi yang telah menjalani uji kepatutan dan kelayakan serta ditetapkan oleh DPRD sebagai anggota pengganti antar waktu sesuai dengan urutan hasil uji kepatutan dan kelayakan, yang akan menggantikan Anggota Komisi Informasi yang berhalangan tetap atau berhenti sebelum berakhirnya masa jabatan.

18. Tenaga Ahli adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang memiliki tugas utama dalam memberi masukan dan pertimbangan sesuai keahliannya kepada Komisi Informasi.

19. Asisten adalah seorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang ditetapkan oleh Komisi Informasi yang memiliki tugas utama dalam memberi bantuan sesuai kualifikasinya kepada Komisi Informasi.

Pasal 2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Peraturan Kelembagaan ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan : a. kelengkapan organisasi;

b. tugas pokok dan uraian tugas; c. tata cara pengambilan keputusan; d. rapat internal;

e. kesekretariatan;

f. pemberhentian anggota; g. kerjasama;

h. advokasi, sosialisasi dan edukasi; dan i. monitoring dan evaluasi.

Pasal 3 Kedudukan Tempat kedudukan KI Sulbar di ibukota provinsi Sulawesi Barat.

BAB II

KELENGKAPAN ORGANISASI

Bagian Pertama Struktur Organisasi

Pasal 4 (1) Struktur organisasi KI Sulbar terdiri atas :

a. ketua;

b. wakil ketua; dan c. koordinator.

(2) Jabatan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merangkap sebagai koordinator.

(3) Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah anggota KI Sulbar yang menempati beberapa bidang.

(4) Susunan koordinator KI Sulbar yang menempati beberapa bidang terdiri dari : a. bidang umum dan perencanaan;

b. bidang kelembagaan dan hubungan antar lembaga; c. bidang penyelesaian sengketa informasi;

d. bidang advokasi, sosialisasi dan edukasi; dan

(4)

Pasal 5

(1) Pengisian jabatan Ketua dan Wakil Ketua dilakukan berdasarkan hasil musyawarah atau mufakat dalam rapat pleno dan bilamana tidak tercapai maka ditempuh melalui pemilihan dengan suara terbanyak.

(2) Masa jabatan Ketua dan Wakil ketua adalah 2 (dua) tahun untuk selanjutnya dapat dipilih kembali. (3) Dalam hal Ketua dan/atau Wakil Ketua berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir

maka dapat dilakukan pengisian jabatan sebagaimana diatur dalam ayat (1).

(4) Pengisian jabatan koordinator dilakukan setelah adanya pengisian jabatan Ketua dan Wakil Ketua, dilakukan berdasarkan hasil musyawarah atau mufakat dalam rapat pleno dan bilamana tidak tercapai maka ditempuh melalui pemilihan dengan suara terbanyak.

(5) Masing-masing Koordinator bidang dilakukan evaluasi setiap 2 (dua) tahun dan dapat bertukar posisi antar sesama koordinator berdasarkan hasil evaluasi dan kesepakatan yang ditetapkan dalam rapat pleno.

Pasal 6

(1) Ketua dan/atau Wakil Ketua diberhentikan dari jabatannya apabila : a. meninggal dunia;

b. telah habis masa jabatan; c. mengundurkan diri; d. melanggar kode etik; dan

e. berhalangan tetap karena sakit atau sebab lain yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugasnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

(2) Pemberhentian Ketua dan/atau Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat pleno.

Bagian Kedua

Tugas dan Kewenangan Ketua, Wakil Ketua dan Koordinator Pasal 7

(1) Ketua memiliki tugas dan kewenangan dalam :

a. menjaga pelaksanaan program dan kegiatan agar sesuai dengan visi, misi dan rencana strategis;

b. mengawasi pelaksanaan seluruh program dan kegiatan secara keseluruhan; c. mengkoordinasikan pengelolaan organisasi eksternal;

d. memimpin rapat pleno dan rapat kelembagaan lainnya kecuali yang berkaitan dengan sidang penyelesaian sengketa informasi publik;

e. menandatangani surat keluar, surat keputusan, peraturan, surat tugas, perjanjian atau kesepakatan dengan pihak lain dan surat kedinasan lainnya;

f. melakukan disposisi surat atau arahan bagi koordinator masing-masing bidang; dan g. menghadiri undangan, acara atau kegiatan dari pihak lain.

(2) Wakil Ketua memiliki tugas dan kewenangan dalam :

a. membantu Ketua dalam menjaga pelaksanaan program dan kegiatan agar sesuai dengan visi, misi dan rencana strategis;

b. mengevaluasi pelaksanaan seluruh program dan kegiatan secara keseluruhan; c. mengkoordinasikan pengelolaan organisasi secara internal; dan

(5)

(3) Koordinator memiliki tugas dan kewenangan dalam :

a. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya; b. menyampaikan rencana kegiatan, mengawasi dan melaporkan pelaksanaannya di bidang

kerja masing-masing secara berkala melalui rapat pleno; dan c. melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan dalam rapat pleno.

Bagian Ketiga

Pendelegasian Tugas dan Kewenangan Pasal 8

(1) Apabila Ketua berhalangan melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada 7 ayat (1) maka di delegasikan kepada Wakil Ketua.

(2) Apabila Wakil Ketua berhalangan melaksanakan pendelegasian kewenangan dari Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka di delegasikan kepada salah seorang anggota. (3) Ketua dapat menunjuk Wakil Ketua dalam memimpin rapat pleno atau rapat internal kecuali

rapat tentang penyelesaian sengketa informasi sebagai bentuk pendelegasian kewenangan. (4) Ketua dapat menunjuk Wakil Ketua dan/atau Anggota lainnya dalam menghadiri acara,

undangan atau kegiatan dari pihak lain sebagai bentuk pendelegasian kewenangan.

(5) Berhalangan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebuah kondisi apabila :

a. tidak berada dalam wilayah tempat kedudukan; dan

b. dalam keadaan sakit yang tidak memungkinkan melakukan aktifitas di kantor. BAB III

TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS Bagian Pertama

Bidang Umum dan Perencanaan Pasal 9

(1) Bidang Umum dan Perencanaan merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut tata kelola administrasi umum serta perencanaan kerja dan kegiatan.

(2) Bidang Umum dan Perencanaan merupakan jabatan bagi Ketua yang mengendalikan seluruh perencanaan program kerja.

(3) Tugas pokok bidang Umum dan Perencanaan adalah :

a. mengkoordinasikan urusan tata kelola administrasi yang berkaitan dengan penandatanganan urusan surat menyurat, surat keputusan, surat tugas, peraturan dan dokumen lain yang terkait; b. mengkoordinasikan urusan administrasi yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat umum; c. mengkoordinasikan kegiatan rapat internal;

d. mengkoordinasikan penugasan kedinasan atau penugasan khusus bagi anggota secara internal dan eksternal; dan

e. mengkoordinasikan urusan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kerja dan kegiatan;

(4) Uraian tugas bidang Umum dan Perencanaan adalah :

a. mengeluarkan dan menandatangani lembaran disposisi untuk ditelaah atau dilaksanakan oleh masing-masing koordinator;

(6)

b. menandatangani surat keluar, surat keputusan, peraturan lembaga, kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama, surat tugas dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan urusan umum; c. melakukann koreksi terhadap redaksional surat atau dokumen lainnya sebelum ditandatangani; d. menyelaraskan setiap pelaksanaan kegiatan dengan koordinator masing-masing bidang

menyangkut persiapan atau pra kondisi kegiatan; e. mengatur persiapan, bahan dan hasil rapat internal; f. mengatur jadwal kegiatan internal dan eksternal; g. mengawasi absensi kegiatan internal; dan

h. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan umum dan perencanaan. Bagian Kedua

Bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga Pasal 10

(1) Bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut internal kelembagaan dan hubungan antar lembaga.

(2) Tugas pokok bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga adalah :

a. mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan peraturan atau surat keputusan internal kelembagaan;

b. mengkoordinasikan rancangan dan pelaksanaan kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama dengan pihak terkait atau pihak lainnya;

c. mengkoordinasikan peningkatan sumber daya manusia dilingkup internal; dan

d. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan urusan kelembagaan. (3) Uraian tugas bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga adalah :

a. membuat rancangan peraturan, surat keputusan, kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama, rencana strategis, standar operasional prosedur dan produk hukum lainnya yang terkait dengan keterbukaan informasi publik;

b. melaksanakan koordinasi dan konsolidasi dengan pemerintah provinsi terkait urusan kelembagaan;

c. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan peningkatan hubungan antar lembaga;

d. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan pendayagunaan PPID; e. melaksanakan fungsi hubungan masyarakat atau kehumasan;

f. membuat rancangan dan pengelolaan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dibidang keterbukaan informasi publik; dan

g. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan bidang Kelembagaan dan hubungan antar lembaga. Bagian Ketiga

Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Pasal 11

(1) Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi merupakan bidang yang berwenang dalam

mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut dengan pelayanan dan

penyelesaian sengketa informasi publik.

(2) Tugas pokok bidang Penyelesaian Sengketa Informasi adalah :

(7)

b.

mengkoordinasikan penyiapan pelaksanaan mediasi;

c.

mengkoordinasikan penyiapan pelaksanaan ajudikasi nonlitigasi;

d.

mengkoordinasikan rancangan putusan; dan

e.

melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak lain terkait penyelesaian sengketa

informasi publik.

(4) Uraian tugas bidang Penyelesaian Sengketa Informasi adalah :

a.

melakukan konsolidasi dengan Panitera terkait proses penyelesaian sengketa informasi;

b.

melakukan verifikasi data pemohon sengketa informasi;

c.

mengidentifikasi surat panggilan kepada para pihak atau saksi dalam proses

penyelesaian sengketa informasi publik;

d.

mengidentifikasi surat permintaan bantuan tenaga ahli atau pihak lain terkait

penyelesaian sengketa informasi publik;

e.

melakukan paraf surat yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa informasi;

f.

merancang jadwal pelaksanaan mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi;

g.

merancang penunjukan mejelis persidangan dan mediator;

h.

merancang putusan mediasi, putusan ajudikasi, notulensi persidangan dan hal-hal lain

terkait dengan proses penyelesaian sengketa informasi; dan

i.

mengatur hal-hal lain menyangkut urusan penyelesaian sengketa informasi.

Bagian Keempat

Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi Pasal 12

(1) Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi merupakan bidang yang berwenang dalam

mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut pelaksanaan kegiatan

Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi.

(2) Tugas pokok bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi adalah :

a.

mengkoordinasikan pelaksanaan urusan advokasi;

b.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi;

c.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan edukasi; dan

d.

melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kegiatan

advokasi, sosialisasi dan edukasi.

(3) Uraian tugas bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi adalah :

a.

melayani permintaan masyarakat atau badan publik terkait advokasi, baik melalui jalur

konsultasi atau aduan;

b.

mengendalikan pelaksanaan urusan advokasi;

c.

mengendalikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi atau sejenisnya;

d.

membuat rancangan proposal atau term of reference bagi setiap pelaksanaan kegiatan

sosialisasi atau sejenisnya;

e.

mengendalikan pelaksanaan kegiatan edukasi;

f.

mengendalikan pelaksanaan peningkatan kapasitas publik dalam mendorong

terbentuknya forum masyarakat peduli informasi;

g.

membuat laporan setiap hasil pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi; dan

(8)

Bagian Kelima

Bidang Monitoring, Evaluasi dan

Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi Pasal 13

(1) Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi

merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan

hal-hal menyangkut pemantauan dan evaluasi keberadaan badan publik terkait layanan

informasi publik serta pemantauan hasil penyelesaian sengketa informasi publik.

(2) Tugas pokok bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa

Informasi adalah :

a.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring terhadap keberadaan badan

publik ;

b.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan evaluasi terhadap hasil monitoring

keberadaan badan publik;

c.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan pasca penyelesaian sengketa

informasi;

d.

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data; dan

e.

melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak terkait atau pihak lainnya tentang

pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan pemantauan pasca penyelesaian

sengketa informasi.

(3) Uraian tugas bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa

Informasi adalah :

a.

mengendalikan pelaksanaan kegiatan monitoring terhadap keberadaan badan publik

terkait dengan pelayanan publik;

b.

mengendalikan pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil monitoring terhadap keberadaan

badan publik;

c.

mengidentifikasikan data dan pemutakhiran database badan publik berserta

aktifitasnya terkait dengan standarisasi layanan informasi publik;

d.

mengendalikan pelaksanaan kegiatan pemantauan pasca hasil penyelesaian sengketa

informasi;

e.

membuat laporan setiap hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil monitoring terhadap

keberadaan badan publik dan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi; dan

f.

mengatur hal-hal lain menyangkut urusan bidang monitoring, evaluasi dan

pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi.

BAB III

TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bagian Pertama Jenis Rapat

Pasal 14

(9)

(2) Selain dari rapat pleno, jenis rapat lainnya yang dapat dilaksanakan atau diikuti adalah : a. rapat koordinasi

b. rapat koordinasi teknis; c. rapat pimpinan; dan d. rapat kerja;

(3) Jenis rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam skala internal dapat dilaksanakan dan dalam skala nasional atau undangan kegiatan dari Komisi Informasi Pusat dapat diikuti.

Bagian Kedua Rapat Pleno

Pasal 15

(1)

Rapat Pleno hanya dapat digelar bilamana :

a. dilaksanakan pada hari kerja nasional; b. dihadiri oleh seluruh anggota; dan

c. dilaksanakan bilamana tenggat waktu batasan rangkaian proses pengajuan sengketa informasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku telah hampir habis masanya.

(2)

Dalam hal tidak mencapai kuorum karena keadaan memaksa, rapat pleno dapat digelar dengan dihadiri paling seikit 4 (empat) orang..

(3)

Keadaan memaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebuah kondisi bilamana anggota :

a. meninggal dunia dan belum adanya anggota pengganti antar waktu;

b. telah mengajukan surat pengunduran diri sebagai anggota komisi informasi dan belum adanya anggota pengganti antar waktu;

c. sedang menjalani sanksi pemberhentian sementara; d. sedang melaksanakan perjalanan dinas;

e. sedang mengalami sakit yang tidak memungkinkan beraktifitas; dan

f. telah mengajukan permintaan izin tidak malaksanakan aktifitas kantor sebelum undangan atau pemberitahuan akan adanya rapat pleno diterima.

(4)

Apabila kehadiran anggota untuk mengikuti rapat pleno tidak kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka rapat pleno diundur waktunya paling lama 3 (tiga) hari.

(5)

Rapat Pleno hanya dapat dilaksanakan untuk membahas, merumuskan, menyimpulkan dan menetapkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan :

a. pemilihan dan pemberhentian ketua dan wakil ketua;

b. penetapan susunan struktur organisasi kelembagaan beserta jabatannya; c. pengesahan peraturan dan surat keputusan;

d. pengesahan rencana anggaran belanja tahunan;

e. penetapan rencana strategis dan rencana program atau kegiatan; f. penetapan pembagian tugas dan/atau kewenangan;

g. hal-hal berkaitan dengan putusan dalam penyelesaian sengketa informasi publik; h. legal standing pemohon informasi dalam mengajukan sengketa informasi;

i. penunjukan mediator;

j. penunjukan Majelis Komisioner; k. pembahasan pelanggaran kode etik;

l. pembahasan pelanggaran tata tertib; m. pembahasan pemberhentian anggota;

(10)

n. pembahasan dan pengusulan anggota pengganti antar waktu; o. penunjukan tim monitoring dan evaluasi;

p. penetapan hasil monitoring dan evaluasi; q. penetapan standar layanan informasi publik;

r. penetapan pemberian penghargaan kepada badan publik atau pihak lain; s. kerja sama dengan pihak terkait atau pihak lainnya; dan

t. evaluasi hasil kegiatan secara berkala; u. evaluasi hasil kinerja sekretariat; dan

v. hal-hal lain yang dianggap perlu.

(6)

Rapat pleno digelar paling sedikit 1 (satu) kali dalam sebulan.

(7)

Rapat Pleno digelar di lingkup Sekretariat KI Sulbar atau di tempat lain berdasarkan hasil keputusan Rapat Pleno.

Pasal 16

(1)

Rapat Pleno dapat bersifat terbuka atau tertutup.

(2)

Rapat Pleno terbuka dihadiri oleh Anggota dan Sekretariat.

(3)

Rapat Pleno tertutup hanya dihadiri oleh Anggota.

(4)

Rapat Pleno tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berita acara dan notulensinya dikelola oleh salah seorang Anggota atas penunjukan dari Ketua.

Pasal 17

(1) Usulan agenda Rapat Pleno disampaikan paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pelaksanaan atau jika dalam keadaan mendesak yang harus segera diputuskan maka dapat disampaikan pada hari itu juga, dengan ketentuan paling cepat dilaksanakan 3 (tiga) jam berikutnya.

(2) Perubahan agenda Rapat Pleno yang berkaitan dengan materi dan urutan pembahasannya dapat dilakukan melalui persetujuan Rapat Pleno pada hari itu juga.

Pasal 18

(1)

Penyampaian akan digelarnya Rapat Pleno dilaksanakan dengan mengikuti rangkaian prosedur sebagai berikut :

a. rapat pleno yang akan digelar berasal dari inisiatif dari Ketua atau beberapa anggota yang menginginkan atau mengingatkan bahwa rapat pleno segera dilaksanakan berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat (5).

b. ketua menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi kepada kepala sekretariat untuk diteruskan kepada seluruh anggota melalui undangan resmi paling lambat 1 (satu) hari sebelum digelar, dengan menggunakan format surat dari Sekretariat; c. kepala Sekretariat yang mendapatkan penugasan sebagaimana dimaksud pada huruf b

membuat dan mengedarkan undangan ke rumah atau tempat inap masing-masing anggota di Mamuju dengan disertai format penerimaan undangan;

d. bilamana dalam kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan peredaran undangan sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, Kepala Sekretariat dapat mengedarkan ke meja kerja masing-masing anggota;

e. guna mengingatkan atau menguatkan undangan rapat pleno, Ketua menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi kepada seluruh anggota paling lambat 1 (satu) hari sebelum rapat pleno digelar; dan

f. apabila dalam keadaan mendesak yang harus dilakukan Rapat Pleno pada hari itu juga, Ketua menyampaikan undangan Rapat Pleno melalui sarana komunikasi.

(11)

(5) Sebelum Rapat Pleno digelar maka langkah rangkaian prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. sekretariat menyiapkan seluruh perangkat pendukung seperti : absensi rapat pleno, alat tulis dan kertas, projector slide dan sarana lain yang diminta oleh anggota sebelum rapat pleno digelar;

b. anggota wajib hadir paling lasmbat 5 (lima) menit sebelum dimulai;

c. bilamana Rapat Pleno digelar secara terbuka maka Sekretariat harus menyiapkan staf yang bertugas mengetik atau mencatat notulensi hasil keputusan Rapat Pleno;

d. bilamana Rapat Pleno digelar secara tertutup maka Ketua menunjuk salah seorang Anggota untuk bertugas mengetik atau mencatat notulensi hasil keputusan Rapat Pleno;

e. notulensi hasil keputusan rapat pleno dicatat atau diketik dalam bentuk format yang telah ditetapkan dan sebelum diputuskan terlebih dahulu dibacakan keseluruhannya untuk diketahui lebih lanjut oleh anggota dan setelahnya dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan 1 (satu) rangkap disimpan oleh Ketua dan 1 (satu) rangkap lainnya disimpan oleh Sekretariat sebagai bahan arsip;

f. bilamana terdapat perbedaan pendapat atau dissenting opinion oleh anggota maka dicatat atau diketik pada bagian terakhir halaman di notulensi; dan

g. hasil keputusan rapat pleno dan notulensinya yang telah dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap di paraf oleh masing-masing anggota untuk setiap halaman dan ditandatangani oleh seluruh anggota;

(5) Prosesi pengambilan atau hasil keputusan dalam Rapat Pleno mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

a. keputusan rapat pleno hanya dapat diambil berdasarkan suara dari anggota;

b. bilamana tidak tercapai kesepakatan dalam mencapai kata mufakat maka sidang dapat di skors dan selanjutnya dilakukan voting dengan mencari suara terbanyak sebagai dasar pengesahan keputusan; dan

c. staf ahli atau pihak lain yang terkait dapat diminta saran ataun pendapat sebagai bahan pertimbangan sehubungan dengan keputusan yang akan diambil namun tidak dapat mempengaruhi independensi anggota;

d. hasil keputusan rapat pleno adalah mengikat, baik secara internal maupun secara eksternal dan wajib dilaksanakan hasilnya oleh seluruh anggota atau pihak yang terkait.

Bagian Ketiga Rapat Koordinasi

Pasal 19

(1) Rapat Koordinasi dalam pelaksanannya terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu : a. rapat koordinasi internal; dan

b. rapat koordinasi eksternal.

(2) Rapat koordinasi Internal merupakan rapat antara Anggota dengan Sekretariat dengan pokok bahasan tentang perencanaan, pelaksanaan dan hasil evaluasi kegiatan.

(3) Rapat Internal hanya dapat dilaksanakan untuk membahas, merumuskan, menyimpulkan dan menetapkan keputusan-keputusan atau kesepakatan yang berkaitan dengan :

a. perencanaan program kerja atau kegiatan; b. pelaksanaan teknis kegiatan;

c. proses pencairan anggaran;

(12)

e. pengusulan pejabat kepala sekretariat kepada gubernur;

f. tindaklanjut adanya surat dari pihak terkait atau pihak lainnya; dan g. hal-hal lain yang bersifat umum.

(4) Rapat Internal hanya dapat digelar bilamana : a. dilaksanakan pada hari kerja nasional; dan b. dihadiri oleh minimal 3 (tiga) Anggota;

(4)

Penyampaian Rapat Internal dilaksanakan dengan mengikuti rangkaian prosedur sebagai berikut : a. rapat umum yang digelar berasal dari inisiatif dari anggota atau usulan dari kepala sekretariat; b. ketua atau kepala sekretariat menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi

kepada seluruh komisioner paling lambat 1 (satu) hari sebelum digelar; dan

c. bilamana mengikutsertakan pihak terkait atau pihak lainnya maka disampaikan melalui undangan paling lambat 2 (hari) hari sebelum digelar, dengan menggunakan format surat dari KI Sulbar.

(5) Rapat Internal dilaksanakan dengan mengikuti langkah prosedur sebagai berikut :

a. sekretariat menyiapkan seluruh perangkat pendukung seperti : absensi rapat umum, alat tulis dan kertas, projector slide dan sarana lain yang diminta oleh anggota sebelum rapat umum digelar;

b. anggota wajib hadir paling lambat 5 (lima) menit sebelum rapat digelar;

c. bilamana sampai dengan 1 (satu) jam sejak waktu pelaksanaan rapat umum belum memenuhi kuota kehadiran anggota, maka rapat umum ditunda waktunya sampai beberapa saat, sepanjang waktu dan keputusannya tidak melebihi tenggat waktu pada hari itu.

d. bilamana tenggat waktu yang diberikan melebihi tanggal pelaksanaan rapat umum sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, maka oleh Ketua atau yang mewakili akan menunda rapat pleno sampai dengan waktu yang disepakati oleh anggota yang hadir;

e. rapat umum dipimpin oleh Ketua dan dapat dilimpahkan kepada Wakil Ketua atau salah seorang Anggota;

f. notulensi Rapat Internal dicatat atau diketik oleh Sekretariat dalam bentuk format yang telah ditetapkan dan sebelum diputuskan terlebih dahulu dibacakan keseluruhannya untuk diketahui dan setelah itu dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan 1 (satu) rangkap disimpan oleh Ketua dan 1 (satu) rangkap lainnya disimpan oleh Sekretariat sebagai bahan arsip;

g. hasil keputusan rapat umum dan notulensinya yang telah dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap di paraf oleh masing-masing Anggota dan Kepala Sekretariat untuk setiap halaman dan ditandatangani pada bagian halaman terakhir;

(6) Prosesi pengambilan atau hasil keputusan dalam Rapat Umum mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

a. keputusan rapat umum diambil berdasarkan suara dari anggota yang hadir ; dan

b. bilamana tidak tercapai kesepakatan dalam mencapai kata mufakat dari para anggota maka dilakukan voting dengan suara terbanyak sebagai dasar pengesahan keputusan.

(7) Rapat Koordinasi Eksternal adalah Rapat yang diikuti oleh Anggota untuk memenuhi undangan dari KI Pusat, KI daerah atau instansi vertikal lainnya dengan menyesuaikan adanya ketersediaan anggaran.

(13)

Bagian Keempat Rapat Koordinasi Teknis

Pasal 20

(1) Rapat Koordinasi Teknis adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat atau pihak terkait menurut bidang teknis sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

(2) Rapat Koordinasi Teknis diikuti oleh masing-masing Koordinator terkait dengan bidangnya dan dapat diikuti oleh Koordinator bidang lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD.

(3) Sebelum diselenggarakan Rapat Koordinasi Teknis, anggota yang akan mengikuti wajib mempresentasikan topik atau issu yang akan diusulkan melalui Rapat Koordinasi Internal.

(4) Dalam mengikuti Rapat Koordinasi Teknis, Anggota yang mewakili semaksimal mungkin aktif memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut.

Bagian Kelima Rapat Pimpinan

Pasal 21

(1) Rapat Pimpinan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat yang mengundang Ketua dan Wakil Ketua.

(2) Rapat Pimpinan dapat diikuti oleh Anggota lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD.

(3) Sebelum diselenggarakan Rapat Pimpinan, Ketua dan Wakil Ketua yang akan mengikuti wajib mempresentasikan topik atau issu yang akan diusulkan melalui Rapat Koordinasi Internal.

(4) Dalam mengikuti Rapat Pimpinan, Ketua dan Wakil Ketua semaksimal mungkin aktif memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut.

Bagian Kelima Rapat Kerja

Pasal 22

(1) Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat atau pihak terkait yang mengundang kehadiran Anggota.

(2) Rapat Kerja dapat dilaksanakan oleh KI Sulbar dalam bentuk kegiatan.

(3) Rapat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyesuaikan format acara yang telah ditetapkan.

(4) Rapat Kerja dapat diikuti oleh Anggota lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD.

(5) Dalam mengikuti Rapat Kerja, Anggota yang mewakili semaksimal mungkin aktiv memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut

(14)

BAB V SEKRETARIAT Bagian Pertama Penjelasan Umum

Pasal 23

(1) Sekretariat dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang menyelenggarakan penatakelolaan dukungan administrasi dan keuangan bagi pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Komisi Informasi.

(2) Komisi Informasi dapat mengusulkan pengangkatan pejabat Kepala Sekretariat kepada Gubernur sebagai bahan pertimbangan.

(3) Pengusulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Rapat Pleno yang hanya dihadiri oleh Anggota, dengan usulan nama lebih dari 1 (satu) orang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

(4) Setiap tahun Komisi Informasi dapat memberikan penilaian kinerja Kepala Sekretariat beserta jajarannya yang disampaikan kepada Gubernur sebagai bagian dari perwujudan tata kelola pemerintah yang baik.

(5) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dirumuskan dan ditetapkan dalam Rapat Pleno.

Bagian Kedua Penatakelolaan

Pasal 24

(1) Sekretariat berfungsi mendukung pelaksanaan tugas-tugas anggota Komisi Informasi pada masing-rnasing bidang.

(2) Dalam menjalankan penatakelolaan Komisi Informasi, Kepala Sekretariat berkewajiban :

a. memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, pelayanan administratif, keuangan, kehumasan, keprotokolan, pengelolaan data dan informasi serta seluruh kelengkapan organisasi untuk mendukung kelancaran fungsi Komisi Informasi sesuai dengan koridor yang berlaku;

b. melakukan koordinasi dengan Ketua dan pelaporan dihadapan rapat pleno, terkait dengan perencanaan dan penggunaan anggaran, realisasi pencairan, daya serap anggaran, sisa penggunaan anggaran, prosentase capaian program atau anggaran;

c. pelaporan di rapat pleno sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan secara berkala yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali atau atas permintaan Komisi Informasi; dan

d. menindaklanjuti hasil keputusan rapat pleno menyangkut tugas pokok, fungsi dan kewenangannya.

(3) Dalam melaksanakan kegiatan kedinasan diluar tugas pokok dan kewenangannya, Kepala Sekretaiat wajib melaporkan dan meminta izin melalui Ketua untuk mendapatkan persetujuan.

Bagian Ketiga Tenaga Ahli dan Asisten

Pasal 25

(1) Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Komisi Informasi dapat dibantu oleh Tenaga Ahli dan/atau Asisten yang secara administratif diangkat oleh Kepala Sekretariat berdasarkan keputusan Rapat Pleno.

(15)

(2) Syarat-syarat dan ketentuan pengangkatan Tenaga Ahli dan/atau Asisten akan ditetapkan melalui Keputusan Komisi Informasi.

(3) Jumlah Tenaga Ahli dan/atau Asisten yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan dan menyesuaikan ketersediaan anggaran.

BAB VI

PEMBERHENTIAN DAN PERGANTIAN Bagian Pertama

Pemberhentian Pasal 26 (1) Anggota berhenti atau diberhentikan karena :

a. masa jabatan berakhir; b. mengundurkan diri; c. meninggal dunia;

d. sakit jiwa dan raga dan/atau sebab lain yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut;

e. melakukan perbuatan tercela dan/atau melanggar kode etik dengan hasil putusan pemberhentian sebagai anggota; dan

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun penjara;

(2) Apabila masa jabatan telah berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a di atas maka paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelumnya Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan melalui surat kepada Gubernur dengan tembusan surat kepada Ketua DPRD.

(3) Apabila sampai dengan masa jabatan akan berakhir belum juga ditetapkan Calon Anggota Komisi Informasi baru atau masih berproses, maka untuk mengisi kekosongan jabatan, Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan kepada Gubernur tentang pengusulan perpanjangan masa jabatan sampai dilantiknya Anggota Komisi Informasi baru.

(4) Apabila Anggota berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, maka paling lambat 7 (tujuh) hari beriktunya Komisi Informasi menggelar Rapat Pleno untuk menghasilkan keputusan.

(5) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menggelar Rapat Pleno dan menghasilkan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan dan permintaan secara tertulis kepada Gubernur tentang usulan Anggota Pengganti Antar Waktu.

Bagian Kedua

Pergantian Anggota Karena Mengundurkan Diri Pasal 27

(1) Anggota yang bermaksud mengundurkan diri, maka yang bersangkutan mengajukan surat pengunduran diri disertai dengan alasan.

(2) Surat pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat 3 (tiga) rangkap untuk disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan surat masing-masing kepada Ketua DPRD dan Ketua Komisi Informasi;

(3) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima tembusan surat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Komisi Informasi menggelar Rapat Pleno.

(16)

Bagian Ketiga

Pergantian Anggota Berdasarkan Putusan Pengadilan Pasal 28

(1) Anggota yang sedang dalam proses pengadilan dan telah dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan tingkat pertama dengan ancaman hukuman penjara paling singkat 5 (lima) tahun, maka yang bersangkutan di nonaktifkan sementara sebagai Anggota.

(2) Anggota yang di non aktif sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam Rapat Pleno.

(3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) huruf f akan dibahas dan diputuskan dalam Rapat Pleno, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima amar putusan dari pengadilan.

Bagian Keempat

Anggota Pengganti Antar Wakrtu Pasal 29

(1) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menggelar Rapat Pleno yang memutuskan pemberhentian, Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan dan permintaan secara tertulis kepada Gubernur tentang usulan Anggota Pengganti Antar Waktu.

(2) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Gubernur tentang Penetapan Anggota Pengganti Antar Waktu, Komisi Informasi menyampaikannya kepada yang bersangkutan selaku Anggota Pengganti Antar Waktu melalui Sekretariat.

(3) Anggota Pengganti Antar Waktu yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur dapat melaksanakan tugas pokok dan kewenangaannya tanpa harus melalui proses pelantikan atau pengukuhan.

BAB VII KERJA SAMA

Pasal 30

(1) Dalam rangka pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan, Komisi Informasi dapat membuat atau menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat.

(2) Pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas berkaitan dengan hal-hal menyangkut :

a. nota kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama; b. pengembangan advokasi, edukasi atau literasi; dan

c. permintaan bahan masukan atau kajian dalam rangka memberikan ruang pendapat untuk perencanaan anggaran atau kegiatan, kebijakan umum dan penyusunan regulasi.

(3) Penetapan kegiatan dan pelaksanaan hubungan kerja sama dibahas dan disetujui dalam Rapat Pleno.

(4) Pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan bilamana telah dianggarkan dan tercantum dalam dokumen palaksanaan anggaran di Sekretariat.

(17)

BAB VII

ADVOKASI, SOSIALISASI DAN EDUKASI Bagian Pertama

Advokasi Pasal 31

(1) Kegiatan advokasi hanya dapat dilaksanakan bilamana adanya permintaan dari pihak yang membutuhkan informasi publik terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik dan permohonanya belum diregistrasi di Panitera;

(2) Bilamana pihak yamg membutuhkan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) prosesnya telah diregistrasi, maka Anggota yang dapat menangani atau melayani adalah bukan dari Majelis Komisioner atau Mediator.

(3) Kegiatan advokasi hanya dapat digelar di kantor Sekretaria.

(4) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan advokasi wajib dilaporkan dihadapan rapat pleno. Bagian Kedua

Sosialisasi Pasal 32

(1) Kegiatan sosialisasi hanya dapat dilaksanakan bilamana telah direncanakan pada tahun anggaran sebelumnya dan adanya ketersediaan anggaran;

(2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), waktu dan tempatnya ditetapkan dalam rapat pleno.

(3) Komisi Informasi membentuk tim pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang ditetapkan melalui Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat.

Bagian Ketiga Edukasi Pasal 33

(1) Kegiatan edukasi dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota dengan tempat dan waktu yang tidak terbatas;

(2) Pelaksanaan kegiatan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan dengan atau tanpa adanya ketersediaan anggaran;

(3) Hasil pelaksanaan kegiatan edukasi wajib dilaporkan dihadapan rapat pleno. BAB IX

MONITORING DAN EVALUASI KEBERADAAN BADAN PUBLIK

Bagian Pertama Monitoring

Pasal 34

(1) Kegiatan monitoring keberadaan badan publik dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Komisi Informasi membentuk tim pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi yang ditetapkan melalui surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat.

(18)

(3) Sebelum dilaksanakannya kegiatan monitoring, Komisi Informasi wajib memberitahukan kepada badan publik paling lambat 1 (satu) minggu sebelum hari pelaksanaan.

(4) Kegiatan monitoring yang dilaksanakan memuat kuisioner yang formatnya ditetapkan oleh Komisi Informasi dan diserahkan kepada badan publik untuk diisi dan dilengkapi.

Bagian Kedua Evaluasi Pasal 35

(1) Kegiatan evaluasi keberadaan badan publik dilaksanakan setelah penyelenggaraan kegiatan monitoring.

(2) Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah penyelenggaraan kegiatan monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hasilnya telah dirumuskan dalam bentuk evaluasi.

(3) Evaluasi memuat hasil isian kuisioner dari badan publik yang dikombinasikan dengan hasil monitoring secara visual oleh tim pelaksana kegiatan dan dirumuskan dalam bentuk instrumen kuisioner.

(4) Hasil isntrumen kuisioner yang telah dirumuskan akan diberi nilai dan menjadi dasar bagi pemeringkatan badan publik dalam melakukan pelayanan informasi.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 36

(1) Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan Kelembagaan ini dan di kemudian perlu diatur demi kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan, maka akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Komisi Informasi.

(2) Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan dalam Peraturan Kelembagaan ini yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

(3) Peraturan Kelembagaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Mamuju Pada tanggal :

KETUA KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ibu Dini Endiyani bahwa Corporate Secretary mendukung penuh apa yang menjadi program dari manajemen, pembangunan New Priok Port sebagai program

Rapat Pleno, sebagaimana disebutkan pada Pasal 52 ayat (1) huruf a Peraturan ml, adalah rapat yang diselenggarakan secara berkala oleh KPI untuk membahas hal-hal yang

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Aktivitas Antibakteri Perasan Daun Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn.) terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus Aures.. Noni Zakiah 1 , Fitri Meliyani 1 , Munira 1

(1) Badan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) mempunyai tugas membantu Wali Kota melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang

Think Pair Share mempunyai kelebihan sebagai berikut: a) dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, b) antar sesama siswa dapat belajar dari siswa

Rina Syafriana (2016) dengan Jurnal Ilmiah berjudul “Analisis Bentuk Gerak Tari Kreasi Geunta Pada Sanggar Seula Weuet”, yang membahas bahwa pada Tari Geunta

 Melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya, Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya (Communication).  Guru dan