• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pembelajaran Matematika SD. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pembelajaran Matematika SD. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8

KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika SD

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat. Penguasaan matematika sejak dini perlu ditanamkan sehingga konsep-konsep dasar matematika diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif (Heruman, 2013:1). Matematika merupakan studi yang diawali dari pengkajian bagian-bagian yang sangat tersusun dengan baik secara bertahap menuju arah yang rumit, dari bilangan bulat ke pecahan, dari bilangan real ke kompleks, dari penjumlahan dan perkalian.

Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam Matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi persyarat bagi konsep lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut (Heruman, 2013:4)

Pembelajaran matematika sebenarnya sangat ditentukan oleh strategi mengajar guru itu sendiri. Oleh karena itu, cara mengajar guru adalah

(2)

langkah-langkah yang dirancang atau dilakukan guru dalam proses mengajar yang sangat mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Isjoni, 2013: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Roger (Huda, 2011:29), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah belajar secara bersama-sama, saling membantu, antara satu dengan yang lainnya dalam belajar, dan memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Pemberian masalah, dapat membentuk siswa secara aktif dalam pembelajarannya dan bekerja secara kolaboratif dan kooperatif dengan sesama teman sebayanya.

Model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada

(3)

latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong – menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahin, et al. (Isjoni, 2009:28), yaitu: a) Hasil belajar akademik, b) penerimaan terhadap perbedaan individu, c) pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif bertujuan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik lainnya. Membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama. Menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi, untuk bekerja dan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.

2.2.1 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2014:58-61) yaitu: a) Saling ketergantungan positif, b) tanggung jawab perseorangan, c) interaksi promotif, d) komunikasi antar anggota, e) pemrosesan kelompok. Pendapat lain juga disampaikan oleh Anita Lie (Sugiyanto, 2010), yang menyebutkan pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur sebagai berikut yaitu: a) Saling ketergantungan positif, b) interaksi tatap muka, c) akuntabilitas individual, d) keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu: a) Saling ketergantungan positif, b) tanggungjawab individu, c) komunikasi antar pribadi, d) interaksi tatap muka, d) kerja kelompok.Unsur pembelajaran kooperatif yaitu ada dua pertanggungjawaban kelompok pertama

(4)

mempelajari bahan yang ditugaskan sedangkan kelompok kedua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan, tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam materi yang dihadapi.

Siswa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain dan saling memberikan bantuan karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah saling bertukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman . Maka dari itu, agar guru tidak salah dalam mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, terdapat sintak model pembelajaran kooperati menurut Suprijono, 2014 : 65, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Perilaku Guru

1. Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

2. Present Information

Menyajikan Informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal 3. Organize student into learning team

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajarar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

(5)

Lanjutan Tabel 2.1

Fase Kegiatan Perilaku Guru

5. Test on the materials

Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6. Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Sumber : Suprijono, 2014 : 65

Stahl (1994) dan Slavin (1993) mengemukakan langkah-langkah dalam implementasi model pembelajaran kooperatif secara umum yang dijelaskan secara operasional sebagai berikut:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

No Kegiatan Perilaku Guru

1. Merancang rencana program

pembelajaran. Guru pembelajarannya juga harus mengorganisasikan dalam merancang program materi dan tugas-tugas siswa harus mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil. Guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperhatikan siswa selama pembelajaran.

2. Merancang lembar observasi Pada saat siswa belajar secara berkelompok guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang dirancang sebelumnya.

3. Melakukan observasi terhadap kegiatan siswa guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun secara kelompok baik dalam memahami materi maupun mengenal sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.

Pemberian pujian dan kritikan membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Pada saat kegiatan kelompok berlangsung, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individu maupun klasikal.

4. Mempresentasikan hasil diskusi. Pada saat diskusi di kelas, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil yang telah diterampilkannya. Pada saat presentasi siswa berakhir, maka guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan atau sikap perilaku

menyimpang yang dilakukan selama

pembelajaran. Sumber : Isjoni, 2009: 83-85

(6)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut : a) guru menginformasikan pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dipahami siswa dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran, b) guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan penyampaian materi, c) guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara pembentukan kelompok, d) guru memdampingi kelompok belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik, e) guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran, f) pemberian pujian dan kritikan membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatiakn guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kekurangan, antara lain : a) Memerlukan alokasi waktu yang relatif lebih banyak, terutama jika belum terbiasa, b) membutuhkan persiapan yang lebih terencana dan persiapan yang matang, c) jika peserta didik belum terbiasa dan menguasai belajar kooperatif, pencapaian hasil belajar tidak akan maksimal. Kekurangan diatas dapat diatasi dengan adanya media kartu DPP membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal dan memerlukan waktu yang cepat.

Namun demikian, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Saling ketergantungan yang positif, b) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, d) suasana kelas yang rileks dan

(7)

menyenangkan.Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, e) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu bergantung pada guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. Dapat membantu siswa untuk peduli pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Model pembelajaran Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland (Kurniasih, 2015:58). Think Pair Share adalah model diskusi yang melibatkan siswa-siswa berpikir secara individual dan berbagi ke seluruh kelas untuk menjawab pertanyaan, mencari solusi dari suatu masalah untuk mengerjakan tugas pelajaran.

Think Pair Share salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 3 tahapan yaitu thinking, pairing, dan sharing. Proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespons, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama mencari jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Tahapan terakhir melalui proses sharing

(8)

(berbagi), siswa diajak untuk membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi, melalui metode Think Pair Share, penguasaan isi materi pelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran Think Pair Share ini melatih siswa bagaimana cara mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

2.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah sebagai ciri khas yaitu Think, Pair, dan Share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe Thnik Pair Share dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Fase ke-1

Thinking (berpikir)

 Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu tentang pelajaran yang terkait dengan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk isu tersebut. Fase ke- 2

Pairing (berpasangan)

 Setelah itu guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan. Interaksi selama periode ini dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan atau berbagi ide bila sebuah isu tertentu diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan.

Fase ke-3

Sharing (berbagi)

 Dalam langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing dengan seluruh kelas. Lebih efektif bagi guru untuk berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasang ke pasangan lain samapai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka.

(9)

Dalam pembelajaran Think Pair Share, siswa dikelompokkan secara berpasangan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas secara individu. Siswa berpasangan dengan teman sebangkunya dan berdiskusi dengan pasangannya. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lain. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut: a. Tahap Think (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa menggunakan waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut secara individu.

b. Tahap Pair (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sabangkunya. Siswa mendiskusikan pertanyaan yang sudah diberikan guru pada tahap pertama dengan kelompok.

c. Tahap Share (berbagi jawaban dengn pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada tahap ini, guru meminta pasangan siswa untuk berbagi hasil diskusi yang telah mereka bicarakan kepada teman kelas.

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Think Pair Share

Think Pair Share mempunyai kelebihan sebagai berikut: a) dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, b) antar sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, c) siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang

(10)

lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil, d) pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung.

Siswa saling menyampaikan ide untuk didiskusikan dengan kelompoknya sebelum menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Dengan berkelompok siswa dapat mengembangkan ide dan saling membantu dalam kelompok kecil. Siswa dapat memahami dan memecahkan suatu masalah secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan dan mempresentasikan di depan kelas sebagai satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Beberapa kelamahan model pembelajaran Think Pair Share sebagai berikut: a) siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai, b) diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai, c) pengelompokan siswa mebutuhkan tempat dudk berbeda dan membutuhkan waktu. Kelemahan diatas dapat diatasi dengan peran guru yang meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk belajar bersama dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

2.4 Media Pembelajaran Kartu DPP (Domino Penjumlahan dan Pengurangan)

Media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan

(11)

pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Dalam hal ini, media belajar yang dimaksud adalah sebagai alat dan bahan yang bisa digunakan untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran (Haryono, 2014:47).

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar. Guru dapat menggunakan alat yang murah sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Mengembangkan alat-alat yang tersedia dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakan. Media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Kartu domino digunakan untuk mempermudah siswa dalam memahami fakta dasar penjumlahan dan pengurangan. Kartu domino terbuat dari kertas tebal berukuran kecil yang digunakan untuk bermain dimana setiap kartu dibagi menjadi dua bidang. Bidang pertama berisikan penjumlahan angka atau pengurangan angka sedangkan bidang kedua berisikan hasil dari penjumlahan dan pengurangan angka.

2.5 Media Gambar

Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa (Arief, 2006:21). Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai guru untuk menyampaikan materi kepada siswa. Media gambar dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Media gambar adalah sebagai alat bantu untuk

(12)

meningkatkan pemahaman siswa dalam berhitung. Bentuk media gambar berupa gambar benda-benda tiruan.

Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar media gambar sangat baik digunakan dan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Media gambar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut, yaitu: a) membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru, b) memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkret), c) lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

2.6 Implementasi Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Media Kartu DPP

Dalam melakukan implementasi pembelajaran terdapat beberapa langkah yang harus diterapkan. Pada dasarnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan media kartu DPP adalah sebagai berikut:

Tabel: 2.4 Implementasi Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Media Kartu DPP

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tentang kegiatan belajar yang akan dilakukan.

2. Guru menjelaskan pada siswa bahwa akan belajar dan bekerja dalam kelompok.

3. Guru memberikan apersepsi pada siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan. Inti 4. Guru menerangkan materi secara singkat tentang materi

penjumlahan dan pengurangan.

5. Siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi penjumlahan dan pengurangan.

6. Siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan itu secara mandiri (tahap think).

7. Guru meminta siswa untuk berpasangan yang terdiri dari dua orang (tahap pairing).

8. Setiap kelompok diberikan kartu domino penjumlahan dan pengurangan.

9. Guru membimbing siswa dalam belajar dan bekerja kelompok.

10. Guru mengadakan evaluasi bagi siswa dengan cara meminta siswa untuk mempresentasikan apa yang telah didiskusikan denga pasangannya (tahap sharing)

(13)

Lanjutan Tabel 2.4

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Penutup 11. Guru memberikan penghargaan agar siswa merasa bangga atau puas atas hal yang telah dicapai.

12. Siswa diminta untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada hari ini.

2.7 Implementasi Metode Konvensional dengan Media Gambar

Dalam melakukan implementasi pembelajaran terdapat beberapa langkah yang harus diterapkan. Pada dasarnya penerapan metode konvensional dengan media gambar adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Implementasi Metode Konvensional dengan Media Gambar

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru memberikan apersepsi pada siswa tentang materi

yang akan dipelajari yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan

Inti 3. Guru menerangkan materi penjumlahan dan pengurangan. 4. Guru menggunakan media gambar untuk mempermudah

siswa dalam memahami materi.

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab.

6. Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi.

Penutup 7. Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada hari ini.

2.8 Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999: 53). Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman (Purwanto, 2014:39).

(14)

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2014:6). Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran (Soedijarto, 1993:49).

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar dari aspek kognitif siswa melalui tes sebagai hasil dari kegiatan belajar.

2.9 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (I Gede Putu dkk, 2014), tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Semester Genap SD di Gugus III Kecamatan Kubu Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar PKN antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa

(15)

kelas V. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa kelas V semester genap antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), yaitu 121,94 yang berada pada kategori tinggi dan model pembelajaran konvensional, yaitu 108,64 yang berada pada kategori sedang dan hasil dari uji t, yaitu thitung = 7,868 dan ttabel = 1,671 jadi t hitung > ttabel. Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn.

Penelitian yang dilakukan oleh (Andry Vernando, 2012), tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Pemberian RewardTerhadap Motivasi Belajar IPA (Studi di Kalangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012). Dalam penelitian tersebut, bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share(TPS) dengan pemberian reward pada mata pelajaran IPA Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Bugel 02 Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan membandingkan hasil nilai t hitung yang diperoleh sebesar (-4.238) dan t tabel sebesar (2.179). Untuk

(16)

nilai signifikansinya diperoleh nilai sebesar 0,001. Oleh karena –t hitung < t tabel (-4.238 < 2.179) dan nilai sig (0,001) < 0,05, maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara hasil dari pengukuran awal dan pengukuran akhir. Hasil penelitian ini diukur dengan menggunakan Uji Paired Samples T Test. Analisis data diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows.

Persamaan penelitian ini dengan kedua penelitian diatas yaitu dalam proses pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran Think Pair Share, sedangkan perbedaannya dengan kedua penelitian diatas adalah penelitian tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Perbedaan lainnya penelitian I Gede Putu dkk (2014) menggunakan model pembelajaran Think Pair Share terhadap motivasi belajar PKN dan Andry Vernando (2012) menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan pemberian reward terhadap motivasi belajar IPA.

2.10 Kerangka Pikir

Model pembelajaran Think Pair Share dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share salah satu model pembelajaran yang terdiri dari 3 tahapan yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi). Aktifitas belajar tersebut merupakan aktifitas dalam mengembangkan keterampilan berfikir, saling bertukar ide untuk mencari jawaban yang paling tepat dan membagi hasil diskusi kepada teman kelas.

Siswa kelas rendah merupakan tahapan anak yang masih senang bermain. Rasa senang bermain pada anak dapat dipenuhi dengan berbagai cara, dan salah satunya adalah dengan menambahkan permainan dalam proses pembelajaran. Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang digunakan untuk

(17)

mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika. Materi yang digunakan adalah penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan paparan diatas, maka model pembelajaran Think Pair Share dan media pembelajaran yang digunakan diatas dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Bahkan dapat dimungkinkan dengan model pembelajaran dan media pembelajaran yang lain, siswa mendapatkan hasil yang lebih baik. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(18)

Tabel: 2.6 Kerangka Pikir

Model Pembelajaran Think Pair Share menggunakan Media Kartu DPP

Media akan memberikan hasil yang optimal apabila digunakan dalam

pembelajaran Model Pembelajaran Think Pair

Share jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa

Kondisi lapang

Kurangnya penggunaan model pembelajaran dan media dalam

pembelajaran

Siswa belajar melalui 3 tahapan yaitu, thinking (berfikir), pairing (berpasangan), sharing

(berbagi)

Media kartu DPP dapat menarik perhatian siswa

dalam berhitung.

Pemahaman materi dapat tersampaikan sesuai tujuan

pembelajaran

Mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan siswa

Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share menggunakan Media Kartu DPP pada

Pembelajaran Matematika

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

(19)

2.11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat pengaruh dalam pembelajaran koopertaif tipe Think Pair Share dengan menggunakan media kartu DPP terhadap hasil belajar siswa.

Gambar

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair  Share
Tabel 2.5 Implementasi Metode Konvensional dengan Media Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Pembuatan alat ukur multifungsi (tinggi, berat dan suhu badan) ini memanfaatkan alat-alat elektronik antara lain untuk mengukur tinggi badan menggunakan sensor ping, untuk

Pra rancangan Pabrik Kimia merupakan tugas yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia, Prodi Teknik Kimia,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan bahan perkuliahan kompilasi mata kuliah Persamaan

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

The spatial properties (location) of this feature of interest are typically of most interest for spatial analysis of the observation result. This will typically be used to

The final product of this change request ought to be the official release within the OGC and WfMC communities in June 2009 of WFXML and WfXML-R with any enhancements

5 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015, pada Pasal 5 dinyatakan bahwa dana tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa