• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Jigsaw

Terhadap Penguasaan

Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan

Listrik Dan Hukum Coulomb

Muhamad Gina Nugraha, Duden Saepuzaman, dan David E.Tarigan

Email: muhamadginanugraha@upi.edu

Abstrak

Dalam perkuliahan listrik magnet khususnya topik muatan listrik dan hukum Coulomb, proses pembelajaran umumnya dilakukan dengan metode penyampaian informasi satu arah dari dosen kepada mahasiswa. Hal ini membuat keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran sangat kurang yang mengakibatkan mahasiswa kurang mengoptimalkan potensinya sehingga prestasi belajarnyapun tidak memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep mahasiswa dan tanggapan mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Desain one group pretest-postest digunakan untuk mengetahui perubahan penguasaan konsep mahasiswa yang menjadi kelas penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep mahasiswa dengan nilai gain yang dinormalisasi (n-gain) sebesar 0,57 dan tanggapan yang sangat positif dari mahasiswa. Dari kuesioner dan angket, diketahui semua mahasiswa (100%) menyenangi pembelajaran kooperatif jigsaw, mahasiswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan terdorong untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan terkait muatan listrik dan hukum Coulomb yang dimunculkan dalam pembelajaran.

Kata-kata kunci: penguasaan konsep, kooperatif jigsaw, listrik magnet

Pendahuluan

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan formal adalah proses belajar mengajar [1]. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami peserta didik dan pendidik [2].

Dalam perkuliahan listrik magnet, berdasarkan observasi yang telah dilakukan diperoleh informasi, yaitu proses pembelajaran didominasi dengan metode ceramah satu arah sehingga mahasiswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, ini diperkuat dengan isian angket mahasiswa yang memberikan respon negatif terhadap proses pembelajaran. Hal ini tentu saja berdampak pada prestasi belajar mahasiswa, seperti yang terlihat dari hasil ujian yang masih banyak di bawah nilai kriteria ketuntasan minimum. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, disepakati pembelajaran akan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran ini memiliki kelebihan dibandingkan model kooperatif tipe lainnya, diantaranya setiap peserta didik dituntut pertanggung jawaban untuk menguasai materi

tertentu sebagai tim ahli, dan kemudian menyampaikan materinya masing-masing kepada teman-temannya yang mendapatkan materi yang berbeda, sehingga satu sama lain saling melengkapi pengetahuan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal [3], membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, memperkaya pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara kelompok, menjadi pebelajar otonom dan mandiri [4], serta dapat meningkatkan prestasi belajar dan melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik [4], [5]. Teori

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang didalamnya terdapat kerja sama kelompok peserta didik untuk mencapai tujuan bersama. Seperti yang diungkapkan oleh Johnson & Johnson (1994);

“Cooperative learning adalah mengelompokan peserta didik kedalam

(3)

suatu kelompok kecil agar peserta didik dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”[6].

Stahl (1994) menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, memungkinkan peserta didik meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu pembelajaran kooperatif juga dapat melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas [6]. Selanjutnya Sharan (1990) mengemukakan bahwa peserta didik yang belajar menggunakan metode kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari teman sebaya [6], sehingga diharapkan dengan pembelajaran seperti ini peserta didik dapat lebih menguasai konsep-konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi ajar untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan pendidik dalam proses belajar mengajar semakin berkurang, karena proses pembelajaran didominasi kegiatan diskusi antara peserta didik. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran kooperatif jigsaw yang dilakukan ialah pembentukan kelompok belajar (kelompok awal), stimulasi (rangsangan) dengan mengungkapkan dan menunjukkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, perumusan masalah, pembentukan dan diskusi kelompok ahli yang berasal dari perwakilan kelompok awal yang diberi tanggung jawab untuk menguasai materi yang sama, setelah diskusi kelompok ahli selesai masing-masing anggota kembali ke kelompok awal dan melakukan diskusi semua materi ajar, verifikasi hasil diskusi melalui presentasi perwakilan kelompok, dan generalisasi berupa penguatan dari pendidik.

Pengelompokkan mahasiswa (sample penelitian) dalam model pembelajaran Jigsaw dideskripsikan pada gambar 1.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 Kelompok awal Kelompok ahli

Gambar 1. Pengelompokkan mahasiswa dalam pembelajaran Jigsaw

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan Fisika yang mengontrak mata kuliah listrik magnet yaitu sebanyak 42 mahasiswa, dengan desain penelitian one group pretes – postes.

Tabel 1. Desain penelitian one group pretes – postes [7].

Pretest Treatment Postest

T X T

Penguasaan konsep mahasiswa tentang Hukum Coulomb dan muatan listrik diperoleh dari hasil tes menggunakan instrumen tes essai yang telah divalidasi.

Efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan penguasaan konsep diperoleh melalui analisis gain yang dinormalisasi dari skor pretes dan postes menggunakan persamaan berikut [8]:

Ti

-SI

Ti

T

g

f

(1) Dengan <g> menunjukkan perubahan skor yang dinormalisasi, Tf menunjukkan skor postes, Ti

menujukkan skor pretes, dan SI merupakan skor ideal/skor maksimum yang dapat dicapai.

Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diperoleh melalui angket dan kuesioner.

Hasil dan diskusi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data penguasaan konsep mahasiswa sebelum dan setelah diberi treatment serta peningkatan penguasaan konsep seperti ditunjukkan gambar 2.

(4)

Gambar 2. Hasil tes penguasaan konsep

Berdasarkan gambar 2, terlihat bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep dengan rata-rata peningkatan 40,15. Untuk mengetahui tingkat efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, bisa dilihat dari nilai gain yang dinormalisasi seperti ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. n-gain hasil tes penguasaan konsep Rerata pretes Rerata Postes n-Gain 30,56 70,72 0,57

Nilai gain penguasaan konsep yang telah dinormalisasi ialah sebesar 0,57, dan berdasarkan pengkategorian yang dikemukakan oleh Hake [8], nilai n-gain tersebut termasuk kategori sedang. Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah dilakukan cukup efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa pada materi ajar hukum Coulomb dan muatan listrik.

Dilihat dari skor penguasaan konsep setelah pembelajaran, pencapain penguasaan konsep mahasiswa berada pada skor 70,72. Hasil ini sudah melewati nilai ketuntasan minimum perkuliahan yang telah ditetapkan walaupun belum bisa dikatakan memuaskan. Hal ini diprediksi terjadi karena mahasiswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga perlu dilakukan pembelajaran serupa untuk materi ajar lainnya. Meskipun demikian, dilihat dari angket dan kuesioner tanggapan mahasiswa terhadap proses pembelajaran, semua mahasiswa menyatakan menyenangi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Persentase angket tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran

Pernyataan Ya (%) Tidak (%) 1 100 0 2 100 0 3 96 4 4 20 80 5 96 4 6 100 0 7 100 0 8 100 0

Keterangan pernyataan: 1). Saya menyukai pembelajaran yang baru ini (kooperatif tipe jigsaw), 2). Saya senang jika pembelajaran diawali dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut untuk dipecahkan, 3). Pembelajaran yang dilakukan memberikan dorongan pada saya untuk belajar dan berpikir kritis, 4). Pembelajaran yang baru ini membuat saya pusing dan stress, 5). Pembelajaran yang baru ini memberi kesempatan kepada saya untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari, 6). Saya senang bekerja dan berdiskusi dalam kelompok, 7). Diskusi kelompok ahli membantu saya memahami konsep yang sedang dipelajari, dan 8). Diskusi kelompok awal membuat pengetahuan, pemahaman dan penguasaan konsep saya bertambah

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa hampir semua pernyataan ditanggapi dengan positif. Tanggapan negatif muncul pada penyataan nomor 4 yaitu sebanyak 20% mahasiswa merasa tertekan dan stress dengan pembelajaran yang dilakukan. Hasil penelusuran terhadap alasan yang dikemukanan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut, diperoleh informasi bahwa perasaan tertekan dan stress muncul bukan karena pembelajaran yang tidak menyenangkan melainkan karena teknis pelaksanaannya yaitu kurangnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pernyataan yang lain mendapatkan pernyataan yang sangat positif, hal ini karena proses pembelajaran yang dilakukan memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi mahasiswa untuk saling berdiskusi, menyampaikan pendapatnya dan saling menjelaskan materi ajar yang menjadi tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.

Dari kuesioner tanggapan mahasiswa terhadap sikap pendidik (dosen) selama pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.

(5)

Tabel 4. Hasil kuesioner penilaian mahasiswa terhadap pendidik (dosen) dan pembelajaran

Aspek yang dinilai Penilaian (1 - 9) 1 8,1 2 8,2 3 7,1 4 7,5 5 8,4 6 7,8 7 7,7 8 8,1 Rata-rata 7,8

Keterangan aspek yang dinilai: 1). Pendekatan dan metode pembelajaran, 2). Media dan alat pembelajaran, 3). Sumber belajar (buku teks, referensi, lingkungan, masyarakat, media massa, dll), 4). Manajemen/ pengelolaan kelas, 5). Antusiasme dan motivasi mengajar, 6). Penciptaan iklim belajar, 7). Pengembangan karakter mahasiswa (sikap dan perilaku yang baik), dan 8). Kemampuan berkomunikasi.

Rata-rata penilaian mahasiswa berdasarkan tabel 4 ialah 7,8 dari rentang nilai 1 sampai 9. Hal ini menunjukkan tanggapan yang positif mahasiswa bukan hanya terhadap proses pembelajaran tetapi juga pada kegiatan dan aktivitas pendidik (dosen) selama pembelajaran, seperti terlihat pada nomor 4, 5, 6, 7, dan 8. Penilaian terbesar terdapat pada aspek no 5 yaitu antusiasme dan motivasi mengajar, yang berarti bahwa pendidik (dosen) pun merasa nyaman mengajar dengan menggunakan model kooperatif jigsaw. Penilaian terkecil terdapat pada aspek nomor 3 yaitu sumber belajar yang digunakan, hal ini terjadi karena selama pembelajaran sumber belajar terbatas pada buku yang biasa digunakan dalam perkuliahan ditambah beberapa hand out, sehingga kedepannya diperlukan akses yang lebih luas, seperti akses internet atau berbagai ebook yang relevan.

Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cukup efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa pada pokok bahasan hukum Coulomb dan muatan listrik dengan nilai gain ternormalisasi sebesar 0.57. Selain itu proses pembelajaran yang telah dilakukan mendapatkan tanggapan dan penilaian yang sangat positif dari mahasiswa, terlihat dari semua mahasiswa menyatakan menyenangi pembelajaran kooperatif jigsaw.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Pendidikan Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui skema penelitian dosen muda nomor 189/UN.40.14/LT/2014.

Referensi

[1] Azizah, Bahriyatul. 2006. “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas II MAN Suruh”. Skripsi. Semarang: FE Unnes

[2] Sagala, Syaiful. (2003). “Konsep dan Makna Pembelajaran”. Bandung : Alfabeta [3] Isjoni. (2009). “Pembelajaran Kooperatif

Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik”. Yogyakarta: Pustaka Belajar

[4] Nursalam, La Ode. (2007). "Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis”. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

[5] Wardani, S. (2002). ”Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw”. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

[6] Isjoni. (2007). “Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok”. Bandung: Alfabeta

[7] Fraenkel, J.R. dan N.E. Wallen. (1990). “How to Design and Evaluate Reasearch in Education”. Washington, McGraw-Hill, Inc. [8] Hake, R. R. (1998). “Interactive

Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses”. Tersedia http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [20 Mei 2014]. Muhamad Gina Nugraha*

Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia

muhamadginanugraha@upi.edu

muhamadginanugraha@yahoo.com

Duden Saepuzaman* Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia

dsaepuzaman@yahoo.com

David E. Tarigan*

Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia

davidtarigan@upi.edu *Corresponding author

Gambar

Gambar  1.  Pengelompokkan  mahasiswa  dalam  pembelajaran Jigsaw
Gambar 2. Hasil tes penguasaan konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian selanjutnya, dapat digali lebih lanjut mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan rendahnya kadar serum seng dan Z-Score TB/U pada populasi anak usia

Data yang digunakan dalam aplikasi ini merupakan data – data yang diperoleh dari kamus bahasa Inggris dan beberapa pustaka tambahan.. 1.4 Maksud dan

Penelitian ini akan dititikberatkan pada penganalisaan kepuasan pelanggan pemakai jasa servis sepeda motor Honda terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

Implementasi Model Inkuiri Menggunakan Media LKS Berbasis Sains untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

dengan tepat dan benar menguraikan Root yang digunakan dalam istilah yang berkaitan dengan system otot dengan tepat dan benar menguraikan prefi yang digunakan dalam

itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang.. semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis

Kalau saja tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan esok hari, pasti ia turutkan saja ingatan pada masa lalunya itu.. Bukankah masa lalu merupakan cambuk